Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195779 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Rarassanti
"Kegagalan dalam penyediaan air bisa berdampak terhadap kesejahteraan rumah tangga miskin. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, salah satu sumber air bersih yang sudah memenuhi standar persyaratan khusus air minum adalah air perpipaan atau air leding. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan kesejahteraan pada pada rumah tangga miskin pengguna sumber air leding terhadap bukan pengguna dengan menggunakan metode Propensity Score Matching (PSM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kesejahteraan yang signifikan antara rumah tangga pengguna air leding dan tidak di kalangan penduduk miskin.

The quality of water supply could have impact to household welfare. According to Ministry of Health Regulation No. 492/Menkes/PER/IV/2010, pipeline water is one of the sources of clean water that meets the requirements of drinking water standard. This study aims to look at the difference in the welfare of poor households who use the pipeline water using the Propensity Score Matching (PSM) method. The result shows that the welfare of pipeline water users is significantly higher than non-users. To expand the program, we suggest that the government should subsidies the poor household to make pipeline water accessible for them."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T44858
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abdul Hasib
"Kebocoran atau kegagalan operasi pipa penyalur akan menimbulkan bahaya bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Kegagalan ini seringkali terjadi dibawah umur teknis yang direncanakan. Analisa sisa umur pakai pipa penyalur yang tepat akan membantu pengguna dalam membuat perencanaan inspeksi berikutnya. Pada penelitian ini, sisa umur pakai dianalisa dengan melakukan pengujian laboratorium dan pengkajian data lapangan. Sampel uji yang digunakan adalah material spesifikasi API 5L gr. B baru standar pabrik dan material pipa unknown spec, dengan pengaruh laju korosi pada lingkungan atmosfer dan air tanah.
Hasil pengujian lab dan pengkajian data lapangan menunjukkan bahwa sisa umur pakai terendah berturut-turut adalah 1,5 tahun dan 8,7 tahun. Berdasarkan regresi linier antara sisa umur pakai dan laju korosi pada pengujian lab dan pengkajian data lapangan menunjukkan bahwa keduanya memiliki hubungan dengan koefisien korelasi (r) berturut-turut sebesar 0,93 dan 0,97.

Leakage or failure of the operation of the pipeline would pose a danger to humans and the surrounding environment. This failure often occurs under the thickness designed. A proper remaining life analysis of the pipeline will assist users in planning the next inspection. In this study, the remaining life analyzed by laboratory testing and assessment of field data. The sample used is a new API 5L gr. B material specification and unknown spec pipe material, with the effect of the corrosion rate in atmospheric environment and groundwater.
The test results and assessment of field data showed that the remaining life of the lowest row is 1.5 years and 8.7 years. Based on linear regression, remaining life and corrosion rate between lab testing and assessment of the field data show that both have a relationship with a correlation coefficient (r) respectively of 0.93 and 0.97.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T45495
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Singgih Bayu Aji
"Tesis ini membahas analisis risiko cross bridge pada pipa gas untuk mengetahui perkiraan seberapa jauh pengaruh pembangunan jembatan pipa air terhadap integritas pipa gas. Dampak dan risiko yang ada akan menjadi pertimbangan. Kajian risiko dilakukan dengan menggunakan metode Semi Quantitative Risk Assessment (Semi QRA) yang dilakukan dengan mengacu pada regulasi nasional Indonesia, Code dan Standard yang terkait dengan keselamatan operasional pipa penyalur gas serta dengan bantuan software Crystal Ball dan Shell Fred 4.0.
Hasil dari kajian ini menyatakan bahwa penambahan besar tekanan beton dan konstruksi baja yang menekan pipa gas adalah tidak berbahaya bagi keberadaan pipa gas alam yang tertanam di dalam tanah. Dari kajian semi kuantitatif, disimpulkan bahwa secara keseluruhan nilai resiko keberadaan pipa transmisi gas alam yang terbenam di dalam tanah dikategorikan bernilai resiko sangat rendah (Very Low Risk). Untuk Consequence Modeling pada skenario jet fire berdasarkan variasi jarak dan diameter lubang kebocoran serta pengabaian keberadaan media tanah diketahui empat titik memiliki risiko terpapar panas dan ada satu titik berada pada daerah aman dari paparan panas apabila terjadi jet fire pada pipa gas.

This Thesis describe about cross bridge risk analysis on gas pipeline to determine the effect of water treatment pipe bridge construction on pipeline?s integrity. The existing risk and consequence will be consideration. Risk assessment are done using the Semi Quantitative Risk Assessment (Semi QRA) method which is done by refering to Indonesia national regulation, code and standard that related with gas pipeline operational safety and provided with Crystal Ball and Shell Fred 4.0 software.
The result of the study state that concrete pressure and steel construction that pressing the gas pipeline are not dangerous for buried gas pipeline?s existence. From semi quantitative study, it is concluded that overall the risk value of buried gas pipeline existence categorized to have the very low risk value. For Consequence Modeling in jet fire scenario, based on variable range and hole radius, and by ignoring the existence of soil, it is concluded that there are four point that has high risk to heat exposure and one point that considered safe from heat exposure in case there is a jet fire incident on gas pipeline.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T32672
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salmaa Afkari
"Periode balita adalah fase rentan terhadap risiko kesehatan yang dapat menghambat pertumbuhan anak serta menyebabkan kematian. Diare menjadi perhatian utama dalam kesehatan balita karena menjadi penyebab utama kematian dan penyakit pada kelompok usia tersebut, terutama di negara-negara berkembang. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dan 2017, prevalensi diare pada balita di Indonesia cenderung stagnan, hanya mengalami sedikit penurunan dari 14,3% pada tahun 2012 menjadi 14,1% pada tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh antara sumber air minum dan sanitasi rumah tangga terhadap kejadian diare pada balita di Indonesia dengan menggunakan analisis propensity score matching berdasarkan data SDKI 2017. Penelitian bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain studi observasional.  Populasi penelitian ini yaitu seluruh anak di bawah usia lima tahun (0-59 bulan) yang tercatat dalam data SDKI 2017. Hasil analisis propensity score matching menemukan bahwa efek rata-rata dari layanan air minum yang tidak layak menunjukan hasil yang tidak signifikan terhadap peningkatan kejadian diare pada balita berdasarkan nilai statistic t yang dihasilkan dengan nilai efek peningkatan risiko sebesar 2,0%. Sementara itu, efek rata-rata dari layanan sanitasi yang tidak layak memenuhi nilai asumsi yang signifikan berdasarkan nilai t yang dihasilkan terhadap peningkatan kejadian diare pada balita dengan nilai efek peningkatan risiko sebesar 3,8%. Perbandingan hasil analisis propensity score matching dan analisis regresi logistik biner menunjukkan sedikit perbedaan pada nilai odds ratio yang dihasilkan, namun tidak terlihat signifikan. Temuan ini menunjukan masih diperlukan penanganan terhadap kejadian diare pada balita. Diperlukan upaya dalam penerapan program edukasi yang berfokus pada pencegahan diare untuk mengurangi kejadian diare pada balita terkait sanitasi jamban. Selain itu, diperlukan pengembangan infrastruktur dan peningkatan ketersediaan fasilitas sumber air minum dan sanitasi agar akses fasilitas dapat tercapai merata di seluruh wilayah Indonesia.

The under-five period is a phase vulnerable to health risks that can stunt a child's growth and cause death. Diarrhea is a major concern in the health of children under five as it is the leading cause of death and illness in this age group, especially in developing countries. Based on data from the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in 2012 and 2017, the prevalence of diarrhea in children under five in Indonesia tends to stagnate, only experiencing a slight decrease from 14.3% in 2012 to 14.1% in 2017. This study aims to examine the effect of drinking water sources and household sanitation on the incidence of diarrhea in children under five years old in Indonesia using propensity score matching analysis based on the 2017 IDHS data. The research was quantitative in nature using an observational study design.  The population of this study was all children under the age of five (0 - 59 months) recorded in the 2017 IDHS data.  The results of the propensity score matching analysis found that the average effect of unimproved drinking water services showed insignificant results on increasing the incidence of diarrhea in children under five years of age based on the t-statistic value generated with an increased risk effect value of 2.0%. Meanwhile, the average effect of unimproved sanitation services meets the significant assumption value based on the resulting t value on the increase in the incidence of diarrhea in children under five with an increased risk effect value of 3.8%. Comparison of the results of propensity score matching analysis and binary logistic regression analysis showed a slight difference in the resulting odds ratio values, but did not appear significant. These findings indicate the handling of the incidence of diarrhea in toddlers. Efforts are needed to implement educational programs that focus on diarrhea prevention to reduce the incidence of diarrhea in children under five years of age related to latrine sanitation. In addition, it is necessary to develop infrastructure and increase the availability of water supply and sanitation facilities so that access to facilities can be achieved evenly throughout Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Rig Patra Putra
"Kebutuhan energi nasional meningkat seiring dengan laju ekonomi, saat ini energi yang paling banyak digunakan masyarakat untuk kebutuhan sehari hari adalah gas dalam bentuk LPG, batubara memiliki potensi untuk menjadi energi pengganti LPG. Indonesia merupakan negara yang memproduksi batubara terbesar ke-3 di dunia nantinya batubara diolah menjadi methanol dan Dimethyl Eter (DME) yang dapat digunakan sebagai pengganti LPG untuk mendekati pengguna elpiji, DME dan produk lainnya harus dapat ditransportasikan dengan murah. Pipanisasi merupakan solusi yang paling efektif untuk jarak kurang dari 1000 km, dibandingkan dengan metode transportasi yang lain (yaitu, kapal, kereta api, dan truk), pipanisasi adalah cara yang lebih dapat diandalkan dan ekonomis, pipa harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi nilai ekonomis. Untuk mendapatkan desain yang tepat pipa disimulasikan dengan hysis sehingga didapatkan rancangan utilitas transportasi yang tepat guna dimana biaya total investasi yang dibutuhkan ekonomis dengan biaya operasi per tahun tidak lebih dari 5% dari CAPEX, dari Kajian didapat kan dimensi pipa 16” dan ketebalan Pipa sebesar 0,375 inch  dengan Right Of Way (ROW) sepanjang 168 km, untuk besaran nilai investasi (CAPEX) pembangunan Pipa Multiproduk DME, Methanol, dan MEG adalah $ 108.843.283 atau dalam IDR  1.578.227.604.582,09 dengan toll fee $ 19.64 /MT.

National energy needs increase along with the pace of the economy. Currently, the most widely used energy for daily needs is gas in the form of LPG, coal has the potential to be a substitute for LPG. Indonesia is a country that the 3rd largest produces coal in the world, later the coal will be processed into methanol and DME, which can be used as a substitute for LPG. To approach LPG users, DME and other products must be cheaply transported. Piping is the most effective solution for distances less than 1000 km, Compared to other transportation methods (i.e., ships, trains, and trucks), transmission pipelines are a more reliable and economical way, the objective of this study is to deliver DME, Methanol and MEG using Single line Pipeline.  Pipelines must be designed in such a way that they can meet economic value.  The methode to get the right design, first is simulated pipelines with pipesim, then selecting an appropriate utility and operation, where the total investment required is economical with an annual operating cost of not more than 5% of CAPEX, with an optimum NPV value and targeted IRR value.From the study, it was found that the dimensions of the pipe are 16” and the thickness of the pipe is 0.375 inch with a ROW of 168 km. The investment value (CAPEX) for the construction of the DME Methanol and MEG Multiproduct Pipe is $ 108.843.283 or in IDR  1.578.227.604.582,09 with toll fee $ 19.64 /MT.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Putri
"Ada anggapan umum dalam literatur dan diantara pembuat kebijakan bahwa remitansi migran memiliki peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan rumahtangga migran di daerah asal. Penelitian ini meneliti mengenai remitansi baik internasional maupun internal di Indonesia yang dilakukan untuk memberikan kontribusi dalam menilai dampak dari remitansi pada kesejahteraan rumahtangga. Dengan menggunakan data longitudinal dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 2000 sampai dengan tahun 2007 yaitu pada gelombang 3 dan 4, penelitian ini akan mengamati pengaruh dari perkembangan pendapatan remitansi pada investasi aset rumahtangga sebagai ukuran kesejahteraan antara penerima dan non-penerima.
Penelitian ini menggunakan metode propensity score matching (PSM)untuk mengukur dampak pendapatan dari remitansi pada aset rumahtangga dan membandingkannya dengan rumahtangga non-remitansi. Ditemukan bahwa rumahtangga penerima remitansi secara signifikan memiliki tingkat kesejahteraan lebih tinggi sebesar 29,1% pada tahun 2000 dan 22,2% pada tahun 2007 ketika dibandingkan dengan rumahtangga nonpenerima remitansi.

There is a common assumption in the literature and among policy makers that migrant remittances have an important role in improving the welfare of migrant households in the regions of origin. This study observe the international and internal remittances in Indonesia are being made to contribute in assessing the impact of remittances on household welfare. Using longitudinal data from Indonesia Family Life Survey (IFLS) during 2000 until 2007 on wave 3 and 4, the study will observe at the impact of the development of remittance income on the household accumulated asset as a measure of well-being between recipients and non-recipients.
This research using propensity score matching (PSM) method to measure the revenue impact of remittances on household assets and comparing it to non-remittance households. It was found that remittance recipient households had significantly higher levels of welfare by 29.1% in 2000 and 22.2% in 2007 when compared to non-recipient households remittances.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T52574
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathur Rahman
"Pengelaran jalur pipa baru dapat memanfaatkan fasilitas lahan yang tersedia dengan bekerjasama dengan perusahaan lain pemilik lahan yang ada untuk mengurangi biaya pembebasan lahan dan menghemat jadwal proyek. Dalam proyek ini pipa baru milik perusahaan Pertagas melalui lahan Right of Way (RoW) yang telah ada jalur pipa perusahaan Eni.  Jalur pipa Pertagas tersebut bersilangan dengan jalur pipa aktif milik Eni di bawah tanah dengan kedalaman 5m dan jarak antara pipa 1m. Untuk melaksanakan proyek ini diperlukan kerjasama antar kedua perusahaan agar aspek legal dan aspek teknis integritas pipa terjaga dengan aman. Tahapan proyek dimulai dengan aspek legal berupa perjanjian persilangan jalur pipa antara kedua perusahaan. Kemudian dilanjutkan aspek teknis dengan mengumpulkan data survey lokasi dan kedalaman pipa aktif yang beroperasi. Setelah kedalaman dikonfirmasi maka perencanaan desain konstruksi dimulai dengan perencanaa gambar teknis dan menghitung potensi longsor tanah saat penggalian lubang pit untuk peletakan alat pengeboran. Metode identifikasi bahaya saat konstruksi (Hazid) dilakukan sebelum pelaksanaan agar dapat diketahui resiko bahaya yang terjadi dan mitigasi yang dapat diterapkan. Aspek K3 keselamatan dan keamanan bekerja diterapkan baik untuk alat dan pekerja proyek. Pelaksanaan pengeboran dilakukan setelah semua pihak melakukan cek list persetujuan dan komunikasi tanggap darurat telah siap di lapangan. Proses pengeboran horizontal berjalan sesuai dengan desain dan pipa yang terpasang kemudian diperiksa untuk memastikan tidak menganggu integritas pipa aktif yang ada. Evaluasi menunjukkan dari aspek teknis pelaksanaan telah sesuai perencanaan desain yang tertuang dalam prosedur metoda kerja dengan menerapkan aspek quality selama pengeboran dan pemasangan pipa. Namun pemulihan kembali situs area kerja ke kondisi semula menjadi temuan yang perlu pemeliharaan berkelanjutan. Sementara itu evaluasi penerapan keselamatan masih perlu ditingkatkan khususnya pekerja yang bekerja di bawah tanah yang berpotensi resiko bahaya bekerja di ruang terbatas. Kesimpulan dari pekerjaan persilangan pipa ini adalah pemilihan metode pengeboran horizontal merupakan pilihan tepat karena jarak penggalian lubang mencukupi dan tidak menganggu aktivitas pipa yang sedang beroperasi.

Installation of a new pipeline route can used existing land facilities by collaborating with other land owned companies to reduce land acquisition cost and save project schedules. In this project, the new pipeline is owned by the company Pertagas and through the existing Right of Way (RoW) owned by company Eni, where Pertagas pipeline crossing with Eni active pipeline underground at a depth of 5 meters with a 1 meter spacing between the pipes. To carry out this project, cooperation between both companies are required to ensure both legal and technical aspects of pipe integrity are safely applied. The project stages begin with the legal aspect, which involves an agreement on the pipeline crossing between the two companies. Then the technical aspects continued by collecting data survey and the depth of active pipes in operation. Once the depth was confirmed, the construction design planning begins, including technical drawings and calculating the potential soil erosion during pit excavation for boring equipment placement. Hazard identification during construction (Hazid) is conducted before implementation to determine potential hazards and the applicable mitigation measures. Occupational health and safety (K3) aspects are applied for both equipment and project workers. Boring work is carried out after all parties have completed approval checklist and emergency communication is ready on-site. The horizontal boring performed according to design, and the installed pipes are tested to ensure they do not interfere with the integrity of the existing active pipes.

The evaluation indicates that, from a technical perspective, the implementation is in line with the planned work procedures, by applying quality aspects during boring and pipe installation. However, site restoration to its original condition requires follow up maintenance. Meanwhile, the evaluation of safety implementation still needs improvement, especially for workers working underground in confined spaces. The conclusion from this pipe crossing work is that horizontal boring method is the right choice due to the excavation pit distance is sufficient and does not interfere with the activities of live pipeline that are currently operating."

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"[Jaringan pipa adalah salah satu sarana transportasi minyak dan gas yang paling
aman dan ekonomis sehingga pipa tidak boleh mengalami kegagalan saat
beroperasi. Pipa sambungan dalam suatu pipeline adalah pipa dengan geometri
yang paling sering dijumpai. Jalur pipa transmisi biasanya ditanam didalam tanah
(underground) sehingga rentan terhadap korosi eksternal. Oleh karena itu perlu
dilakukan analisis keandalan, terutama pada geometri sambungan. Pengujian
keandalan dilakukan dengan menggunakan simulasi Monte Carlo. Untuk
mengetahui pengaruh tanah terhadap laju korosi pipa maka dilakukan pengukuran
pH , resistivitas tanah dan laju korosi pipa pada setiap segmen. Hasil dari
pengukuran laju korosi pipa sambungan kemudian dibandingkan dengan laju
korosi pipa sambungan. Pengamatan mikrostruktur dilakukan untuk mengetahui
penyebab perbedaan laju korosi kedua jenis pipa tersebut. Nilai resistivitas tanah
pada segmen I berada pada level very corrosive 􀀋􀀟􀀘􀀓􀀓􀈍-cm), segmen II berada
pada level corrosive (500-􀀔􀀓􀀓􀀓􀀃 􀈍-cm), dan segmen II berada pada level
moderately corrosive (1000-􀀕􀀓􀀓􀀓􀀃􀈍-cm). Nilai pH berada pada rentang 5-7 untuk
semua segmen. Laju korosi pipa sambungan meningkat seiring penurunan nilai
resistivitas tanah, dengan range nilai antara 0.03-0.75 mm / year. Keandalan pipa
sambungan pada segmen adalah 34,53%, segmen II adalah 64,04%, dan segmen
III adalah 99,78%, Pipeline is one mean of oil and gas transportation which is the most safe and
economical so that the pipe should not fail during operation. Tee pipe in the
pipeline is a pipe which geometry is the most frequently encountered.
Transmission pipelines are usually planted in the ground (underground) so that it
is susceptible to external corrosion. Therefore it is necessary to perform the
reliability analysis, especially in a tee geometry. Reliability testing was done
using Monte Carlo simulations. To determine the influence of soil on the rate of
corrosion of pipes, the measurements of pH, soil resistivity and corrosion rate of
pipes on each segment were carried out. Results of tee pipe corrosion rate
measurements were then compared with the corrosion rate of the straight pipe.
Microstructural observations was performed to determine the cause of differences
in the corrosion rate of the two types of pipe. Soil resistivity values in the segment
I was at the very corrosive level 􀀋􀀟􀀘􀀓􀀓􀈍-cm), segment II at the corrosive level
(500-􀀔􀀓􀀓􀀓􀀃 􀈍-cm), and segment II at the moderately corrosive level (1000-2000
􀈍-cm). pH value was in the range 5-7 for all segments. Tee pipe corrosion rate
increases with the decreasing of soil resistivity values, ranging between 0.03-0.75
mm / year. Reliability tee pipe segment was 34,53%, segment II was 64,04%, and
segment III was 99,78%]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S55113
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Budiman
"Kebutuhan gas sebagai bahan bakar di kilang minyak adalah sebesar 57 MMSCFD (Million Standard Cubic Feet per Day) pada tahun pertama sampai dengan tahun ketiga, kemudian bertambah menjadi 120 MMSCFD pada tahun ketiga sampai dengan tahun kesepuluh dan bertambah kembali menjadi 157 MMSCFD pada tahun kesepuluh sampai dengan tahun keduapuluh. Dikarenakan kebutuhan gas yang berkembang tersebut, maka perlu dilakukan perancangan desain yang optimal untuk memenuhi kebutuhan gas di kilang tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan desain pipa transmisi gas yang optimal dan mengetahui kelayakan keekonomian dari pembangunan pipa transmisi tersebut. Berdasarkan kajian tersebut, maka desain yang digunakan adalah penggunaan pipa ukuran 18 inchi dengan tebal 0,5 inchi dan pipa ukuran 16 inchi dengan tebal 0.406 inchi.
Biaya investasi pembangunan pipa transmisi tersebut adalah sebesar USD 24.600.000,-. Nilai toll fee sebesar 0,271 USD/MSCF jika Internal Rate Return (IRR) ditetapkan sebesar 15%. Nilai Net Present Value (NPV) sebesar USD 7.537.206,- dan nilai Pay Back Period sebesar 11 tahun 8 bulan sehingga dapat disimpulkan proyek tersebut layak secara keekonomian.

Gas demand in the oil refinery amounted to 57 MMSCFD (Million Standard Cubic Feet per Day) in the first year until the third year, later raised to 120 MMSCFD in the third year until the tenth year and then increased to 157 MMSCFD in the tenth to the twentieth year. Due to growing gas needs, it is necessary to design the optimal design in addressing the needs of gas at the refinery.
The purpose of this research is to design an optimal gas transmission pipeline and determine the economic feasibility of the pipeline project. Based on these studies, the design is using of pipe 18 inches with 0,5 inches pipe wall thickness and 16 inches with 0,406 inches pipe wall thickness.
The investment cost of pipeline are USD 24.600.000,-. The toll fee is $ 0.37 / MSCF if the Internal Rate of Return (IRR) is set at 15%. Net Present Value (NPV) is USD 7.537.206,- and the value of Pay Back Period is 11 years and 8 months so it can be concluded that the project viable economical.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martalena
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk untuk menilai risiko keselamatan pipa transmisi minyak/ main oil line (MOL). Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan metode semi kuantitatif. Penelitian ini mengamati pipa 24? dan 20?, mulai dari lapangan C sampai ke terminal pengumpul sejauh kurang lebih 20 km. Pengolahan data dilakukan dengan mengacu kepada perhitungan penilaian risiko pada pipa yang dikembangkan oleh Kent. Muhbauer. Variabel yang dimasukkan ke dalam perhitungan adalah indeks kerusakan pihak ketiga, indeks korosi, indeks desain dan indeks kesalahan operasional. Dari hasil data yang dikumpulkan dan perhitungan, terlihat bahwa dapat disimbulkan bahwa variabel indeks desain adalah faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap risiko keselamatan pipa, yang kemudian diikuti oleh indeks pihak ketiga dan indeks kesalahan operasi. Nilai faktor dampak kebocoran terbesar berada pada daerah yang dekat dengan hunian penduduk. Hal ini diakibatkan aktifitas penduduk dapat menyebabkan pipa menjadi retak/bengkok sehingga kebocoran pada pipa dapat terjadi. Dalam rangka menjaga keselamatan jalur pipa minyak sepanjang 20 km, maka perlu dilakukan tindakan-tindakan pemeliharaan yang berhubungan dengan masing-masing variabel.

ABSTRACT
The aim of this study is to analyze the oil transmission pipeline/main oil line risk for safety. This study is analytic descriptive research by using quantitative method. This study is observing the 24? and 20? pipeline, starting from field C up to collecting terminal 20km long. The data tabulation will be referring to the pipeline risk assessment methodology, which was developed by Kent. Muhbauer. The variables, which are, use such as third party index, corrosion index, design index and incorrect operational index. The result of data collecting and calculation shows that the index design is the most significant value that can interfere to the pipeline safety risk, than followed by third party index and in correctional operation index. The leak impact factor biggest value were lies near the local resident. The local resident activity can cause the pipeline become dent/cracked so the pipeline leakage can be happened. In order to keep the safety of 20 km oil pipeline, then the maintenance activity should be done according to each variable.
"
Depok: Fakulitas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>