Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 228218 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dheta Wiranti Sari
"[ABSTRAK
Kejang merupakan masalah neurologi yang paling sering ditemukan pada anak. Demam merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya kejang, karena demam dapat mengganggu berbagai proses metabolik yang akhirnya meningkatkan kepekaan sel otak sehingga terjadi pengeluaran listrik abnormal serta kejang. Masalah keperawatan yang sering teridentifikasi pada kejang epilepsi yang dipicu demam adalah risiko cedera, hipertermia, dan risiko infeksi. Studi ini bertujuan untuk menganalisis intervensi dalam mengatasi masalah keperawatan hipertermia yaitu kombinasi pemberian antipiretik dengan kompres hangat. Berdasarkan studi kasus yang dilakukan diketahui bahwa terjadi penurunan suhu tubuh dalam rentang 0,4ºC-0,6º, setelah mandapatkan kompres hangat disertai pemberian antipiretik pada anak, saat pengukuran di menit ke 30. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam manajemen nonfarmakologis untuk mengatasi masalah keperawatan hipertermia, karena intervensi kompres hangat disertai pemberian antipiretik cukup efektif untuk menurunkan suhu tubuh ketika anak demam serta mengeliminasi salah satu pemicu terjadinya kejang.;ejang merupakan masalah neurologi yang paling sering ditemukan pada anak. Demam merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya kejang, karena demam dapat mengganggu berbagai proses metabolik yang akhirnya meningkatkan kepekaan sel otak sehingga terjadi pengeluaran listrik abnormal serta kejang. Masalah keperawatan yang sering teridentifikasi pada kejang epilepsi yang dipicu demam adalah risiko cedera, hipertermia, dan risiko infeksi. Studi ini bertujuan untuk menganalisis intervensi dalam mengatasi masalah keperawatan hipertermia yaitu kombinasi pemberian antipiretik dengan kompres hangat. Berdasarkan studi kasus yang dilakukan diketahui bahwa terjadi penurunan suhu tubuh dalam rentang 0,4ºC-0,6º, setelah mandapatkan kompres hangat disertai pemberian antipiretik pada anak, saat pengukuran di menit ke 30. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam manajemen nonfarmakologis untuk mengatasi masalah keperawatan hipertermia, karena intervensi kompres hangat disertai pemberian antipiretik cukup efektif untuk menurunkan suhu tubuh ketika anak demam serta mengeliminasi salah satu pemicu terjadinya kejang.;ejang merupakan masalah neurologi yang paling sering ditemukan pada anak. Demam merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya kejang, karena demam dapat mengganggu berbagai proses metabolik yang akhirnya meningkatkan kepekaan sel otak sehingga terjadi pengeluaran listrik abnormal serta kejang. Masalah keperawatan yang sering teridentifikasi pada kejang epilepsi yang dipicu demam adalah risiko cedera, hipertermia, dan risiko infeksi. Studi ini bertujuan untuk menganalisis intervensi dalam mengatasi masalah keperawatan hipertermia yaitu kombinasi pemberian antipiretik dengan kompres hangat. Berdasarkan studi kasus yang dilakukan diketahui bahwa terjadi penurunan suhu tubuh dalam rentang 0,4ºC-0,6º, setelah mandapatkan kompres hangat disertai pemberian antipiretik pada anak, saat pengukuran di menit ke 30. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam manajemen nonfarmakologis untuk mengatasi masalah keperawatan hipertermia, karena intervensi kompres hangat disertai pemberian antipiretik cukup efektif untuk menurunkan suhu tubuh ketika anak demam serta mengeliminasi salah satu pemicu terjadinya kejang.;ejang merupakan masalah neurologi yang paling sering ditemukan pada anak. Demam merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya kejang, karena demam dapat mengganggu berbagai proses metabolik yang akhirnya meningkatkan kepekaan sel otak sehingga terjadi pengeluaran listrik abnormal serta kejang. Masalah keperawatan yang sering teridentifikasi pada kejang epilepsi yang dipicu demam adalah risiko cedera, hipertermia, dan risiko infeksi. Studi ini bertujuan untuk menganalisis intervensi dalam mengatasi masalah keperawatan hipertermia yaitu kombinasi pemberian antipiretik dengan kompres hangat. Berdasarkan studi kasus yang dilakukan diketahui bahwa terjadi penurunan suhu tubuh dalam rentang 0,4ºC-0,6º, setelah mandapatkan kompres hangat disertai pemberian antipiretik pada anak, saat pengukuran di menit ke 30. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam manajemen nonfarmakologis untuk mengatasi masalah keperawatan hipertermia, karena intervensi kompres hangat disertai pemberian antipiretik cukup efektif untuk menurunkan suhu tubuh ketika anak demam serta mengeliminasi salah satu pemicu terjadinya kejang., ejang merupakan masalah neurologi yang paling sering ditemukan pada anak. Demam merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya kejang, karena demam dapat mengganggu berbagai proses metabolik yang akhirnya meningkatkan kepekaan sel otak sehingga terjadi pengeluaran listrik abnormal serta kejang. Masalah keperawatan yang sering teridentifikasi pada kejang epilepsi yang dipicu demam adalah risiko cedera, hipertermia, dan risiko infeksi. Studi ini bertujuan untuk menganalisis intervensi dalam mengatasi masalah keperawatan hipertermia yaitu kombinasi pemberian antipiretik dengan kompres hangat. Berdasarkan studi kasus yang dilakukan diketahui bahwa terjadi penurunan suhu tubuh dalam rentang 0,4ºC-0,6º, setelah mandapatkan kompres hangat disertai pemberian antipiretik pada anak, saat pengukuran di menit ke 30. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam manajemen nonfarmakologis untuk mengatasi masalah keperawatan hipertermia, karena intervensi kompres hangat disertai pemberian antipiretik cukup efektif untuk menurunkan suhu tubuh ketika anak demam serta mengeliminasi salah satu pemicu terjadinya kejang.]"
Lengkap +
2015
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Hartati
"ABSTRAK
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut tanpa sebab yang jelas disertai bintik-bintik merah pada kulit. Karya ilmiah ini membahas asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan kasus demam berdarah dengue di Teratai 3 Selatan RSUP Fatmawati. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan anak dengan DBD. Salah satu masalah keperawatan yang terjadi adalah hipertermia. Tindakan keperawatan terkait hipertermia meliputi monitor suhu, peningkatan asupan cairan, penggunaan pakaian yang tipis dan menyerap keringat, tepid sponge dan kolaborasi pemberian antipiretik. Asuhan keperawatan yang diberikan berupa tepid sponge dan pemberian antipiretik untuk membantu menurunkan demam pada anak. Hasil yang didapat anak mengalami penurunan suhu tubuh sebesar rata-rata 1,1ºC setelah 30 menit pemberian tepid sponge yang disertai dengan pemberian antipiretik. Tepid sponge dapat menambah keterampilan perawat dalam menurunkan demam pada anak secara nonfarmakologis. Kata kunci: Demam berdarah dengue, hipertermia, tepid sponge.ABSTRACT Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) are acute febrile illness with no obvious cause red spot on the skin. This paper discussed the nursing care given to children in Fatmawati?s Hospital with dengue hemorrhagic fever (DHF) cases. The purpose of paper is to describe the nursing care o the children with DHF. One problem that occurs is nursing a fever. Fever related to nursing actions include monitoring the temperature, increased fluid intake, use of thin clothes and absorbs perspiration, tepid sponge and collaboration antipyretic administration. Nursing care is given in the form of tepid sponge and antipyretic administration to help reduce fever in children. Having obtained a description of intervention, children decreased body temperature after 30 minutes of administration 1,1°C of tepid sponge with combined of antipyretic administration. Tepid sponge can increase the skills of nurses in reducing fever in children.;Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) are acute febrile illness with no obvious cause red spot on the skin. This paper discussed the nursing care given to children in Fatmawati?s Hospital with dengue hemorrhagic fever (DHF) cases. The purpose of paper is to describe the nursing care o the children with DHF. One problem that occurs is nursing a fever. Fever related to nursing actions include monitoring the temperature, increased fluid intake, use of thin clothes and absorbs perspiration, tepid sponge and collaboration antipyretic administration. Nursing care is given in the form of tepid sponge and antipyretic administration to help reduce fever in children. Having obtained a description of intervention, children decreased body temperature after 30 minutes of administration 1,1°C of tepid sponge with combined of antipyretic administration. Tepid sponge can increase the skills of nurses in reducing fever in children.;Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) are acute febrile illness with no obvious cause red spot on the skin. This paper discussed the nursing care given to children in Fatmawati?s Hospital with dengue hemorrhagic fever (DHF) cases. The purpose of paper is to describe the nursing care o the children with DHF. One problem that occurs is nursing a fever. Fever related to nursing actions include monitoring the temperature, increased fluid intake, use of thin clothes and absorbs perspiration, tepid sponge and collaboration antipyretic administration. Nursing care is given in the form of tepid sponge and antipyretic administration to help reduce fever in children. Having obtained a description of intervention, children decreased body temperature after 30 minutes of administration 1,1°C of tepid sponge with combined of antipyretic administration. Tepid sponge can increase the skills of nurses in reducing fever in children.;Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) are acute febrile illness with no obvious cause red spot on the skin. This paper discussed the nursing care given to children in Fatmawati?s Hospital with dengue hemorrhagic fever (DHF) cases. The purpose of paper is to describe the nursing care o the children with DHF. One problem that occurs is nursing a fever. Fever related to nursing actions include monitoring the temperature, increased fluid intake, use of thin clothes and absorbs perspiration, tepid sponge and collaboration antipyretic administration. Nursing care is given in the form of tepid sponge and antipyretic administration to help reduce fever in children. Having obtained a description of intervention, children decreased body temperature after 30 minutes of administration 1,1°C of tepid sponge with combined of antipyretic administration. Tepid sponge can increase the skills of nurses in reducing fever in children."
Lengkap +
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Halimah
"Karya ilmiah ini membahas asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien anak di RSUP Fatmawati dengan kasus demam berdarah dengue. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menyampaikan hasil praktik pemberian asuhan keperawatan pada pasien anak dengan DBD yang mengalami masalah kesehatan demam dengan tindakan keperawatan pemberian tepid sponge yang disertai pemberian antipiretik untuk mengatasi demam. Metode yang digunakan penulis adalah metode studi kasus terhadap anak S dengan DBD yang menjadi pasien kelolaan selama lima hari perawatan. Selama perawatan pasien memperoleh tindakan keperawatan tepid sponge dan pemberian antipiretik. Setelah intervensi tersebut diperoleh gambaran anak mengalami penurunan suhu tubuh setelah 60 menit pemberian tepid sponge yang disertai dengan pemberian antipiretik. Namun walaupun demikian perlu dilakukan penelitian tentang pengetahuan orangtua terhadap tepid sponge dalam menurunkan demam pada anak.

This paper was discussed about the nursing care given to one patient of children in Fatmawati’s Hospital with dengue hemorrhagic fever (DHF) case. The purpose of paper is to present the results of nursing care for pediatric patient with DHF who experienced fever health problem with tepid sponge nursing actions are combined the provid of antipyretic. The method used by the author is a case study of children S with DHF be patient for five days of managed care. During the act of nursing care, patients gained tepid sponge with antipyretic. Having obtained a description of intervention, children decreased body temperature after 60 minutes of administration of tepid sponge with combined of antipyretic administration. But nevertheless needed to do research on parental knowledge of the tepid sponge in reducing fever in children."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmita Ayuni
"Karya ilmiah ini membahas asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien anak di RSUP Fatmawati dengan kasus yang cukup sering terjadi pada masyarakat perkotaan, yaitu kejang demam. Satu anak berusia 18 bulan, yang didiagnosis menderita kejang demam, menjadi pasien kelolaan selama hari pertama sampai terakhir perawatan di ruang rawat inap dengan penerapan pemberian tepid sponge disertai obat antipiretik saat anak demam yang menjadi salah satu intervensi dari asuhan keperawatan yang diberikan. Meminimalkan risiko infeksi dan mencegah demam timbul kembali menjadi fokus utama dalam asuhan keperawatan pada pasien kelolaan. Kombinasi pemberian tepid sponge dan obat antipiretik memperlihatkan penurunan suhu sebesar 2oC dalam waktu 60 menit. Tidak terlihat ketidaknyamanan anak selama tepid sponge dilakukan. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang pemberian terapi tepid sponge untuk mencegah demam.

This paper was discussed about the nursing care given to one patient of children in Fatmawati‟s Hospital who had febrile convulsion as a fairly common case in urban communities. One child in the range of 6 months to 5 years who were diagnosed febrile seizures were being managed patients during the first until the last day of inpatient care with application of the provision tepid sponge and antipyretic drugs when the child had fever. It became one of nursing care interventions given. Minimize the risk of infection and prevent the fever comes back were the main focus in nursing intervention on that managed patient. The other child in the same range of age and diagnosis became an individual control with antipyretic administration only when the child had a fever. The combination giving tepid sponge and antipyretic drug showed a drop in temperature of 2 ° C within 60 minutes. Not visible discomfort in children during tepid sponge done. Further research is needed to determine the level of parental knowledge about therapy tepid sponge to prevent fever."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jemirda Sundari Y.
"Karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada anak kejang demam dengan menerapkan model konservasi Levine. Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh adanya infeksi luar susunan saraf pusat. Pada anak kejang demam diperlukan intervensi keperawatan yang menunjukkan prognosis baik dengan penurunan suhu tubuh menjadi normal (36,5-37,5°C). Tepid sponge merupakan tindakan keperawatan yang tepat dalam penurunan suhu tubuh anak. Pemberian tepid sponge dapat memberikan sinyal ke hipotalamus dan memacu terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer. Hal ini menyebabkan pembuangan panas melalui kulit meningkat sehingga terjadi penurunan suhu tubuh menjadi normal kembali. Pada kondisi demam intervensi keperawatan yang juga dilakukan adalah mempertahankan lingkungan tetap nyaman, meningkatkan istirahat, mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat. Hasil dari penerapan intervensi yang telah dilakukan pada anak kejang demam selama 4 hari dengan diagnosa keperawatan hipertermi dapat diatasi yang dibuktikan dengan adanya penurunan suhu tubuh dari 38,8°C hingga 37,7°C.

This paper aimed to describe nursing care in children with febrile seizures by applying Levine’s conservation model. Febrile seizures is seizures that occur due to increasing of body temperature caused by extracranial infection. Children with febrile seizures need for nursing interventions to obtain good prognosis by decreasing body temperature to be normal (36,5-37,5°C). Tepid sponge is a nursing intervention to deacreasing body temperature. Giving tepid sponge can provide a signal to hypothalamus and stimulates the peripheral vasodilatation. This leads to increased heat dissipation through the skin till decreasing body temperature to be normal. Intervention of fever condition was to maintain comfortable environment, increase relaxation, and maintain adequate nutrition. The results of interventions application to children with febrile seizures during 4 days with hyperthermia can be solved and proven by decreasing of body temperature from 38,8°C to 37,7°C."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Permata Sari
"Gizi buruk dipengaruhi oleh asupan makanan, penyakit infeksi, kondisi sosial ekonomi, dan pengetahuan orang tua. Kondisi sosial ekonomi dan pengetahuan yang kurang mendukung praktik pemenuhan gizi menyebabkan asupan makanan tidak mencukupi kebutuhan anak. Hal ini meningkatkan kerentanan terkena penyakit infeksi. Penulisan ini bertujuan menggambarkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada balita dengan gizi buruk di ruang rawat anak Gedung Teratai Lantai 3 Selatan RSUP Fatmawati. Data yang diambil berasal dari dua orang anak gizi buruk, yaitu An. A (9 bulan) dan An. M (8 bulan).
Gejala yang didapatkan dari hasil pengkajian meliputi tampak kurus, indeks BB/PB -3 SD, LLA < 11.5 cm, dan terdapat baggy pants. Masalah keperawatan yang ditegakkan meliputi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko kekurangan volume cairan, risiko penyebaran infeksi, dan kurang pengetahuan keluarga. Asuhan keperawatan yang diberikan meliputi pemberian edukasi untuk nutrisi dan higiene pada keluarga, pemantauan dalam pemberian diet oleh keluarga, dan pengkajian asupan dan haluaran. Evaluasi yang didapatkan yaitu masalah nutrisi belum teratasi sedangkan masalah cairan dan penyebaran infeksi tidak terjadi.
Rekomendasi penulisan ini adalah pemberian edukasi nutrisi dan infeksi pada keluarga perlu dilakukan sejak anak dirawat dan dievaluasi kembali setelah anak diperbolehkan pulang.

Malnutrition affected by intake nutrition, infection diseases, socio-economics conditions, and parental knowledge. Socio-economic conditions and less knowledge about nutrition practice make intake nutrition is not enough. This increases the susceptibility to infection diseases. The aim of this study was to describe the nursing care of toddlers malnutrition in South Wards 3rd Floor at Teratai's Building of RSUP Fatmawati. Data were collected from two children namely An. A (9 months) and An. M (8 months).
Symptoms were obtained from the results of the assessment include wasting, weight-for-length is -3 SD, upper arm circumstance < 11.5 cm, and baggy pants. Nursing problems that enforced are imbalanced nutrition less than body requirements, risk for deficit fluid volume, risk for infection transmission, and deficient knowledge in the family. Nursing care provided include provision of nutrition and hygiene education for the family, monitoring the diets which is provided by the family, and assess intake and output. Evaluation found that nutrition problems is not resolved whereas fluid and infection transmission problems do not occur.
Recommendation of this paper is provision of education about nutrition and infection to the family needs to be done since the children were treated and re-evaluated after the child is allowed to go home.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Marfiani
"Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak-anak dengan usia kurang dari 5 tahun di daerah perkotaan. Penyebab terbanyak dari diare yaitu karena infeksi mikroorganisme. Respon tubuh terhadap invasi mikroorganisme salah satunya adalah demam. Demam dapat menyebabkan anak rewel, muntah, napsu makan menurun, hingga dehidrasi. Saat ini, banyak terapi farmakologis dan non-farmakologis untuk mengatasi demam. Tujuan penulisan ini yaitu untuk melakukan analisis evidence based practice mengenai tindakan TWS yang disertai dengan pemberian antipiretik untuk menurunkan demam pada anak. Didapatkan hasil bahwa TWS yang disertai dengan pemberian antipiretik efektif menurunkan demam pada anak. Rekomendasi penulisan ini ialah agar perawat perlu mengajarkan tindakan TWS pada keluarga pasien anak untuk menurunkan demam pada diare.

Diarrhea is one of the health problems that often occur in children younger than 5 years in urban areas. The most common cause of diarrhea is due to infectious microorganisms. The response of the body against invading microorganisms is fever. Fever can cause kids fussy, vomiting, decreased appetite, until dehydration. Today, many non-pharmacologic therapy and pharmacological overcome the fever. The purpose of this paper is to analyze evidence based practice regarding TWS actions are accompanied by administering an antipyretic to reduce fever in children. Showed that TWS is accompanied by administration of antipyretics effectively reduce fever in children. Recommendation of this paper is that nurses need to be taught to the patient's family TWS action to reduce fever in children diarrhea.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Setyarini
"Tingginya angka pertumbuhan penduduk akibat arus urbanisasi menimbulkan peningkatan jumlah kendaraan bermotor di perkotaan. Hal tersebut pada akhirnya berakibat pada banyaknya angka kecelakaan lalu lintas. Salah satu dampak yang timbul dari kecelakaan lalu lintas adalah frakur. Dalam hal ini, asuhan keperawatan diberikan pada pasien fraktur multiple pada ekstremitas bawah. Pasien dilakukan operasi debridement, TBW (tension band wiring) patela, serta ORIF (open reduction and internal fixation) distal dan kolum femur sebagai penatalaksanaan fraktur yang dialami. Elevasi kaki dilakukan post operasi untuk mengurangi terjadinya edema akibat proses pembedahan. Terlihat tidak ada pembengkakan pada bagian post operasi kolum femur setelah dilakukan elevasi kaki. Pada bagian post operasi distal femur dan patella, keefektifan intervensi elevasi kaki tidak dapat dilihat karena terjadi edema akibat proses infeksi.

The high rate of population growth due to urbanization raised the number of motor vehicles in urban areas. This ultimately resulted in the large number of traffic accidents. One of the impacts of traffic accidents was fracture. In this case, nursing care was given on patient with multiple fractures on lower extremity. The patient got debridement surgery, TBW (tension band wiring) patella, and ORIF (open reduction and internal fixation) distal and collum femoris as management for fracture. Leg elevation has done to reduce edema due to the surgery process. No visible swelling in the postoperative collum femoris after leg elevation. In the post-op distal femur and patella wound, the effectiveness of leg elevation can not be seen because there was edema caused by the infection process.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Detia Rini
"Masyarakat perkotaan sebagai bagian dari ruang lingkup kerja dari keperawatan komunitas memiliki ciri khas tersendiri sehingga ia memiliki segmen yang dikenal dengan keperawatan kesehatan masyarakt perkotaan. Masyarakat perkotaan memiliki karakteristik yang khas, salah satunya ialah dalam hal masalah kesehatan yang dialaminya. Padatnya penduduk, tingginya angka pertumbuhan kendaraan bermotor, serta faktor gaya hidup menyebabkan timbulnya satu masalah kesehatan yang khas pada masyarakat perkotaan, yaitu kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas menimbulkan banyak kerugian terutama pada korban kecelakaan itu. Salah satu masalah yang ditimbulkan dari kecelakaan ialah fraktur.
Hasil praktik mahasiswa di ruang rawat bedah orthopedi RSUP Fatmawati menunjukkan bahwa berbagai macam fraktur dapat disebabkan oleh kecelakaan lalul lintas. Oleh karena itu penulis menuangkan salah satu kasus fraktur, yaitu fraktur radius ulna beserta asuhan keperawatan untuk kasus tersebut. Laporan ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan rujukan dalam menangani masalah fraktur khususnya fraktur radius ulna.

Urban communities as part of the scope of work of the nursing community has its own characteristics so it has a segment known as urban nursing. Urban communities have distinct characteristics, one of which is in terms of health problems they experienced. Dense population, high rates of growth in motor vehicles, as well as lifestyle factors causing the health problems typical in urban communities, the traffic accidents. Traffic accidents cause a lot of damage, especially to the victims of the accident. One of the problems arising from accidents are fractures.
Result in the student practices at orthopedic surgery ward of RSUP Fatmawati indicates that a wide range of fracture can be caused by traffic accidents. Therefore, the author analyzed one case of fracture, the fracture radius ulna along with nursing care for these case. The report is expected to be one of the reference materials in dealing with particular fracture, especially radius ulna fracture.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Sari
"Nyeri pada kondisi paska pembedahan fraktur berasal dari kerusakan integritas jaringan akibat patahan fragmen tulang dan pemasangan fiksasi. Bagi anak, nyeri merupakan salah satu stres hospitalisasi. Apabila tidak dikontrol dengan baik bisa menyebabkan lamanya waktu rawat dan menambah biaya perawatan. Tujuan dari karya ilmiah ini adalah menganalisis keefektifan manajemen nyeri nonfarmakologis relaksasi nafas dalam pada anak post operasi fraktur ekstrimitas di rumah sakit Fatmawati. Analisis ini melibatkan seorang klien anak di ruang bedah dengan mengajarkan teknik nafas dalam dan mengimplementasikannya di saat anak merasa nyeri. Alat untuk mengukur nyeri berupa Numeric Pain Scale. Implementasi teknik nafas dalam sebagai pendamping analgesik dapat menurunkan nyeri dari skala 9 ke skala 4.

Pain in post-surgical caused by skin integrity damaged due to fractured of fragments and installation of fracture fixation. For children, pain is one of the psychological traumatic during hospitalization. If it is not adequately controlled, it can increase the duration of hospitalization and the treatment costs. The purpose of this paper was to analyze the effectiveness of relaxation through deep breathing in children undergone post-surgical treatment in Fatmawati Hospital. A tool for measuring pain is a Numerical Pain Scale. The usage of analgetic togethered with deep breathing technique for four day period decreased pain rating scale from 9 to 4.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>