Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161850 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dessy Noor Miati
"LATAR BELAKANG: Infertilitas laki-laki salah satunya diakibatkan ketidakseimbangan transpor ion pada spermatozoa, yang dapat menyebabkan gangguan motilitas spermatozoa. Keseimbangan transpor ion untuk memelihara homeostasis spermatozoa yang dimediasi oleh ATPase, diantaranya adalah Na+, K+-ATPase dan Ca2+-ATPase. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa aktivitas spesifik Na+, K+-ATPase dan Ca2+-ATPase menurun pada kelompok astenozoospermia. Akan tetapi belum diketahui bagaimana aktivitas spesifik Na+, K+-ATPase dan Ca2+-ATPase pada kelompok infertilitas lain, yaitu oligoastenoteratozoospermia (OAT) dan nekrozoospermia. Oleh karena itu, pada penelitian ini diteliti aktivitas spesifik Na+, K+-ATPase dan Ca2+-ATPase beserta ekspresi protein Na+, K+-ATPase isoform α4 dan PMCA4 pada kelompok OAT dan nekrozoospermia.
METODE: Pada sampel dilakukan analisis semen, isolasi sel, protein dan fraksi membran. Analisis semen dilakukan secara mikroskopik dengan makler, disertai uji HOS dan viabilitas. Aktivitas enzim diukur berdasarkan kemampuan ATPase melepaskan fosfat organik dari ATP dan ditetapkan sebagai aktivitas spesifik. Ekspresi protein Na+, K+-ATPase isoform α4 dan PMCA4 dilakukan dengan teksnik western blot, sedangkan distribusi proteinnya digunakan teknik imunositokimia.
HASIL: Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa hampir pada seluruh parameter baik motilitas, viabilitas, integritas membran, aktivitas Na+,K+-ATPase dan Ca2+- ATPase, serta ekspresi protein Na+,K+-ATPase Isoform α4 dan PMCA4 pada kelompok OAT dan nekrozoospermia cenderung lebih rendah dibandingkan dengan normozoospermia. Penurunan ekspresi PMCA4 pada kelompok OAT dan nekrozoospermia berbeda bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan normozoospermia. Hasil uji korelasi ekspresi Na+,K+-ATPase Isoform α4 dengan aktivitas spesifik Na+,K+-ATPase menunjukkan korelasi negatif yang lemah namun tidak bermakna. Demikian pula halnya dengan hasil uji ekspresi PMCA4 dan aktifitas spesifik Ca2+-ATPase.
KESIMPULAN: Aktivitas spesifik Na+,K+-ATPase dan Ca2+-ATPase serta ekspresi Na+,K+-ATPase isoform α4 dan PMCA4 yang tinggi diperlukan untuk mendukung homeostasis sperma sehingga sperma mempunyai motilitas yang baik.

BACKGROUND: Male infertility could be caused by sperm motility disorders. This condition is caused by imbalance ion transport. The balance of ion transport to maintain homeostasis of spermatazoa, is mediated by the ATPase, including the Na+,K+-ATPase and Ca2+-ATPase. Several studies have shown that the specific activity of Na+,K+-ATPase and Ca2+-ATPase decreased in group astenozoospermia. There is no data about the specific activity of Na+,K+-ATPase and Ca2+-ATPase in the other infertility cases, i.e, oligoasthenoteratozoospermia (OAT) dan necrozoospermia group. Therefore, this study investigated the specific activity of Na+,K+-ATPase and Ca2+-ATPase and the expression of Na+,K+-ATPase isoform α4 and PMCA4 protein in both cases.
METHODS: Samples were examined for semen analysis, cell isolation, proteins and membrane fractionation. Semen analysis performed microscopically by Makler, accompanied by HOS and viability test. Enzyme activity is measured by the ability ATPase to release organic phosphate from ATP and defined as a specific activity. The protein expression of Na+,K+-ATPase isoform α4 and PMCA4 done with western blot technique, while the distribution of the protein used immunocytochemistry techniques.
RESULT: This study showed that almost all the parameters such as motility, viability, membrane integrity, the activity of Na+,K+-ATPase and Ca2+-ATPase, and protein expression of Na+,K+-ATPase isoforms α4 and PMCA4 in the OAT and necrozoospermia were tendency lower than the normozoospermia. Decrease expression of PMCA4 on OAT and nekrozoospermia group were significantly difference compared to normozoospermia. The correlation of Na+,K+-ATPase isoform α4 intensity with specific activity of Na+,K+-ATPase as well as PMCA4 was weak negatife but not significantly.
CONCLUSSION: The specific activity of Na+,K+-ATPase and Ca2+-ATPase and high expression of Na+,K+-ATPase isoform α4 and PMCA4 support homeostasis condition in sperm leading achievement of good motility.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manggiasih Dwiayu Larasati
"LATAR BELAKANG: Salah satu tata laksana infertilitas adalah inseminasi intra uterin IIU yang menggunakan spermatozoa hasil pencucian. Ada dua metode pencucian spermatozoa yang umum digunakan yaitu swim-up SU dan density-gradient centrifugation DGC. Tingkat keunggulan metode pencucian spermatozoa terletak pada persentase spermatozoa motil yang dihasilkan. Gangguan motilitas spermatozoa dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan transport ion pada spermatozoa. Keseimbangan transpor ion untuk memelihara homeostasis spermatozoa dimediasi oleh enzim ATPase, diantaranya adalah Na ,K -ATPase dan Ca2 -ATPase. Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa isoform Na ,K -ATPase ?4 dan PMCA4 berperan penting pada motilitas spermatozoa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kembali efisiensi metode SU dan DGC dalam menghasilkan spermatozoa motil berdasarkan aktivitas spesifik Na ,K -ATPase dan Ca2 -ATPase beserta isoformnya.
METODE: Pada sampel dilakukan analisis semen, isolasi sel spermatozoa, isolasi protein dan preparasi fraksi membran. Analisis semen dilakukan berdasarkan rujukan dari WHO 2010 , sebelum dan setelah pencucian spermatozoa dengan metode DGC dan SU. Aktivitas enzim diukur berdasarkan kemampuan ATPase melepaskan fosfat organik dari ATP. Deteksi protein Na ,K -ATPase ?4 dan PMCA4 dilakukan dengan metode western blot, sedangkan distribusi proteinnya digunakan metode imunositokimia.
HASIL: Terjadi peningkatan rerata konsentrasi, motilitas, morfologi dan kecepatan spermatozoa antara kelompok sebelum dan setelah DGC serta antara sebelum dan setelah SU. Demikian halnya dengan hasil aktivitas spesifik Na ,K -ATPase dan Ca2 -ATPase juga mengalami peningkatan bila dibandingkan antara kelompok sebelum dan setelah pencucian. Terdapat perbedaan bermakna terhadap aktivitas spesifik Na ,K -ATPase pada kelompok sebelum dan setelah DGC serta antara sebelum dan setelah SU. Selain itu, aktivitas spesifik Ca2 -ATPase berbeda tidak bermakna antara sebelum dan setelah DGC dan antara sebelum dan setelah SU. Distribusi protein Na ,K -ATPase ?4 dan PMCA4 tidak mengalami perubahan setelah dilakukan pencucian dengan DGC maupun SU.
KESIMPULAN: Aktivitas Na ,K -ATPase dan Ca2 -ATPase yang diperlukan untuk mendukung homeostasis sel spermatozoa meningkat setelah dilakukan pencucian dengan metode DGC dan SU sehingga spermatozoa mempunyai kemampuan motilitas yang lebih baik.

BACKGROUND: One of the management of infertility is Intra Uterine Insemination IIU by using sperm preparation. There are two methods of sperm preparation that commonly used swim up and density gradient centrifugation. The superiority of sperm preparation method based on the percentage of motile spermatozoa produced. The disorder of sperm motility may caused by the imbalance of ions transport on sperm. The balance of ionic transport to maintain spermatozoa homeostasis is mediated by ATPase, such as Na .K ATPase and Ca2 ATPase enzym. Study has shown that 4 Na ,K ATPase and PMCA4 isoform plays an important role in the sperm motility. Therefore, this study was aimed to evaluate the efficiency of SU and DGC methods in selecting spermatozoa based on the Na ,K ATPase and Ca2 ATPase activity and the isoforms as well.
METHODS: The semen analysis, spermatozoa isolation, protein isolation and membrane fraction preparation were performed. The study analysis was conducted based on WHO 2010, before and after SU and DGC sperm preparation. Enzyme activity was measured by ATPase 39 s ability to release organic phosphate from ATP. The expression of Na ,K ATPase 4 and PMCA4 was done by western blot method, while the protein distribution was used immunocytochemistry method.
RESULT: There was an increase of concentration, motility, morphology and velocity of spermatozoa between normozoospermia group before and after DGC and between before and after SU. Similarly, the specific activity of Na ,K ATPase and Ca2 ATPase also increased when compared to before and after washing. There were significant differences in the specific activity of Na ,K ATPase in the normozoospermia group before and after DGC and between before and after SU. In contrast, the specific activity of Ca2 ATPase not significantly different between before and after DGC and between before and after SU methods. Distribution of Na ,K ATPase 4 and PMCA4 did not change after washing with DGC or SU methods.
CONCLUSIONS: Specific activities of Na ,K ATPase and Ca2 ATPase are needed to support ion homeostasis, so that spermatozoa have better motility abilities after being prepared with DGC and SU methods.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvia Werdhy Lestari
"Astenozoospermia merupakan penyebab umum terjadinya infertilitas pria. Motilitas spermatozoa didukung oleh homeostasis sel dan energi yang dihasilkan dari hidrolisis ATP. Na+,K+-ATPase dan Ca2+-ATPase bekerja pada transpor aktif ion di membran plasma untuk pertahanan homeostasis melalui regulasi proses metabolisme. Motilitas spermatozoa berawal pada proses morfogenesis di testis dan maturasi di epididimis serta memerlukan protein-protein fungsional seperti outer dense fiber (ODF) 1 dan 2. Aktivitas motorik terlaksana oleh protein kompleks dinein dengan ATPase dinein yang membebaskan energi dari ATP.
Dalam penelitian ini dilakukan analisis ekspresi protein Outer Dense Fiber (ODF) 1 dan 2 serta aktivitas enzim Na+,K+-ATPase, Ca2+-ATPase dan dinein ATPase spermatozoa pada pria infertil astenozoospermia. Analisis semen dilakukan secara mikroskopik disertai uji viabilitas dan HOS. Aktivitas enzim diukur berdasarkan kemampuan ATPase melepaskan fosfat anorganik dari ATP dan ditentukan sebagai aktivitas spesifik. Sebagai kontrol digunakan spermatozoa normozoospermia.
Didapati bahwa motilitas spermatozoa astenozoospermia (AG) cenderung lebih rendah dibanding dengan normozoospermia (NG). Hampir seluruh parameter, baik motilitas (VAP, VSL dan VCL), ekpresi dan kekompakan protein ODF1 dan ODF2 serta aktivitas spesifik Na+,K+-ATPase dan dinein ATPase, mengalami kecenderungan penurunan pada AG dibandingkan NG, kecuali aktivitas spesifik Ca2+-ATPase yang mengalami peningkatan secara bermakna pada AG dibandingkan NG. ODF berkorelasi positif dengan motilitas, Na+,K+-ATPase, morfologi, viabilitas dan integritas membran pada kelompok NG.

Asthenozoospermia is a common cause in male infertility. Sperm motility and cell homeostasis are supported by energy generated from the hydrolysis of ATP in the cells, mediated by ATPases such as Na+, K+-ATPase, Ca2+-ATPase and dynein ATPase. In addition, sperm motility is initiated by the process of morphogenesis in the testis and maturation process in the epididymis. The morphogenesis of spermatozoa tail requires proteins such as outer dense fiber proteins (ODF) 1 and 2.
This study aims to evaluate the expression of Outer Dense Fiber (ODF) 1 and 2 protein, as well as the activity of the Na+,K+-ATPase, Ca2+-ATPase and dynein ATPase in asthenozoospermia infertile men. Microscopic semen analysis was carried out by CASA, equipped with the viability and HOS test. ATPase activity was determined based on its ability to release inorganic phosphate (Pi) from ATP and Pi concentration was measured as the intensity of the blue color of phosphomolibdate with a spectrophotometer.
In the AG group, almost all parameters, both motility (VAP, VSL and VCL), expression and density of protein ODF1 and ODF2 and the enzyme specific activities of Na+,K+-ATPase and dynein ATPase, experienced a downward tendency compared to the NG group. However, the specific activity of Ca2+-ATPase exhibited significant increase in the AG compared to the NG group. ODF correlates positively with motility, Na+,K+-ATPase, morphology, viability and membrane integrity in the NG group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Ridwan
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Talasemia merupakan penyakit kelainan darah herediter yang disebabkan oleh terjadinya kerusakan pada sintesis salah satu rantai globin sehingga terjadi ketidak seimbangan pembentukan rantai globin α dan β yang menyebabkan berbagai kelainan pada membran. Pada talasemia-β, yang penderitanya terbanyak di Indonesia, terlihat fenomena pendeknya usia sel darah merah dibandingkan dengan normal (120 hari). Berdasarkan penelitian yang melaporkan terjadinya perubahan-perubahan pada lipid dan protein akibat ketidakseimbangan rantai globin pada Talasemia-β yang menyebabkan terganggunya keseimbangan homeostasis, maka ingin dilakukan penelitian terhadap aktivitas enzim Na+,K+-ATPase pada darah normal dan Talasemia-β, untuk melihat hubungan aktivitas enzim membran dengan pendeknya usia sel darah merah. Penelitian ini merupakan eksplorasi awal dari segi membran molekuler terhadap kemungkinan diperpanjangnya usia sel darah merah pada talasemia-β agar transfusi dapat lebih jarang diberikan. Aktivitas enzim ditentukan berdasarkan Pi inorganik yang dilepaskan dari reaksi enzim dan substrat, tanpa dan dengan penambahan ouabain, dan secara kwantitatif diperiksa dengan metode Fiske Subbarow pada panjang gelombang 660 nm. Pengukuran protein "ghost" dilakukan dengan metode Lowry. Dilakukan juga pengamatan terhadap sel "ghost" dengan teknik perbedaan fase sebagai langkah awal kearah mempelajari bentuk dan perubahan eritrosit yang diinduksi oleh berbagai keadaan. Sebelum metoda yang memberi hasil maksimal dipilih, dilakukan terlebih dahulu pengembangan metoda untuk memilih yang terbaik yang disesuaikan dengan kondisi yang ada.
Hasil dan Kesimpulan : Dari penetapan aktivitas spesifik enzim Na+, K+ -ATPase, diperoleh hasil yang lebih rendah secara bermakna (p>0,05) pada penderita talasemia-β, yaitu 0,096 ± 0,06 p.mol/mg protein/jam dibandingkan dengan eritrosit normal yaitu 0,324 ± 0,20 p.mol/mg protein/jam. Bentuk "ghost" terlihat "resealed" tapi teknik mikroskopik yang dipakai kurang memberikan hasil yang baik pada pengembangan teknik pemeriksaan aktivitas, hasil yang terbaik diperoleh apabila enzim terlebih dahulu diinkubasi pada 37° C selama 20 menit dengan ouabain (inhibitor) pada tabung-tabung tertentu, sebelum direaksikan dengan substrat."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T58872
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar belakang: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar F2α-isoprostan, aktivitas enzim Na+-K+ ATPase dan fluiditas membran sel sinsitiotrofoblas plasenta penderita pre-eklampsia yang diberi vitamin E.
Metode: Penelitian dilakukan pada bulan September 2003 ? Februari 2005 di Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat. Sampel penelitian adalah 6 wanita pre-eklampsia yang mendapatkan vitamin E, 6 wanita pre-eklampsia yang tidak mendapat vitamin E dan 6 wanita hamil normal. F2α-isoprostan diukur dengan ELISA Reader pada λ = 450 nm. Fluiditas diukur dengan membandingkan rasio molar kolesterol total dan kadar fosfolipid membran sel. Kolesterol diukur menggunakan Modular C800 dengan reagen Roch. Fosfolipid diukur menggunakan spektrofluorometer Shimadzu RF5301PC dengan filter eksitasi 267 nm dan emisi 307 nm. Aktivitas Na+-K+ ATPase dihambat dengan ouabain. Produksi Pi diukur dengan metode Fiske dan Subbarow menggunakan spektrofotometer pada λ = 660 nm. Data dianalisis menggunakan uji F melalui ANOVA 1 arah.
Hasil: Pemberian vitamin E pada penderita pre-eklampsia menurunkan stres oksidatif dengan indikasi turunnya F2α-isoprostan secara bermakna (26,72 ± 11,21 vs 41,85 ± 7,09 ng/mL, p = 0.017). Vitamin E mampu menangkal radikal bebas sehingga peroksidasi fosfolipid dapat dihambat dan fluiditas membran sel dapat dipertahankan pada 0,39 ± 0,08 dibandingkan tanpa pemberian vitamin E yaitu 0,53 ± 0,14 (p = 0,024). Aktivitas enzim Na+-K+ ATPase membran sel sinsitiotrofoblas tidak dipengaruhi oleh vitamin E (p = 0,915).
Kesimpulan: Suplementasi vitamin E pada wanita pre-eklampsia menurunkan kadar F2α-isoprostan, mempertahankan fluiditas membran sel, namun tidak meningkatkan aktivitas enzim Na+-K+ ATPase sel sinsitiotrofoblas.

Abstract
Background: The aim of our study was to analyze F2α-isoprostane level, Na+-K+ ATPase activity and placental syncytiotrophoblast cell membrane fluidity in preeclamptic women who received vitamin E supplementation.
Methods: The study was conducted between September 2003 and February 2005 at Budi Kemuliaan Maternity Hospital, Central Jakarta. Samples were 6 preeclamptic women with vitamin E supplementation, 6 preeclamptic women without vitamin E supplementation and 6 normal pregnant women. The dose of vitamin E was 200 mg daily. F2α-isoprostane was measured with ELISA reader at λ of 450 nm. Cell membrane fluidity was measured by comparing the molar ratio of total cholesterol and cell membrane phospholipid concentration. The cholesterol was measured by Modular C800 using Roche reagent. Phospholipid was measured by Shimadzu RF5301PC spectrofluorometer (excitation 267 nm, emission 307 nm). Na+-K+ ATPase activity was inhibited by ouabain. Pi production was measured with Fiske and Subbarow method using spectrophotometer at λ of 660 nm. Data was analyzed using F test with one-way ANOVA.
Results: Vitamin E supplementation in preeclamptic women decreased the oxidative stress, indicated by significantly lower level of F2α-isoprostane compared to those without vitamin E (26.72 ± 11.21 vs 41.85 ± 7.09 ng/mL, respectively, p = 0.017). Membrane fluidity in syncytiotrophoblast cell of preeclampsia with vitamin E group was maintained at 0.39 ± 0.08 while in those without vitamin E was 0.53 ± 0.14 (p = 0.04). Na+-K+ ATPase activity in syncytiotrophoblast cell membrane was not affected by vitamin E (p = 0.915).
Conclusion: Vitamin E supplementation in preeclamptic women decreases F2α-isoprostane level and maintains cell membrane fluidity of syncytiotrophoblast cells; however, it does not increase Na+-K+ ATPase enzyme activity."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam], 2012
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Ferry P.
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian :
Talasemia adalah kelainan genetik yang diturunkan secara resesif dari orang tua kepada anaknya. Penyakit ini ditandai antara lain oleh kelainan darah berupa anemia, yang disebabkan oleh umur sel darah merah yang lebih singkat dari normal. Ini terkait dengan penurunan kelenturan membran sel darah merah sehingga mengurangi kemampuan deformabilitas yang diperlukan agar dapat melalui pembuluh darah kapiler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelainan sel darah merah talasemia ditinjau dari aktivitas enzim Ca2+-ATPase yang terdapat pada membran. Aktivitas enzim ini diukur dengan metode Fiske Subarrow, yaitu berdasarkan konsentrasi fosfat yang terbentuk sebagai hasil hidrolisis ATP. Pengukuran dilakukan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 660 nm. Penetapan aktivitas enzim Ca2+-ATPase dilakukan pada 21 sampel sel darah merah talasemia dan 21 sampel sel darah merah normal.
Hasil dan Kesimpulan :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, aktivitas enzim Ca2+-ATPase pada membran sel darah merah talasemia lebih tinggi dari pada membran sel darah normal yaitu 0,195 + 0,052 μmol Pi / mg prat / jam dibandingkan dengan 0,169 + 0,045 imol Pi / mg prot 1 jam Secara statistik menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05).
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusdi
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manfaat vitamin E untuk menurunkan kadar F2a-isoprostan, mempertahankan fluiditas dan aktivitas enzim Na*-K? ATPase membran sel sinsitiotrofoblas jaringan plasenta penderita pre-eklampsia. Sampel plasenta diambil dari RSB Budikemuliaan, Tanah Abang Jakarta Pusat. Penelitian dilakukan pada bulan September 2003 - Maret 2005. Isolasi sel dan membran sel sinsitiotrofoblas dilakukan berdasarkan metode yang dikembangkan oleh Smith et ai. (1977), Rand (1997), dan Lodish (2000).
F2a-isoprostan diisolasi dengan kromatografi dan diukur dengan kit F2a-isoprostan menggunakan ELISA Reader pada JL = 450 nm. Fluiditas dihitung dengan rasio molar kadar kolesterol:fosfolipid. Kolesterol diukur menggunakan Modular C800 dan fosfolipid diukur dengan spektrofluorometer Shimadzu RF5301PC dengan filter eksitasi 267 nm dan emisi 307 nm. Probe fosfolipid adalah 1,6-difenil-1,3,5-heksatrin (DPH) dan pelarut tetrahidrofuran. Aktivitas enzim Na*-K? ATPase diukur dengan spektrofotorneter pada it = 660 nm. Kadar protein diukur dengan spektrofotometer pada IL = 280 nm. Data dianalisis dengan Anava 1 Arah dan dilanjutkan dengan uji LSD (Least Significant Difference).
Dari penelitian ini diperoleh hasil: (1) kadar F2a-isoprostan membran sel sinsitiotrofoblas plasenta fetalis pada penderita pre-eklampsia yang mendapat vitamin E lebih rendah secara sangat bermakna dibanding pada penderita pre-eklampsia yang tidak mendapat vitamin E (p < 0,01), (2) membran sel sinsitiotrofoblas plasenta fetalis pada penderita pre-eklampsia yang mendapat vitamin E lebih 'fluid' dibanding penderita pre-eklampsia yang tidak mendapat vitamin E secara bermakna (p < 0,05), (3) pemberian vitamin E tidak mempengaruhi aktivitas enzim Na'-K* ATPase membran sel sinsitiotrofoblas plasenta fetalis pada penderita pre-eklampsia (p > 0,05).
Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa vitamin E mampu:
(1) menurunkan kadar F2a-isoprostan dan
(2) mempertahankan fluiditas membran sel sinsitiotrofoblas plasenta fetalis pada penderita pre-eklampsia,
(3) tidak berpengaruh terhadap aktivitas enzim Na*-K* ATPase membran sel sinsitiotrofoblas plasenta fetalis pada penderita pre-eklampsia."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
D750
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Ferry P.
"Ca2+ - ATP ase enzyme is transmembrane protein which found in membrane cell. This protein works as a pump in many cases such as thalassemia which causes leakage of the cell as there is oxidation of sulphidril chain from amino acid in membrane. The calcium-ion intake must be pumped out to get red blood cell homeostatic condition. The aim of this paper is to determine the activity of Ca2+ - ATPase enzyme as a pump of Ca ion in membrane cell."
Journal of Dentistry Indonesia, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alfianto Widiono
"Latar belakang: Infertilitas dapat berasal dari pihak perempuan maupun laki-laki, termasuk di antaranya akibat jumlah spermatozoa yang kurang (oligozoospermia) ataupun gabungan dari gangguan pada jumlah, motilitas, dan morfologi spermatozoa (oligoastenoteratozoospermia/ OAT). Infertilitas sendiri biasanya dapat dideteksi menggunakan analisis semen konvensional, namun ternyata didapatkan bahwa 15% laki-laki yang infertil memiliki hasil analisis semen yang normal, sehingga perlu pula dilakukan analisis fragmentasi DNA dan maturasi kromatin spermatozoa untuk mengetahui kualitas spermatozoa lebih lanjut. Metode: Penelitian bersifat cross sectional, dilakukan terhadap 34 sampel (15 sampel oligozoospermia, 10 sampel OAT, dan 9 sampel fertil normozoospermia) yang diperoleh dari pasien dan petugas Klinik Infertilitas Yasmin Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Sampel kemudian dianalisis menggunakan SpermFunc® DNA-f kit untuk mengetahui indeks fragmentasi DNA (IFD)-nya serta SpermFunc® Histone kit untuk tingkat maturasi kromatinnya.Hasil: Untuk IFD spermatozoa, hasil uji ANOVA didapatkan bermakna (p: 0,003), dengan uji Post Hoc menunjukkan kelompok yang berbeda secara bermakna yaitu IFD OAT dan fertil (p: 0,003) serta IFD oligozoospermia dan OAT (p: 0,021). Sementara itu, uji Kruskal-Wallis menunjukkan perbandingan antara tingkat maturasi spermatozoa pada kelompok infertil dan fertil yang tidak bermakna (p: 0,289). Korelasi antara IFD maupun tingkat maturasi kromatin spermatozoa pada ketiga kelompok sangat lemah juga tidak bermakna, sehingga dapat diabaikan (r: -0,014; p: 0,936). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara IFD OAT dibandingkan dengan kelompok fertil normozoospermia, namun sebaliknya pada hubungan IFD oligozoospermia dengan kelompok fertil. Adapun perbandingan tingkat maturasi kromatin spermatozoa kelompok infertil oligozoospermia dan OAT dengan kelompok fertil serta korelasi antara IFD dan tingkat maturasi kromatin spermatozoa pada kelompok yang diujicobakan bersifat tidak signifikan.

Introduction: Infertility can be attributed to both female and male factors, included in male infertility causes are decreased sperm number (oligoozoospermia) as well as combination of defect in sperm quantity, motility, and morphology (oligoasthenoteratozoospermia/OAT). Male infertility usually can be detected through conventional semen analysis, however it is known that 15% of infertile males have normal semen analysis result, therefore it has become essential to do sperm DNA fragmentation and chromatin maturation analysis to know more about sperm quality. Method: This is a cross sectional study done to 34 samples (15 oligozoospermic samples, 10 OAT samples, and 9 fertile normozoospermic samples) that were collected from patients and staff of Yasmin Infertility Clinic at Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana Jakarta. Those samples were then analyzed using SpermFunc® DNA-f kit to measure its DNA fragmentation index (DFI) and also using SpermFunc® Histone kit to measure its chromatin maturation percentage.Result: For sperm DFI, ANOVA test showed significance (p: 0,003), in which Post Hoc test confirmed that the groups with significancy in difference were the DFI of OAT and fertile group (p: 0,003) as well as oligozoospermic and OAT group (p: 0,021). On the other hand, Kruskal-Wallis test showed no signficance in the difference of sperm chromatin maturation percentage between infertile and fertile group (p: 0,289). The correlation between DFI and sperm chromatin maturation percentage of those groups was very weak and insignificant, thus negligible (Pearson correlation coeficient: -0,014; p value: 0,936). Conclusion: There is a significant relationship between the DFI difference of OAT and fertile normozoospermic group, but not between the DFI difference of oligozoopsermic and fertile group. On the other hand, sperm chromatin maturation difference between infertile oligozoospermic and OAT group and fertile group as well as the correlation of DFI and sperm chromatin maturation percentage on the groups that are being observed are not significant."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Favian Ariiq Rahmat
"ABSTRAK
Latar Belakang: Untuk meningkatkan kemungkinan konsepsi pada pasangan yang menjalani inseminasi intrauterin (IIU), dilakukan preparasi spematozoa dengan metode pencucian swim-up (SU) yang dapat meningkatkan kualitas spermatozoa. Aktivitas dari dinein ATPase dapat terlibat dalam proses preparasi spermatozoa, namun nilai yang pasti dari aktivitas dinein ATPase pada spermatozoa kelompok astenozoosperma yang menjalani pencucian SU belum diketahui. Tujuan: Studi ini dilakukan untuk melakukan evaluasi terhadap efisiensi dari metode preparasi spermatozoa dengan pencucian SU pada sampel astenozoospermia pada laki-laki infertil. Metode: Sampel semen didapatkan dari 6 laki-laki pasangan infertil (astenozoospermia) yang akan menjalani terapi inseminasi intrauterin. Analisis semen dilakukan sebelum dan sesudah dilakukannya preparasi spermatozoa. Preparasi spermatozoa dilakukan dengan metode swim-up (SU). Kemudian, aktivitas dinein ATPase diuji dengan metode Vivenes setelah fraksi aksonem sperma dikumpulkan dengan metode Olson. Dilakukan uji statistik paired t-test atau uji Wilcoxon Signed Rank untuk melihat derajat kemaknaan, dengan nilai bermakna jika p<0,05. Hasil: Berdasarkan analisis semen, ditemukan peningkatan signifikan terhadap motilitas dan morfologi progresif spermatozoa kelompok astenozoospermia setelah dilakukannya preparasi sperma dengan metode swim-up (p<0,05). Didapatkan pula peningkatan pada aktivitas spesifik dinein ATPase pasca-pencucian (p>0,05). Walaupun begitu, terdapat penurunan pada nilai konsentrasi sperma (p>0,05). Kesimpulan: Terdapat peningkatan kualitas spermatozoa kelompok astenozoospermia yang signifikan disertai peningkatan aktivitas spesifik dinein ATPase setelah pencucian dengan metode swim-up.

ABSTRACT
Background: To increase the likelihood of conception in couples undergoing intrauterine insemination (IIU), spematozoa preparation was carried out with a swim-up (SU) washing method that could improve the quality of spermatozoa. The activity of dinein ATPase can be involved in the preparation process of spermatozoa, but the exact value of dinein ATPase activity in the spermatozoa of the astenozoosperm group undergoing SU washing is unknown. Objective: This study was conducted to evaluate the efficiency of the spermatozoa preparation method by swim-up washing in the asthenozoospermia sample in infertile men. Methods: Semen samples were obtained from 6 men from infertile couples (asthenozoospermia) who would undergo intrauterine insemination therapy. Cement analysis was carried out before and after the preparation of spermatozoa. Preparation of spermatozoa is carried out by the Swim-up (SU) method. Then, the dinein ATPase activity was tested by the Vivenes method after the axoneme fraction of the sperm was collected by the Olson method. Paired t-test statistics or the Wilcoxon were conducted to see the degree of significance, with a significant value if p <0.05. Results: Based on semen analysis, it was found a significant increase in the progressive motility and morphology of the asthenozoospermia spermatozoa after swim-up method of sperm preparation (p <0.05). There was also an increase in post-washing dinein ATPase specific activity (p> 0.05). However, there was a decrease in the value of sperm concentration (p> 0.05). Discussion: There was an increase in the quality of the asthenozoospermia spermatozoa and significant specific dinein ATPase activity after spermatozoa preparation with swim-up method."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>