Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94069 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susinety Prakoso
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fenomena kehadiran kelekatan anak pada tempat; mengungkap proses terbentuknya kehadiran kelekatan anak pada tempat; dan mengungkap kondisi spasial yang perlu dipenuhi agar keberlangsungan kelekatan anak pada tempat dapat berhasil. Meminjam dari pendekatan eksistensial fenomenologi, penelitian ini memandang tempat dalam place attachment sebagai konsep non-material both/and atau here/now: suatu konsep yang memahami anak dan tempat sebagai keutuhan pengalaman kehadiran manusia di dunia. Melalui grounded theory, penelitian ini menemukan bahwa fenomena hadirnya kelekatan anak pada ruang kota tertentu yang diamati merupakan fenomena non-material, hasil dari gagasan both/and atau here/now, yang dinyatakan sebagai place habit. Place habit merupakan tindakan menempati suatu ruang kota yang mendukung, hasil dialektika body habit dan pengalaman emosional. Place habit, dibentuk melalui proses internal yang terjadi di dalam body habit, yang melingkupi: pergerakan habitual anak, proses berdiam dan perjumpaan dengan ruang kota yang mendukung (supportive lived-existential space) pada ruang dan waktu tertentu, serta memicu pengalaman emosional pada anak yang dinamis. Place habit rapuh dan non-permanen. Place habit selalu bergerak, tergantung ruang dan waktu yang tidak fix. Keberlangsungan place habit tergantung pada agency, dukungan modal (ekonomi, budaya, sosial), body-habit, pengalaman emosional dan makna tempat. Sifat non-permanen place habit diindikasikan oleh empat sifat place habit, yaitu: secure, avoidant, diminished dan mobile. Keempat sifat place habit tersebut menunjukkan dinamisnya stabilitas keberlangsungan place habit.

This study attempts to understand the phenomenon of children?s place attachment, the nature of the process through which children?s place attachments are formed, and the conditions that must be fulfilled to make children?s place attachments successful. Influenced by existential-phenomenological theories, this study views a place as a metaphysical phenomenon, which facilitates the understanding of child and place as a totality phenomenon of a wholeness experience of people-in-world. Based on grounded theory, this study found that the phenomenon of children?s place attachment as place habit. Place habit is the result of both/and or here/now: the interplay of the child?s body habit-in-the-place and their emotional experiences of being-in-place. Place habit is formed by an internal process occurred in a child?s body habit. Body habit is formed through a child?s repetitive movement, rest in and encounter with a supportive lived-existential space in a particular time-space routine and triggered the dynamic emotional experiences in children. A place habit is fragile and impermanent. It was a supportive urban space that was always in movement, following where a ?child?s body habit? and ?emotional experiences? encountered as one. The stability of place habit are determined by agency, capitals (social, economic and cultural), ability to body-habit, children?s emotional experiences in their favourite places and place meanings. This study found that individual differences in children?s agency, housing characteristics and peer supports, contribute to four styles of place habit: secure, avoidant, diminished and mobile. The four styles of place habit indicate the dynamic of stability of place habit and the impermanent of place habit."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
D2047
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Duhigg, Charles
"This fascinating book reveals how habits are made, broken and, more than anything, manipulated. It's full of unbelievable stories, such as: The supermarket analyst who came up with a way of determining which women were pregnant before they even knew - so he could influence what they bought in his store. One day a furious father came in complaining that his 15-year-old daughter was being targeted with pregnancy products; the store apologised and considered scrapping the programme. A week later, the father returned to apologise - his daughter was, they'd discovered that morning, pregnant! Eugene, the brain-damaged patient who can't form new memories or even register what's going on."
London: Heinemann, 2012
152.33 DUH p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Raihana Radian
"Indonesia merupakan negara terbesar keempat dalam konsumsi rokok. Perilaku merokok memberikan pengaruh buruk terhadap ekonomi negara dan kesehatan masyarakat. Perilaku merokok juga berpengaruh terhadap perilaku menyimpang lain seperti adiksi narkoba dan berpengaruh buruk terhadap kondisi gigi dan mulut. Sebagai tenaga kesehatan profesional, dokter gigi memiliki potensi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi berhentinya kebiasaan merokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pasien Rumah Sakit Khusus Gigi Mulut (RSKGM) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) yang memiliki kebiasaan merokok, lama merokok responden, usia mulai merokok, jenis rokok yang dikonsumsi, pengalaman pasien terkait peran dokter gigi dalam mengendalikan atau menghentikan konsumsi rokok, sertapengetahuan pasien mengenai keterkaitan antara kebiasaan merokok dengan adiksi narkoba. Penelitian ini merupakan analisis deskriptif dari pasien RSKGM FKG UI. Penelitian ini menggunakan metode consecutive sampling. Dari 136 responden, didapatkan 20 (14,7%) perokok dan 18 (13,2%) mantan perokok dari berbagai kelompok gender, usia, status pendidikan, dan ekonomi. Tiga puluh delapan perokok dan mantan perokok ini mayoritas menggunakan rokok putih, mulai di usia 16-20 tahun, telah merokok selama kurang dari 11 tahun, mengonsumsi 11-20 batang rokok per hari selama 1-5 menit per batang, dan tidak mengonsumsi bentuk tembakau selain rokok. Mayoritas responden perokok dan mantan perokok juga pernah mengunjungi dokter gigi selama merokok dan diberikan saran dan informasi bahaya merokok. Namun, 60,5% tidak diberikan konseling berhenti merokok dan 34,5% tidak mengetahui adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan adiksi narkoba.

Indonesia is the fourth biggest country in terms of cigarette consumption. Smoking habit can bring harm to the nation’s economy and public health. Smoking habit can also lead to deviant behaviour such as drug addiction and damage teeth and oral health. As a professional health worker, detists have potency to be one of the causing factor of a patient’s smoking cessation. This research is conducted to learn about the amout of smoking patients of Universitas Indonesia Faculty of Dentistry Dental Hospital (RSKGM FKG UI), years spent of smoking, initial age of smoking, type of consumed cigarettes, patients’ experience regarding dentists’ role in controlling cigarette consumption, and patients’ knowledge about the relationship between smoking habit and drug addiction. This research is an analytical description from patients’ of RSKGM FKG UI, using consecutive sampling methode. From 136 respondents, there are 20 (14,7%) smokers and 18 (13,2%) ex-smokers fron various gender, age group, education status, and economy status. These smokers and ex-smokers mostly use white cigarette, started smoking between age 16-20 years, have smoked for less than 11 years, consumed 11-20 cigarettes each day for 1-5 minutes each cigarette, and did not use any other form of tobacco beside cigarette. The majority of smokers and ex-smokers also had visited dentist during their smoking period and were given advice and information regarding the dangers of smoking habit. Yet 60,5% of smokers and ex-smokers stated that they were not given smoking cessation counselling and 34,5% didn’t acknowledge the relationship berween smoking habit and drug addiction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Khaerunnisa
"Angka prevalensi penyakit tidak menular seperti hipertensi semakin meningkat dikarenakan adanya perubahan pola hidup. Kondisi ini terjadi juga di wilayah pedesaan. Komplikasi dari hipertensi dapat membahayakan penderitanya. Salah satu faktor resiko perparahan yang dapat dikontrol salah satunya adalah perubahan pola makan sehat menurut Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) dan diet rendah garam. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kebiasaan makan penderita hipertensi. Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Metode sampling yang digunakan adalah teknik accidental sampling dengan total sampel 79. Pengambilan data dilakukan dari bulan Maret sampai Mei 2014 di wilayah Desa Rancasalak Kabupaten Garut. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner modifikasi Eating Habit Behavior dan Healthy Heart Questionnaire. Hasil penelitian menunjukan bahwa 53.2% penderita hipertensi memiliki kebiasaan makan yang tidak sesuai anjuran dan 46.8% memiliki kebiasaan makan sesuai anjuran. Hasil merekomendasikan perbaikan asuhan keperawatan komunitas terkait program preventif dan rehabilitatif dari faktor terkontrol hipertensi di pedesaan.

The significant increase in prevalence of non-communicable disease such as hypertension is due to transition of lifestyle. The complication of hypertension is dangerous for the patient. One of the risk factor that can be controlled is healthy diet or eating habit for hypertension based on Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) and low sodium diet. The objective was to determine eating habit of hypertension patient. A quantitative cross-sectional descriptive research was conducted among 79 subjects since March until May 2014. The sampling method was accidental sampling. The instrument used self-administered questionnaire with modifying the questionnaire of eating habit behavior and healthy heart questionnaire. The result showed that 53.2% patients have healthy eating habit for hypertension and 46.8% have non-appropriate of healthy eating habit. This research recommends a better community nursing care plan to control hypertension patient eating habit and lifestyle in rural area."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S57170
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Notario Besri
"Studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara depresi dan kebiasaan merokok. Prevalensi perokok Indonesia cukup besar, 34,2% untuk perokok usia lebih dari 15 tahun dan 32,8% dari total perokok berusia 20 ? 24 tahun. Penelitian bertujuan untuk mencari hubungan antara tingkat depresi dan kebiasaan merokok pada kelompok umur mahasiswa yang rentan mengalami depresi. Desain penelitian cross-sectional dengan sampel 97 mahasiswa Universitas Indonesia dengan cara convenient sampling. Tingkat depresi ditentukan dengan kuisioner Beck Depression Inventory. Tingkat kebiasaan merokok ditentukan dari rata-rata jumlah rokok yang dikonsumsi per hari.
Hasil didapatkan 38,1% dari total responden responden perokok ringan, 40,2% perokok sedang, dan 21,6% perokok berat. Prevalensi depresi 21,6%, di antaranya 17,5% dari total responden mengalami depresi ringan, 3,1% mengalami depresi sedang hingga berat, dan 1% mengalami depresi berat.
Pada uji chi-square, didapatkan nilai p = 0,608 (CI 95%), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara depresi dan tingkat kebiasaan merokok pada mahasiswa. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian serupa yang menunjukkan adanya hubungan antara depresi dan kebiasaan merokok. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan random sampling, penggunaan metode lain untuk menentukan tingkat depresi dan kebiasaan merokok, dan penggalian faktor lain yang dapat memicu terjadinya depresi.

Study shown that there is a relationship of depression and smoking habit. Indonesia has high prevalence of smokers, 34.2% among > 15 years old smokers and 32.8% of them are 20 ? 24 years old. This research aim to find relationship between level of depression and smoking habit among college students. It is cross-sectional study and the samples are 97 college students of University of Indonesia by convenient sampling. Level of depression is measured by Beck Depression Inventory questionnaire and smoking habit is measured by average of cigarrettes consumed daily.
The results are 38.1% of total respondents are light smokers, 40.2% are moderate smokers, and 21.6% are heavy smokers. Prevalence of depression is 21.6%, of whom 17.5% of total respondents have a mild-moderate depression, 3.1% have a moderate-severe depression, and 1% has severe depression.
By Chi-square analysis, p value is 0.608 (CI 95%) and it is concluded that there is no relationship between depression and smoking habit among college students. Similar researches show that there is a relationship of depression and smoking habit. Further research needs to be conducted by random sampling, using other methods to determine level of depression and smoking habit, and seeking other factors causing depression.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carlo Febianto
"Latar Belakang: Penyalahgunaan narkotika di Indonesia yang semakin meningkat tiap tahunnya menyebabkan berbagai masalah baik masalah sosial maupun kesehatan. Masalah kesehatan gigi dan mulut terkait kebiasaan buruk pada rongga mulut (parafungsi) juga dapat dipengaruhi oleh efek penggunaan narkotika jangka panjang terhadap sistem saraf.
Tujuan: Mengetahui prevalensi bruxism dan clenching serta kelainan gigi geligi akibat kebiasaan tersebut pada residen di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido, Jawa Barat.
Metode: Penelitian deskriptif potong lintang ini dilakukan dengan pengisian kuesioner untuk memperoleh data kebiasaan bruxism dan clenching, pengambilan data dari rekam medik yang tersedia, dan pemeriksaan klinis rongga mulut.
Hasil: Penelitian pada 203 subjek dengan rentang usia 17-49 tahun menunjukkan bahwa 32 subjek (15,8%) memiliki kebiasaan bruxism, 27 subjek (13,3%) memiliki kebiasaan clenching, dan 21 subjek (10,3%) kombinasi bruxism dan clenching. Atrisi pada permukaan gigi ditemukan pada 123 subjek (61%), di antaranya 58 subjek (47%) memiliki kebiasaan bruxism dan/atau clenching.
Kesimpulan: Prevalensi kebiasaan bruxism dan clenching yang dijumpai pada subjek cukup tinggi, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Subjek yang mengalami atrisi lebih banyak dibandingkan yang memiliki kebiasaan bruxism dan clenching, menunjukkan bahwa atrisi dapat juga disebabkan oleh kebiasaan buruk lain.

Background: An increasing number of drug abuse in Indonesia has lead to many problems including social and health problems. Oral health problems due to oral bad habits (oral parafunctions) can also be influenced by the effects of long term drug use on nervous system.
Aim: To determine prevalence of bruxism and clenching as well as teeth disorders due to the habit of the residents at “Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido”, West Java.
Methods: This cross-sectional descriptive research was conducted with questionnaires to obtain data of bruxism and clenching habits, data retrieval from medical records, and oral clinical examination.
Results: The study on 203 subjects, aged 17-49 years showed that 53 subjects (26.1%) have bruxism habit, 48 subjects (23.6%) have clenching habit, and 21 subjects have both bruxism and clenching habit. Attrition of the surface of the teeth was found in 123 subjects (61%), and 58 subjects (47%) among them have bruxism and/or clenching habit.
Conclusion: A quite high prevalence of bruxism and clenching habits were found on the subject of this study, this finding is similar to the studies conducted by previous researches. Prevalence of attrition which was found higher than bruxism and clenching showed that attrition may also be caused by other oral bad habits.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Duhigg, Charles
"This fascinating book reveals how habits are made, broken and, more than anything, manipulated. It's full of unbelievable stories, such as: The supermarket analyst who came up with a way of determining which women were pregnant before they even knew - so he could influence what they bought in his store. One day a furious father came in complaining that his 15-year-old daughter was being targeted with pregnancy products; the store apologised and considered scrapping the programme. A week later, the father returned to apologise - his daughter was, they'd discovered that morning, pregnant! Eugene, the brain-damaged patient who can't form new memories or even register what's going on."
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2016
152.33 DUH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Vastya Ihsani
"Masa anak usia sekolah merupakan masa yang efektif untuk meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya kebiasaan-kebiasaan hidup sehat termasuk menyikat gigi sebelum tidur malam hari. Tanpa menyikat gigi sebelum tidur malam, maka penimbunan plak cenderung meningkat, yang akan mengakibatkan meningkatnya resiko terjadinya gigi berlubang dan gusi berdarah. Tujuan: menganalisa perbedaan tingkat kebersihan mulut menurut kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam hari yang dikendalikan dengan keterampilan menyikat gigi. Metode: penelitian ini menggunakan metode potong-lintang dengan pengambilan subyek secara consecutive sampling, dan dilakukan di SDN Anyelir 1 Depok Jaya pada bulan Oktober s/d November 2007, dengan subyek penelitian yang terdiri dari murid kelas 4, 5, dan 6 SD. Subyek yang diperiksa berjumlah 113 murid, yang terdiri dari 51 murid laki-laki dan 62 murid perempuan. Hasil: rata-rata skor plak 1 anak yang menyikat gigi sebelum tidur malam lebih besar yaitu 64,83 dibanding yang tidak yaitu 58,93, dan rata-rata skor plak 2 anak yang menyikat gigi sebelum tidur malam lebih besar yaitu 39,48 dibanding yang tidak yaitu 38,40. Hasil t-test untuk kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam untuk skor plak 1, p=0,246, dan untuk skor plak 2, p=0,806. Keterampilan menyikat gigi kategori baik maupun sedang tidak berpengaruh terhadap skor plak antara kelompok anak dengan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam dan yang tidak. Kesimpulan: tidak terdapat perbedaan bermakna tingkat kebersihan mulut antara kelompok anak dengan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam dan yang tidak. Setelah dikendalikan dengan keterampilan menyikat gigi, didapatkan hasil bahwa tetap tidak ditemukan perbedaan bermakna tingkat kebersihan mulut antara kelompok anak dengan kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam dan yang tidak.

The elementary school`s age period is important phase to build healthy life habit, include tooth brushing before night sleep. Without brushing teeth before sleeping at night, there will be an increase in plaque accumulation which in turn will increase the risk for caries tooth and bleeding gum. Purpose: to analyze the difference in oral hygiene status based on tooth brushing habit before sleeping at night which was intervened by tooth brushing skill compared to those without the habit. Method: This cross sectional study conducted at SDN Anyelir 1 Depok Jaya in October - November 2007. Consecutive sampling was used to recruit the subjects (students) who were on 4, 5 and 6th year of the elementary school. There were 113 students consisted of 51 male and 62 female students. Result: means of plaque score 1 in child with tooth brushing habit before night sleep is 64.83 which is higher than child without those habit, is 58.93, and means of plaque score 2 in child with tooth brushing habit before night sleep is 39.48 which is higher than child without those habit, is 38.40. The result of t-test for tooth brushing habit before night sleep is p=0.246 for plaque score 1, and p=0.806 for plaque score 2. There was no influences of good or fair skill of tooth brushing in plaque score between groups with and without tooth brushing habit before night sleep. Conclusion: There was no difference in plaque accumulation stage between groups with and without tooth brushing habit before night sleep. After intervene with tooth brushing skill, there was still no difference in oral hygiene status between those two groups."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alit Kumala Dewi
"ABSTRACT
Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar kelima setelah India, China, Srilanka dan Kenya. Di samping manfaat kesehatan dari teh, kesegaran, cita rasa dan aromanya yang khas, terdapat pula nilai-nilai kebersamaan, kekerabatan dll. Masyarakat yang memiliki insting bisnis atau kewirausahaan serta tanggap terhadap perkembangan jaman akan memanfaatkan pengetahuan budaya tersebut untuk membuat media-media yang berkaitan dengan teh, yang diharapkan mampu membawa pesan makna budaya, nilai-nilai, norma-norma dan kepercayaan yang dikomunikasikan secara simbolik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana peranan media dan teknologi pada perkembangan budaya minum teh. Media sangat berperan dalam perubahan pola tingkah laku dari masyarakat, sehingga kedudukan media dalam masyarakat sangatlah penting. Peran penting media dan kemampuan teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan manusia untuk saling berhubungan dan memenuhi kebutuhan mereka akan informasi hampir tanpa batas, jarak, waktu, jumlah, kapasitas, kecepatan dan sebagainya."
Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
700 JSRD 21: 1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hansel Tengara Widjaja
"ABSTRACT
Merokok merupakan salah satu faktor risiko dari berbagai penyakit tidak menular, yang mencakup sekitar 71 persen penyebab kematian di Indonesia. Salah satu cara untuk mencegah penyakit tidak menular adalah dengan menjaga kebugaran jasmani yang prima. Petugas keamanan merupakan kelompok populasi yang memerlukan kebugaran jasmani yang lebih prima dibandingkan masyarakat biasa. Kemampuan fisik tersebut diukur salah satunya dengan cara tes lari dua belas menit (tes Cooper). Namun, belum ada studi yang meneliti mengenai kebugaran jasmani maupun derajat konsumsi rokok pada petugas keamanan, demikian juga dengan hubungan antara keduanya. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian mengenai hubingan kebiasaan merokok dengan hasil jarak tempuh tes Cooper pada petugas keamanan. Untuk mengetahui hubingan antara Indeks Brinkman dengan hasil jarak tempuh tes Cooper pada petugas keamanan. Sebanyak minimal 35 orang petugas keamanan yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi dilibatkan dalam penelitian. Kemudian, peneliti menanyakan beberapa hal mengenai konsumsi rokok (lampiran 2), dan mendapatkan data hasil jarak tempuh tes Cooper dari K3L FKUI. Data penelitian dianalisis dengan SPSS versi 20, dengan uji Pearson.

ABSTRACT
Smoking is one of the risk factors of non-communicable diseases, which include about 71 percent deaths causes in Indonesia. One of the measures to prevent non-communicable diseases is to maintain physical fitness. Security Personnels need to have higher physical performance than general public. One way to measure the physical performance is 12 minute run test, known as Cooper test. However, only few studies have explored about physical performance in security personnels or military and also smoking among them. Moreover, there have not been any single study conducted in Indonesia to explore them. Therefore, we would like to know the relationship between smoking behaviour and Cooper test result in security personnel. To find the correlation between smoking behaviour and Cooper test result in security personnel. A minimum sample of 35 security personnels who fulfilled the inclusion and exclusion criteria are included in this research. Then, we asked them to fill the information about their smoking habits as in the quitionaire Appendix 1, whereas the Cooper test data is provided by the K3L unit. The data are then analysed by using SPSS version 20 with pearson correlation test. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>