Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87662 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siahaan, Kristo Benny Pamungkas
"Shigella dysenteriae adalah bakteri gram negatif yang menyebabkan diare berdarah pada manusia. Madu memiliki efek antimikroba dan dapat memperbaiki vili di epitel pencernaan yang dirusak oleh Shigella. Banyak obat yang digunakan untuk mengobati disentri, salah satunya adalah siprofloksasin. Namun, itu memerlukan penambahan terapi adjuvan untuk mempercepat perbaikan vili usus, yaitu madu manuka. Belum diketahui apakah madu manuka sebagai terapi adjuvan bisa digunakan untuk terapi pada penderita Shigella. Penelitian ini menggunakan uji eksperimental dengan desain pararel secara in vivo pada tikus Sprague-Dawley dengan mengamati morfologi feses. Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS 20.0 for windows dengan uji Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa morfologi feses hari ke-1 tidak bermakna secara statistik antar kelompok. Morfologi feses hari ke-3 memiliki perbedaan bermakna secara statistik antara kelompok kontrol negatif dibandingkan kelompok kontrol positif dan kelompok kontrol positif dibandingkan kelompok madu manuka. Morfologi feses hari ke-7 memiliki perbedaan bermakna secara statistik antara kelompok kontrol negatif dibandingkan kelompok kontrol positif, kelompok kontrol positif dibandingkan kelompok madu manuka, dan kelompok madu manuka sebagai terapi adjuvan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Efektivitas madu manuka sebagai terapi adjuvan dapat terlihat jika diberikan selama 7 hari.

Shigella dysenteriae is a gram-negative bacterium which causes bloody diarrhea in humans. Honey has antimicrobial effect and repairs villi in intestinal epithelial which was destructed by Shigella. Ciprofloxacin could be used to treat dysentery. However, adjuvant therapy is needed for fast repairs villi in intestinal. Manuka honey is not completely known whether could be used as adjuvant therapy for Shigellosis. This in vivo experimental test used Sprague-Dawley rats as animal subject. The feces morphology on first, third, and seventh day were the parameter to measure the effect of therapy. The data were analyzed by SPSS program 20.0 for windows with Kruskal-Wallis test and Mann-Whitney test. The result showed that feces morphology on first day was not statistically significant among groups. The feces morphology on third day had statistically significant between negative control group versus positive control group and Manuka honey group versus positive control group. The feces morphology on seventh day had statistically significant between negative control group versus positive control group, Manuka honey group versus positive control group, Manuka honey as adjuvant therapy versus negative control group. The effect of Manuka honey as adjuvant therapy could be seen if it was given during seven days."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Shigella dysenteriae merupakan bakteri Gram negatif penyebab disentri tersering di masyarakat. Belum jelas diketahui apakah madu Manuka yang memiliki sifat antibakteri dapat membantu penyembuhan disentri sebagai terapi adjuvan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh madu Manuka sebagai terapi adjuvan terhadap jumlah bakteri feses, perubahan perilaku, serta perubahan berat badan pada tikus yang diinduksi Shigella dysenteriae. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan melakukan pengamatan perilaku, penimbangan berat badan, beserta penghitungan jumlah koloni bakteri menggunakan metode Total Plate Count pada hari pertama dan ketiga penelitian. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2013-September 2015 di Rumah Kandang Hewan Coba Departemen Farmakologi dan Terapeutik dan Laboratorium Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Data dianalisis menggunakan program SPSS 22.0 for Windows dengan uji One Way Anova pada data berat badan dan uji Kruskall Wallis pada data jumlah bakteri. Hasil menunjukkan bahwa perubahan berat badan dan jumlah bakteri feses pada hewan yang diinduksi bakteri dan diberi terapi adjuvan madu Manuka dibandingkan dengan kelompok kontrol positif dan kelompok kontrol negatif tidak bermakna secara statistik sedangkan perubahan perilaku pada hewan coba tidak dapat ditentukan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa madu Manuka sebagai terapi adjuvan tidak efektif dalam membunuh bakteri golongan Shigella., Shigella dysenteriae is a Gram-negative bacteria which is the most frequent cause of dysentery in humans. It is not yet known whether the antibacterial Manuka honey can help recovery of dysentery as adjuvant therapy. This research is aimed to know the effects of Manuka honey as an adjuvant therapy to fecal bacterial count, as well as behavioral and body weight changes in Shigella dysenteriae induced mice. This research utilizes experimental design by behavioral observation, body weight measurement, and bacterial colony count using Total Plate Count method on first and third day of research. This research was carried out from December 2013 to September 2015 in Animal House of Pharmacology and Therapeutic Department and Laboratorium of Microbiology Department of Faculty of Medicine, University of Indonesia. All retrieved data were analyzed using SPSS 22.0 for Windows using One Way Anova test on body weight data and Kruskall Wallis test on bacterial count data. The results showed that body weight changes and fecal bacterial count in bacteria induced animals treated with Manuka honey as adjuvant therapy compared to positive and negative control group are statistically not significant while behavioral changes on test animals cannot be determined. From these results it can be inferred that Manuka honey as adjuvant therapy is not effective to act against Shigella group bacteria]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Shigella dysenteriae adalah bakteri gram negatif berbentuk basil, yang sering
menyebabkan disentri pada manusia dan dapat berakibat fatal jika tidak ditangani
secara tepat. Bakteri ini terbukti telah resisten terhadap banyak golongan
antbiotik, dan membutuhkan waktu terapi cukup lama. Madu tualang merupakan
madu alam Malaysia yang diketahui memiliki efek antimikrobial. Namun, belum
diketahui apakah pemberian efek madu tualang sebagai terapi adjuvan lebih baik
dibandingkan hanya menggunakan terapi antibiotik saja. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efek pemberian madu tualang sebagai terapi adjuvan,
dibandingkan dengan yang hanya menggunakan terapi siprofloksasin pada hewan
tikus yang terinfeksi bakteri Shigella dysenteriae tipe –1, dengan menggunakan
morfologi feses sebagai indikator penelitian. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian eksperimental. Induksi bakteri dilakukan pada hari ke – 0, dan
pemberian terapi sesuai kelompok penelitian dilakukan selama 7 hari penelitian.
Morfologi feses dinilai pada hari ke – 1, ke – 3, dan ke – 7, dengan menggunakan
standar penilaian. Data hasil penelitian dianalisis dengan uji hipotesis Kruskal –
Wallis dan analisa Post Hoc uji Mann–whitney. Secara statistik, efek kuratif
madu tualang terlihat pada hari ke - 7, dibandingkan dengan kelompok kontrol
negatif. Sedangkan morfologi feses hewan yang diterapi kombinasi siprofloksasin
dan madu tualang tidak menunjukkan perbedaan bermakna, dibandingkan dengan
yang hanya menggunakan terapi siprofloksasin, Shigella dysenteriae, a gram-negative bacteria causing dysentery in human, can
lead to fatality if left untreated. This bacteria shows resistency to some antibiotics
thus infection will take longer time to cure. Tualang Honey, natural honey
originally from Malaysia, has shown antimicrobial activity. But, the usage of
Tualang Honey as adjuvant therapy along with ciprofloxacin has not yet
discovered. The aim of this experiment was to determine the effect of Tualang
honey combined with ciprofloxacin in Shigella dysenteriae type-1 infected
animals compare to ciprofloxacin alone. The design of this study was experiment.
Induction began on day 0. Animals were then treated categorically for 7 days.
Feces morphology as the indicator then evaluated on day 1, 3, and 7, using a
standard categorical evaluation. This research data were analyzed using Kruskal-
Wallis test and Mann – Whitney test for the Post Hoc analysis. The result showed
that tualang honey statically has a curative effect on day 7 compared to untreated
group. Compared to ciprofloxacin only group, combination of tualang honey and
ciprofloxacin in Shigella dysenteriae tipe – 1 was not significant.]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bramantya Wicaksana
"Penyakit menular di Indonesia merupakan masalah kesehatan. Salah satu penyakit penyakit menular disentri basiler akibat Shigella dysenteriae. Pengobatan disentri basiler adalah siprofloksasin. Resistensi S. dysenteriae terhadap siprofloksasin sudah terjadi. Berdasarkan studi di Dhana dan Matlab tahun 2010, 4 dari 273 S. dysenteriae mengalami resistensi siprofloksasin. Nigella sativa Linn sudah diketahui memiliki efek antibakteri. Oleh karena itu, penelitian ini ingin menunjukkan apakah ekstrak Nigella sativa Linn memiliki efek antibakteri terhadap Shigella dysenteriae dengan harapan menjadi pengobatan alternatif guna mencegah resistensi siprofloksasin. Ekstrak Nigella sativa Linn dibuat di Laboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dengan pelarut metanol. Peneliti membuat lima konsentrasi yaitu 1000 mg/mL, 500 mg/mL, 250 mg/mL, 125 mg/mL, dan 62.5 mg/mL. Kemudian setiap konsentrasi dilakukan uji in vitro dengan metode difusi cara sumuran dan dibandingkan dengan siprofloksasin (5 μg) sebagai kontrol positif dan akuades sebagai kontrol negatif. Pengujian dilakukan sebanyak dua kali dengan jumlah pengulangan empat kali di Laboratorium Mikrobiologi FKUI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat zona hambat pada ekstrak Nigella sativa Linn. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa ekstrak Nigella sativa Linn memiliki efek antibakteri terhadap Shigella dysenteriae. Faktor yang mungkin memengaruhi ialah bahan metode penelitian, pelarut ekstrak, dan sifat zat bahan ekstrak.
Infectious diseases in Indonesia is health problem. One of infectious disease is bacillary dycentry that caused by Shigella dysenteriae. First choice of treatment bacillary dycentry is ciprofloxacin. Resistance Shigella dysenteriae to ciprofloxacin is already known. Study in Dhana and Matlab 2010 show that 4 of 273 Shigella dysenteriae are resistance to ciprofloxacin. Nigella sativa Linn is already know have antibacterial effect. Therefore, this research want to know effect antibacterial Nigella sativa Linn against Shigella dysenteriae for the solution of alternative treatment bacillary dycentry to reduce occurrence resistance ciprofloxacin. Nigella sativa Linn extract was made at Laboratory of Pharmacy Faculty of Medicine Universitas Indonesia (FMUI) with methanol as solvent. Five concentrations was made: 1000 mg/mL, 500 mg/mL, 250 mg/mL, 125 mg/mL, and 62.5 mg/mL. Then, each concentration extract was tested in vitro using agar well plate method and compared to ciprofloxacin (5 μg) as positive control and aquades as negative control. Test are conduceted twice the number of repetitions four times in Laboratory of Microbiology FMUI. Result showed that there was no inhibition zone on extracts Nigella sativa Linn. This result differs from previous research that says extracts Nigella sativa Linn has an antibacterial effect against Shigella dysenteriae. Factors that may contribute to this research are method, solvent extracts, and extract material substance."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Diare merupakan penyebab ke-13 mortalitas di dunia. Salah satu jenis diare yang merupakan sebuah kegawatdaruratan adalah disentri dengan manifestasi klinis diare yang disertai mukus dan darah. Pengobatan menggunakan siprofloksasin diperkirakan masih memiliki keterbatasan dalam kecepatan penyembuhan pasien dan tatalaksana dari komplikasi disentri. Madu manuka dan madu tualang memiliki efek antiinflamasi secara in vitro sehingga ingin diketahui apakah madu manuka dan madu tualang memiliki efek antiinflamasi pada vili usus akibat Shigelosis. Penelitian eksperimental pararel ini dilakukan pemberian madu sebagai terapi adjuvan berupa madu tualang dan madu manuka secara in vivo pada tikus Sprague Dawley. Jumlah bakteri pada feses (CFU/g) tikus Shigella dysenteriae dihitung dengan menggunakan metode total plate count pada hari ke 1,3, dan 7. Analisis data dilakukan dengan uji Kruskal-Wallis dan Spearman melalui program SPSS 20.0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna secara statistik antara pemeberian madu tualang, madu manuka, serta kontrol positif pada penyembuhan penyakit disentri pada tikus, Diarrhea is the 13th most common cause of mortality in the world. One form of diarrhea which posed as a medical emergency is dysentery presenting with clinical manifestations of diarrhea accompanied by mucus and blood. Treatment using ciprofloxacin is limited in the rate of patient's recovery and management of dysentery's complication. Manuka honey and Tualang honey are known to have anti-inflammatory effect in vitro, however, their anti-inflammatory effect to intestinal villi in Shigellosis have yet to be proven. In this pararel experimental research, both types of honey are administered as the adjuvant therapy in vivo in Sprague Dawley rat. Bacteria count in feces (CFU/g) of mice infected with Shigella dysenteriae was calculated using total plate count method on day 1, 3, and 7. Data analysis was performed with Kruskal-Wallis and Spearman test using SPSS 20.0 for Windows. The result showed no significant statistical difference between the groups administered with manuka honey, tualang honey, and positive control in rat suffering from dysentery.]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Penyebab disentri yang umum pada anak salah satunya adalah Shigella sp. Madu
tualang memiliki sifat antibakteri pada beberapa penyakit. Masih belum diketahui
aktivitas antibakteri madu Tualang terhadap Shigella. Penelitian ini dimaksudkan
untuk mengetahui efek pemberian madu Tualang sebagai terapi adjuvan terhadap
perubahan jumlah bakteri pada feses, berat badan, dan perilaku hewan coba yang
diinduksi Shigella sp. Design penelitian yang dilakukan adalah penelitian
eksperimental. Data penelitian diperoleh dari penimbangan berat badan,
pengamatan perubahan perilaku, dan penghitungan jumlah bakteri pada hari
pertama dan ketiga setelah mendapatkan perlakuan. Penghitungan jumlah bakteri
menggunakan metode Total Plate Count. Penelitian dilakukan pada bulan
Desember 2013-September 2015 di Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran Indonesia, Kandang Hewan Laboratorium Farmakologi,
Laboratorium Mikorbiologi Klinik Fakultas Kedokteran Indonesia. Data yang
didapat diuji secara statistik dengan menggunakan program SPSS 20.0. Uji
hipotesis yang dipakai adalah uji Kruskall-Wallis pada pengolahan data jumlah
bakteri, dan One-Way Anova pada data berat badan. Hasil pengamatan
menunjukan jumlah bakteri pada feses tikus antar kelompok tidak berbeda
bermakna. Demikian pula dengan berat badan dan perilaku tikus. Kesimpulan
hasil yang didapat, madu Tualang tidak efektif sebagai antibakteri pada terapi
disentri akibat Shigella., Shigella sp. is one of the most common disentry causal agents. Tualang Honey is
believed to be an effective antibacterial agent againts several diseases. However,
the use of antibacterial in Tualang honey against Shigella has not been well
studied. This research aims to discover the implication of Tualang honey as an
adjuvant therapy on changes of bacterial count in faeces, body weight, and
behaviour of the animal inducted by Shigella sp. Experimental design was used in
this research. Data was collected by observation of body weight, behavioural
changes, and bacterial count in faeces on day one and three post-experiment.
Bacterial count was executed with Total Plate Count method. Research was
conducted from December 2013 to September 2015. The data obtained was
statistically analyzed with SPSS 20.0. Hypothesis test used was Kruskall Wallis
for bacterial count and One Way Anova for body weight. The result of the study
revealed that the difference of bacterial count in faeces betweem groups was not
significant. This finding was in line with body weight and behaviour of the rats. It
can be concluded that the usage of Tualang honey is ineffective to treat disentry
caused by Shigella sp.]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Agnes Elsha Maria
"Shigella dysenteria merupakan etiologi dari shigellosis. Bakteri ini menginfeksi manusia melalui jalur fekal-oral dan menyerang sistem gastrointestinal. Sementara itu, Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu etiologi tersering kasus infeksi nosokomial khususnya pada penggunaan alat-alat kesehatan. Infeksi yang disebabkan oleh kedua bakteri ini masih banyak ditemukan di negara berkembang, salah satunya Indonesia. Tata laksana definitif dalam mengatasi penyakit yang disebabkan oleh kedua bakteri ini adalah pemberian antibiotik adekuat. Akan tetapi, telah terjadi peningkatan resistensi antibiotik terhadap kedua bakteri ini, sehingga sangat diperlukan penemuan kandidat antibiotik baru. Kandidat antibiotik baru yang berpotensi mengatasi permasalahan ini adalah asam galat dan propil galat.
Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian aktivitas asam galat dan propil galat dalam menginhibisi pertumbuhan kedua bakteri tersebut dengan menggunakan metode disk diffusion test dan menilai diameter zona hambat yang terbentuk. Terdapat 10 jenis perlakuan terhadap bakteri-bakteri ini yaitu gentamicin 10 μg sebagai kontrol positif, NaCl 0,9% dan alkohol absolut teknis 96% sebagai kontrol negatif, dan 7 jenis masing-masing senyawa asam galat dan propil galat dengan konsentrasi 16 - 1.024 mg/L. Penelitian ini dilakukan dengan 3 kali pengulangan (triplo).
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada zona hambat yang terbentuk (zona hambat = 0 mm) pada setiap konsentrasi asam galat dan propil galat. Uji Post-Hoc pada hubungan antara kontrol positif dan setiap konsentrasi asam galat dan propil galat diperoleh nilai p< 0,05 menunjukkan bahwa asam galat dan propil galat tidak dapat menghambat pertumbuhan Shigella dysenteriae dan Staphylococcus epidermidis secara signifikan.

Shigella dysenteria is the etiology of shigellosis. This bacteria infect humans through the faecal-oral route and attack the gastrointestinal system. Meanwhile, Staphylococcus epidermidis is one of the most common etiologies in nosocomial infections, especially in the use of medical devices. Infection caused by these bacteria is still widely found in developing countries, one of which is Indonesia. Definitive therapy in treating diseases caused by these bacteria is the use of adequate antibiotics. However, there has been an increase in antibiotic resistance to these bacteria, so it is necessary to find new antibiotic candidates. New antibiotic candidates that have the potential to overcome this problem are gallic acid and propyl gallate.
In this study, the activity of gallic acid and propyl gallate in inhibiting the growth of both bacteria was tested by using the disk diffusion test and assessing the diameter of the inhibitory zone formed. There are 10 types of interventions, namely 10 μg gentamicin as positive control, NaCl 0.9% and absolute alcohol 96% as negative control, and 7 variety concentrations of gallic acid and propyl gallate (16 - 1.024 mg/L). This research was carried out with 3 repetitions (triplo).
The results of this study showed that there was no inhibitory zone formed (inhibitory zone = 0 mm) at any concentration of gallic acid and propyl gallate. Post-Hoc test on the comparation between positive control and each concentration of gallic and propyl gallate obtained p < 0.05 showed that gallic acid and propyl gallate could not significantly inhibit the growth of Shigella dysenteriae and Staphylococcus epidermidis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Dewi
"Madu memiliki berbagai efek positif bagi tubuh manusia dan telah digunakan sebagai obat selama berabad-abad. Madu Manuka dan MedihoneyTM di Indonesia masih sulit dilakukan karena harganya yang mahal dan ketersediaannya. Penelitian sebelumnya telah mengevaluasi aktivitas fisika kimia antara madu Nusantara (madu lokal) dan Madu Manuka. Namun dalam penelitian ini kami menambahkan lebih banyak variasi madu lokal dan komponen kimiawi yang bermanfaat untuk aktivitas antimikroba, antara madu lokal dibandingkan dengan madu Manuka. Namun dalam penelitian ini kami menambahkan lebih banyak variasi madu lokal dan komponen pemeriksaan kimia yang bermanfaat sebagai indikator untuk melihat aktivitas antimikroba terhadap bakteri K. pneumonia ATCC 13883, P. aeruginosa ATCC 27853 dan S. aureus ATCC 25923, E. cloacae ATCC 23355, E. coli ATCC 25922 pada setiap sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa madu manuka memiliki pH lebih rendah, keasaman lebih tinggi, viskositas lebih tinggi dan kadar gula lebih tinggi dibandingkan madu lokal Indonesia, madu manuka memiliki kandungan MGO dan NPA lebih tinggi dibandingkan madu lokal Indonesia, tetapi madu nusantara memiliki tingkat MGO yang lebih tinggi dibandingkan dengan madu Jawa. Madu Manuka memiliki aktivitas antibakteri yang sebanding pada bakteri P. aeruginosa ATCC 27853, S. aureus ATCC 25923, K. pneumonia ATCC 13883, E. coli ATCC 25922, and E. cloacae ATCC 23355 dibandingkan dengan madu lokal Indonesia.

Honey has various positive effect human body, and has been used as medicine for centuries Manuka honey and Medihoney™ has been accepted widely used by medical honey. Research has been conducted for these honeys and shown to have in vivo activity and are suitable for the treatment of ulcers, infected wounds and burns. But using Manuka honey and MediHoney™ in Indonesia is still difficult due to its high cost and availability. The previous study had evaluated in physiochemical activity between Nusantara honey (local honey) and Manuka Honey. However, in this study we added more variety of local honey and chemical components that was beneficial for antimicrobial activity, between the local honey compared Manuka Honey. More extensive research was needed especially the physicochemical and antibacterial effect of Indonesian local honey, The purpose of this study is as a baseline data to produce our own medical grade honey that was equal compared to the international medical grade honey. This is a descriptive analytical study using samples of Indonesian local honey and Manuka honey, and check each samples for physical chemical characteristic, Unique Manuka Factor, and antimicrobial effect for K. pneumonia ATCC 13883, P. aeruginosa ATCC 27853, S. aureus ATCC 25923, E. cloacae ATCC 23355, E. coli ATCC 25922 in every honey samples. The results of the study shows that New Zealand manuka honey has lower pH, higher acidity, higher viscosity, and higher sugar content compared to Indonesian local honey, New Zealand manuka honey has higher MGO content and NPA compared to Indonesian local honey, but Nusantara honey shows has higher MGO level, compared to Java honey. New Zealand manuka honey has lower pH, higher acidity, higher viscosity, and higher sugar content compared to Indonesian local honey. New Zealand manuka honey showed comparable antibacterial effect for P. aeruginosa ATCC 27853, S. aureus ATCC 25923, K. pneumoniaATCC 13883, E. coli ATCC 25922, and E. cloacae ATCC 23355 compared with Indonesian local honey."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Choirudin Anas
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian madu PS (pollen substitute) terhadap gambaran histologi pulau Langerhans pankreas pada mencit (Mus musculus L.) jantan galur DDY yang diinduksi aloksan. Sebanyak 24 ekor mencit dibagi dalam 4 kelompok 6 ulangan, yaitu: kelompok kontrol normal (KK1), kelompok kontrol diabetes (KK2), kelompok perlakuan pemberian madu PS 10% (KP1), dan kelompok perlakuan pemberian madu PS 20% (KP2). Pencekokan madu PS dilakukan setiap hari selama 14 hari berturut-turut. Pada hari ke-15, mencit dikorbankan, organ pankreas diisolasi dan dibuat sediaan histologi menggunakan metode parafin dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE). Sediaan diamati secara mikroskopik menggunakan mikroskop cahaya dan mikroproyektor. Data rerata diameter pulau Langerhans mencit dan jumlah sel β pankreas adalah sebagai berikut: KKI (115,03 ± 4,94) µm, (59,47 ± 2,08); KK2 (51,09 ± 8,39) µm, (15,24 ± 2,54); KP1 (106,70 ± 4,75) µm, (40,89 ± 2,33); KP2 (114,24 ± 10,85) µm, (46,78 ± 3,2). Hasil uji LSD (P < 0,05) menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol KK2. Hal ini berarti bahwa pemberian madu PS (pollen substitute) memengaruhi rerata diameter pulau Langerhans dan jumlah sel β pankreas pada dosis 10% dan 20%.

ABSTRACT
The study was undertaken to assess the effect of PS (pollen substitute) honey intake on recovery diameter islet of Langerhans pancreas of alloxan-induced male-DDY mice (Mus musculus L.). Tweenty-four male mice were randomly devided into four groups, consisting of normal control group (KK1), treatment control group (KK2), two treatment groups (KP1 and KP2) which was administered with alloxan and PS honey in concentration of 10% and 20%, respectively. Treatments were carried out orally within 14 consecutive days. The mice were sacrified at day 15 (T15). Histology slides was made with paraffin method and stained with Haematoxyline Eosin (HE) and observed with microscope and microprojector. Mean of diameter of islet of Langerhans and pancreatic cell β number : KKI (115,03 ± 4,94) µm, (59,47 ± 2,08); KK2 (51,09 ±8,39) µm, (15,24 ± 2,54); KP1 (106,70 ± 4,75) µm, (40,89 ± 2,33); KP2 (114,24 ±10,85) µm, (46,78 ± 3,2). Least significant difference (LSD) (P < 0,05%) test showed a significant effect of treatment. The result demonstrated the potential beneficiary effect of PS (pollen substitute) Honey for recovery diameter of islet of Langerhans and pancreatic cell β number in concentration of 10% and 20%.
"
2014
S53496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Harfiani
"Artritis rematoid AR adalah penyakit inflamasi sistemik kronik dan progresif, yang menyerang sendi secara simetris. Daun babandotan yang banyak terdapat di Indonesia dan di berbagai negara diharapkan dapat dijadikan alternatif penanganan AR karena obat anti-artritis rematoid yang digunakan saat ini mempunyai efek samping toksisitas yang cukup besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek anti-rematoid artritis dari ekstrak etanol daun babandotan berupa pengamatan pada volume edema kaki yang diinduksi Complete freund rsquo;s adjuvant CFA , gambaran histopatologi membran sinovial pada sendi pergelangan kaki berupa skor sinovitis dan jumlah osteoklas pada tulang calcaneus kaki tikus. Setelah tikus diinduksi dan ditunggu 28 hari, diberikan perlakuan dengan ekstrak daun babandotan 40, 80, 160 mg/200 g bb , larutan normal salin kontrol normal dan negatif dan metotreksat kontrol positif pada hari ke-29 dan dilakukan pengamatan pada hari 29, 36, 43 dan 50. Pada hari ke- 50, dibuat sediaan histoPA untuk mengamati skor sinovitis dan jumlah osteoklas. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak daun babandotan dapat menurunkan volume edema kaki, skor sinovitis, dan jumlah osteoklas pada tulang calcaneus secara signifikan P.

Rheumatoid arthritis RA is a systemic chronic and progressive inflammatory disease, which attacks the joints symmetrically. Babandotan leaves are widely available in Indonesia and in various countries are expected to be used as an alternative in the treatment of RA because anti rheumatoid arthritis drugs are used today have major toxic side effects. This study aims to determine the effect of anti rheumatoid arthritis of the ethanol extract of the babandotan leaves by observations on paw edema volume induced by Complete freund 39 s adjuvant CFA, inflammation of the synovial membrane at the ankle joint as synovitis score and the number of osteoclasts in calcaneus bone. RA animal models created by inducing the CFA on the left hindpaw of rats. Volume paw edema observed at the day of induction and wait until the 28th day. Given treatment babandotan leaves extract 40, 80, 160 mg 200 g bb, normal saline normal and negative control and methotrexate control positive on day 29 and was observed on day 29, 36, 43 and 50. On day 50, preparations histopathology made at the ankle joint to observe synovitis score and the number of osteoclasts. The results showed that treatment babandotan leaves extract can reduce significantly P "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
T46878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>