Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25221 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dini Andiani
"Metode moiré telah banyak digunakan terhadap permukaan obyek, yaitu untuk mengukur simpangan sejajar permukaan dan untuk memetakan topografi permukaan, tetapi masih jarang untuk mengukur simpangan tegak Iurus permukaan. Dalam disertasi ini telah diselidiki pengukuran simpangan tegak lurus obyek dengan memanfaatkan metode moire proyeksi. Sebagai kisi proyeksi, digunakan hasil interferensi cahaya laser dari perangkat interferometer Michelson, yang dikenal sebagai kisi maya. Sistem yang dikembangkan terdiri atas dua bagian utama, yaitu bagian optik yang terdiri alas sumbar cahaya laser, interferometer Micheison, dan kamera CCD yang dihubungkan dengan komputer untuk merekam citra. Bagian kedua ialah program pengolah citra yang dibuat khusus untuk penelitian ini. Dalam percobaan digunakan obyek uji berbentuk pelat memanjang yang satu ujungnya dijepit dan ujung lainnya ditekan dengan sebuah mikrometer. Sejumlah citra direkam dari kisi yang terproyeksi pada permukaan obyek, sebelum dan sesudah obyek mengalami simpangan. Oleh program pengolah citra, citra-citra tersebut dikurangkan satu sama lain untuk memperoleh pola moiré. Dari kerapatan pola moiré, simpangan permukaan dapat disimpulkan. Pemakaian komputer mempercepat proses perekaman dan pengolahan citra. Untuk perekaman 10 citra dan pengolahannya, pola frinji moiré dapat diperoleh dalam waktu sekitar 30 menit. Dalam percobaan dilibatkan berturut-turut kisi maya dengan 3 kerapatan yang berbeda. Kisi yang rapat mempunyai periode 0,817 mm pada permukaan obyek dan memberikan ketelitian pengukuran simpangan sebesar 1,85 mm. Kisi yang lebih renggang mempunyai periode 1,196 mm dan menghasilkan ketelitian 1,01 mm, sedangkan kisi yang paling renggang mempunyai periode 1,419 mm dan memberikan ketelitian 1,51 mm. Diperoleh bahwa simpangan yang kecil menghasilkan periode frinji moiré yang besar, sehingga dapat melampaui bidang perekaman. Karenanya terdapat batas simpangan minimum yang dapat diukur. Dinyatakan dalam W sebagai simpangan pada lokasi mikrometer, batas tersebut berkisar dari W =4 mm dengan kisi yang rapat hingga W = 6 mm dengan kisi yang paling renggang. Di pihak lain, kisi yang rapat pada simpangan yang besar akan menghasilkan frinji moire yang sangat berdekatan sehingga menyulitkan penentuan periode frinji moire. Dalam percobaan dengan kisi yang rapat, hal tersebut terjadi waktu W > 12 mm.
The moiré method has been extensively used for the surface measure of an object, i. e. to measure the in-plane displacement ofthe surface and to map the surface contour. Howe ver, so far the method is rarely utilized to measure the out-of-plane displacement. In this dissertation, the measurement of the out-ojlplane displacement has been investigated by employing projection moiré method As the projected grid o virtual grating formed by interjerencs of laser light from a Michelson interferometer is involved The system developed in this research consists of two main parts. The optical part comprises a laser source, a Michelson interferometer, and a CCD camera coupled to a computer for recording the images. The second part is an image processing program that is specially developed for this work. In experiments, the object takes the form of a cantilever clamped at its one and pushed at the other end by a micrometer. Several images are recorded from the projected gratings at the object surface, before and after displacement. By an image processing program, the images are subtracted one from the other to obtain moiré fringe patterns. From the fringe period surface displacement can be determined. The use of the computer has speeded up the recording and the processing of the images. The whole sequence of recording 10 images successively and processing them to obtain the moiré fringe pattern takes no longer than 30 minutes. Three virtual grating with diferent periods have been involved in the experiments. The most dense grating has a period of 0.81 7 mm at the object surface, resulting the in an accuracy of the displacement measurement of 1. 85 mm. The coarser grating shows a period 1.196 mm and yields an accuracy of 1.01 mm. The period of coarsest grating is 1.419 mm, resulting in an accuracy of 1. 51 mm. In the case of small surface displacement, large moiré fringe periods have been produced which may exceed the recording frame size. Consequently, there is a minimum value of the measurable displacement. This minimum displacement ranges from W = 4 mm for the most dense grating to W = 6 mm for the coarsest virtual grating, W being the object displacement at the micrometer location.. On the other hand, large surface displacement observed with dense virtual grating produces small periods of the moire fringes, which make it very difficult to evaluate. In the experiments it occurs of W > 12 mm."
2005
D663
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marwa Millennia Chaerani
"Penelitian dilakukan di Sub-DAS Citarik, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat dan merupakan bagian dari DAS Cimandiri, WS Cisadea-Cibareno. Sub-DAS Citarik. Secara geografis terletak pada 6°43'05" - 7°01'15"LS dan 106°30'50" - 106°41'00"BT. Litologi daerah penelitian secara regional terdiri dari batuan vulkanik, batuan piroklastik, dan batuan sedimen. Berdasarkan cakupan daerah aliran sungai, anakan Sungai Citarik mengalir dari kaki Gunung Salak hingga muara Pelabuhan Ratu. Karena itu Sungai Citarik memiliki beragam topografi dari bentukan lahan pegunungan hingga dataran rendah. Debit pada Sub-DAS Citarik yang sebagian besar berada pada daerah perbukitan dapat terpengaruh oleh struktur. Melalui analisis fault fracture density (FFD) dilakukan pendugaan zona permeabel dari suatu lokasi untuk mengetahui implikasinya terhadap debit aliran dasar, debit limpasan langsung, dan debit jumlah air tersedia. Berdasarkan perhitungan debit dengan pendekatan keseimbangan air metode F.J.Mock, didapatkan perbandingan rasio debit aliran dasar dan debit limpasan langsung pada zona FFD tinggi lebih besar dibandingkan dengan zona FFD rendah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bahwa lebih banyak debit yang terinfiltrasi dibandingkan dengan debit yang mengalir di permukaan.

The research was conducted in Citarik Sub-Watershed, Sukabumi Regency, West Java Province and part of the Cimandiri Watershed, WS Cisadea-Cibareno. Citarik sub-watershed. Geographically it is located at 6°43'05" - 7°01'15" S and 106°30'50" - 106°41'00"E. The lithology of the research area regionally consists of volcanic rocks, pyroclastic rocks, and sedimentary rocks. Based on the watershed coverage, the tributary of the Citarik River flows from the foot of Mount Salak to the Pelabuhan Ratu estuary. Therefore, the Citarik River has a variety of topography from mountainous landforms to lowlands. The flow of the Citarik Sub-watershed which is mostly located in hilly areas, can be affected by the structure. Through fault fracture density (FFD) analysis, it is possible to estimate the permeable zone to find out its implications for base flow discharge, surface runoff discharge, and total available water discharge. Based on the calculation of the discharge with the water balance approach, the F.J. Mock method, the ratio of base flow and surface runoff in the high FFD zone is greater than that in the low FFD zone. This indicates that more discharge infiltrate than flows on the surface."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo Hendrawan W. K.
"ABSTRAK
Kelestarian Kebun Raya Bogor kini semakin tertekan oleh pesatnya pembangunan
di kawasan sekitarnya. Untuk mencegah semakin memburuknya kondisi ini, maka
diperlukan sebuah upaya untuk membentuk buffer zone berupa wujud fisik
maupun buffer berupa kegiatan edukasi di sekitar Kebun Raya.
Perancangan kawasan buffer zone tersebut salah satunya adalah di daerah
Paledang, salah satu contact point antara Kebun Raya Bogor dengan kawasan
sekitarnya. Perancangan kawasan ini menggunakan konsep Experience Design.
Experience design ini dilihat sebagai alternatif cara pandang baru terhadap upaya
penyebarluasan kesadaran pelestarian lingkungan.
Dalam proses desain, ditemukan lima keunikan kawasan yaitu curah hujan yang
sangat tinggi, keberadaan kebun raya itu sendiri, keindahan bentang alam,
keadaan topografi, dan kehadiran pekarangan. Keunikan kawasan ini kemudian
dipadukan dengan penerapan lima indera manusia sebagai pemicu terjadinya suatu
pengalaman bersentuhan dengan alam. Penerapan konsep ini dihadirkan melalui
konsep experience farming yang dituangkan dalam wujud zona farming serta zona
greening. Konsep ini juga akan digunakan untuk membentuk legibility kawasan.

Abstract
The environment quality of Bogor Botanical Garden is hardly affected by the
development of its surrounding area. An effort is needed to prevent the condition
become even worse. One of the effort is to provide a buffer zone in the form of
physical and educational activity surrounding its periphery.
One area that will be functioned as the buffer zona is Paledang area, one of the
contact point between Bogor Botanical Garden and its surrounding. The designing
of this area is using experience design approach. Experience design is seen as a
new perspective on the education of natural awareness.
In the design process, there are five uniqueness of this urban area. These are the
high amount of rain, the presence of the Bogor Botanical Garden itself, the beauty
of landscape, and the presence of pekarangan. These uniqueness then mixed
together with the aplication of five human senses as the triggers of the experience
gaining. The application of this concept is presented through experience farming
concept that is divided into two zone those are farming and greening. This
experience farming concept also used to form the legibility of the area.

ABSTRACT
The environment quality of Bogor Botanical Garden is hardly affected by the
development of its surrounding area. An effort is needed to prevent the condition
become even worse. One of the effort is to provide a buffer zone in the form of
physical and educational activity surrounding its periphery.
One area that will be functioned as the buffer zona is Paledang area, one of the
contact point between Bogor Botanical Garden and its surrounding. The designing
of this area is using experience design approach. Experience design is seen as a
new perspective on the education of natural awareness.
In the design process, there are five uniqueness of this urban area. These are the
high amount of rain, the presence of the Bogor Botanical Garden itself, the beauty
of landscape, and the presence of pekarangan. These uniqueness then mixed
together with the aplication of five human senses as the triggers of the experience
gaining. The application of this concept is presented through experience farming
concept that is divided into two zone those are farming and greening. This
experience farming concept also used to form the legibility of the area."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T29996
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Pangastuti
"Kebutuhan akan datum vertikal yang akurat di Jawa dan Sumatera sangat mendesak karena pada kedua pulau tersebut banyak dilakukan pembangunan infrastruktur. Saat ini referensi tinggi yang tersedia di Jawa dan Sumatera adalah geoid EGM2008. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa geoid EGM2008 di Jawa dan Sumatera memiliki ketelitian 89.8 cm dan 33.4 cm. Penelitian terdahulu menggunakan asumsi bahwa mean sea level (MSL) berhimpit dengan geoid. Pada kenyataannya, geoid tidak berhimpit dengan MSL. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui ketelitian geoid EGM2008 di Jawa dan Sumatera dengan mengasumsikan MSL tidak berhimpit dengan geoid, yaitu dengan menggunakan parameter mean dynamic topography (MDT) dari ocean model.
Pada penelitian ini, MDT digunakan dalam penghitungan geoid geometris di Jawa dan Sumatera. MDT yang digunakan adalah hasil simulasi dari asimilasi altimetri dan Hybrid Coordinate Ocean Model (HYCOM). Berdasarkan hasil penelitian, dengan memasukkan parameter MDT pada penghitungan geoid geometris dan melakukan fitting terhadap jaring kontrol vertikal (JKV), ketelitian geoid EGM2008 di Jawa dan Sumatera meningkat menjadi 5.6 cm dan 4.4 cm. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa geoid EGM2008 sudah mencukupi untuk pemetaan skala besar dan menengah.

The needs for accurate vertical datum in Java and Sumatera are urgent, due to rapid development of infrastructure in both islands. Nowadays, the only vertical datum available in Java and Sumatera is the geoid of EGM2008. Previous research indicates that the accuracies of geoid EGM2008 were 89.8 cm and 33.4 cm in Java and Sumatera, respectively. Those results used assumption that geoid coincides with mean sea level (MSL). In fact, geoid does not coincide with MSL. Therefore, this research was conducted to investigate the accuracy of geoid of EGM2008 using mean dynamic topography (MDT) parameter from an ocean model.
In this research, the mean dynamic topography was introduced to calculate the geoid geometries. The MDT used was the result of assimilation of altimeter data and Hybrid Coordinate Ocean Model (HYCOM). Using MDT parameter has improved the accuracies of the geoid of EGM2008 to be 5.6 cm and 4.4 cm for Java and Sumatera, respectively, after it has been fitted by local reference. Hence, it can be concluded that these accuracies comply for medium and large-scale mapping.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T44506
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gumilar Rusliwa Somantri
"Metode penelitian kualitatif secara luas telah digunakan dalam berbagai penelitian sosial termasuk sosiologi. Terdapat
beberapa kesimpangsiuran dalam memahami metode kualitatif yang seringkali dianggap sebagai pelengkap dari metode
kuantitatif. Penelitian pustaka ini ingin mendiskusikan beragam isu terkait dengan kelebihan dan kekurangan dalam
metode penelitian kualitatif. Kami menyimpulkan bahwa metode kualitatif secara potensial dapat berguna dalam
menyumbangkan pembangunan teori-teori ilmu sosial serta metodologi dalam konteks ke-Indonesiaan. Lebih dari itu,
penggunaan metode penelitian kualitatif dapat membawa ilmu sosial khususnya sosiologi di Indonesia berada dalam
posisi setara dalam dialog peradaban dengan sesama komunitas akademik di Barat.
Qualitative method has been widely be adopted in research practices in Indonesian tradition of social sciences including
sociology. However, it seems there is misunderstanding on the method that is seen as additional to the quantitative one.
This literature study intend to discuss related issues to the strengths and weaknesses of qualitative method. We do
conclude here, that the method has productive potential for fostering the develomment of social theories as well as
methodology in the context of Indonesian world. Hence, it is possible to bring Indonesian social sciences especially
sociology into equal position of future dialog with the counterparts from the Western communities."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi bias jenis kelamin sosial IPA (2) menemukan metode yang paling sensitif memperhitungkan faktor internal dan eksternal dalam mendeteksi bias sosial...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Diba
"Latar Belakang: American Association of Endodontist (AAE) (2021) menganjurkan penggunaan irigasi NaOCl 1,5% - 3% dan EDTA 17% pada prosedur regeneratif endodontik. Namun, kedua larutan irigasi tersebut memiliki efek terhadap sel punca dan jaringan dentin. Oleh karena itu bahan pengganti bersumber dari bahan alami mulai diteliti, salah satunya adalah cuka apel. Tujuan: Menganalis efek larutan cuka apel berbagai konsentrasi dan larutan irigasi sintetik terhadap topografi dan kekasaran permukaan dentin saluran akar. Metode: 28 spesimen dentin setebal 1 mm dibagi random pada 7 kelompok, lalu tiap kelompok terdiri dari 4 spesimen. Spesimen dentin direndam dengan aquades, NaOCl 1,5%, NaOCl 2,5%, EDTA 17%, larutan cuka apel 2,5%, 5% dan 10% dengan volume 1,8 ml selama 1 menit. Pengamatan topografi dan analisis kekasaran permukaan dentin saluran akar dilakukan dengan mikroskop digital. Hasil: Terdapat efek larutan cuka apel berbagai konsentrasi dan larutan irigasi sintetik terhadap topografi dan kekasaran permukaan dentin saluran akar yang dievaluasi dengan mikroskop digital. Namun tidak terdapat perbedaan efek larutan cuka apel konsentrasi 2,5%, 5% dan 10% dibandingkan dengan NaOCl 1,5%, 2,5% dan EDTA 17% terhadap kekasaran permukaan dentin saluran akar. Kesimpulan: Larutan cuka apel memiliki efek terhadap kekasaran permukaan dentin saluran akar. Nilai rerata kekasaran permukaan terendah adalah cuka apel 2,5% walaupun nilainya tidak berbeda bermakna dengan larutan uji lainnya.

Background: The American Association of Endodontist (AAE) (2021) recommends the use of 1.5% - 3% NaOCl irrigation and 17% EDTA in regenerative endodontic procedures. However, these two irrigant solutions had an effect on stem cells and dentine tissue. Therefore, substitutes derived from natural ingredients have begun to be researched, one of which is apple vinegar. Objective: To analyze the effect of various concentrations of apple vinegar and synthetic irrigation solutions on topography and surface roughness of root canal dentin Method: 28 specimens of 1 mm thick dentin were randomly devided into 7 groups, then each group consisted of 4 specimens. Dentin specimens were immersed in distilled water, 1.5% NaOCl, 2.5% NaOCl, 17% EDTA, 2.5%, 5% and 10% apple vinegar solution with 1.8 ml volume of solution for 1 minute. The topography and surface roughness observation was carried out using digital microscope. Results: There was effect of apple vinegar solutions with various concentrations and synthetic irrigant solutions on topography and surface roughness of root canal dentin evaluated by digital microscopy. However, there was no difference in the effect of apple vinegar solution concentrations of 2.5%, 5% and 10% compared to 1.5%, 2.5% NaOCl and 17% EDTA on surface roughness of root canal dentin. Conclusion: Apple vinegar solution has an effect on surface roughness of root canal dentin. The lowest average surface roughness value was 2.5% apple vinegar, although the value was not significantly different from the other test solutions."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Wigajatri Purnamaningsih
"ABSTRAK
Interaksi antara satu buah pola kisi dan bayangannya akan menghasilkan suatu pola baru yang disebut pola moire. Dengan mengetahui spasi kisi, jarak antara sumber cahaya dan pengamat serta jarak antara kisi dan sumber cahaya serta pengamat, dapat dihitung kedalaman benda dari kisi. Kedalaman ini dapat memberikan informasi yang sangat bermanfaat, yaitu untuk mengukur dimensi benda dan mengetahui bentuknya.
Tujuan penelitian ini adalah menentukan bentuk dan dimensi benda dengan mengolah informasi yang berupa spasi moire. Satu buah kisi yang berupa garis terang gelap disorot dengan sumber cahaya. Kemudian interaksi antara kisi dan bayangannya diamati dengan kamera CCD. Seluruh data hasil superposisi tersebut direkam dan selanjutnya data citra tersebut diolah secara offline.
Untuk meningkatkan ketelitian dan identifikasi bentuk permukaan digunakan teknik pergeseran fasa. Dengan melakukan tiga kali pergeseran fasa pada obyek sebesar π/2, π, dan 3π/2 yang berjarak 48 cm dari sumber cahaya dan kamera CCD serta jarak antara sumber cahaya dan kamera CCD 13,5 cm, diperoleh bahwa kecembungan permukaan dapat diidentifikasi secara otomatis dengan resolusi sebesar 0,24 mm.. Juga ditunjukkan bahwa perbedaan terbesar antar hasil pengukuran teknik moire dengan pengukuran secara kontak (Coordinate Measuring Machine) adalah 0,3 mm."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Amie Lestari
"Nanorod Seng oksida (ZnO) memiliki sifat optik yang menarik untuk aplikasi devais optoelektronik dan dapat disintesis dengan metode kimia sederhana dan berbiaya rendah, seperti metode hidrotermal. Dalam penelitian ini nanorod ZnO ditumbuhkan di atas substrat kaca transparan berlapis indium tin oxide (ITO) melalui dua tahap, dimana tahap pertama lapisan benih dideposisi pada substrat dengan menggunakan metode ultrasonic spray pyrolisis frekuensi 1,7 MHz dan tahap kedua yaitu penumbuhan struktur nanorod dengan metode hidrotermal. Dalam penelitian ini, benih ZnO nanorod dideposisi dengan tiga variasi waktu deposisi (10, 20, dan 30 menit) dan ditumbuhkan dengan tiga variasi konsentrasi prekursor (0,02 M, 0,06 M, dan 0,1 M) dan tiga variasi waktu tumbuh (2, 4, dan 6 jam). Karakterisasi nanorod ZnO meliputi morfologi permukaan oleh field emission scanning electron microscopy (FESEM), struktur kristal oleh difraksi sinar-x (XRD) dan sifat optik melalui pengamatan fotoluminesen (PL) dan spektroskopi UV VIS. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa peningkatan waktu pembenihan dan peningkatan konsentrasi prekursor menghasilkan pita celah energi semakin menurun dan luminisen pada daerah cahaya tampak semakin meningkat akibat peningkatan jumlah cacat kristal. Sementara peningkatan waktu pertumbuhan menghasilkan nanorod yang tumbuhnya mengarah kepada bentuk hexagonal dengan arah yang lebih seragam pada bidang kristal (002) dengan sifat luminisensi yang hampir sama untuk semua jenis sampel.

Zinc oxide (ZnO) nanorods have interesting optical properties for optoelectronic device applications and it can be synthesized by simple and low cost chemical method, such as hydrothermal method. In this study, ZnO nanorods were grown on a transparent indium tin oxide (ITO) coated glass substrate through two steps, where the first step is the deposition of seed layer on the substrate using ultrasonic spray pyrolisis method with a frequency of 1.7 MHz and the second step is the growth of nanorod structure with hydrothermal method. In this study, the seed of ZnO were deposited with three variations of deposition time (10, 20, and 30 minutes) and were grown with three variations of precursor concentration (0.02 M, 0.06 M and 0.1 M) and three variations of growth time ( 2, 4, and 6 hours). The characterization of ZnO nanorod include the surface morphology by field emission scanning electron microscopy (FESEM), the crystal structure by x-ray diffraction (XRD) and the optical properties were studied through photoluminescence (PL) and UV-VIS spectroscopy. The experimental results showed that increasing seeding time and precursor concentration result in the decreasing of band gap energy and the increasing of luminesence in the visible light due to the increasing of crystal defects. While the increasing of growth time leads ZnO nanorods grow toward hexagonal shape with prefered orientation in (002) crystal planes, while the luminesence property is almost similar for all kinds samples.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T44885
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Gramedia, 1993
001.42 MET
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>