Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91314 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rihlah Romdoniah
"Dalam lingkup ekonomi, pernikahan memberikan dampak positif dengan adanya efisiensi biaya (Becker, 1976). Akan tetapi, dampak tersebut sepertinya tidak berlaku secara universal. Faktanya, pernikahan di usia dini seringkali diasosiasikan dengan dampak yang negatif, seperti kemiskinan. Dengan menggunakan data Susenas Kor 2013, penelitian ini menganalisis pengaruh usia menikah pertama terhadap status sosial ekonomi. Penelitian ini menemukan terdapat pengaruh positif dari usia menikah pertama terhadap status sosial ekonomi.

In the economic scope, marriage had a positive impact with cost efficiency (Becker, 1976). However, these effects do not seem to apply universally. In fact, early marriage is associated with negative effects, such as poverty. Using data Susenas Kor in 2013, this study analyzed the effect of the age at first marriage for socioeconomic status. This research found there is a positive effects on the age of first marriage for socioeconomic status."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S61845
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalida
"Penelitian ini menganalisis pengaruh dari pernikahan anak pada wanita terhadap kemampuan negosiasi wanita tersebut dalam keluarga menggunakan data dari Indonesia Family Life Survey IFLS gelombang kelima. Proxi yang digunakan untuk kemampuan bernegosiasi adalah pengaruh wanita dalam pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan anak, transfer ke orangtua dan mertua, serta waktu sosialisasi suami dan diri sendiri.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa menikah pada usia dewasa akan meningkatkan kemungkinan wanita tersebut memiliki kemampuan negosiasi dalam keluarga pada aspek pendidikan anak, kesehatan anak dan waktu yang dihabiskan suami untuk bersosialisasi di luar. Implikasi dari penelitian ini menunjukkan pentingnya mengurangi pernikahan di bawah umur karena fenomena tersebut secara negatif mempengaruhi pemberdayaan wanita dari sisi kemampuan negosiasi dalam keluarga.Kata Kunci: wanita, pernikahan anak, agensi keluarga, kemampuan negosiasi.

This study analyses the impact of child marriage on womens socio economic bargaining power in the family using the fifth wave of Indonesia Family Life Survey. The proxies used for socioeconomic bargaining power are spending for childrens education and health, transfer to parents and parents in law, husbands socialising time and respondent rsquo s socialising time.
The findings show that marrying after reaching adulthood will increase the womens probability for bargaining power in their childrens education, childrens health and husbands socialising time. The implication of this study would address the importance of reducing the number of child marriage in Indonesia as it would affect womens empowerment represented by family socio economic agency in negative way.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Astuti
"Dalam keseharian, pembuatan rencana untuk mengerjakan tugas merupakan hal yang lumrah dilakukan, namun ketika waktu pelaksanaan rencana tersebut sudah tiba, apakah pembuat rencana benar-benar melaksanakannya sesuai rencana atau menundanya? Penelitian field eksperiment dilakukan untuk melihat pengaruh dari keterhubungan psikologis terhadap temporal discounting pada pelaksanaan tugas. Sebelum penelitian dilakukan, partisipan diminta menentukan kapan dirinya bersedia mengikuti penelitian. Sebanyak 66 partisipan dibagi secara random menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok eksperimen. Pada waktu yang telah partisipan tentukan sendiri sebelumnya, partisipan menerima manipulasi keterhubungan psikologis dari Bartel dan Rips (2010) yang telah dimodifikasi sebelum memutuskan apakah akan mengikuti penelitian pertama yang akan dilaksanakan saat itu juga sesuai dengan rencana sebelumnya, atau mengikuti penelitian yang akan dilaksanakan pada minggu selanjutnya. Kelompok kedua merupakan kelompok kontrol, kelompok ini tidak menerima manipulasi apapun sebelum menentukan pilihannya. Hasil analisis chi-square test for independence menunjukkan tidak adanya pengaruh keterhubungan psikologis terhadap temporal discounting pada pelaksanaan tugas χ2 (1, N=66) = 1.29, p<.256. Pada bagian akhir, dibahas mengenai metode penelitian temporal discounting pada pelaksanaan tugas yang pertama kali dilakukan pada penelitian ini serta aspek-aspek pengambilan keputusan dengan konsekuensi yang akan segara dirasakan oleh pengambil keputusan.

In daily life, planning upcoming activities, including when to do various tasks, is one way people often do to organize their activities, but, when the time of this plan’s execution comes, are people following the original plan or delaying the task execution to some other times in the future? A field experiment was conducted to see whether there is relationship between psychological connectedness and temporal disounting of effort. Before the main research, partisipants were asked about the time they were able to join the research. 66 participants were divided into two group. The first group was the experiment group, at the time that were decided by partisipants themselves, partisipants received psychological connectedness manipulation before making decision whether they would stick to their previous plan and join the research right at that time, or would join a newly-offered research that would be held a week later. The second group was the control group, this group did not receive any manipulation before making decision on the same matter. Statistical analysis chi-square test for independence indicate there is no effect of psychological connectedness on temporal discounting of effort χ2 (1, N=66) = 1.29, p<.05. In the end, the method to asses temporal discounting of effort that was used for the first time in this research was discussed. There are also discussion about aspects of intertemporal choice with immediate consequences, and its relations to this study."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofiya Rohmah Asyahida
"Depresi antenatal merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sering kali
luput dari perhatian. Penelitan ini dilakukan karena mengingat dampak yang ditimbulkan
oleh depresi antenatal baik bagi ibu maupun janinnya dan belum adanya penelitian
mengenai pengaruh status sosial ekonomi terhadap depresi antenatal menggunakan data
sekunder berskala nasional yaitu IFLS V. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh status sosial ekonomi terhadap depresi antenatal di Indonesia. Desain penelitian
yang digunakan adalah cross-sectional yang dilakukan pada bulan Desember 2020 –
Januari 2021. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kejadian antenatal di Indonesia
yaitu sebesar 21.4%. Setelah dikontrol oleh confounder, nilai rasio odds terjadinya
depresi antenatal lebih besar 1,32 kali pada status sosial ekonomi kuintil 3 (menengah ke
atas) dibandingkan dengan status sosial ekonomi kuintil 4 (kaya), dan odds tersebut
meningkat pada kuintil status sosial ekonomi 2 dan 1. Terlihat pada status sosial ekonomi
kuintil 2 (menengah kebawah), odds terjadinya depresi antenatal 1.95 lebih besar dan
pada status sosial ekonomi kuintil 1(miskin), odds terjadinya depresi antenatal lebih besar
1.84 jika keduanya dibandingkan dengan status sosial ekonomi kuintil 4 (Kaya).
Kesimpulannya, prevalensi depresi antenatal di Indonesia tinggi dan terdapat pengaruh
status sosial ekonomi terhadap kejadian depresi antenatal, oleh karena itu perlu dilakukan
penyuluhan mengenai dampak, faktor risiko dan upaya pencegahannya, terumata pada
ibu hamil dan keluarganya yang berada pada status sosial ekonomi rendah

Antenatal depression is a public health problem that often goes unnoticed. This research
was conducted because considering the impact of antenatal depression on both the mother
and the fetus and the absence of research on the effect of socioeconomic status on
antenatal depression using national-scale secondary data, namely IFLS V. This study
aims to determine the effect of socioeconomic status on antenatal depression in Indonesia.
The research design used was cross-sectional, which was conducted in December 2020 -
January 2021. The results showed that the prevalence of antenatal incidence in Indonesia
was 21.4%. After being controlled by confounders, the odds ratio value of antenatal
depression was 1.32 times greater in the socioeconomic status quintile 3 (middle and
upper) compared to the socioeconomic status quintile 4 (rich), and the odds increased in
the socioeconomic status quintile 2 and 1. It can be seen that in the socioeconomic status
of quintile 2 (middle to lower), the odds of antenatal depression are 1.95 greater and in
quintile 1 (poor) socioeconomic status, the odds of antenatal depression are 1.84 greater
if both are compared with the socioeconomic status of quintile 4 (Rich ). In conclusion, the prevalence of antenatal depression in Indonesia is high and there is an effect of socioeconomic status on the incidence of antenatal depression, therefore it is necessary to do counseling regarding the impact, risk factors and prevention efforts,
especially for pregnant women and their families who are in low socioeconomic status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggraini Hapsari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa paparan mengenai tren perubahan usia pernikahan dapat mempengaruhi desakan menikah yang dirasakan oleh individu dewasa muda. Pada penelitian ini, tren perubahan usia pernikahan dihadirkan dalam bentuk teks berita yang dibagi kedalam dua jenis, yaitu yang menyatakan bahwa usia pernikahan di Indonesia semakin naik, dan yang lainnya menyatakan bahwa usia pernikahan di Indonesia semakin turun. Kemudian, desakan menikah diukur dengan menggunakan Skala Desakan Menikah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain 2 x 1 randomized factorial design, between-subjects. Partisipan dari penelitian ini adalah 87 dewasa muda (20-40 tahun) yang belum menikah, memiliki keinginan untuk menikah, heteroseksual, berdomisili di Jabodetabek, dan minimal sedang duduk di perguruan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada skor desakan menikah antara partisipan yang membaca berita tentang penurunan usia pernikahan dengan partisipan yang membaca berita tentang kenaikan usia pernikahan. Meskipun demikian, ditemukan bahwa individu yang membaca berita bahwa orang Indonesia menikah pada umur yang semakin muda daripada sebelumnya, menunjukkan tingkat ketertarikan yang lebih besar untuk menikah di usia muda dibandingkan dengan individu yang membaca berita bahwa orang Indonesia menikah pada umur yang semakin tua daripada sebelumnya.

ABSTRACT
This study aims to show that exposure to changing trend in marriage age could affect one?s feeling of mate urgency. In this study, changes in marriage age trend was presented in a form of news excerpt which were varied in two ways with one states that marriage age in Indonesia is increasing while the other states that marriage age in Indonesia is decreasing. Subsequently, mate urgency was measured using Skala Desakan Menikah. This study is an experimental research with 2 x 1 randomized factorial design, between-subjects. Participants were 87 young adults (aged 20-40), never married, having in intention to get married in the future, heterosexual, domicile in Jabodetabek, and at least currently undergoing in college. The result shows no significant difference in mate urgency between participants who read about the decrease in marriage age compared to those who read about the increase in marriage age. Nevertheless, this study also found that those who read that Indonesians are marrying in younger age than before shows greater interest to marry in relatively young age compared to those who read that Indonesians are marrying in older age than before."
2015
S59164
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Wicaksono
"ABSTRAK
Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia yaitu tingginya angka kasus perundungan yang terjadi pada kalangan pelajar. Studi-studi sebelumnya menyatakan bahwa tingkat status sosial ekonomi (SSE) dan modal sosial merupakan faktor-faktor penting yang menyebabkan terjadinya praktik perundungan di sekolah. Siswa yang berasal dari tingkat SSE rendah lebih sering menjadi korban perundungan dibandingkan dengan siswa yang berasal dari tingkat SSE tinggi. Begitupun dengan modal sosial, siswa yang memiliki tingkat popularitas rendah dan jaringan sosial yang lemah cenderung lebih rawan menjadi korban. Untuk mengisi ruang literatur, penulis menggunakan analisis multi-sebab terhadap variabel tingkat SSE dan modal sosial secara bersamaan, serta berupaya untuk melihat faktor yang lebih dominan dalam mempengaruhi praktik perundungan di sekolah. Secara khusus, studi ini menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan siswa menjadi korban perundungan di sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei dan teknik olah data regresi logistik biner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki modal sosial rendah 6 kali lebih berpotensi menjadi korban perundungan dibandingkan dengan siswa yang memiliki modal sosial tinggi. Sementara itu, variabel tingkat SSE dinyatakan tidak berkorelasi dengan kejadian viktimisasi perundungan di SMAN X. Oleh karena itu, variabel modal sosial diketahui merupakan faktor yang lebih dominan sebagai penyebab terjadinya praktik perundungan dibandingkan dengan variabel tingkat SSE.

ABSTRACT
One of the problems of education in Indonesia is the high number of bullying practice that occur among students. Previous studies stated that the level of socioeconomic status (SSE) and social capital were important factors that led to the practice of bullying in schools. Students from low SSE levels are more often victims of bullying practice compared to students from high SSE levels. Likewise with social capital, students who have a low level of popularity and weak social networks tend to be more vulnerable to being victims. To fill the literature space, the author uses multi-cause analysis of SSE level variables and social capital simultaneously, and seeks to see more dominant factors in influencing bullying practice in school. In particular, this study analyzes the factors that caused students to become victims of bullying practice at school. This study uses a quantitative approach with survey methods and binary logistic regression data processing techniques. The results showed that students who had low social capital were 6 times more likely to be victims of bullying practice compared to students who had high social capital. Meanwhile, the SSE level variable is stated not to correlate with the incidence of bullying victimization at SMAN X. Therefore, the variable of social capital is known to be a more dominant factor as a cause of bullying victimization compared to the SSE level variable."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Putri Wulandari
"Studi ini berusaha untuk mencari tahu bagaimana kebijakan pembangunan fasilitas pendidikan terbesar di Indonesia, kebijakan SD INPRES program, yang diikuti oleh generasi pertama dapat memberikan manfaat kepada anaknya atau generasi keduanya dalam bentuk usia menikah pertama sebagai proksi dari manfaat non-tunai dari pengembalian pendidikan. Dengan menggunakan IFLS 4 dan 5 dan juga data dari Duflo, studi ini mengaplikasikan different in different model untuk menganalisis manfaat orang tua dari SD INPRES program dapat mempengaruhi preferensi anaknya dalam bentuk tambahan rata-rata usia menikah. Interaksi antara kelompok grup berdasarkan tahun lahir dan jumlah sekolah yang dibangun berdasarkan lokasi lahir orang tua digunakan untuk menentukan apakah masing-masing orang tua menerima manfaat dari adanya program. Hasil estimasi menemukan bahwa tidak ada cukup bukti bahwa orang tua yang mendapat manfaat dari SD INPRES program mempunyai dampak kepada anaknya dalam bentuk tambahan usia menikah. Lebih lanjut lagi, lokasi spesifik dari pelaksanaan program dapat mempengaruhi hasil tingkat signifikansi dari model regresi.

This study aims to examine how the largest Indonesian schools construction program in 1974, the SD INPRES program, experienced by first generation can give benefits to their children or their second generation in forms of age of first marriage as a proxy of non-cash benefit of return of education. Using IFLS 4 and 5 data and Duflo’s data, this study applies the different in different model to analyze if first generation benefited from the SD INPRES program can affect their children preference with an increasing average age of first marriage. Interaction of young cohort based on parent year of birth and number of schools constructed based on parent location of birth are used to decide if each of the parents can benefited from the program or not. The main finding suggests that there is no significance evidence that parent benefits from the SD INPRES program has an effect to a higher preference on children age of marriage. Furthermore, any specific location can leads to a significance findings in the regression model."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajiraga Amrantara
"Latar Belakang: Saat ini telah diketahui di beberapa negara bahwa puncak insidensi lesi prakanker serviks terjadi pada kelompok usia pertama kali menikah 12-17 tahun. Namun belum ada data yang menggambarkan tentang sebaran dan hubungan antara usia pertama kali menikah dengan terjadinya lesi prakanker serviks di Indonesia, khususnya di Jakarta. Tujuan: Untuk mengidentifikasi target kelompok usia pertama kali menikah pada wanita peserta program skrining “see and treat” dan mengetahui hubungan antara usia pertama kali menikah, kesadaran dan hasil Tes Inspeksi Visual Asam asetat (IVA). Metodologi: Desain yang digunakan adalah uji potong lintang pada wanita peserta program di 4 puskesmas Jatinegara April – Mei 2009, untuk mengevaluasi frekuensi usia pertama kali menikah peserta, dan kesadaran. Hasil: Partisipasi skrining tertinggi adalah pada usia pertama kali menikah pada umur 20 tahun (14,5% dari n=612). Terdapat hubungan yang bermakna antara usia pertama kali menikah dan kesadaran dengan Uji Chi-Square (p=0,002) dengan OR=5,83, IK 95%=3,68 ; 50,22. Tidak terdapat hubungan bermakna antara usia pertama kali menikah dan temuan hasil Tes IVA dengan Uji Chi-Square (p=0,267) dengan OR4,59, CI 95%=0,53;39,52. Terdapat hubungan bermakna antara usia, jumlah melahirkan dan usia pertama menikah dengan temuan hasil Tes IVA (0,05 < p < 0,10). Kesimpulan: Pada penelitian ini tidak terdapat korelasi antara usia pertama kali menikah, kesadaran dan hasil Tes IVA.

Background: There are some medical research from other country that identified the peak incidence of premalignant cervical cancer was in the age of first marriage 12- 17 age group. But report for distribution and relation between age and premalignant cervical cancer in Indonesia, especially in Jakarta, are poorly understood. Purpose: To identify the target age of first marriage amongst women participant of “see and treat” screening program and to analyze relation of age of first marriage, awareness and IVA test result. Methodology: We used a cross-sectional test to analyze data from Jatinegara female participants in 4 clinics in Jatinegara during April – May 2009, to evaluate frequency of participant age of first marriage, awareness. Result: The highest screening participation was amongst age of first marriage women at 20 year (14,5% in n=612). There was significance relation between age of first marriage and awareness with Chi-Square Test (p =0,002) with OR=5,83, CI 95%=3,68 ; 50,22. There was no significance relation between age of first marriage and VIA test result with Chi-Square Test (p =0,276) with OR=4,59, CI 95%=0,53;39,52. Conclusions: There was no correlation between age of first marriage, awareness and IVA test result. The increasing age of fisrs marriage the participant, more frequencies awareness, will also have more positif pre-cancer detected by VIA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alhanuna Alifa
"Kepala rumah tangga perempuan seringkali dianggap sebagai kelompok yang rentan terhadap kemiskinan. Beberapa literatur menunjukkan bahwa terdapat bias dalam pernyataan ini, dan perlu dilakukan pemisahan subkelompok untuk melihat tantangan yang dialami tiap jenis kepala rumah tangga perempuan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pola dan perbedaan partisipasi kerja kepala rumah tangga perempuan di Indonesia dan pengaruh status perkawinan kepala rumah tangga perempuan (de facto dan de jure) di Indonesia terhadap partisipasi kerja mereka setelah dikontrol terhadap pengaruh faktor sosial ekonomi tertentu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan data sekunder dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2018. Metode yang digunakan untuk menganalisis data tersebut adalah analisis regresi logistik multinomial. Analisis dilakukan terhadap kepala rumah tangga perempuan usia produktif (15-64 tahun). Ditemukan bahwa kepala rumah tangga perempuan yang berstatus kawin (de facto) lebih cenderung menghabiskan waktunya pada pekerjaan berbayar dan tidak berbayar (mengurus rumah tangga) dibandingkan kepala rumah tangga perempuan yang tidak berstatus kawin (de jure). Temuan penelitian ini dapat dijadikan sebagai rekomendasi bagi pemangku kepentingan terkait dalam menentukan intervensi kebijakan terhadap berbagai subkelompok kepala rumah tangga perempuan di Indonesia.

Female household heads are often seen as a vulnerable group to poverty. Some literature suggests bias in this statement, and it is necessary to disaggregate the subgroups to see the challenges faced by each type of female household head. Therefore, this study aims to explain the patterns and differences in the work participation of female household heads in Indonesia and the effect of the marital status of female household heads (de facto and de jure) in Indonesia on their work participation after controlling for the effects of socio-economic factors. This study uses a quantitative approach with secondary data from the March 2018 National Socio-Economic Survey (Susenas). The method used to analyze this data is the multinomial logistic regression. The analysis is conducted on female household heads in their productive age (15-64 years old). It is found that female household heads who are married (de facto) are more likely to spend their time in paid and unpaid work (domestic work) than female household heads who are not married (de jure). This study’s findings can be used as recommendations for relevant stakeholders in determining policy interventions for various subgroups of female household heads in Indonesia"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paradise, Isaura
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh usia kawin pertama ibu terhadap pemenuhan hak kesehatan anak usia 6-23 bulan dengan menggunakan data SUSENAS 2017. Berdasarkan studi literatur, variabel usia kawin pertama diduga mengalami endogenitas sehingga variabel ini diprediksi dahulu menggunakan regresi OLS. Metode analisis pemenuhan hak kesehatan anak menggunakan regresi logistik biner dan regresi logistik ordinal. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh bahwa usia kawin pertama ibu berpengaruh positif terhadap pemenuhan hak ASI ekslusif, pemenuhan hak ragam makanan, dan pemenuhan hak imunisasi dasar lengkap. Secara keseluruhan, usia kawin pertama ibu berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat pemenuhan hak kesehatan anak.

This research aims to study the effect of mother's first age marriage on fulfillment of rights health of children aged 6-23 months in Indonesia using National Socio-Economic Survey 2017 data. Based on literature review, variable first age marriage is suspected to suffer from endogeneity, thus this variable is predicted using OLS regression in the first stage. The analysis method using the binary logistic regression and ordinal logistic regression. The result of data processing obtain that mother's first age marriage has a positive effect on fulfillment of exclusive breastfeeding right, fulfillment of the right to variety of food, and fulfillment of basic immunization rights. Overall, the mother's first age marriage has a positive effect on fulfillment of children's health rights."
Depok: Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>