Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5223 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Teks diawali dengan kisah Semar yang dihajar Abimanyu, karena mengolok-olok Prabu Kresna. Semar lari ke pondokannya, lalu membayar pondokan tersebut. Roh Semar segera melayang-layang ke Gunung Tidar. Di situ dia mengeluarkan kekuasaan sampai menggoyahkan kediaman para dewa di Suralaya. Bathara Guru lalu mengutus Bathara Brahma dan Bayu turun ke bumi. Mereka berdua masuk ke dalam api di pondokan Semar dan membakar negeri Dwarawati. Prabu Kresna sangat murka. Mereka berdua lalu berkata bahwa api tidak akan musnah, jika Semar tetap disia-siakan. Cerita dilanjutkan dengan kisah pencarian Raden Janaka oleh Semar. Setelah mengalami beberapa rintangan, akhirnya Semar menemukan Arjuna. Arjuna lalu menceritakan kepada Semar bahwa dia akan mencari wahyu keraton di tanah Jawa. Atas petunjuk Betari Durga, Arjuna pergi ke Suralaya mencari wahyu tersebut. Setibanya di sana, Arjuna dipermainkan oleh para dewa. Semar sangat marah lalu mengutuk dewa-dewa itu. Arjuna lalu disarankan oleh Semar untuk bertapa di gunung Kembang dengan nama Bagawan Arjuna Jelur, sedangkan Semar sendiri bertapa di gunung Kombang dengan nama Semar Kuning. Naskah merupakan jilid pertama dari seri dua jilid naskah FSUI, yaitu WY.61 dan WY.69. Disalin oleh Lagutama pada Sabtu Kliwon, 21 Mulud, Tahun Be, 1864 (15 Juli 1933) (h.34). Oleh staf Pigeaud, teks kemudian dibuatkan salinan aksara ketik pada September 1933, lihat FSUI/ WY.59, hal.1-24. Menurut keterangan pada bagian sampul, teks induk merupakan karya dari K. P. Kusumadilaga di Tejomaya. Keterangan referensi lihat : MSB/SW.26,W.16,50,97; Girardet/66535; Pigeaud 1968:299,III:381 ; SMP/Rp.264. [22,29]"
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.69 - K 14.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks ini memuat dua lakon wayang, yaitu Lampahan Semar Kuning (h.1-24) dan Lampahan Arjuna Jelur (h.24-46). Naskah merupakan alih aksara ketikan dari FSUI/WY.61 dan 69 (karya Lagutama). Kedua naskah tersebut diterima Pigeaud pada tanggal 10 Agustus 1933, sedangkan Lagutama menyalin dari naskah induk yang diterimanya dari K.P. Kusumadilaga, di Tejamaya. Penyalinan dikerjakan oleh staf Pigeaud pada bulan September 1933, sebanyak empat eksemplar. Keterangan referensi, lihat FSUI/WY.69; MSB/SW.50."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.59-B 33.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah merupakan alih aksara ketikan dari MSB/W.70. Salinan lainnya dapat dilihat pada MSB/W.70a. Naskah ini diterima Pigeaud pada bulan Mei 1935. Pada h.16, dijumpai keterangan nama Lagutama. Tidak diketahui secara pasti apakah dia sebagai penulis teks induk atau sebagai penyalin teks ini. Keterangan selanjutnya, Hhat MSB/W.44,70, dan 70a. Naskah tidak dimikrofilm."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.95-A 38.08
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah merupakan ringkasan dari teks wayang gedhog FSUI/WY.70; FSUI/WY.71; FSUI/WY.60; FSUI/WY.62 yang masing-masing berjudul: Topeng Prunggu (h.l); Lampahan Sutija Angsal Pusaka Topeng Prunggu (h.7); Lampahan Bukbis Ngagem Topeng Waja Mripat Suryakantha (h.14)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.76-B 34.05
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks berisi kisah Kurawa yang berusaha membunuh Pandawa. Pertama-tama Bratasena dibuat mabuk, dan dimasukkan ke sumur Jalatunda. Saudara-saudara Bratasena diundang ke Astina, dengan alasan akan diadakan penyerahan separuh negara. Sambil menunggu kedatangan Bratasena, Puntadewa disuruh mengatur ketandan, Arjuna menjual kapur sirih, Nakula dan Sadewa menggembalakan kambing dan itik. Raksasa Batangsidalancang, penjaga gada kepunyaan Bratasena, marah ketika gada itu diangkat oleh Kurawa untuk dipukulkan kepada Puntadewa. Pihak Kurawa mengadakan sayembara untuk mencari orang yang sanggup mengangkat gada itu. Hyang Antaboga menyuruh Bratasena mengikuti sayembara tersebut dengan minta imbalan separuh negara Astina. Bratasena kemudian diubah wujudnya menjadi anak berusia sembilan tahun. Teks berakhir dengan kisah penyerangan para Kurawa ketika Bratasena berusaha menagih janji setelah berhasil mengangkat gada tersebut. Cerita ini juga disebutkan dalam MSB/W.25 dan W.28, dengan judul Lakon Pandawa Dulit. Dalam sumber-sumber lain, teks juga dikenal dengan judul Lakon Bondhan Paksa Jandhu. Keterangan penyalinan naskah ini tidak ditemukan."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.23-A 41.03
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ketikan ini berisi cuplikan pada awal dan akhir dari naskah induk KBG 701. Naskah induk tersebut dibeli Pigeaud dari Van der Gracht pada Januari 1930. Penyalinan dikerjakan pada bulan Juni 1930 sebanyak dua eksemplar (h.i). FSUI menyimpan salinan tembusan karbonnya, sedangkan salinan ketikan asli belum diketahui keberadaannya. Teks merupakan kelanjutan dari Babad Prambanan, mengisahkan perjalanan hidup Dewi Angreni. Teks diawali dengan cerita penobatan Prabu Lembu Amiluhur menjadi Raja Jenggala, dan diakhiri dengan tewasnya Kalana Tunjungseta dari Pengging setelah berperang melawan Kalana Jayengsari dari Jenggala. Teks tidak mencantumkan nama penulis/penyalin. Keterangan lebih lanjut tentang kisah Dewi Angreni, lihat PNRI/KS.324; dan FSUI/CP.38 (Panji Angreni). Deskripsi Babad Prambanan dapat dibaca pada FSUI/LS.2-4."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.34-L 8.42
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks ini merupakan kelanjutan dari Lampahan Semar Kuning. Diawali dengan kisah Sumbadra yang sedang menghadap Batara Durga untuk menanyakan suaminya, Arjuna yang sudah lama menghilang. Sumbadra lalu dihias seperti Arjuna, kemudian disuruh pergi ke Gunung Kembang. Di Gunung Kembang, pada waktu itu Arjuna Jelur kedatangan Retna Banowati, Duryodana, dan Durna yang meminta tolong untuk memusnahkan raksasa perusak negara. Arjuna Jelur menyanggupi dengan syarat, kalau berhasil mengalahkan raksasa, Retna Banowati akan dikawininya. Mereka menyanggupi, bahkan negara pun akan diserahkan kepadanya. Tidak lama kemudian Prabu Kresna dan Pandawa datang, mereka menceritakan kepada Arjuna bahwa negeri Amarta dan Dwarawati dikuasai Prabu Aji Gineng (negeri Medang Kemuwung). Apabila Arjuna Jelur dapat mengalahkan raksasa itu, maka kedua negeri akan diserahkan kepadanya. Arjuna menyanggupi, akan tetapi dia harus menunggu saudaranya, Semar Kuning yang sedang bertapa di gunung Kombang. Setelah Semar Kuning bertemu dengan Arjuna, mereka berdua lalu pergi memerangi raksasa-raksasa yang menguasai Dwarawati, Amarta, dan Astina. Mereka berhasil mengalahkan raksasa tersebut dengan bantuan Arjuna palsu (Sumbadra) dan Putut Dali Putih (Abimanyu). Prabu Aji Gineng ternyata penjelmaan dari Batara Guru; Kala Dahana, penjelmaan dari Batara Brahma; Kala Maruta, penjelmaan dari Batara Bayu. Naskah merupakan jilid kedua dari seri dua jilid naskah FSUI, yaitu WY.61 dan WY.69. Disalin oleh Lagutama pada tanggal 4 Rabiulakir, Be 1833 (30 June 1903). Melihat keterangan tarikh penyalinan tersebut, nampaknya teks jilid kedua ini ditulis lebih dahulu dibandingkan jilid pertama (21 Mulud 1864/15 July 1933). Teks kemudian dibuatkan salinan alih aksara ketik oleh staf Pigeaud pada September 1933, lihat FSUI/WY.69, hal.24-46. Pada teks alih aksara tersebut, dijumpai keterangan penulisan naskah induk, yaitu oleh P. Kusumadilaga, di Tejamaya (h.l). Keterangan referensi, lihat FSUI/WY.69."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.61-K 14.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
R. M. Ismangun Danuwinata
"Cerita cekel Endralaya terdiri atas 16 pupuh (78 halaman). Diawali dengan pupuh (tembang) Asmarandana yang menceritakan tentang awal kepergian Raden Danajaya (Arjuna) yang menyebabkan kesedihan para Pandhawa, Dewi Sembadra diboyong ke Dwasawati, dan sang prabu di Amarta menyuruh Arya Sena dan Raden Gathotkaca pergi mencari Raden Danajaya. Ternyata Raden Danajaya pergi bertapa, mengubah namanya menjadi Cekel Endralaya. Pada saat itu Negara Dwarawati diserang oleh para raksasa bala Kurawa. Para raksasa dapat dikalahkan oleh seseorang yang mirip Arjuna. Orang tersebut ternyata Bethara Kamajaya. Cekel Endralaya memanah Arjuna tiruan yang segera musnah dan kembali ke Kahyangan Cakra Kembang."
Probolingga: P. Schuitmaker, 1891
BKL.0348-CW 11
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini berisi: 1. (hlm. 3) Cerita mengenai Ratu Ayu Kencanawungu; 2. (hlm. 11) Patih Lugender menyuruh membuat sayembara; 3. (hlm. 12) Damarwulan berkelahi dengan Layang Seta dan Layang Kumitir; 4. (hlm. 16) Mengenai negara Tuban, Banuwati menerima kabar kematian suaminya, Adipati Ranggalawe; 5. (hlm. 21) Buntaran dan Watangan perang melawan Angkatbuta dan Ongkotbuta; 6. (hlm. 27) Menakjingga jatuh cinta pada Kencanawungu, Watangan dan Buntaran di penjara; 7. (hlm. 33) Damarwulan menjadi tukang arit; 8. (hlm. 36) Dewi Anjasmara bertemu Damarwulan; 9. (hlm. 47) Menak Koncar diberi kabar mengenai ditangkapanya Buntaran dan Watangan; 10. (hlm. 49) Ratu Kencanawungu menyuruh Patih (Lugender) untuk mencari Damarwulan; 11. (hlm. 52) Menak Koncar menipu pada Watangan dan Buntaran, kemudian berperang."
Betawi Sentrum: Bale Pustaka, 1932
BKL.0678-WY 29
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks berisi cerita wayang Lakon Kangsadewa. Mengisahkan usaha Bratasena mencari Raden Kakrasana, Raden Narayana dan Dewi Rara Ireng. Dalam pencariannya, Bratasena dihadang raksasa Suratimantra dan Kangsadewa, sehingga terjadi pertarungan. Teks diakhiri dengan kisah keberhasilan Bratasena menemukan ketiga orang tersebut, dan kisah pernikahan Arjuna dengan Dewi Rara Ireng. Naskah ini merupakan salinan ketik sebanyak empat eksemplar dari sebuah naskah induk yang tidak diketahui keberadaannya. Heer H. Overbeck dan Panti Boedaja masing-masing menyimpan satu eksemplar. Salinan sisanya terdapat di koleksi FSUI, yaitu A 26.01 a-b. Hanya salinan (a) yang dimikrofilm. Teks tidak mencantumkan data penulisan/penyalinan naskah. Keterangan bibliografi tentang Kangsa lihat SMP/KS.395,13, 398,48, 472,2b; MN.420,12, 425,20, 101,7, 100,10; Rp.247,27; MSB/W.28, 51, 96, 53, 25."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
WY.32-A 26.01a
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>