Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29894 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yoga Nugraha
"Limbah industri biodiesel merupakan senyawa komplek yang mengandung gliserol. Gliserol limbah biodiesel dapat digunakan sebagai substrat Pseudomonas aeruginosa untuk memproduksi biosurfaktan. Limbah biodiesel yang ada masih perlu dimurnikan. Pemurnian limbah biodiesel dari senyawa-senyawa yang dapat meracuni bakteri Pseudomonas aeruginosa dalam memproduksi biosurfaktan dan momotong-motong asam lemak agar mudah digunakan sebagai sumber karbon dapat menggunakan variasi pH dan metode ozonasi yang diatur laju alirnya. Pencarian kondisi operasi optimum proses pemurnian limbah biodiesel akan menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Perubahan karateristik limbah biodiesel akan dianalisa menggunakan Spectrofotometer UV-Visible dan GCMS. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi optimum produksi biosurfaktan dengan pH 4, Laju alir 3 L/menit, dan waktu ozonasi selama 50 menit. dengan tengangan permukaan yang mampu diturunkan 56.12% dan tegangan antar muka 80.12%.

Waste from Biodiesel industry contains glycerol. Glycerol from Biodiesel waste can be processed into biosurfactant as substrate Pseudomonas aeruginosa. Waste biodiesel there still needs to be purified from compounds that are toxic to bacteria Pseudomonas aeruginosa in producing biosurfactant and cutting fatty acids for easy use as a carbon source in biosurfactant production, the methode for purification can use a variation of pH and ozonation method which set the flow rate. Optimum operating condition will be search using Response Surface Methodology (RSM). Carateristic will be analyzed using Spectrophotometer UV-Visible and GC-MS. The results showed that the optimum conditions for the production of biosurfactant with pH 4, flow rate 3 L/menit, and the time during the ozonation 50 minute with surface tension 56.12% and interfacial tension 80.12%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43151
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosella
"Biosurfaktan merupakan senyawa aktif permukaan yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan tegangan antar muka dan menstabilkan emulsi Bacillus amyloliquefaciens MD4 12 telah diteliti mampu menghasilkan biosurfaktan Penelitian bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimal produksi biosurfaktan menggunakan metode permukaan respon Penelitian tahap awal dilakukan dengan pemilihan sumber karbon dan nitrogen terbaik Sumber karbon yang digunakan adalah minyak tanah solar pelumas jagung sawit kelapa sedangkan sumber nitrogen yang digunakan adalah yeast extract tepung ikan tepung kedelai NH4 2SO4 NaNO3 dan NH4NO3 Komposisi medium dan kondisi lingkungan untuk produksi biosurfaktan dioptimasi dengan metode statistik yaitu Plackett Burman untuk memilih faktor yang berpengaruh signifikan dan Central Composite Design CCD untuk optimasi faktor tersebut terhadap produksi biosurfaktan Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak jagung dan yeast extract merupakan sumber karbon dan nitrogen terbaik berdasarkan penurunan tegangan permukaan tertinggi Faktor yang berpengaruh signifikan terhadap penurunan tegangan permukaan berdasarkan Plackett Burman adalah minyak jagung yeast extract dan MgSO4 7H2O Kondisi optimal berdasarkan prediksi CCD adalah minyak jagung 2 78 yeast extract 5 94 g l dan MgSO4 7H2O 1 18 g l dengan tegangan permukaan sebesar 34 18 dyne cm Hasil validasi kondisi optimal menghasilkan tegangan permukaan sebesar 35 10 dyne cm sedangkan tegangan permukaan sebelum optimasi adalah 40 dyne cm Hal tersebut menunjukkan bahwa optimasi dapat menurunkan tegangan permukaan sebesar 12 25.

Biosurfactant are surface active agent produced by microorganisms and had the ability to decrease surface tension interfacial tension and emulsion stabilization Biosurfactant of B amyloliquefaciens MD4 12 has been reported in previous study The aim of this study was to obtain optimum conditions biosurfactant production using response surface methodology Early stage research was carried out by selection of the best carbon and nitrogen sources Carbon sources used were kerosene diesel fuel lubricant corn palm and coconut while the nitrogen sources used were yeast extract fish meal soy flour NH4 2SO4 NaNO3 dan NH4NO3 Medium composition and the culture conditions for the biosurfactant production by B amyloliquefaciens MD4 12 were optimized by using Plackett Burman design to find out the significant factor and Central Composite Design CCD to optimize the significant factors that influence the production of biosurfactant The results showed that yeast extract and corn oil were the best carbon and nitrogen source for biosurfactant production The Plackett Burman design found corn oil yeast extract and MgSO4 7H2O have significant effect on decrease surface tension The optimum condition of CCD predictions were 2 78 corn oil 5 94 g l yeast extract and 1 18 g l MgSO4 7H2O can decrease surface tension to 34 18 dyne cm Validation result of optimal condition showed surface tension of 35 10 dyne cm while surface tension before optimization was 40 dyne cm This showed that optimization can decrease surface tension by 12 25."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Putri Ariyani
"ABSTRAK
Enzim selulase digunakan secara luas dalam berbagai industri, namun hampir 99% kebutuhan enzim domestik dipenuhi oleh impor. Salah satu biomassa lignoselulostik yang memiliki potensi tinggi produksi selulase adalah Tandan Kosong Sawit (TKS) karena kandungan selulosanya mencapai 41,3 – 46,5% (w/w). Metode konvensional untuk produksi enzim selulase adalah menggunakan jamur, namun diketahui bahwa bakteri juga dapat memproduksi enzim selulase dengan laju yang lebih cepat. Dalam penelitian ini dikaji bagaimana produksi enzim selulase oleh isolat BPPTCC-RK2 dan rekombinan EgRK2 dengan melakukan penentuan waktu inkubasi, suhu operasi dan pH optimum. Didapat bahwa waktu untuk produksi terbesar selulase untuk kedua jenis isolat adalah 24 jam, dengan pH dan suhu optimum untuk rekombinan EgRK2 adalah 7 dan 40 C. Setelah ekstraksi enzim, diperoleh nilai pH dan suhu optimum untuk selulase dari BPPTCCRK2 sebesar 6,5 dan 50 C, sementara selulase dari EgRK2 adalah sebesar 6,5 dan 60 C. Nilai Km dan Vmax selulase dari BPPTCC-RK2 untuk degradasi CMC adalah sebesar 0,021% dan 1,631 mol.ml-1min 1 dan dari rekombinan EgRK2 adalah sebesar 0,097% dan 2,739 mol.ml-1min-1. Sementara, nilai Km dan Vmax selulase pada degradasi TKKS adalah sebesar 0,704% dan 0,943 mol.ml-1min-1 untuk BPPTCC-RK2 dan 0,26% dan 1,934 mol.ml-1min-1 untuk rekombinan EgRK2.

ABSTRACT
Cellulase enzyme is widely used in industries, however almost 99% of Indonesia industrial enzyme demands is fulfilled by imports. One of the lignocellulosic biomass which has pretty high cellulose content is Oil Palm Empty Fruit Bunch (OPEFB), which reaches up to 41,3 – 46,5% (w/w). The conventional method for cellulase production is by utilizing fungi, but it is known that cellulase also can be produced by bacteria with higher production This research examined how was the production of cellulase enzyme by Bacillus amyloliquefaciens BPPTCCRK2 and EgRK2 recombinant by varying incubation time, operating temperature and medium pH. It was known that the optimum time for cellulase production by both isolates was 24 hours, with optimum pH and temperature of 7 and 40 C respectively. After enzyme extraction, the optimum pH and temperature of cellulase were obtained, with the value of 6,5 and 50 C for BPPTCC-RK2 and 6,5 and 60 C for EgRK2 recombinant. Km and Vmax value for CMC degradation were 0,021% and 1,631 mol.ml-1min 1 for BPPTCC-RK2 and 0,097% and 2,739 mol.ml-1min-1 for EgRK2 recombinant. Meanwhile, Km and Vmax value for OPEFB degradation were 0,704% and 0,943 mol.ml-1min-1 for BPPTCC-RK2 0,26% and 1,934 mol.ml-1min-1 for EgRK2 recombinant.
"
2015
S59780
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shanni Fernanda
"Enzim merupakan biokatalisator yang banyak digunakan di bidang industri, terutama deterjen, farmasi, makanan bahkan pemurnian minyak. Salah satu enzim yang banyak digunakan untuk pemurnian minyak ialah lysophospholipase. Sebanyak 50 kebutuhan enzim industri diperoleh dari mikroorganisme. Akan tetapi umumnya produk aktivitas enzim oleh mikroba galur liar kurang memadai untuk aplikasi di industri, sehingga perlu dilakukan rekayasa genetik. Pengklonaan gen penyandi lysophospholipase pernah dilakukan di Aspergillus niger dan Cryptococcus neoformans, tetapi belum pernah dilakukan dari bakteri alkalotermofilik. Bacillus halodurans CM1 merupakan bakteri alkalotrmofilik isolat BPPT. Penelitian terdahulu menujukkan bahwa bakteri tersebut memiliki enzim lipase, tetapi belum diteliti lebih lanjut mengenai jenis dan lipase rekombinannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengklona gen penyandi lysophospholipase dari Bacillus halodurans CM1 ke Escherichia coli DH5? menggunakan vektor pGEM-T easy. Plasmid rekombinan tersebut disekuensing. Hasil penelitian diperoleh fragmen gen penyandi lysophospholipase yang berukuran 783 pasang basa serta tingkat homologi 100 dengan genom Bacillus halodurans C-125 yang menyandi gen lysophospholipase No akses GenBank: BA000004.3.

Enzyme is a biocatalyst widely used in industry, for example detergent, pharmaceutical, food or oil purification. One of the most widely used enzymes for oil purification is lysophospholipase. As much as 50 of industrial enzyme needs are obtained from microorganisms. However, enzyme productivty from wild type microbial strain is usually limited and not applicable in industry, so that genetic engineering is necessary. Cloning gene encoding for lysophospholipase was once performed in Aspergillus niger and Cryptococcus neoformans, but has never been done from alkalothermophilic bacteria, such as Bacillus halodurans. Bacillus halodurans CM1 is an isolate of BPPT. Previous research has shown that this bacteria have lipase enzymes, but the study about their propertieshave not been conducted. This study aims to clone the gene t lysophospholipase from Bacillus halodurans CM1 to Escherichia coli DH5 using the pGEM T easy vector. The recombinant plasmid is sequenced. The results is gene fragment encoding lysophospholipase obtained with size 783 base pairs and 100 similiraty with gene encoding lysophospholipase from Bacillus halodurans C 125 No access GenBank BA000004.3."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67230
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Naya Prakasita Putri
"Biosurfaktan adalah agen aktif permukaan (surfaktan) yang dapat menurunkan tegangan permukaan minyak dan dapat digunakan dalam peningkatan perolehan minyak bumi secara hayati (Microbial Enhanced Oil Recovery / MEOR). Bakteri Halomonas meridiana BK-AB4 diharapkan dapat bertahan pada kondisi reservoir yang memiliki suhu dan salinitas tinggi sehingga cocok untuk digunakan dalam MEOR. Uji potensi dengan media agar darah menunjukkan hemolisis tipe alfa (α) yang menunjukkan adanya biosurfaktan yang diproduksi oleh bakteri Halomonas meridiana BK-AB4. Kultur starter optimum didapatkan setelah pertumbuhan selama 6 jam. Komposisi POME yang digunakan dianalisis dengan GC-MS dan didapatkan susunan utamanya adalah asam oleat dan asam palmitat. Kondisi optimum produksi biosurfaktan pada konsentrasi POME (v/v) 20%, suhu 65°C, pH 8 dan konsentrasi NaCl (w/v) 7% dengan nilai ODA 1,382 cm dan nilai IFT 1,817 dyne/cm. Hasil analisis FTIR menunjukkan adanya gugus asam karboksilat ataupun ester yang mengindikasikan jenis biosurfaktan asam lemak.

Biosurfactant is surface active agents (surfactant) that is able to reduce surface tension of oil and can be utilized for Microbial Enhanced Oil Recovery (MEOR). Halomonas meridiana BK-AB4 is a strain of microorganism that is able to survive in high temperature and salinity as in oil reservoirs, which will be suitable for MEOR. Hemolysis assay with blood agar showed alpha type hemolysis that indicated biosurfactant produced by Halomonas meridiana BK-AB4. The optimum starter culture is obtained after 6 hours of culitvation. Composition of POME is analyzed with GC-MS which primarily consisted of oleic acid and palmitic acid. Optimum biosurfactant production is at POME concentration (v/v) of 20%, 65°C temperature, pH 8 and NaCl concentration (w/v) of 7% with ODA value 1.382 cm and IFT 1,817 dyne/cm. FT-IR analysis showed functional groups of carboxylic acid or ester which indicated fatty acid class biosurfactant.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafian Awaludin
"Minyak bumi kian hari kian mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena sumur produksi yang sudah tua. Untuk mengatasi itu, diperlukan teknologi yang digunakan dalam perolehan minyak bumi dengan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR). Dewasa ini, perkembangan teknologi EOR mengarah kepada bidang bioteknologi dengan menggunakan mikroorganisme yang kita kenal sebagai Microbial Enhanced Oil Recovery (MEOR). Di dalam MEOR, injeksi biosurfaktan merupakan teknik yang paling efisien dalam perolehan minyak bumi. Biosurfaktan yang paling efektif adalah rhamnolipid yang dihasilkan oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa yang dapat menurunkan tegangan antarmuka antara minyak bumi dengan air. Dalam produksi biosurfaktan oleh bakteri ini, diperlukan substrat sebagai sumber karbon dalam proses fermentasi. Sumber karbon yang digunakan pada penelitian ini adalah glukosa, gliserol, molase, kulit pisang, dan minyak jelantah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber karbon yang paling optimum dalam menghasilkan biosurfaktan dari Pseudomonas aeruginosa dengan menggunakan busnell hass medium sebagai media cair pertumbuhan bakteri. Produksi biosurfaktan yang dihasilkan adalah 74mg/L dari glukosa; 63mg/L dari kulit pisang; 66mg/L dari gliserol; 85mg/L dari minyak jelantah; dan 64mg/L dari molase dengan penurunan tegangan permukaan berturut-turut: 33,55 mN/m dari glukosa; 32,51 mN/m dari kulit pisang; 27,55 mN/m dari gliserol; 22,46 mN/m dari minyak jelantah; dan 31,49 mN/m serta memiliki penurunan tegangan antarmuka dari glukosa; kulit pisang; glisero; minyak jelantah; dan molase berturut-turut adalah 15,2 mN/m; 13,78 mN/m; 8,15 mN/m; 0,14 mN/m; dan 11,2 mN/m.

Petroleum nowadays is decreasing due to the decrepitude of production wells. Regarding to this, to solve the problem, it is needed to use the technology in obtaining the petroleum with Enhanced Oil Recovery (EOR). Today, the development of EOR technology moves to the field of biotechnology by using microorganisms known as Microbial Enhanced Oil Recovery (MEOR). In MEOR, the biosurfactant’s injection is acknowled as the most efficient technique in the acquisition of petroleum. The most effective biosurfactant is rhamnolipid produced by Pseudomonas aeruginosa, the bacteria which can lower the interfacial tension between the petroleum and water. In biosurfactant’s production thanks to these bacteria, the substrate as the source of carbon in the fermentation process is needed. The source of carbon used in this study are glucose, glycerol, molasses, banana peels, and waste cooking oil.
This research aims to determine the most optimum carbon sources to produce biosurfactant from Pseudomonas aeruginosa by using busnell hass medium as a liquid medium of bacterial growth. Biosrufaktant production’s result are; 74mg/L from glucose; 63mg/L from banana peels; 66mg/L from glycerol; 85mg/L from waste cooking oil; and 64mg/L of molasses with the decreasing surface’s tension in a row: 33.55 mN/m from glucose; 32.51 mN/m from banana peels; 27.55 mN/m from glycerol; 22:46 mN/m from waste cooking oil; and 31.49 mN/m from molases,,and also the decresing of interface tension of glucose; banana peels; glycerol; waste cooking oil; and molases in a row as follow : 15.2 mN/m; 13.78 mN/m; 8:15 mN/m; 0:14 mN/m; and 11.2 mN/m.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58627
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Aulia Prasasti Dewi
"Amoksisilin merupakan salah satu antibiotik β-laktam yang mendominasi pasar antibiotik global, dimana proses produksinya secara enzimatis dilakukan oleh Penisilin-G Asilase (PGA). Pada produksi amoksisilin secara enzimatis dalam skala industri dibutuhkan enzim PGA dengan jumlah yang cukup besar. Proses tersebut membutuhkan enzim PGA dalam bentuk teramobil. Penggunaan PGA teramobil sendiri memiliki kelebihan dapat digunakan berkali-kali sehingga memberikan keuntungan tambahan secara teknologi dan ekonomis dalam proses sintesis amoksisilin. Imobilisasi ini dilakukan pada enzim PGA dari isolat Bacillus thuringiensis BD1 koleksi Lab Biokatalis-PRMT-ORHL-BRIN. PGA diimobilisasi  menggunakan bahan Na-Alginat sebagai matriks imobilisasi dengan menggunakan teknik penjebakan, dengan variasi konsentrasi Na-Alginat pada 1%, 1.25%, dan 1.5%. Pengujian stabilitas pH pada range pH 6-9, uji stabilitas termal pada range 30-60 0C, dilakukan pula uji penggunaan ulang, uji morfologi, dan juga uji sintesis amoksisilin. Aktivitas sebelum proses imobilisasi terukur sebesar 46.59 U/mg. Konsentrasi Na-alginat optimum pada imobilisasi PGA BD1 adalah sebesar 1.5% dengan aktivitas  terukur 41.01 U/mg.  PGA BD1 terimobilisasi dapat mempertahankan sekitar  ±20% dari jumlah aktivitas awal setelah dilakukan 4 kali pemakaian. Imobilisasi PGA optimum pada kondisi pH 7 dan suhu 40 0C. PGA BD1 terimobilisasi menghasilkan kadar amoksisilin lebih tinggi pada proses sintesa amoksisilin secara enzimatis jika dibandingkan dengan bentuk bebasnya

Amoxicillin is one of the β-lactam antibiotics that dominates the global antibiotic market, where the enzymatic production process is carried out by Penicillin-G Acylase (PGA). Enzymatic production of amoxicillin on industrial scale requires a large amount of the PGA enzyme. This process requires the PGA enzyme in immobilized form. The use of immobilized PGA has the advantage that it can be used many times, thus providing additional technological and economic advantages in the amoxicillin synthesis process. This immobilization was carried out on PGA enzymes from Bacillus thuringiensis BD1 isolates from the collection of the Biocatalyst Lab-PRMT-ORHL-BRIN. PGA was immobilized using Na-Alginate as the immobilization matrix using entrapment techniques, with variations in Na-Alginate concentrations at 1%, 1.25%, and 1.5%. pH stability testing in the pH range 6-9, thermal stability tests in the range 30-60 oC, reusability tests, morphology tests, and amoxicillin synthesis tests were also carried out. Activity before the immobilization process was measured at 46.59 U/mg. The optimum Na-alginate concentration in PGA BD1 immobilization was 1.5% with a measured activity of 41.01 U/mg. Immobilized PGA BD1 can maintain about ±20% of its initial activity after 4 uses. Optimum PGA immobilization at pH 7 and temperature 40 0C. Immobilized PGA BD1 produced higher levels of amoxicillin in the enzymatic amoxicillin synthesis process when compared with the free enzyme."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia, termasuk Indonesia. Menurut WHO, setiap tahunnya 300 ? 500 juta penduduk dunia menderita malaria dan satu juta di antaranya meninggal dunia. Dewasa ini, strategi pencegahan dan pemberantasan malaria dilakukan dengan integrated vector management (IVM) yang dirancang untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Salah satu langkah IVM adalah penggunaan agen biologis untuk pemberantasan vektor, seperti Bacillus thuringiensis (Bt). Bt dikatakan ramah lingkungan dan tidak menimbulkan resistensi vektor. Efektivitasnya pun telah dibuktikan dalam berbagai penelitian. Sayangnya, Bt memiliki masa kerja yang singkat sehingga diperlukan aplikasi berulang di habitat vektor. Saat ini, Bt yang digunakan di Indonesia masih diimpor dari luar negeri. Pemberantasan vektor malaria menggunakan Bt dapat dilakukan secara berkesinambungan dengan memanfaatkan potensi lokal yaitu kelapa sebagai media pembiakkan Bt.

Abstract
Malaria is one of major health problems in the world, including Indonesia. According to WHO, 300-500 million people suffer from malaria and 1 million of them died. Nowadays, malaria prevention strategy has been focusing on integrated vector management (IVM). It is planned to reduce negative effects to the environment. One of IVM strategies is using the biological agent for vector management, i.e. Bacillus thuringiensis. Bt was reported environmental-friendly and does not raise vector resistency. Efficacy of Bt has also been proven by many studies. Unfortunately, Bt has short-period of activity, therefore the application of Bt must be repeated regularly. Bt in Indonesia is still imported from other country. Malaria vector management using Bt, could be sustainable if we produce Bt from local product using coconut.
"
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arina Aisyah
"ABSTRAK
Penelitian bertujuan meningkatkan aktivitas lipase dengan mengoptimasi produksi dan mengetahui karakteristik lipase Bacillus halodurans CM1. Bagian pertama penelitian, meningkatkan aktivitas lipase dengan optimasi komposisi media juga mutasi bakteri dengan radiasi gamma dan N-methyl-N rsquo;-nitro-N-nitrosoguanidine NTG . Tujuh media yang berbeda diseleksi untuk mendapatkan media produksi. Delapan variabel komposisi media dioptimasi dengan rancangan Plackett-Burman. Bakteri dimutasi dengan radiasi gamma dosis 0,1 mdash;0,4 kGy dan NTG 0,05 mdash;0,15 mg/mL dengan waktu inkubasi 1 mdash;3 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media produksi yang digunakan berdasarkan optimasi media dan komposisi media Plackett-Burman adalah media berdasarkan Bora Bora modifikasi yang mengandung 0,5 palm oil PO dan 0,09 CaCl2. Aktivitas lipase optimal diproduksi oleh bakteri hasil mutasi dengan NTG 0,1 mg/mL yang diinkubasi selama 3 jam. Bagian kedua, enzim dipekatkan dengan metode stirred-cell ultrafiltration UF -ammonium sulfat dan UF-polyethylene glycol PEG . Karakterisasi enzim dilakukan terhadap pengaruh pH, suhu, ion logam, dan deterjen. Rentang pH yang diujikan adalah pH 6 mdash;12, sedangkan variasi suhu 30 mdash;70o C. Ion logam yang diuji, yaitu Mg2 , Ca2 , Zn2 , Mn2 , Fe2 , dan K 1 mM dan 10 mM. Perkiraan berat molekul dilakukan dengan metode SDS-PAGE, kinetika enzim dihitung berdasarkan persamaan Lineweaver-Burk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemekatan enzim UF-PEG berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas enzim lipase sebesar 18,44 . Berat molekul lipase, sekitar 35,7 mdash;37,4 kDa. Aktivitas enzim lipase optimum pada pH 7, suhu 50o C dan relatif stabil pada pH 7 mdash;8, suhu 30 mdash;70o C. Seluruh ion logam yang diujikan mampu meningkatkan aktivitas enzim, namun ion Ca2 menghasilkan aktivitas relatif tertingi di antara ion lainnya. Nilai Km 0,23 mg/mL dan Vmaks 4,07 U/mL. Lipase relatif stabil dengan penambahan deterjen konsentrasi 1 mdash;2 dan mampu menghilangkan minyak sebanyak 8,40 .

ABSTRACT
The research aimed to improve the activity of lipase by optimizing the production and know the characteristics of lipase Bacillus halodurans CM1. The first part of research aimed to improve the lipase activity by optimization of media composition and mutation of bacteria by gamma radiation and N methyl N 39 nitro N nitrosoguanidine NTG . Seven different media were selected to obtain production medium. Eight compositions of production medium optimized by Plackett Burman design. The bacteria mutated by gamma radiation doses 0.1 mdash 0.4 kGy and NTG 0.05 mdash 0.15 mg mL with incubation time 1 mdash 3 hours. The results showed that the production medium used was based on the Bora and Bora modified medium containing 0.5 palm oil PO and 0.09 CaCl2. High lipase activity produced by the bacterium mutated with NTG 0.1 mg mL were incubated for 3 hours. The second part aimed to examine the characteristics of lipase. The enzyme was concentrated by stirred cell ultrafiltration UF ammonium sulfate and UF polyethylene glycol PEG methods. Enzyme characterization focused on the effect of pH, temperature, metal ions, and detergents to the lipase activity. Variations in pH tested were pH 6 mdash 12, while the temperature variations 30 mdash 70o C. Metal ions tested were Mg2 , Ca2 , Zn2 , Mn2 , Fe2 , and K 1 mM and 10 mM. Estimated molecular weight was carried out by using SDS PAGE and the enzyme kinetics calculated by Lineweaver Burk equation. The results showed that the concentration of enzymes by PEG UF affected to increase lipase activity 18,44 . The molecular weight of lipase, which was about 35.7 to 37.4 kDa. The optimum condition of lipase reached at pH 7, 50o C and relative stable at pH 7 mdash 8 and temperature 30 mdash 70o C. The whole metal ions tested were able to increase the activity of the enzyme. Ca2 showed the highest relative activity among others. Km value was 0.23 mg mL and Vmax 4.07 U mL. Lipase was relatively stable with the addition of 1 mdash 2 detergent concentration and was able to remove 8.40 the oil."
2017
T47295
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Marssada Biorata
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi operasi optimum
dalam memproduksi Selulase dengan response surface methodology
menggunakan Bacillus sp. BPPT CC RK 2. Optimasi ini memakai substrat alam
yang banyak terdapat di Indonesia dan murah sebagai sumber karbon dan sumber
nitrogen yang digunakan sebagai media produksi enzim untuk mengganti
Carboxylmethyl cellulose (sumber karbon) dan Yeast Extract (sumber nitrogen)
yang masih mahal. Proses penelitian ini dilakukan 4 tahap, yaitu: (1) pembuatan
serta pemilihan komposisi medium dan produksi enzim (2) proses fermentasi (3)
penggunaan response surface methodology dengan menggunakan software design
expert dalam menentukan titik optimum Selulase (4) serta uji aktivitas dan kadar
enzim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat Bacillus sp. BPPT CC RK 2
optimum menghasilkan selulase selama 12 jam pada media dengan konsentrasi
dedak padi 50% (b/v), dan konsentrasi air kelapa 20% (v/v).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi operasi optimum
dalam memproduksi Selulase dengan response surface methodology
menggunakan Bacillus sp. BPPT CC RK 2. Optimasi ini memakai substrat alam
yang banyak terdapat di Indonesia dan murah sebagai sumber karbon dan sumber
nitrogen yang digunakan sebagai media produksi enzim untuk mengganti
Carboxylmethyl cellulose (sumber karbon) dan Yeast Extract (sumber nitrogen)
yang masih mahal. Proses penelitian ini dilakukan 4 tahap, yaitu: (1) pembuatan
serta pemilihan komposisi medium dan produksi enzim (2) proses fermentasi (3)
penggunaan response surface methodology dengan menggunakan software design
expert dalam menentukan titik optimum Selulase (4) serta uji aktivitas dan kadar
enzim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat Bacillus sp. BPPT CC RK 2
optimum menghasilkan selulase selama 12 jam pada media dengan konsentrasi
dedak padi 50% (b/v), dan konsentrasi air kelapa 20% (v/v).

ABSTRACT
This study aims to obtain optimum operating conditions in the production of
cellulase by response surface methodology using Bacillus sp. BPPT CC RK 2.
This optimization using the natural substrate that is widely available in Indonesia
dan cheap as a source of carbon dan nitrogen sources are used as a medium for
enzyme production to replace Carboxylmethyl cellulose (carbon source) and
Yeast Extract (nitrogen source) that still expensive. The research process is done
by 4 stages, namely: (1) the production and selection of medium composition and
enzyme production (2) the fermentation process (3) the use of response surface
methodology using design expert software in determining the optimum cellulase
(4) activity assay and protein levels. The results showed that Bacillus sp. BPPT
CC RK 2 isolates produce optimum cellulase for 12 hours in media with
concentrations of rice husk 50% (w/v), and coconut water consentration of 20%
(v/v).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42409
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>