Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198291 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anisa Wulandari
"Du Fu (杜甫) merupakan salah satu penyair besar Cina dari jaman Dinasti Tang (唐) (618-907 Masehi) . Karyakaryanya
dianggap sebagai karya yang mampu menggambarkan kondisi Cina pada jamannya. Dalam jurnal ini, akan
dibahas mengenai struktur dua buah puisi karya Du Fu yaitu Balada Gadis Rupawan (丽人行Lìrén Xíng) dan Balada
Kereta Perang (兵车行Bīng Chē Xíng). Kedua puisi ini dipilih karena ditulis dalam bentuk xing dan pada periode
yang sama yakni tahun 750 M. Dengan menggunakan teori analisis struktural, jurnal ini ditujukan untuk menjelaskan
bagaimana struktur fisik dan batin dua buah puisi tersebut serta memaparkan pengaruh struktur fisik dan batin puisi
dengan makna puisi tersebut.
Du Fu (杜甫) is one of the greatest poet from Tang (唐) Dynasty of China (618-907 C). His works are considered as
works that are able to describe the condition of China in his time. In this paper, we discuss the structure of two
poems by Du Fu called Ballad of The Beautiful Lady (丽人 行Lìrén Xíng) and Ballad of The War Wagon (兵车行
Bīng Chē Xíng). Both poems have been written in the same period 750 C and in the form of xing. By using the theory
of structural analysis, this journal is intended to explain how the physical and the inner structure of these two poems
and explain how the physical and the inner structure influence the meaning of the poems.
"
[Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia], 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yuan, XingPei
Beijing: Zhonghua Book Company, 2006
SIN 895.11 YUA g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cheng, Yalin
Jiangxi: Jianxi Renmin Chubanshe, 2000
SIN 809 CHE s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fatin Aprilia Rahayu
"Puisi merupakan karya seni yang mengekspresikan pemikiran dan banyak mengangkat tema kehidupan tertentu, seperti patriotisme, yang secara umum diartikan sebagai perasaan cinta pada tanah air. Salah satu penyair Prancis yang sering mengangkat tema patriotisme di dalam puisinya adalah Joachim du Bellay; salah satu sastrawan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan kesusastran Prancis Abad XVI. Salah satu puisi bertema patriotisme yang ditulis oleh du Bellay berjudul ?France mère des arts, des armes, et des lois?.
Tujuan penulisan artikel ini adalah menunjukkan gambaran patriotisme di dalam puisi itu. Metode yang digunakan di dalam kajian ini adalah metode kualitatif. Kajian ini menunjukkan bahwa gambaran patriotisme di dalam puisi ini terlihat dari bunyi yang membangun rima dan dari denotasi, serta konotasi. Penulis ini menyimpulkan bahwa puisi ini merupakan ungkapan kesedihan Joachim du Bellay yang berimplikasi pada perasaan cinta tanah airnya.
Poetry is a work of art to express ideas and many themes of life, for example the theme of patriotism which is defined as a feeling of love for the homeland. One of the French poet who was often using the theme of patriotism in his poem is Joachim du Bellay which is one of the most influential writers of the sixteenth century in French literature development. One of patriotism themed poem written by du Bellay called France mère des arts, des armes, et des lois.
The purpose of this article is to show the image of patriotism in the poem. The method used in this study is a qualitative method. This study shows that the image of patriotism in the poem is seen from the sounds that build rhyme and from the analysis of the meaning of denotation and connotation. The authors conclude that this poem is an expression of Joachim du Bellay?s sadness which has implications on feelings of love for homeland."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hari S. Soediro
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985
791.53 SOE w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Alda Ekanael Lamba
"Ma’badong merupakan ritual adat masyarakat Toraja berupa nyanyian dalam rangkaian upacara Rambu Solo'. Syair Ma’badong mengandung beberapa unsur pokok, yaitu pernyataan duka cita, riwayat hidup (mulai terciptanya manusia dalam kandungan), dan pujaan kepada “Si Mati” atau yang meninggal. Syair tersebut bergantung pada siapa yang meninggal. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan (i) bagaimana pemaknaan jenis syair Ma'badong? dan (ii) bagaimana struktur syair Ma’badong berdasarkan jenis syairnya? Dalam penelitian ini, syair dibedah untuk melihat makna dan struktur syair Ma'badong berdasarkan pemahaman tentang formula dan struktur serta memori kolektif dan fungsi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yang meneliti suatu fenomena antarkegiatan yang didasarkan pada fakta yang ada. Syair Ma’badong merupakan sumber primer dari penelitian ini yang diambil dari buku Badong Sebagai Lirik Kematian Masyarakat Toraja ditulis oleh J.S. Sande. Selain itu, sumber sekunder berasal dari hasil wawancara dengan beberapa budayawan Toraja dan masyarakat umum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa syair Ma’badong mengandung makna yang berbeda sesuai dengan jenis syairnya. Sementara itu, struktur syair Ma’badong membentuk sebuah struktur yang dikelompokkan menjadi pendahuluan, isi, dan penutup.

Ma’badong is a traditional ritual of the Toraja people in the form of singing in a series of Rambu Solo’ ceremonies. Ma’badong poems contain several main elements: expressions of grief, one’s life history (starting from the creation of humans in the womb), and praise to “Si Mati” or the deceased. The poem itself depends on who the deceased is. This research aims to explain (i) how is the meaning of Ma’badong poems types are seen? and (ii) how is the structure of Ma’badong poems based on its types? In this research, the poems are analyzed to see the meaning and structure of Ma’badong poems based on the concept of formula and structure as well as collective memory and its function. The method used is a descriptive qualitative method to examine a phenomenon based on existing facts. Ma’badong poem is the primary source of this research is taken from the book Badong Sebagai Lirik Kematian Masyarakat Toraja written by J. S. Sande. In addition, secondary sources come from interviews with several Toraja culturalists and the general citizen. The results showed that Ma’badong poems contain different meanings according to the type of poem. Meanwhile, the structure of Ma’badong poems forms a structure that is classified into prelude, contents, and closure."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rahadjeng Pulungsari Hadi
"Du Fu adalah seorang penyair yang hidup pada masa dinasti Tang. Ia seorang realis dan menganut ajaran Konfusianis. Pada periode kehidupannya, dinasti Tang tengah mengalami kegoncangan politik, akibat tibanya serangan suku barbar. Selain itu, pemerintah juga tengah menjalankan Sistim Ujian Negara untuk menyaring kader-kader pejabat. Karena sistim ini mengutamakan penguasaan bidang sastra, maka tak dapat diingkari, bahwa masa ini melahirkan banyak sastrawan yang secara luas dapat menyalurkan ilhamnya. Du Fu termasuk diantara penyair-penyair kenaman di jaman keemasan tersebut. Karyanya menggambarkan keadaan negara dan banyak bersinggungan dengan masalah sosial. Berdasarkan pengamatan karya-karyanya, maka penulis memilih untuk rnengambil topik 'aspek sosial' dari sajak-sajak Du Fu. Kehidupannya yang tak dapat dikatakan bahagia, telah menuntunnya untuk menciptakan karya-karya yang realis, sehingga dapat memberi gambaran pada pembaca akan situasi saat itu dan dapat membiarkan pembaca untuk lebih jauh lagi menelusuri tapak-tapak sejarahnya. Du Fu, juga mencipta didampingi ajaran Konfusianis yang dianutnya. Hal ini dapat dilihat dari karya-karyanya yang membawa nafas Konfusianis. Berdasarkan hal ini Pula, penulis membahas masalah Konfusianisme dalam sajak-sajak Du Fu. Sehubungan dengan banyaknya penyair kenamaan yang hadir pada masa itu, maka tidak adil rasanya bila tidak menyinggung karya-karya mereka, disamping karya Du Fu. Sajak-sajak Li Bai, Wang Wei dan Bai Juyi, turut penulis hadirkan pada skripsi ini, agar dapat diperbandingkan kekhasan masing-masing. Du Fu, begitu nyata memperlihatkan aspek sosial pada hampir setiap karyanya. Negara, tanah air, rakyat, dan kehidupan masyarakat membaur dalam satu kesatuan kalimatnya dan tersusun dalam baris sajaknya yang indah."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S12974
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuala Lumpur, Malaysia: Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia , 2005
899.231 SER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kuala Lumpur, Malaysia: Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Warisan Malaysia , 2005
899.231 SER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Novita Sari
"Bangunan peribadatan merupakan ruang sosial yang digunakan sebagai tempat untuk melakukan berbagai kegiatan sosial, baik secara individu maupun komunal. Pemaknaan ruang ephemeral dapat dilihat melalui kehadiran ruang dalam jangka waktu tertentu selama suatu kegiatan berlangsung, dan akan menghilang setelah mewujudkan fungsi dan tujuan dari individu yang membentuk ruang. Kelenteng merupakan salah satu bangunan peribadatan memiliki ruang-ruang yang disusun atas kepercayaan, nilai dan konsep filosofis kebudayaan Cina, sehingga di dalamnya juga terdapat tingkatan hierarki serta makna. Kajian ini secara khusus akan membahas mengenai tingkatan hierarki ruang pada Vihara Tri Ratna, mulai dari sakral hinggal profan dan juga makna yang terbentuk pada ruang terbuka sebagai area yang aktif digunakan untuk ritual sembahyang individu ataupun komunal. Melalui tahapan pengumpulan sumber data, pengolahan sumber data dengan memasukkan konteks ke dalamnya untuk memperoleh bukti arkeologis, serta interpretasi, penelitian ini bertujuan untuk melihat hierarki ruang pada kelenteng, serta makna ruang yang dapat ditelusuri melalui elemen-elemen pembentuk ruang ephemeral dengan melihat ruang terbuka sebagai frontier and bridge dan juga theatre of action. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa adanya dualitas makna antara frontier and bridges menjadi theatre of action, antara ruang semi-sakral menjadi sakral, pada saat ruang ephemeral terbentuk dan hilang.

Religious building is a social space used for various social activities, individually and communally. The meaning of ephemeral space could be seen through the presence of space in certain period of time during an activity and will disappear after the purpose of the created space has been finished. Chinese temple is one of religious building consist of spaces which are arranged based on the belief, values, and philosophical concept of Chinese culture, and there are also levels of hierarchy and meaning in it. This study will specifically discuss about the level of spacial hierarchy in Vihara Tri Ratna, start from the sacred area to the profane, and the meaning of the temple’s open space which is actively used for individual and communal ritual prayer. Through a series of method consist of data gathering, processing data by applying context in order to be archaeological evidence, and interpretation, this paper aim to see the hierarchy of the Chinese temple’s spaces, as well as the meaning of space which could be traced through the formed element of an ephemeral space by seeing temple’s open space as ‘frontier and bridges’ and ‘the theatre of action’. The results of the study indicate a duality of meaning between frontier and bridges to become the theatre of action, between semi-sacred space to sacred, at a certain point when ephemeral space is appeared and disappeared."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>