Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9026 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Knowledge in the field of allergic contact dermatitis continues to expand rapidly owing to progress in the chemical, immunological, and clinical fields, including improved techniques of patch testing and prick testing. The third edition of this important book, which includes additional color illustrations, has been extensively revised, updated, and expanded to reflect the most recent developments. These include advances in patch testing methodology, in particular the new chambers that are appearing on the market, revision of the baseline series of patch tests to reflect the latest evidence-based work, and additional testing procedures. The result is a superb guide to the current management of positive and negative patch test and prick test reactions."
Berlin : Springer, 2012
e20426335
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Ummi Chairani
"Latar belakang: Pekerja salon berisiko mengalami dermatitis kontak karena kontak intens dengan pekerjaan basah yang dikombinasikan dengan bahan kimia. Ada beberapa faktor yang menyebabkan dermatitis akibat kerja.
Tujuan: Penelitian ini menekankan untuk mengidentifikasi manifestasi klinis, faktor risiko, dan identifikasi bahan kimia berbahaya pada pekerja salon.
Metode: Penelitian potong lintang ini melibatkan 125 pekerja salon yang memenuhi kriteria inklusi. Evaluasi klinis dan faktor risiko dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner NOSQ-2002. Identifikasi bahan kimia menggunakan Material Safety Data Sheets (MSDS) dan nomor Chemical Abstracts Service (CAS). Analisis dilakukan dengan menggunakan regresi logistik multivariat dengan Adjusted Ratio.
Hasil: Dari 125 subjek penelitian, 30 orang (24%) mengalami CD. Manifestasi klinis gejala yang paling banyak ditemukan adalah xerosis (36,67%) dan gatal-gatal (83,33%), sedangkan lokasi terbanyak pada jari tangan (40%), dari penelitian ini didapatkan durasi kontak ≥ 4 jam, yang meliputi lama kontak dengan air, sampo, dan larutan kimia lainnya. Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara durasi kontak dengan dermatitis kontak (p=0,004, Adj.OR=6,97, CI 95%=1,88-25,75). Identifikasi bahan kimia yang digunakan di salon adalah natrium lauret sulfat, behentrimonium klorida, p-fenilenadiamin, asam tioglikolat, hidrogen peroksida
Kesimpulan: Pekerjaan basah, yang ditandai dengan pajanan air dan bahan kimia dalam waktu lama, merupakan faktor risiko utama untuk dermatitis kontak di kalangan pekerja salon. Durasi kontak dengan air dan bahan kimia, termasuk natrium lauret sulfat, behentrimonium klorida, p-fenilenadiamin, asam tioglikolat, dan hidrogen peroksida, merupakan penentu yang signifikan terhadap kejadian CD.

Background: Hairdressers are at risk of developing contact dermatitis because of their intense contact with wet work in combination with chemicals. There are several factors that cause occupational dermatitis. Purpose: This study emphasizes to identify clinical manifestations, risk factors, and the identification of hazardous chemicals in hairdressers. Methods: This cross sectional study included 125 hairdressers were meet inclusion criteria. Clinical evaluation and risk factor were collected using the NOSQ-2002 questionnaire. Chemical identification using Material Safety Data Sheets (MSDS) and Chemical Abstracts Service (CAS) numbers. Analysis performed using multivariate logistic regression with adjusted ratios. Results: Of the 125 research subjects, 30 people (24%) experienced CD. The most common clinical manifestations of symptoms were xerosis (36.67%) and itching (83.33%), while location was on the fingers (40%).From this study, it was found the duration of contact was ≥ 4 hours, which included prolonged exposure to water, shampoo, and other chemical solutions. There was statistically significant relationship between duration of contact and contact dermatitis (p=0.004, Adj.OR=6.97, CI 95%=1.88–25.75). Identification of chemicals used in salon were sodium laureth sulfate, behentrimonium chloride, p-phenylenediamine, thioglycolic acid, hydrogen peroxide. Conclusion: Wetwork, characterized by prolonged exposure to water and chemicals, is a major risk factor for contact dermatitis among hairdressers. The duration of contact with water and chemicals, including sodium laureth sulfate, behentrimonium chloride, p-phenylenediamine, thioglycolic acid, and hydrogen peroxide, serves as a significant determinant of CD occurrence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Kamsah
"Ruang lingkup dan metodologi penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui prevalensi DKIK-T serta hubungan faktor endogen seperti umur, jenis kelamin, atopi dan faktor eksogen yang meliputi masa kerja, lama pajanan, kebersihan tangan setelah kerja, APD ( sarung Langan ) terhadap terjadinya DKIK-T.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik untuk mengetahui hubungan faktor endogen dan faktor eksogen terhadap terjadinya DKIK-T. Desain yang digunakan adalah studi cross-sectional.
Hasil penelitian
Dari 107 responden yang menderita DKIK-T sebanyak 70 orang ( 65A % ). Faktor endogen yaitu umur, riwayat atopi dan faktor eksogen; masa kerja, lama pajanan, pH iritan mempunyai hubungan yang bermakna dengan terjadinya DKIK-T. Penggunaan APD ( sarung tangan ) mempunyai peran sebagai protektan terhadap terjadinya DKIK-T Pendidikan yang rendah meningkatkan risiko terjadinya DKIK-T, sedangkan jenis kelamin, kebersihan tangan pasca kerja tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna dengan terjadinya DKIK-T.
Kesimpulan
Prevalensi DKIK-T pada PKL di RS X Jakarta adalah 65.4 %. Faktor endogen dan eksogen yaitu umur, riwayat atopi, masa kerja, lama kerja, pH iritan merupakan faktor risiko terjadinya DKIK-T, sedangkan jenis kelamin dan kebersihan tangan pasca kerja bukan merupakan faktor risiko untuk terjadinya DKIK-T.

Prevalens And Factor In Related To Cumulative Contact Irritant Dermatitis Hand In Cleaning Service Workers At RS X JakartaScope and methodology
The aim of this study is to find the prevalence of cumulative contact irritant dermatitis hands in cleaning service workers and the relationship with endogen factors as: age, sex, history of atopi and exogen factors as; working time, length of work, washing hand practice post work and hand gloves protection.
The design of study is cross-sectional but analysis was conducted to identify the relationship with above endogen and exogen factor.
Result : 70 respondent out of 107 cleaning service workers ( 65.4 % ) sufferet from cumulative contact irritant dermatitis hand. The result showed that is relationship between age, history of atopi, working time, length of work, pH irritant with cumulative contact irritant dermatitis hand. The usage of personal protection equipment such us gloves indicaties a protective effect. Low- level education in creased the risk of cumulative contact irritant dermatitis hand. No relationship between sex, washing hand post work with as an cumulative contact irritant dermatitis hand was found.
Conclusion : Prevalence rate of cumulative contact irritant dermatitis hand is 65.4 % Age, history of atopi, working time, length of work, pH irritant the risk factor for the development of cumulative contac irritant dermatitis hand."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13669
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Ruhdiat
"Penyakit kulit akibat kerja merupakan tiga besar penyakit akibat kerja yang banyak dilaporkan. Penyebab yang paling banyak terjadinya dermatitis kontak dengan bahan kimia, yang menyebabkan dermatitis kontak sebanyak 80%. Dermatitis kontak akibat kerja akan menyebabkan gangguan kenyamanan dan penurunan produktifitas kerja sehingga perlu diketahui dan dikendalikan. Penelitian ini merupakan sebuah observasi bersifat deskriptif yang dilihat secara cross sectional di laboratorium kimia di Jawa Barat tahun 2006. Tujuan utama untuk melihat faktorfaktor yang mempengaruhi dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja laboratorium kimia di PT Sucofindo. Dengan subyek penelitian adalah populasi pekerja analis. Seluruh subyek di wawancarai dengan kuesioner dan dilakukan pemeriksaan fisik ujud kelainan kulit. Suhu dan kelembaban udara dilihat dari data sekunder yang dilakukan oleh perusahaan setiap bulan. Dari 61 subyek penelitian yang diwawancara dan diperiksa, 100% kontak dengan bahan kimia, 86,86% dermatitis kontak akibat kerja, dengan insidensi rate sebesar 75,41 per seratus pekerja dan prevalensi rate sebesar 86,88 perseratus pekerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak adalah lama kontak, frekuensi kontak, dan pemakaian APD (sarung tangan dan jas lab). Resiko terjadinya dermatitis kontak, sebesar 116 kali pada pekerja tanpa APD, sebesar 3,9 kali pada pekerja dengan riwayat atopi, dan sebesar 0,4 kali pada pekerja mempunyai perilaku mencuci tangan. Kesimpulannya adalah insidensi dan prevalensi rate dermatitis kontak akibat kerja di PT Sucofindo Laboratorium masih tinggi. Dengan faktor-faktor yang mempengaruhi adalah adanya kontak, pemakaian alat pelindung diri, lama kontak dan frekuensi kontak, dengan faktor yang paling dominan adalah pemakaian alat pelindung diri. Saran-saran perlu ditingkatkannya kepedulian manajemen terhadap bahaya kontak dengan bahan kimia. Melakukan review standar operasi prosedur pemakaian sarung tangan menurut jenis dan kegunaannya. Training bagi semua pekerja mengenai bahaya kontak bahan kimia, dan perlu peningkatan program peduli kesehatan kulit sebagai upaya preventif terjadinya dermatitis kontak akibat kerja.

Work related skin disease is reported as top three of occupational disease. The most happening of occupational contact dermatitis due to contact with chemicals, causing contact dermatitis as approximately 80%. Occupational contact dermatitis will influence work and reduce productivity therefore it is important to recognize and controlled.This research represent a observation have the character of descriptive seen by cross sectional at a chemical laboratory in West Java in 2006. Especial target: to see factors influencing occupational contact dermatitis at worker of chemical laboratory in PT Sucofindo. By subject research is worker of analyst at chemical laboratory. All subject in holding an interview with using questioner and conducted by physical examination of existence of husk disparity. Temperature and humidity are obtained from data of secunder done by company each month. From 61 subject of research interviewed and checked, 100% contact with chemicals, 86,86% occupational contact dermatitis, by incidence rate equal to 75,41 1 100 workers and prevalence rate equal to 86,88 1 100 worker. Factors influencing the happening of contact dermatitis duration of contact, frequency of contact, and usage personal protective equipment (gloves and lab coat). Risk of contact dermatitis, equal to 116 times worker without personal protective equipment, equal to 3,9 times of worker with history atopy, and equal to 0,4 times worker have personal hygiene. Conclusion of research is still height rate of incidence and prevalence rate of occupational contact dermatitis in PT Sucofindo Laboratory. The most dominant factors is usage of personal protective equipment (gloves and lab coat). With suggestion require to improve of caring management to dangerous chemical especially it contact with them. Standard operating procedures must be reviewed usage of gloves according to his usefulness and type. Training must be conducted to improve appropriate program in order to prevent occupational contact dermatitis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Nuraga
"Dermatitis kontak akibat kerja merupakan salah satu penyakit kelainan kulit yang sering timbul pada industri dimana dapat menurunkan produktifitas pekerja. Dermatitis kontak akibat kerja terjadi oleh karena pekerja kontak dengan bahan kimia termasuk Iogam sehingga menimbulkan kelainan kulit yaitu dermatitis kontak akibat kerja. Tujuan utama penulisan ini adalah untuk diketahuinya factor-faktor yang mempengaruhi dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja yang terpajan bahan kimia di PT Moric Indonesia Cibitung Jawa Barat tahun 2006. Penelitian bersifat deskriptif. Subyek penelitian diambil secara acak dengan stratified random sampling yang berjumlah 54 responden.
Hasil dari penelitian yang semuanya kontak dengan bahan kimia termasuk logam, 74,07% (40 pekerja) mengalami dermatitis kontak akibat kerja : akut 25,92% 14 pekerja, sub akut 38,9% (21 pekerja), dan kronik 9,25% (5 pekerja) adalah subyek penelitian yang mengalami dermatitis kontak. Berdasarkan analisis statistic multivariat terdapat 3 faktor yang sangat mempengaruhi kejadian dermatitis kontak ini yaitu: lama kontak, frekuensi kontak, dan yang paling dominan adalah penggunaan alat pelindung diri (APD). Kesimpulan dari penelitian ini adalah insidensi rate 64,81% per seratus pekerja, dan prevalensi rate 74,07% per seratus pekerja, Untuk meminimalisasi dermatitis kontak dengan meningkatkan kesadaran pekerja dengan penggunaan sarung tangan yang tepat, berdasar pengetahuan pekerja yang baik."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19028
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herliani Sudardja
"Latar Belakang. Indonesia adalah negara agraris dengan 45 % penduduknya bekerja sebagai petani. Untuk meningkatkan hasil pertanian, melindungi tanamannya dari serangan hama, serta memelihara mutu tanahnya, petani banyak menggunakan pestisida. Salah satu penyakit akibat pajanan pestisida adalah dermatitis kontak yang angka prevalensinya pada petani di Indonesia belum diketahui. Karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui prevalensi dermatitis kontak pada petani, khususnya petani sayur, serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
Metode. Penelitian ini menggunakan disain krosseksional dengan jumlah subyek penelitian 436 orang petani sayur dari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung. Pengumpulan data dilaksanakan sejak September sampai Nopember 2002. Hasilnya diolah menggunakan program statistik SPSS 10.
Hasil. Ditemukan 40 orang (9.2 %) penderita dermatitis kontak klinis dan 72 orang (16.5 %) penderita dermatitis kontak subyektif. Risiko terjadinya dermatitis kontak (klinis dan subyektif) dipengaruhi oleh faktor kerja langsung dengan pestisida (OR = 8.636), riwayat atopi (OR = 2.519), dan bentuk formula pestisida yang digunakan (OR = L589). Risiko terjadinya dermatitis kontak klinis dipengaruhi oleh faktor riwayat atopi (OR = 2,998) dan bentuk formula pestisida yang digunakan (OR = 1065). Terhadap risiko terjadinya dermatitis kontak subyektif tidak ditemukan faktor yang dominan berpengaruh.
Kesimpulan. Ditemukan prevalensi dermatitis kontak pada petani sayur sebesar 25.7 %. Hubungan antara pajanan pestisida organofosfat dengan dermatitis kontak pada petani sayur di Kecamatan Lembang dipengaruhi oleh faktor kerja langsung dengan pestisida, jumlah tugas saat bekerja dengan pestisida, bentuk formula pestisida yang digunakan, serta riwayat atopi.

The Correlation between Organophosphate Pesticide Exposure and Contact Dermatitis among Vegetable Farmers in the District of LembangBackground. Indonesia is an agricultural country, in which about 45 % of its populations are farmers. To improve the harvest, to prevent pests attack, and to maintain the fertility of their land , they use very large amount of pesticides. No prevalence data on contact dermatitis caused by exposure to pesticide among Indonesian farmers is currently available. So, a research to find the prevalence of contact dermatitis among farmers, especially vegetable farmers, and other influential factors was proposed.
Method. Cross sectional design was used. The subjects consisted of 436 vegetable farmers from Lembang Subdistrict of Bandung District. Data collecting was performed from September to November 2002, and processed by utilizing SPSS 10 program.
Result. 40 persons (9.2 %) suffered from clinical contact dermatitis and 72 persons (16.5 %) from subjective contact dermatitis. The risks of contact dermatitis (clinical and subjective) was influenced by direct work with pesticides (OR = 8.636), atopic history (OR = 2.519), and the pesticide formulations (OR = 1.589). While clinical contact dermatitis was influenced by atopic history (OR = 2.998) and pesticide formulations (OR = 2.065). No dominant factor that influenced the risk of subjective contact dermatitis was found.
Conclusion. The prevalence of contact dermatitis among vegetable farmers was 25.7 %. The correlation between organophosphate exposure and contact dermatitis among vegetable farmers in the District of Lembang were influenced by the direct work with pesticides, the number of tasks while working with pesticides, the pesticide formulations, and the atopic history.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T-8371
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boy Sinatra Luwia
"Ruang lingkup dan Cara penelitian : Kulit merupakan organ tubuh yang paling banyak mendapat trauma dalam dunia industri antara lain bermanifestasi dalam bentuk dermatitis kontak, kelainan tersebut di antaranya disebabkan oleh logam nikel dan krom, yang pemajanannya ditemukan di pabrik kunci. Untuk mengurangi dampak yang terjadi perlu diketahui faktor-faktor yang berperan pada terjadinya dermatitis kontak dalam proses pembuatan kunci agar dapat dilaksanakan usaha-usaha pencegahannya. Penelitian ini meliputi 228 tenaga kerja di bagian produksi pabrik kunci, dengan mempelajari proses yang terdapat di tiap bagian produksi, perilaku tenaga kerja dan mengukur beberapa parameter lingkungan yaitu panas, kelembaban, kadar logam dan debu. Anamnesa dan pemeriksaan kulit dilakukan terhadap semua . pekerja sedangkan perlakuan uji tempel terhadap nikel dan krom hanya pada kelompok yang diduga menderita dermatitis kontak alergi.
Hasil dan Kesimpulan : Prevalensi dermatitis kontak mencapai 46 tenaga kerja (20,17 %) terdiri atas 20 (8,8 %) dermatitis kontak alergi. ; 11 (4,8 %) dermatitis kontak iritan dan 15 (6,8 7) dermatitis lain yang mempermudah terjadinya dermatitis kontak. Hasil uji tempel terhadap nikel 7 kasus (30%) positip dari 20 kasus dan terhadap krom 4 kasus (20%) positip dari 20 kasus. Faktor yang paling berperan untuk terjadinya dermatitis kontak ialah adanya faktor pendidikan yang rendah, riwayat alergi dan perilaku, cuci tangan setelah bekerja.

Scope and method of study : The skin is the most commonly injured organ in industry to day with a clinical manifestation as contact dermatitis caused by chemical substances especially nickel and chrome. A knowledge of the role of risk factors on contact dermatitis is obviously very important to prevent the disease. This study involved 228 workers in the key manufacturing in Tangerang, west Java. It is necessary to observe all step of production, attitude of the employee and the environment parameters as temperature, humidity, metal & dust concentration in the working environment to prevent the outcome of the disease. All workers undergo clinical examination, while patch test to nickel & chromium were done to suspected cases of allergic contact dermatitis.
Findings and conclusions : Prevalence of contact dermatitis is found in 46 workers (20,17 %), which consist of 20 (8,8 %) allergic contact dermatitis ; 11 (4,8 %) irritant contact dermatitis and 15 (6,6 %) other dermatitis aggravated for contact dermatitis. The results of patch test to nickel is positive in 7 cases (30 %) from 20 cases and chrome in 4 cases (20 %) from 20 cases. The most risk factors for contact dermatitis are low education, history of allergy and cleaning up after working.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-3906
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Kusriastuti
"Tujuan penelitian ini adalah untut mengetahui hubungan bagian kerja terhadap kejadian dermatitis kontak serta faktor~faktor yang mempengaruhinya. Sumber data untuk penelitian ini adalah data primer yang diambil dengan wawancara dan pemeriksaan fisik pada pekerja- pekerja industri tahu di Kelurahan Utan Kayu Utara, tahun 1992. Setelah dilakukan pembersihan data didapat responden 152 orang. Dan sebanyak 32 orang bekerja di bagian penyaringan (21%).
Dari hasil analisa data diperoleh bahwa pekerja di bagian penyaringan mempunyai risiko 6 kali lebih besar untuk terkena dermatitis kontak dibanding pekerja yang hekerja di bagian lainnya dengan tingkat signifikansi p= 0.000. Risiko tersebut meningkat 7 kali setelah di"adjust" oleh faktor jam kerja dan jenis kelamin. Terdapat juga perbedaan menurut umur, masa kerja, pindah bagian, pemakaian alat pelindung, namun perbedaan tersebut secara statistik tidak bermakna.
Dalam rangka upaya menurunkan risiko terjadinya dermatitis kontak pada pekerja di industri tahu maka dianjurkan untuk :
- memakai alat pelindung yang baik dan berlr.
- mekanisasi peralatan dengan teknologi tepat guna.
- penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan kerja bagi para pekerja.
- penataran bagi petugas kesehatan yang akan membina wilayah mengenai program kesehatan kerja."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
T-3732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Nuraga
"Dermatitis kontak akibat kerja yang merupakan salah satu penyakit kelainan kulit yang sering timbul pada industri
dapat menurunkan produktifitas pekerja. Dermatitis kontak akibat kerja terjadi karena pekerja mengalami kontak
dengan bahan kimia, termasuk logam yang menimbulkan kelainan kulit. Tujuan utama penulisan ini adalah untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja yang terpajan bahan kimia
pada sebuah perusahaan otomotif di Indonesia, Cibitung Jawa Barat. Penelitian bersifat deskriptif. Subyek penelitian
berjumlah 54 responden diambil secara acak dengan stratified random sampling. Hasil dari penelitian yang semuanya
kontak dengan bahan kimia termasuk logam, 74% (40 pekerja) mengalami dermatitis kontak akibat kerja: akut 26% (14
pekerja), sub akut 39% (21 pekerja), dan kronik 9% (5 pekerja) adalah subyek penelitian yang mengalami dermatitis
kontak. Berdasarkan analisis statistik multivariat terdapat 3 faktor yang sangat mempengaruhi kejadian dermatitis
kontak ini, yaitu lama kontak, frekuensi kontak, dan yang paling dominan adalah penggunaan alat pelindung diri
(APD). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat insidensi laju 65% per seratus pekerja, dan prevalensi 74% per
seratus pekerja. Perlu ada upaya meminimalisasi dermatitis kontak dengan meningkatkan kesadaran pekerja untuk
menggunakan sarung tangan yang tepat dan meningkatkan pengetahuan pekerja.
Occupational contact dermatitis is one of skin disease in industrial settings which may reduce
worker productivities. The occupational contact dermatitis occurs when workers are come into contact with chemicals
at part of the worker?s body. This chemical contact could lead to an occupational contact dermatitis. The objective of
this research is to investigate factors related to the occupational contact dermatitis at the worker who come into contact
with chemicals used in industrial automotive company in Indonesia, Cibitung Jawa Barat. The study design is a
descriptive research. The research subjects were selected using a stratified random sampling, and the total subjects were
54 person. The data were collected based on physical examination by a medical doctor, and the research questionnaire.
Result from this study indicated that 74% (40 workers) experience dermatitis contact: acute dermatitis contact 26% (14
workers), sub acute 39% (21 workers), and chronic 9% (5 workers). Furthermore, data analysis using a multivariate
statistical analysis indicated that there are three major factors related to the occurence of contact dermatitis: duration of
contact, frequency of contact and the use of personal protective equipment (PPE) particularly gloves. In conclusion,
incidence rate of occupational dermatitis contact at industrial setting is 65%/100 worker, and prevalence rate of
occupational dermatitis contact at industrial setting is 74%/100 worker. In order to minimize the occupational contact
dermatitis it is recommended to raise the workers awareness, the correct type of gloves used specifically to the type of
chemicals, as well as improving the workers knowledge."
[Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2008
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diesriqa Andri Hartantyo
"ABSTRAK
Latar Belakang : Dermatitis Kontak iritan (DKI), adalah penyakit iritasi (kerusakan) pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan zat kimia (asam, sabun, deterjen, dan pelarut/solvent) ataupun agen fisik yang dapat merusak permukaan kulit lebih cepat dari kemampuan kulit untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Penelitian ini untuk melihat pengaruh asam semut terhadap kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja di perusahaan pengolahan karet di Palembang.
Metode : Penelitian ini menggunakan disain cross sectional komparatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuisioner, observasi, pemeriksaan klinis. Diagnosis dermatitis kontak iritan ditegakkan oleh dokter spesialis kulit.
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian dari 143 responden, didapatkan 57,3% pekerja di area basah(kadar asam semut tinggi), menderita dermatitis kontak iritan. Pada uji statistik didapat ada hubungan bermakna antara paparan asam semut tinggi dengan kejadian dermatitis kontak iritan dengan p < 0,001, dan risiko 24 kali lipat. Selama wawancara dan observasi didapatkan, adanya ketidakpatuhan pekerja dalam menggunakan alat pelindung diri, sering melepas APD, karena air rendaman karet yang sering masuk ke dalam APD, bahkan tidak memakainya dengan alasan tidak nyaman.
Kesimpulan : Disarankan kepada pekerja terutama di area basah (kadar asam semut tinggi), agar selalu menggunakan alat pelindung diri selama bekerja, bagi perusahaan menyediakan alat pelindung diri berupa sarung tangan dan sepatu karet yang tahan terhadap kimia berbahaya, dan membuat SOP penggunaan APD dan disosialisasikan kepada seluruh pekerja."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59137
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>