Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69083 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Devi Risca Pratiwi
"The Legend of Korra adalah sebuah serial animasi yang disiarkan oleh saluran televisi terkenal Amerika Nickelodeon. Animasi ini diciptakan oleh Bryan Konietzko dan rekan kerjanya Michael Dante DiMartino. Kartun animasi ini berbeda dari televisi animasi kartun lainnya. kartun animasi ini bercerita tentang seorang tokoh perempuan yang mempunyai beberapa karakakter yang dimiliki laki-laki. Objektivitas dari artikel ini adalah untuk menguji sifat-sifat laki-laki yang dimiliki oleh karakter utama, dan bagaimana peran gender terwakili dalam kartun animasi. Penelitian ini menggunakan analisis wacana dan pendekatan feminisme dalam menganalisis korpus. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa meskipun ada ketidakseimbangan dalam karakter gender dalam kartun, kartun animasi ini menggambarkan karakter laki-laki dan perempuan sama.

The Legend of Korra is an animated series which is aired by famous American television channel Nickelodeon. It was created by Brien Konietzko and his co-worker Michael Dante DiMartino. This animated cartoon is different from other television animated cartoons. This animated cartoon features a female as its heroine who embodies some male traits. The objectivity of this article is to examine male traits that are embodied by the main characters, and how gender roles are represented in the animated cartoon. This study uses discourse analysis and feminism approach in analyzing the corpus. The conclusion of this study is that there is an imbalance in gender characters in the cartoon, but the animated cartoon portrays male and female characters equally.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2018
305.42 DAR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Triastuti
"Tesis ini menelusuri bagaimana implikasi pengubahan yang dilakukan Disney dalam film animasi Mulan terhadap perempuan dan masyarakat Cina dengan menggunakan alat analisa semiotik Roland Barthes. Sistem bertingkat pada semiotik Barthes memperlihatkan bagaimana sebuah pesan yang sama, yaitu Mulan, dapat dilihat dari sisi yang berbeda. Menurut Disney, Mulan menjadi sebuah pesan tentang kepahlawanan seorang perempuan, karenanya Disney berani mengklaim bahwa Mulan dibuat dengan rasa keberpihakan kepada perempuan dan masyarakat non Barat.
Dilihat dari kerangka pemikiran feminisme dan mengacu pada perbedaan antara versi Cina dan versi Disney, film animasi Mulan menjadi sebuah pesan bahwa perempuan mengalami subordinasi yang bertingkat-tingkat. Subordinasi pertama terhadap perempuan terjadi ketika seseorang terlahir dengan jenis kelamin perempuan. Dengan bertopang pada mitos, masyarakat telah memberikan sekumpulan karakter pada perempuan yang mereka sebut sebagai karakter feminin. Masyarakat menjadikan karakter tersebut sebagai alasan yang kuat untuk menyebut perempuan sebagai mahluk yang subordinat dan menindas perempuan.
Subordinasi berikutnya terhadap perempuan terjadi ketika karakter feminin yang seolah menjadi karakter alamiah perempuan dilekatkan pada sesuatu (benda/orang/kelompok). Sehingga pada akhirnya apapun yang dinilai memiliki karakter feminin akan ditempatkan pada posisi yang subordinat dan mengalami penindasan. Karena mereka yang ingin berkuasa atas sesuatu pada akhirnya menggunakan cara-cara yang sama dengan cara-cara yang digunakan laki-laki untuk menguasai perempuan. Melalui pendekatan etnografis, saya menemui bahwa di tingkat penonton terdapat tiga kelompok berkenaan dengan makna yang mereka berikan terhadap Mulan: yaitu kelompok lover, kelompok ironist serta kelompok hater."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11970
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nilla Silvianty Alamsyah
"Penelitian ini bertujuan memperlihatkan ide representasi tokoh perempuan dalam alih wahana dari buku memoar ke film Eat Pray Love. Metode deskriptif analisis dengan teori feminisme tentang gender dan patriarki digunakan untuk melihat bagaimana tokoh-tokoh perempuan tersebut merepresentasikan ide perempuan sebagai bentuk perempuan modern. Dari hasil analisis tampak bahwa tokoh perempuan-perempuan modern dengan sengaja menampilkan tokoh-tokoh mandiri, pintar, berani bersuara dan tampil di depan umum, serta bersama-sama kaum laki-laki melakukan berbagai perjuangan dalam dunia ini.

This analysis aims to show the representation of an independent woman in the adaptation from memoir book to film Eat Pray Love. Descriptive analytical method and feminism theory about gender and patriarchal are used to see how the woman character represent her ideas as to form representation. From the characters who are intelligent and courageous women and men can be shown how important to work together and become independent and modern people in this world."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28708
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fenia Novaliana R.
"Makalah ini mengkaji berbagai makna dibalik penanda-penanda tertentu dalam film Iron Lady. Film ini berisi beberapa penggambaran dari penanda-penanda yang ditampilkan bersama dengan unsur-unsur sinematografi. Pada umumnya, orang-orang tidak begitu memperhatikan penanda dalam sebuah film dan mereka cenderung fokus pada jalan cerita dari film tersebut. Namun, beberapa penanda dalam film Iron Lady menyiratkan suatu makna tertentu. Adanya keterkaitan antara figur 'Iron Lady' dan feminisme, analisis dari penandapenanda tersebut merujuk pada perspektif feminis. Beberapa penanda dalam film ini mengenalkan pada latar belakang dari isu perempuan serta kondisi perempuan pada era tersebut. Penanda-penanda yang mencolok meliputi kalung mutiara, court shoes, topi, dan kancing. Dalam film ini, penanda mengindikasikan bahwa Margaret Thatcher mencerminkan konsepfeminisme eksistensial yang diperkenalkan oleh Simone de Beauvoir. Penonton dapat lebih memperkaya pengetahuan mengenai isu yang diangkat dalam sebuah film jika mereka mengetahui makna dibalik penanda-penanda dalam film tersebut.

This paper examines various ideas behind certain signifiers in the movie Iron Lady. This movie contains several portrayals of signifiers that are strongly emphasized by the cinematographic elements. Most people are likely to pay less attention to signifiers in a movie and they consider the storyline is the most important one. However, it is argued that certain signifiers in the movie Iron Lady imply particular ideas. Since the figure of 'Iron Lady' is commonly associated with feminism, the discussion of the signifiers in this paper refers to feminist perspective. Certain signifiers in this movie introduce the background of some women issues as well as the condition of women in that era. Those prominent signifiers are pearls, court shoes, a hat, and a button. In this movie, the signifiers indicate that Margaret Thatcher embodies the concept of existentialist feminism which was proposed by Simone de Beauvoir. In this respect, it is better for spectators to acknowledge the meaning of signifiers in a movie to enhance a broader knowledge of the issue that is brought up in the movie."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Randie Ananda Agam
"Tesis ini bertujuan mengungkap praktek diskursus mengenai feminisme dalam internet, dengan meneliti internet meme, spesifiknya jenis image macro, di situs
meme repository 9GAG. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif terhadap teks meme dengan analisis multimodal dan analisis wacana Teun A. van Dijk. Sampel
data adalah subkategori meme yang secara konsisten menampilkan ide feminisme dalam tiap kemunculannya dan pernah muncul di 9GAG. Hasil peneltian menunjukkan bahwa diskursus feminisme tampil secara beragam sebagian merefleksikan diskursus humor yang merupakan diskursus utama 9GAG, sebagian lain tidak merefleksikan humor atau menampilkan humor dengan cara yang berbeda. Aktor-aktor sosial di balik meme yang diteliti juga beragam; sebagian dapat ditelusuri karena identitasnya tercatat dengan lengkap di internet, sebagian lain hanya bisa diduga berdasarkan karakteristik tertentu seperti penggunaan humor, posisi mengenai feminisme dan ketimpangan akses internet berdasar jenis kelamin. Ruang-ruang internet tempat meme yang membawa diskursus feminisme menyebar mengharuskan diskursus feminisme mengikuti diskursus humor yang sudah lebih dahulu berkuasa jika tidak mereka akan terpinggirkan dan hanya bisa mempertahankan status quo di situs orisinal mereka jika ada.

The thesis attempts to reveal discursive practices involved in construcing discourses on feminism in the internet. The research takes multiple subcategory of memes, that fall into image macro types, available on 9GAG. This is a qualitative research on
text and visual of memes, with analysis conducted using multimodal analysis and Teun A. van Dijk?s discourse analysis framework. Selected subcategories are the ones that consistently present ideas on feminism, and is available to access on 9GAG at least once. The result shows that discourse on feminism are various some reflects the humorous nature of 9GAG while others don?t or uses humor in a different direction than the ones found on 9GAG. Social actors are also different several are readily identifiable through the internet, while others are describable only based on several characteristics like the use of humor, stance on feminism and access gap of internet based on gender and sex difference. Social spaces where memes spread also require the memes to conform to preexisting discourse if they want to thrive in it; otherwise they will simply froze in an obscure corner of the space, while only barely maintaining the status quo of their original sites.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggraini
"Kajian tentang femininitas masih relevan dalam kehidupan moderen. Karena konsepsi gender- bermanfaat bag i seseorang untuk menempatkan dirinya sesuai dengan tempatnya dalam kehidupan. Demikian kiranya "ideology? gender dapat bertahan mengatasi derasnya arus kebudayaan moderen yang telah menanamkan pengaruhnya hampir di seluruh belahan bumi.
Pendekatan folklor dalam penelitian ini didasari pada pemikiran bahwa folklor adalah Cermin Cara berpikir yang berisikan nilai-nilai dari masyarakat pendukungnya.
Bertolak dari konsep Clifford Geertr maka nilai? nilai berada dalam kehidupan seseorang melalui proses belajar secara turun menurun. Pembenaran terhadap nilai-nilai akan menjadi penggerak dalam batin yang mempengaruhi perilaku seseorang sehingga menyebabkannya memiliki kekhususan yang membedakannya dengan orang lain. Karena kebudayaan bersifat universal, melainkan spesifik.
Dalam masyarakat Rusia, wanita ibarat motushk Ells yang rela berkorban untuk anak-anaknya yang tak terkira banyaknya. Dalam karya-karya sastra Rusia abad kesembilan belas sifat-sifat feminin ' terlukis dalam diri isteri--isteri setia yaitu pada tokoh Tatyana dan isteri-isteri Dekabris.
Studi ini dilakukan terhadap wanita-wanita Rusia yang tinggal di Jakarta yaitu dalam lingkungan budaya yang berbeda. Dengan demikian maka manfaat penelitian adalah Untuk mengetahui sampai sejauh mana sifat budaya masih melekat, sementars suatu etnik telah meninggalkan batas budaya dan geografisnya? Sehubungan dengan ini maka Barth berpendapat bahwa sifat budaya dapat berlanjut, meskipun terjadi pembauran karena adanya status terdikotomi yaitu hubungan yang bersifat saling ketergantungan."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephani Natalia W.
"Ketertindasan yang dialami oleh setengah dari jumlah manusia tidak dapat lagi ditolerir. Penerapan subjektivitas maskulin pada tataran pemikiran yang terletak pada ketidaksadaran manusia telah membuat ketimpangan di mana-mana. Pola pikir atau subjektivitas seseorang di dalam dunia yang ia hidupi sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang ada pada struktur sosial di mana ia berada dan mengada. Subjektivitas yang digunakan akan mencerminkan bagaimana seseorang mencerap dan mendefinisikan dunia. Bagaimana proses pembentukan subjektivitas inilah yang menjadi permasalahan awal. Lewat psikoanalisa, Jacques Lacan mengembangkan teorinya tentang proses pembentukan subjek di dalam tatanan simbolik melalui bahasa yang terstruktur pada tataran ketidaksadaran manusia. Keberlangsungan sistem dan nilai patriarkal dalam bahasa maskulin dan tatanan simbolik yang berpusat pada phallus telah merepresi _yang feminin_ sedemikian rupa. Dalam hal ini, terdapat dominasi hirarkis dalam relasi kekuasaan antara satu dengan yang lain. Untuk keluar dari keterasingan ini, perempuan harus mendapatkan subjektivitasnya sendiri demi terbebas dari subjektivitas yang maskulin. Feminisme berupaya untuk menghapus segala bentuk dominasi yang ada pada kultur kebudayaan manusia yang bersifat patriarkal. Luce Irigaray merupakan salah satu pemikir feminis yang berupaya melakukan hal ini dengan mengkritik _budaya laki-laki_ (phallomorphisme) yang mendominasi dalam segala tataran kehidupan. Tatanan simbolik harus dihilangkan sehingga perempuan dapat menjadi subjek yang berbicara dengan bahasanya sendiri. Hal ini demi memberlangsungkan pluralitas dan keberagaman yang ada pada manusia dan menghindari penekanan dari salah satu pihak saja. Dengan demikian, pihak laki_laki dan perempuan akan mendapatkan keadilan seksual lewat keberagaman yang dilakukan melalui perubahan kaidah bahasa dan konsepsi tentang kebenaran serta nilai-nilai yang mengatur tatanan sosial.

The misery which has been experienced by the half of human species, i.e. women, cannot be tolerate no more. Masculine subjectivity which has been used all along, which is under the human_s unconsciousness, has already made lots of problem everywhere. System of thought or someone_s subjectivity inside the world which they are living in influenced by those elements which are embedded in the social structures where they are exist in. The subjectivity we are using can reflect on how we observe and perceive the world. The first problem is how is the process on the shaping of our subjectivity. Through psychoanalysis, Jacques Lacan developed his theories on how subject exists inside the symbolic order through language system, which structured on the human_s unconsciousness. Patriarchal system and the values upon it inside the masculine language and symbolic order, which centered on phallus, repressed the feminine in some way or another. In this problem, there is a hierarchal domination upon power relation between one with the other. To escape from this isolation, womens must have their own subjectivities so that they can free themselves from the masculine subjectivity. Feminism trying to erase all forms of masculine dominations inside the human_s culture. Luce Irigaray is one of the feminist thinker and she critisize the phallomorphism cultures which dominate all aspects of our lives. Symbolic order must be exclude so that women can become a subject which can speak up with their own language. This has to be this way to continue plurality and diversity among human and to avoid the pressure from one side only. So that is, men and women will attain a sexual justice through diversity which can be achieve with the change of language and truth conception, also the change of values which is embedded in the social structures."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S16150
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Kansy
""Brave" adalah sebuah film animasi komputer dari Amerika yang bertemakan fantasi komedi yang diproduksi oleh Pixar Animation Studios dan di diterbitkan oleh Walt Disney Pictures pada tahun 2012. Film ini berbeda dari cerita fairy tales klasik. Film ini mempresentasikan perempuan sebagai tokoh utama. Masalah yang akan dibahas di sini adalah bagaimana tokoh-tokoh perempuan direpresentasikan dalam film "Brave". Penelitian ini menggunakan semiotik dan kode televisi oleh John Fiske. Beberapa subtema yang digunakan adalah feminism dalam kekuatan, feminism dalam kepemimpinan, feminism dalam stereotip, feminism dalam karakterisasi, dan feminism dalam kebebasan. Lebih lanjjut lagi, film ini menunjukan beberapa perubahan mendasar dari stereotip film Disney.

"Brave" is an American computer-animated fantasy comedy film produced by Pixar Animation Studios and released by Walt Disney Pictures in 2012. This film is different from classic fairy tales. This film represented a tough woman as the main character. The problem that will be discussed here is how the female characters are represented in "Brave". This study uses semiotics, particularly codes of television by John Fiske. Subthemes are used to analyze feminism in power, feminism in leadership, feminism in stereotypes, feminism in characterization, and feminism in freedom. The conclusion of this study is that the film contains feminism in power, leadership, stereotypes, characterization, and freedom. Furthermore, this film shows some basic changes from the common stereotype of Disney movie.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aghna Honesty Ameera
"Artikel ini meneliti bentuk objektivikasi perempuan dan bagaimana tokoh perempuan yang merepresentasikan jenis kelamin kedua dalam cerpen Mouche terbebas dari objektivikasi dalam perspektif feminisme. Cerpen ini mengisahkan kehidupan Joseph Prunier dan keempat kawan lelakinya, N’a-qu’un-Oeil, Petit Bleu, La Tôque, dan Tomahawk, saat mereka menghabiskan waktu bersama-sama di sebuah kapal yang mereka beli. Kehidupan kelompok pertemanan yang hanya terdiri dari laki-laki itu berubah usai hadirnya seorang perempuan bernama Mouche. Dalam membedah pergeseran interaksi antar tokoh, penelitian ini menggunakan teori naratologi struktural Greimas (1982), konsep objektivikasi Nussbaum (1995), dan konsep feminisme Beauvoir (1949). Struktur naratif teks memperlihatkan alur cerita digerakkan oleh kehadiran Mouche sebagai tokoh perempuan. Kemudian, hasil analisis tematis menunjukkan tokoh perempuan dalam cerpen mengalami objektivikasi berupa instrumentality, denial of autonomy, dan ownership. Penelitian ini menemukan adanya upaya Guy de Maupassant sebagai penulis crepen menampilkan sisi lain perempuan melalui perubahan karakter tokoh perempuan. Tokoh Mouche berhasil membebaskan dirinya dari belenggu objektivikasi dengan perlawanan dan kekuatan yang dimilikinya.

This article examines the forms of objectification of women and the way the female character representing the second sex in the short story Mouche combats objectification from a feminist perspective. The story revolves around Joseph Prunier and his friends, N'a-qu'un-Oeil, Petit Bleu, La Tôque, and Tomahawk, as they spend time together on a boat. Their life changes upon the arrival of a woman named Mouche. In dissecting the shifting interactions between characters, this article uses Greimas' structural narratology theory (1982), Nussbaum’s concept of objectification (1995), and Beauvoir’s concept of existentialist feminism (1949). The narrative structure of the text shows that the storyline is driven by the presence of Mouche as a female character. The results of the thematic analysis show that the female character in this short story experiences objectification practices in the form of instrumentality, denial of autonomy, and ownership. This research found Guy de Maupassant’s attempt to portray another side of the female character, Mouche, through her character development. Mouche managed to free herself from the shackles of objectification with her resistance and power."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>