Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21735 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fairclough, Norman
London: Hodder Education, 1995
302.23 FAI m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Montgomery, Martin
London: Routledge, 2007
306.44 MON d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Dwihany Childazita
"Penelitian ini bertujuan memberikan pandangan bagaimana salah satu media daring Korea Selatan, Hankyoreh 21, mengkritisi pemerintah dalam salah satu artikel beritanya tentang tragedi Itaewon pada 29 Oktober 2022. Tragedi yang merenggut banyak nyawa ini terjadi sehari sebelum perayaan Halloween. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang menganalisis artikel berjudul “‘죽게 만든’ 권력에 통치의 정당성은 없다”.  Metode analisis wacana kritis Norman Fairclough dipilih dan analisisnya dilakukan dengan kerangka dua dimensi: analisis teks dan praktik diskursif. Analisis wacana kritis pada berita memungkinkan terlihatnya ideologi yang ada pada suatu media. Hasil penelitian menunjukkan ideologi dan cara Hankyoreh merepresentasikan tragedi Itaewon. Nampak jelas keberpihakan Hankyoreh pada masyarakat yang sedang mengkritisi pemerintah soal lambannya penanganan situasi darurat hingga menyebabkan tragedi yang tidak diinginkan. Hal ini mencerminkan peran media sebagai penyeimbang kekuasaan dengan memberikan suara kepada masyarakat yang menginginkan akuntabilitas dan mendukung nilai-nilai etika dalam tata kelola politik.

This research aims to provide an insight into how one of the South Korean online media, Hankyoreh 21, criticized the government in one of its news articles about the Itaewon tragedy on October 29, 2022. This tragedy, which claimed many lives, occurred the day before Halloween celebrations. This research uses a descriptive qualitative method that analyzes the article entitled "'죽게 만든' 권력에 통치의 정당성은 없다". Norman Fairclough's critical discourse analysis method was chosen, and the analysis was carried out using a two-dimensional framework: text analysis and discursive practice. Critical discourse analysis in the news makes it possible to see the ideology that exists in the media. The research results show the ideology and way Hankyoreh represents the Itaewon tragedy. It is clear that Hankyoreh is siding with the people who are criticizing the government for its slow handling of emergency situations, which has led to unwanted tragedies. This reflects the role of the media as a balance of power by giving voice to the public, desiring accountability, and supporting ethical values in political governance."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Haris
"Jenis media massa yang berbeda-beda memiliki dampak yang berbeda pada setiap orang. Dampak media yang menjadi objek penelitian ini ialah berupa information holding yang dimiliki responden berkaitan dengan kasus korupsi dan/atau KKN di KPU Pusat. Information holding yang ingin diketahui adalah information holding level 1, 2, dan 3. Information holding Ievel 1 berkaitan dengan pengetahuan secara umum yang dimiliki responden tentang kasus korupsi di KPU Pusat, information holding level 2 berkaitan dengan informasi rinci yang dimiliki responden tentang korupsi di KPU Pusat, dan information holding level 3 berkaitan dengan analisis dan pendapat responden tentang penyebab kasus korupsi di KPU Pusat tersebut.
Responden penelitian adalah mahasiswa S1 angkatan 2002 program regular dari Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Pemilihan kedua fakultas ini dilakukan secara acak sederhana dari sepuluh fakultas penyelenggara program Strata Satu (Sl) regular di kampus UI Depok. Selanjutnya, responden diambil dalam jumlah yang mewakili mahasiswa dari kedua fakultas tersebut. Jumlah responden diambil secara proporsional baik untuk ukuran laki-laki maupun perempuan. Jumlah responden yang datanya dapat dianalisa adalah 214 orang atau 82% dari total rcsponden (260) yang diharapkan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kuantitatif dan menggunakan teknik pengumpulan data dengan survei untuk mengukur information holding responden. Namun, untuk mengetahui isi media dilakukan dengan analisis isi berita atau siaran berita, talkshow dan ulasan. Media yang dianalisis isinya adalah Surat kabar Kompas, Tempo dan Media lndonesia serta isi Siaran Metro TV, SCTV dan RCTI tentang kasus yang berkaitan dengan kasus korupsi di KPU Pusat.
Temuan penelitian ini memperlihatkan bahwa information holding level 1, 2, dan 3 dapat terjadi kalau responden terterpa isu yang dianalisis. Selanjutnya, information holding level 1, 2, dan 3 dipengaruhi oleh jenis media, frekuensi penggunaan media, serta jenis program untuk media televisi dan radio. Surat kabar berhubungan dengan information holding level 1, 2, dan 3. Kemudian membaca kasus korupsi yang terjadi di KPU Pusat melalui majalah berhubungan dengan information holding level 2 dan 3.
Kegiatan mendengarkan berita korupsi di KPU Pusat melalui radio berhubungan dengan information holding level 3. Frekuensi mendengarkan berita korupsi di KPU Pusat melalui radio berhubungan dengan information holding level 2. Jenis stasiun televisi berhubungan dengan information holding level 2. Selanjutnya, menonton berita korupsi di KPU Pusat berhubungan dengan information holding level 2, dan frekuensi menonton berita korupsi berhubungan dengan information holding level 2. Menonton talkshow korupsi di KPU Pusat berhubungan dengan information holding level I, 2, dan 3. Diskusi antarpribadi tentang kasus korupsi dan KKN di KPU Pusat juga berhubungan dengan information holding level 1, 2, dan 3.
Implikasi dari penelitian ini, agar informasi dalam pemberitaan suatu kasus dapat diingat secara umum dan rinci oleh khalayak dan agar khalayak dapat memberikan pendapat dan analisis tentang penyebab suatu kasus, maka informasi kasus itu dapat disampaikan dengan media yang berbeda untuk memperoleh hasil yang berbeda. Agar suatu informasi dapat diingat secara umum oleh khalayak, maka media yang dapat digunakan adalah Surat kabar dan televisi, dan program yang dapat digunakan untuk televisi adalah berita dan talkshow. Kemudian, agar suatu informasi dapat diingat secara rinci maka media yang dapat digunakan adalah majalah, surat kabar dan televisi. Kalau mau menggunakan radio maka perlu meningkatkan Frekuensi penyiarannya.
Untuk televisi, agar siaran informasi dapat diingat secara rinci dapat rnenggunakan berita alau talkshow dan perlu memperhatikan stasiun televisi tertentu. Selanjutnya, agar khalayak mampu memberikan pendapat dan analisis mengenai penyebab suatu kasus maka kasus itu perlu disampaikan melalui surat kabar, radio, dan televisi. Radio dapat menggunakan program berita, sedangkan televisi dapat menggunakan berita, ulasan dan/ atau Iafkshow. Frekuensi pemberitaan dan diskusi di radio tidak mempengaruhi kemampuan khalayak memberikan pendapat dan analisis tentang penyebab suatu kasus korupsi. Tetapi sebaliknya, Frekuensi penyiaran berita lewat televisi dan penyiaran ulasan dan/atau talkshow walaupun frekuensi penyiaran tidak berpengaruh pada kemampuan khalayak memberikan pendapat dan analisis tentang penyebab suatu kasus korupsi.
Penelitian ini relatif memiliki keterbatasan dalam rnengeksplorasi motivasi dan kepentingan para responden, yang merupakan faktor penentu dalam konteks information holding pada populasi lain atau dalam kasus-kasus lain di luar kasus yang dibahas pada penelitian ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22571
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Schiffrin, Deborah
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 1996
401.41 SCH d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Badara, 1971-
Jakarta: Kencana, 2014
401.41 ARI a (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Machin, David
"How do media texts manipulate and persuade us? How do language and images play out the ideas, values and identities? This book shows readers exactly how language, power and ideology are negotiated in media texts, from magazine and advertising, to YouTube and music videos. Presenting a systematic toolkit of theories, concepts and techniques for doing language and image analysis, students learn how to dig deep into discourses and the media landscape. With case studies and examples from a range of traditional and new media content"
Los Angeles: Sage, 2010
401.41 MAC h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jauza Alayya
"Peristiwa terorisme memiliki nilai berita dan tidak mungkin dilewatkan oleh media. Pemberitaan terorisme dalam pandangan kritis tidaklah bebas nilai melainkan dipengaruhi banyak hal termasuk kepentingan dan ideologi media. Peran media dalam pemberitaan terorisme tidak hanya menyampaikan dan menyediakan informasi, melainkan mengkonstruksi realitas melalui wacana media yang menghasilkan wacana publik. Penelitian ini berupaya untuk menggambarkan wacana terorisme oleh media Jawa Pos pada peristiwa terorisme tahun 2018, sekaligus berupaya untuk menjelaskan faktor apa saja yang berpengaruh dalam pembentukan wacana. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode analisis wacana kritis milik Fairclough yakni melalui tahapan analisis teks, analisis praktik diskursif, sampai dengan analisis sosial budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pemberitaan terorisme tahun 2018, 1) Surat kabar Jawa Pos memiliki ketertarikan khusus terhadap isu terorisme, 2) Pro pemerintah, yakni fokus pada menyoroti tindakan sekaligus keberhasilan pemerintah dalam menangani aksi terorisme, yang secara tidak langsung merupakan upaya Jawa Pos untuk mengkonstruksi realitas tertentu yakni mengarahkan agar publik mempercayai bahwa pemerintah telah melakukan banyak hal dan aksi terorisme ditangani dengan baik oleh pemerintah, 3) Pemberitaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor individu, rutinitas media, organisasi media, ekstra media, dan ideologi media. Ideologi media tercatat sebagai faktor yang memegang peranan paling penting pada terciptanya wacana pro pemerintah melalui pemberitaan yang disajikan, dan 4) Pemberitaan terorisme versi Jawa Pos telah dijalankan dengan memegang prinsip jurnalisme positif sekaligus melakukan upaya counter-terrorism.

Terrorist events have news value and cannot be ignored by the media. Reporting on terrorism in a critical view is not value-free but is influenced by many things including media interests and ideology. The role of the media in reporting on terrorism is not only conveying and providing information, but also constructing reality, namely through media discourse to produce public discourse. This study attempts to describe the terrorist discourse carried out by the Jawa Pos during the 2018 terrorism incident, while at the same time trying to describe the factors that influence the formation of this discourse. The research was conducted using the Fairclough critical discourse analysis method, namely through the stages of text analysis, analysis of discursive practices, to socio-cultural analysis. The results of the study show that in reporting on terrorism in 2018, 1) Jawa Pos has special interest in the issue of terrorism, 2) Jawa Pos is pro-government, focus on highlighting the actions and success of the government in dealing with acts of terrorism, which is indirectly an attempt by Jawa Pos to constructing a certain reality, namely directing the public to believe that the government has done many things and terrorism issue are well handled by the government, 3) Terrorism news are influenced by several factors, namely individual factors, media routines, media organizations, extra media, and media ideology. Media ideology is recorded as the factor that plays the most important role in the creation of pro-government discourse through the news it presents, and 4) The Jawa Pos version of terrorism reporting is also carried out by upholding the principles of positive journalism and counter-terrorism."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Syarief
"ABSTRAK
Saga Penistaan Agama rdquo; oleh Basuk Cahaya Purnama menyita berbagai varian opini publik dan terdispersi kedalam sentimen-sentimen tertentu. Demikian dampaknya tidak terhenti pada wacana mengenai ldquo;radikalisme Islam rdquo;, akan tetapi secara riil terkontestasikan pada aksi yang lebih konkrit di dalam dunia nyata. Wacana ini membuka serangkaian debat publik di media sosial yang dikontestasikan melalui media framing. Secara umum, penelitian dengan topik serupa melihat framing sebagai pencipta wacana melalui pembelokan makna kebahasaan dan memuat berbagai kepentingan tertentu terhadap subyeknya. Sedangkan, penelitian ini berupaya menyingkap pembingkaian wacana ldquo;radikalisme rdquo; pada ldquo;Aksi Bela Islam rdquo; beserta konskuensinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berupa analisis framing diserta beberapa wawancara mendalam untuk melihat relevansi mengenai wacana terkait

ABSTRACT
Ahok Blasphemy rsquo s Saga seized variants of public opinion and dispersed into certain sentiments. Thus, the impact doesn rsquo t cease in the discourse on 39 radicalism 39 . But in real terms, it also contested in many concrete actions in the real world. This discourse contributes towards a series of public debates on social media which contested by media framing. Commonly, some research with similar topics sees framing as a discourse creator through the deflection of linguistic meaning and contains certain interests to the subject. Meanwhile, this research seeks to uncover the framing of the radicalism discourse on the Aksi Bela Islam and the impact of the framing. This study used a qualitative approach in framing analysis and several in depth interviews to see the relevances of the related discourse."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Risya Rahmalia
"Seorang anak keturunan Jepang yang berhasil menjadi kepala negara di negara lain dan berhasil membangkitkan perekonomian negara tersebut dari keterpurukan dan juga berhasil memerangi terorisme yang sejak lama telah menjadi momok bagi masyarakat Peru?, itulah hal yang selalu dielu-elukan oleh Jepang terhadap sosok Alberto Fujimori, mantan Presiden Peru 1990-2000, walaupun segudang kasus kriminal telah ia lakukan selama masa pemerintahannya hingga akhirnya ia pun kabur ke Jepang.
Fokus penelitian ini adalah mengenai pemberitaan media massa Jepang akan sosok Alberto Fujimori setelah beliau "kabur" ke Jepang, yaitu akhir tahun 2000. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana citra Alberto Fujimori digambarkan melalui pemberitaan media massa Jepang. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan data primer artikel-artikel surat kabar Jepang dan data sekunder berupa buku bacaan yang berkaitan dengan tema penelitian.
Analisis dalam penelitian ini berupa kutipan artikel surat kabar Jepang yang kemudian dikaji melalui teori analisis wacana kritis. Pada akhirnya penelitian ini menyimpulkan bahwa citra Alberto Fujimori yang digambarkan melalui pemberitaan media massa Jepang adalah citra baik. Meskipun terdapat pemberitaan kontra, namun hal tersebut tidak mengubah citra baik Fujimori di media Jepang.

A son of Japanese immigrant who became a President in another country outside Asia and successfully save the country from economic failure and fight against terrorism which is already appear from many years before and threatening Peru's society?, that was the things which is always become a pride for Japanese people about it's descent, Alberto Fujimori a former President of Peru for 1990-2000, although so many criminal cases he has done during his regime until he finally fled to Japan.
The focus of this research is how the Japanese mass media news describe about this figure after he "escaped" to Japan at the end of 2000. The purpose of this research is to examine image of Alberto Fujimori illustrated through the Japanese mass media. The method of this research is qualitative with newspaper articles as the primary data and several books which is related with the theme as the secondary data.
The analysis of this research is quotation from newspaper articles and analyzed it with critical discourse analysis theory. Finally this research concluding that the image of Alberto Fujimori which is described by Japanese mass media is good image. Although there are negative news about Fujimori does exist too but it doesn't change the good image of Fujimori in the Japanese media.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>