Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63710 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Aristoteles
"Tentang Langit adalah risalah kosmologis utama Aristoteles: ditulis pada 350 SM, berisi teori astronomi dan gagasannya tentang cara kerja dunia terestrial. Menurut Aristoteles, benda-benda langit adalah realitas yang paling sempurna, sebuah "substansi", yang gerakannya diatur oleh prinsip-prinsip selain dari empat elemen klasik (tanah, air, udara, api). Keempat elemen tersebut mudah rusak; tetapi materi yang membuat langit tidak dapat binasa. Oleh karena itu gerakan mereka abadi dan sempurna, dan gerakan sempurna adalah gerakan melingkar yang—tidak seperti gerakan naik dan turun di bumi—dapat bertahan selamanya dengan sendirinya.
Dalam buku ini, Aristoteles mengusulkan model geosentris alam semesta yang di dalamnya Bumi berposisi sebagai pusat gerak alam semesta, dengan gerakan melingkar sempurna. Karya ini penting sebagai salah satu pilar penentu pandangan dunia Aristotelian, sebuah aliran filsafat yang mendominasi pemikiran intelektual selama hampir dua milenium. Demikian pula, karya ini dan karya-karya lain oleh Aristoteles adalah karya-karya penting yang dengannya banyak skolastisisme dikembangkan."
Yogyakarta: Basabasi, 2024
185 ARI t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Zaiyardam Zubir
Yogyakarta: Fakultas Sastra Universitas Andalas Padang, 2002
320.5 ZAI r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Gutomo Bayu Aji
Yogyakarta: Elmatera , [Date of publication not identified]
361 GUT s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abd. Rahman
"Penelitian ini membahas upaya yang ditempuh DI/TII dalam mempertahankan wilayah yang telah dikuasai di Enrekang. Enrekang sendiri menjadi panggung awal melebarnya pengaruh DI/TII di Sulawesi Selatan namun harus berhadapan dengan TNI yang terus berupaya memadamkan perlawanan. Penelitian ini bertujuan menjelaskan kondisi geografis dan demografis Enrekang selama masa DI/TII, upaya DI/TII dalam mempertahankan wilayahnya serta cara yang ditempuh TNI dalam menggagalkan strategi DI/TII. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang memanfaatkan arsip-arsip lokal dan menggunakan teori strategi untuk menganalisis berbagai strategi yang dikembangkan dan permasalahannya dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DI/TII di Enrekang terpusat di  Duri dengan memanfaatkan kondisi geografis dan sumber daya manusia yang tersedia di Enrekang yang berbatasan dengan beberapa kabupaten. Upaya yang ditempuh DI/TII untuk mempertahankan wilayah  yang telah dikuasai juga melibatkan daerah-daerah yang tidak dikuasai sebagai pijakan untuk membangun kekuatannya. Hal ini berakibat pada putusnya akses kota dengan desa yang membuat kondisi kehidupan masyarakat tidak stabil. Keberhasilan TNI dalam menarik kembali perhatian masyarakat yang selama ini menjadi kekuatan tambahan sekaligus penyokong suplay DI/TII membuat berbagai strategi yang telah dikembangkan oleh DI/TII mulai tidak efektif. Hal ini berakibat pada lepasnya beberapa wilayah Enrekang dari pengaruh DI/TII.

This research discusses the efforts taken by DI/TII in defending the territory that has been controlled in Enrekang. Enrekang itself became the initial stage for the spread of DI/TII influence in South Sulawesi, but it had to deal with the TNI, which continued to try to extinguish the resistance. This research aims to explain the geographical and demographic conditions of Enrekang during the DI/TII period, the DI/TII's efforts to defend its territory,and the methods taken by the TNI in thwarting DI/TII's strategy. This research uses historical methods that utilise local archives and uses strategy theory to analyse the various strategies developed and their problems by utilising available resources. The results showed that DI/TII in Enrekang was centred in Duri by utilising the geographical conditions and human resources available in Enrekang which borders several districts. The efforts taken by DI/TII to defend the territory that had been controlled also involved areas that were not controlled as a foothold to build its strength. This resulted in the disconnection of access to cities and villages which made conditions in people's lives unstable. The success of the TNI in attracting the attention of the community, which had been an additional force as well as a supplier of DI/TII, made the various strategies that had been developed by DI/TII ineffective. This resulted in the release of several areas of Enrekang from DI/TII's influence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Firmiani
"ABSTRAK
Cerita pendek Langit Makin Mendung menimbulkan Heboh Sastra pada tahun 1968. Hal ini disebabkan, personifikasi Tuhan di dalam cerita pendek tersebut menyinggung perasaan sebagian umat Islam. Faktor-faktor penyebab timbulnya kehe_bohan itu merupakan masalah yang menarik untuk ditelaah. Karena itu, skripsi ini bertujuan mengaitkan beberapa unsur Langit Makin Mendung dengan segi-segi Heboh Sastra tahun 1968, yaitu antara lain konsep agama, situasi penerbitan, dan masalah sosial politik.Karya sastra tidak dapat dipahami selengkapnya jika di_pisahkan dari lingkungan atau kebudayaan atau peradaban yang telah menghasilkannya. Karya sastra harus dipelajari dalam konteks yang seluas-luasnya karena ia bukanlah suatu gejala yang berdiri sendiri. Isi sebuah karya sastra tidak jarang dikendalikan atau disensor oleh sistem penguasa. Pengetahuan mengenai struktur teks dapat dipergunakan untuk lebih memahami gejala-gejala sosial yang ada di luar sastra. Hal ini dikemukakan oleh S.N. Grebstein, Ronald Tanaka, dan Sapardi Djoko Damono. Pendekatan sosiologi sastra terhadap Langit Makin Mendung membuahkan suatu ke simpulan , yaitu percampuran berbagai konsep agama dalam cerita pendek itu menimbulkan gejolak so_sial sehingga mengaburkan arah kritiknya. Faktor inilah anta_ra lain yang menyebabkan Heboh Sastra tahun 1968.

"
1986
S11296
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renny S. Azwar
"ABSTRAK
Sampai sekarang ini, Jakarta telah berkembang menjadi kota metropolitan dengan penduduk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan kebudayaan. Mereka menempati tempat-tempat pemukiman yang tersebar di seluruh wilayah kota Jakarta. Ditinjau dari segi penyebaran geografis, proses asimilasi antara kelompok-kelompok sosial telah terjadi di Jakarta, yang menjadikannya kota dengan bermacam-macam kelompok minoritas tanpa kebudayaan yang dominan, sehingga Jakarta disebut sebagai "melting pot" dari bermacam-macam suku bangsa.1
Mungkin pernyataan itu tidak sepenuhnya benar, karena di tengah-tengah penduduk kota Jakarta yang dianggap memiliki "metropolitan super culture" ini,2 terdapat suatu kelompok kecil masyarakat yang berbeda dari penduduk di sekitarnya dari segi sejarah, tradisi dan adat-istiadatnya. Masyarakat Jatinegara Kaum ini masih tetap berusaha untuk menjaga keaslian mereka.
Masyarakat Jatinegara Kaum menyatakan sebagai keturunan asli Pangeran Jayakarta, berasal dari Banten yang kemudian menetap di Jakarta. Dikelilingi oleh berbagai macam suku bangsa yang menggunakan dialek Jakarta, masyarakat ini, yang sebagian besar pemakai bahasa Sunda dalam percakapan sehari-hari dalam keluarga, seakan-akan terisolasi dari dunia luar, bagaikan "suatu pulau di tengah laut". Kekhasannya inilah yang mendorong untuk mengetahui lebih jauh tentang masyarakat tersebut.
Salah satu usaha untuk mencapai tujuan ini adalah dengan mengenal sastra lisan masyarakat ini (terutama cerita-cerita rakyatnya), karena dipandang dari sudut antropologi, sastra lisan mencerminkan semacam otobiografi suatu masyarakat.3
Dikemukakan selanjutnya bahwa sastra lisan memberikan suatu Cara untuk mengenal suatu kebudayaan dari dalam ke luar, bukan dari luar ke dalam. Di samping itu, sastra lisan dapat menunjukkan bagaimana suatu masyarakat memandang dirinya sendiri. Pandangan atas diri sendiri ini penting bagi siapa pun yang ingin mengenal dan memahami suatu masyarakat.
Dalam kehidupan sastra, sastra lisan tidak dapat diabaikan sebab merupakan bagian dari keseluruhan kehidupan sastra. Sastra lisan mempunyai kemungkinan untuk berperan sebagai kekayaan budaya, khususnya kekayaan sastra, sebab sastra lisan telah membimbing anggota masyarakat ke arah apresiasi, pemahaman gagasan dan peristiwa puitis berdasarkan praktek yang telah menjadi tradisi selama berabad-abad. Selain itu juga sebagai dasar komunikasi antara pencipta dan masyarakat, dalam arti ciptaan yang berdasarkan sastra lisan akan lebih mudah diganti sebab ada unsurnya yang sudah dikenal oleh masyarakat.
Setiap masyarakat di dunia memiliki kebudayaan. Batasan tentang kebudayaan sangat beraneka ragam, tergantung dari sudut pandang yang dipengaruhi minat dari masing-masing perumus batasan. Di antara perumusan-perumusan batasan tentang kebudayaan, sebagaimana yang telah dikumpulkan oleh Kroeber dan Kluckhohn, dapat dikemukakan pendapat Tylor yang banyak mempengaruhi pandangan-pandangan ilmuwan lain tentang kebudayaan, yaitu bahwa "Kebudayaan atau peradaban adalah satu keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai, seni, hukum, moral, adat istiadat, kemampuankemampuan dan kebiasaan-kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat."5 Dari sudut pandang bahasa, Voegelin dan Harris menyatakan bahwa : "Bahasa adalah bagian?"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S5771
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Kalyanamitra, 1998
338.9 KAU
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>