Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 226442 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iwan Gunawan
"Disertasi ini membahas tentang ideologi yang terdapat pada sosok manusia dalarn iklan-iklan majalah De Zweep / D'Orient dan Pandji Poestaka di tahun 1922 - 1942. Sosok-sosok rnanusia di dalam iklan-iklan pada ketiga majalah tersebut dianalisa tanda-tanda yang melekat pada dirinya dan dikaitkan dengan konteks sejarah masa itu untuk menemukan ideologi yang menguasai. Ditemukan bahwa sosok manusia yang muncul dalam iklan sangat terkait dengan strata sosial yang berlaku saat itu. Iklan menjadi bagian dari proses konstruksi kelas sosial. Pada awal tahun (1920-an) ideologi yang dominan adalah ideologi kolonial dengan Belanda sebagai lapis atas. Antara De Zweep / D'Orient sbagai majalah Berbahasa Belanda dan Pandji Poestaka yang berbahasa Melayu juga bisa dibedakan ideologi yang melatar belakanginya.

This dissertation analize the ideology behind the image of human characters in magazines advertisement. The magazines analized is De Zweep/D'Orient and Pandji Poestaka that published between the year 1922 - 1942. The visual attributes that tied to the human characters in those three magazines ad are considered as signs that lead to the ideology. The existence of human characters in the advertisement represent the social class system in that era. Advertisement became part ofthe social class construction. At the beginning, (1920's) the dominant ideology was ofthe Dutch as the ruling class. The advertisemenst achust itself to the situation. De Zweep / D'Orient as a dutch magazine and Pandji Poestaka as a Malay magazine also dU'err in ideology."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
D967
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fidler, Roger
Yogyakarta: Bentang Budaya, 2003
320.23 FID m t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Anggoro Prasetyo
"Artikel ini membahas soal karikatur-karikatur yang digunakan oleh harian Merdeka untuk merespon kebijakan pemerintah selama dua tahun dalam Demokrasi Terpimpin (1963-1964). Dekrit Presiden merupakan titik balik dari kehidupan dan kebebasan berpendapat sejalan dengan pergantian era. Kemelut yang sempat menggoyahkan dunia pers pada waktu itu mengharuskan persona yang terlibat dalam media – media, baik surat kabar maupun majalah, untuk melakukan sesuatu sehingga pers tetap bertahan dan dapat menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas Hal ini terjadi pula pada harian Merdeka yang berusaha mempertahankan warna pada surat kabarnya sedemikian rupa. Merdeka memberikan opininya melalui visualisasi karikatur untuk mempertegas tajuk rencana Karikatur mampu menuangkan pesan kepada masyarakat, seperti halnya drama radio, tentu dengan kekuatan bercerita yang berbeda. Alasan inilah yang menggugah penulis untuk menggarap lebih lanjut dalam penelitian ini yang kiranya dapat memberikan kontribusi dalam penulisan sejarah media massa. Hal ini berbeda dengan sekian penelitian yang hanya menekankan pada pendirian redaktur selama memimpin harian ini atau karikatur-karikatur yang digunakan oleh koran untuk menguatkan dan merombak mitos pemerintah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sumbersumber yang digunakan meliputi koran sebagai bahan utama, kemudian artikel jurnal, buku, majalah, termasuk penerbitan sumber.

This article discusses the caricatures used by the Merdeka daily to respond to the government's two-year policy of Guided Democracy (1963-1964). The President's decree is a turning point in life and freedom, among others, with the change of era. The crisis that had shaken the press world at that time required people involved in the media, both newspapers and magazines, to do something so that they could survive and disseminate information to the wider community. in such a way. Merdeka gives his opinion through visualization of caricatures to emphasize the editorial. Caricatures are able to convey messages to the public, just like radio dramas, of course with different storytelling strengths. This is what inspires the author to work further in this research which may contribute to the writing of the history of the mass media. This is in contrast to all the research that has only been done on the editor's establishment during the time he led this newspaper or the caricatures used by newspapers to reinforce and dispel government myths. The method used in this study is a historical research method which includes heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The sources used include newspapers as the main material, then journal articles, books, magazines, including publishing sources."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Maulana
"Penelitian mengenai pandangan dua haluan surat kabar bumiputra terhadap Ordonansi ?Sekolah Liar? tahun 1932 ini ditujukan untuk melengkapi penulisan tentang sejarah pers Indonesia pada masa kolonial. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini menggunakan sumber¬sumber tertulis, baik yang bersifat primer maupun sekunder.
Dalam penelitian ini penulis mengkaji pandangan dalam tiga surat kabar yang terbagi menjadi dua haluan. Haluan tersebut berdasarkan dua haluan yang terdapat dalam golongan nasionalis sekuler yang merupakan pelaku utama dunia pergerakan nasional setelah dilarangnya Partai Komunis Indonesia (PKI) dan surutnya Sarekat Islam (SI) pada pertengahan dasawarsa tahun 1920¬an. Pertama, Surat kabar Daulat Ra?jat dan Persatoean Indonesia yang menjadi media aspirasi kelompok nasionalis sekuler yang memegang asas pergerakan nonkooperasi yang radikal. Kedua, Surat kabar Soeara Oemoem yang dinaungi oleh kelompok nasionalis sekuler yang moderat dan dianggap mempunyai kecenderungan terhadap asas pergerakan kooperasi. Tokoh¬tokoh yang menaungi surat kabar Daulat Ra?jat dan Persatoean Indonesia merupakan tokoh¬tokoh Pendidikan Nasional Indonesia (PNI¬Baru) dan Partai Indonesia (Partindo). Sedangkan Soeara Oemoem merupakan surat kabar umum yang dikelola oleh tokoh¬tokoh yang berasal dari Kelompok Studi Indonesia (Indonesische Studieclub) di Surabaya dan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI).
Hasil penelitian menggambarkan ciri dari ketiga surat kabar yang terbagi menjadi dua haluan. Ciri tersebut dilihat dari pengambilan sikap masing¬masing surat kabar terhadap kasus tertentu atau peristiwa tertentu, dalam hal ini adalah terhadap Ordonansi 'Sekolah Liar' tahun 1932 yang telah membangkitkan semangat pergerakan nasional secara umum. Ketiga surat kabar tersebut memperlihatkan kesamaan dalam hal mendukung Ki Hadjar Dewantara dan pergerakan adanya protes terhadap pelaksanaan Ordonansi 'Sekolah Liar' tahun 1932. Namun demikian bagaimana cara penyampaian dukungan serta sikap yang dilontarkan oleh ketiga surat kabar, baik terhadap pemerintah kolonial maupun pergerakan nasional secara umum, terdapat perbedaan yang dipengaruhi oleh latar belakang masing¬masing surat kabar."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S12092
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
New York: NY : Routledge, 2014
302.230 8 WOM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Udi Rusadi
Jakarta: PT Rajagrafindi Persada, 2015
302.23 UDI k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawati
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan menjelaskan seberapa besar pengaruh dinamika politik di suatu negara (dalam hal ini negara Indonesia), terhadap kiprah sebuah majalah berita mingguan Tempo. Kemudian ingin melihat apa saja yang telah dilakukan Tempo dalam kiprahnya di tahun 1971-1982, Dari sini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran tentang kiprah Tempo pada tahun 1971-1982 di balik pembredelan pers masa orde baru. Sehingga dapat menambah khazanah pengetahuan tentang masalah pembredelan pers pada periode tersebut.
Metode penelitian yang digunakan di sini adalah metode sejarah yang sangat membantu penulis dalam memilah sumber data, menganalisa dan menuliskannya dalam bentuk kisah sejarah pembredelan pers dan keberadaan Tempo di balik pembredelan massal 1974 dan 1978; pada kurun waktu 1971 / awal berdirinya Tempo sampai 1982 di mana Tempo pertama kali mengalami pembredelan untuk sementara waktu.
Sebagai salah satu bagian dari langkah metode sejarah, dalam skripsi ini digunakan metode penulisan deskriptif analitis, yaitu berusaha untuk memberikan gambaran dan uraian yang ditindaklanjuti dengan analisa. Untuk membantu ketajaman analisa, maka pendekatan komunikasi dan politik sangat membantu penulis dalam menganalisa hubungan timbal balik antara pers (media cetak : koran dan majalah) dengan pemerintah ataupun masyarakat pada umumnya, dan memahami pengaruh dinamika politik pada masa orde baru terhadap pers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S12258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safrin
"Penelitian ini menggunakan pendekatan "Pembentukan Persepsi Mengenai Realitas Sosial oleh Media Massa" Asumsi dasar dari pendekatan ini ialah bahwa media massa memiliki peranan yang sangat besar dalam mempengaruhi khalayaknya. Namun demikian pembentukan persepsi itu tidak semata mata disebabkan oleh terpaan media massa Pengalaman seseorang dengan suatu realitas sosial, serta aktivitas komunikasi interpersonal tentang realitas dalam kehidupan sehari-hari, bisa membentuk persepsi pada realitas tersebut.
Bertitik tolak dari kondisi di atas, dalam penelitian ini ketiga variabel di atas akan dianalisis dalam kaitan dengan pembentukan persepsi pada realitas sosial. Variabel penggunaan media dikembangkan denngan memasukkan beberapa indikator seperti eksposur berita kriminalitas surat kabar non Pos Kota, eksposur berita kriminalitas Pos Kota, eksposur berita kriminalitas televisi dan majalah. Adapun 'realitas sosial" yang menjadi perhatian dalam penelitian ini ialah "realitas kriminalitas" dengan indikatornya yaitu pencurian, pencopetan, perampokan/pornografi, dan pembunuhan. Pembentukan persepsi diukur dengan menggunakan dua indikator yaitu rawan dan tidak rawan. Sedangkan lokasi penelitian dipilih dua kelurahan di wilayah Jakarta Pusat yang memiliki tingkat kriminalitas tinggi dan rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan persepsi itu dipengaruhi oleh eksposur terhadap berita kriminalitas pada surat kabar yang memiliki isi spesifik tentang kriminalitas seperti Pos Kota dan daerah tempat tinggal khalayak. Hal mi terlihat pada khalayak yang membaca berita kriminal Pos Kota dan tinggal di wilayah yang tingkat kriminalitasnya rendah, pembentukan persepsi mereka berhubungan dengan membaca Pos Kota tersebut. Sedangkan bagi khalayak yang tinggal di wilayah tingkat kriminalitas tinggi, pembentukan persepsi mereka tidak berhubungan dengan media tersebut, meskipun khalayak ini iuga membaca berita kriminalitas dari surat kabar Pos Kota."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Severin, Werner J.
Jakarta: Kencana, 2011
302.23 SEV t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kawuryan, Megandaru W.
"[ABSTRAK
Setelah pemerintahan Orde Baru tumbang pemberitaan mengenai otonomi daerah mekar
bermunculan, media massa yang pada zaman Orde Baru jarang memberitakan mengenai isu
otonomi daerah berubah haluan menjadi gadrung memberitakan isu otonomi daerah, berbagai
berita bermunculan ada yang positif dan ada yang negatif, bermacam pertarungan wacana
mewarnai isu otonomi daerah di media massa.
Penelitian ini bermula dari rasa ingin tahu yang mendalam mengenai berbagai berita
tentang isu otonomi daerah yang muncul di media massa dan bagaimana media massa
melakukan konstruksi realitas terhadap isu otonomi daerah , selama ini penelitian mengenai isu
otonomi daerah banyak dilakukan oleh para ilmuwan yang berlatar belakang ilmu politik, ilmu
pemerintahan, ilmu administrasi negara, dan ilmu hukum, penelitian yang dilakukan oleh para
ilmuwan di atas lebih banyak bicara mengenai penerapan kebijakan otonomi daerah. Penelitian
mengenai isu otonomi daerah menggunakan perspektif ilmu komunikasi masih jarang bahkan
bisa dibilang langka, padahal peran media massa menurut Severin-Tankard (2007:15), adalah
membentuk opini publik. Para penganut mazhab konstruksionisme seperti Tuchman (1978),
Fisman (1980), dan Shoemaker (1996), melihat bahwa berita yang disiarkan oleh media massa
dapat membuat masyarakat mempunyai suatu sudut pandang dan mengkonstruksikan suatu
realitas suatu isu dalam masyarakat tak terkecuali isu otonomi daerah.
Penelitian dalam disertasi ini menggunakan perspektif interpretif. Perspektif ini dipilih
karena menurut Neuman (2006) teori konstruksi sosial merupakan ranah dalam perspektif
interpretif, untuk membedah teks dalam penelitian ini menggunakan analisa teks framing,
model yang digunakan adalah framing Robert N Entman. Framing model Entman dipilih karena
dalam konsep Entman framing dapat dipakai untuk menggambarkan proses seleksi suatu isu,
serta menonjolkan beberapa aspek tertentu dari suatu realitas oleh media. Empat elemen
framing model Entman adalah pertama Define Problem merupakan bingkai utama atau master
frame, kedua Diagnose Causes dalam elemen kedua ini yang menjadi titik berat adalah siapa
aktor utama dalam suatu kejadian atau peristiwa, ketiga Make Moral Judgement adalah elemen
yang digunakan untuk melakukan pembenaran dengan memberikan berbagai argumentasi pada
pedefinisian masalah yang sudah dibuat, empat Treatment Recommendation adalah elemen yang digunakan untuk melihat apa yang sebenarnya dikehendaki oleh wartawan, bagaimana cara yang
akan dipilih untuk menyelesaikan suatu masalah.
Dalam disertasi ini ada 3 media yang diteliti yaitu harian Kompas, harian Jurnal Nasional,
harian Kedaulatan Rakyat. Dipilihlah tiga surat kabar dengan orientasi yang berbeda, yaitu
pertama surat kabar Kompas sebagai surat kabar harian terkemuka nasional dengan tiras yang
besar, kedua surat kabar Jurnal Nasional sebagai surat kabar yang mempunyai kedekatan sejarah
dengan Partai Demokrat, ketiga surat kabar Kedaulatan Rakyat sebagai surat kabar daerah yang
masih survive dan masih leading sampai saat ini.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan dalam level mikro yaitu ada perbedaan frame
pemberitaan harian Kompas, harian Jurnal Nasional dan harian Kedaulatan Rakyat mengenai
Isu Otonomi Daerah. Pada analisis pada level meso media terlihat faktor kepemilikan dan modal
masih cukup kuat dalam mempengaruhi frame media yang diteliti.
Analisis level makro dapat dibagi menjadi dua. Pada harian Jurnal Nasional analisa yang
lebih tepat adalah menggunakan pendekatan analisis instrumentalis atau strukturalis daripada
strukturasi karena pada harian Jurnal Nasional struktur organisasi media terlihat mengikat erat
human agent. Tidak terlalu cukup ruang bagi agen melakukan interplay terhadap struktur. Lain
halnya dengan harian Kompas dan harian Kedaulatan Rakyat, yang dapat dibedah dengan
analisis strukturasi.
Dalam proses strukturasi dari tiga media yang diteliti, terlihat dua media yaitu harian
Kompas dan harian Kedaulatan Rakyat mampu merubah struktur dari sentralistik ke
desentralistik untuk isu Pemilihan Kepala Daerah Langsung dan Keistimewaan Yogyakarta,
meskipun harus diakui bahwa media bukan satu-satunya faktor yang diterminan dalam
perubahan struktur tersebut. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa isi dari teks media dalam dua
isu tersebut memberikan kontribusi kepada eskalasi tekanan atau adanya akumulasi-akumulasi
tekanan terhadap penguasa;

ABSTRACT
After the New Order government fell, news on regional autonomy appeared everywhere.
Mass media which rarely reported regional autonomy issues during the New Order now reported
the issues all the time. Various news emerged, some positive and others negative. A battle of
discourse of regional autonomy issues appeared in the mass media .
This research was started by curiosity on various news on regional autonomy in mass
media and how mass media constructs the reality of regional autonomy issues. Until now,
researches on regional autonomy issues are mostly performed by researchers from political
science, government science, public administration, and legal science. Studies by researchers
from the fields above mostly discuss the implementation of regional autonomy policy. Studies on
regional autonomy issue using communication science perspective are still rare, while the role of
mass media according to Severin-Tankard (2007:15) is actually to form public opinions.
Observers of constructionism such as Tuchman (1978), Fisman (1980), and Shoemaker (1996)
think that news broadcasted by mass media can make people have a certain point of view and
construct a reality of an issue in the society, including regional autonomy issues.
The research in this dissertation used interpretive perspective. This perspective was
selected because according to Neuman (2006) social construction theory is a field in interpretive
perspective. To dissect texts, this study used framing text analysis. The model used was Robert N
Entman's framing. Entman's model of framing was selected because in Entman's concept framing
can be used to describe the selection process of an issue and emphasize certain aspects of a
reality by the media. Four elements of Entman's model of framing are first, Define Problem
which is the master frame, second, Diagnose Causes in the second element the emphasize is who
is the main actors in an event, third, Make Moral Judgment is an element used to make
justification by giving various argumentation in the definitions of the problems which have been
made, fourth, Treatment Recommendation is an element used to see what reporters want, what
method will be chosen to solve a problem.
In this dissertation, there are 3 media which were studied, i.e. Kompas newspaper, Jurnal
Nasional newspaper, Kedaulatan Rakyat newspaper. The three newspapers selected have
different orientations, i.e. first, Kompas as a famous national newspaper with huge readership second Jurnal Nasional as a newspaper with a history with the Democratic Party, third
Kedaulatan Rakyat as a local news paper which still survive and leads to this day.
The result of this study showed that at micro level there was frame difference in the
reporting of Kompas, Jurnal Nasional and Kedaulatan Rakyat on Regional Autonomy Issues.
Analysis at meso level showed that ownership and capital factors were still rather strong in
influencing the frames of the studied media.
Analysis at macro level could be divided into two. In Jurnal Nasional, more accurate
analysis used instrumentalist or structuralist analysis approach rather that structuration because
in Jurnal Nasional the structure of media organization seemed to tightly bind human agents.
Theer wasn't enough space for agents to perform interplay on the structure. Meanwhile, Kompas
and Kedaulatan Rakyat could be dissected by structuration analysis.
In the structuration process of the three media, two media, Kompas and Kedaulatan
Rakyat, were able to change the structure from centralistic to decentralistic for Direct Regional
Head Election and the Special Region Status of Yogyakarta, although the author admits that the
media isn't the only determinant factor in changing the structure. However, it's undeniable that
the content of media texts in those two issues contributed to the escalation of pressure or
accumulation of pressure on the authority;After the New Order government fell, news on regional autonomy appeared everywhere.
Mass media which rarely reported regional autonomy issues during the New Order now reported
the issues all the time. Various news emerged, some positive and others negative. A battle of
discourse of regional autonomy issues appeared in the mass media .
This research was started by curiosity on various news on regional autonomy in mass
media and how mass media constructs the reality of regional autonomy issues. Until now,
researches on regional autonomy issues are mostly performed by researchers from political
science, government science, public administration, and legal science. Studies by researchers
from the fields above mostly discuss the implementation of regional autonomy policy. Studies on
regional autonomy issue using communication science perspective are still rare, while the role of
mass media according to Severin-Tankard (2007:15) is actually to form public opinions.
Observers of constructionism such as Tuchman (1978), Fisman (1980), and Shoemaker (1996)
think that news broadcasted by mass media can make people have a certain point of view and
construct a reality of an issue in the society, including regional autonomy issues.
The research in this dissertation used interpretive perspective. This perspective was
selected because according to Neuman (2006) social construction theory is a field in interpretive
perspective. To dissect texts, this study used framing text analysis. The model used was Robert N
Entman's framing. Entman's model of framing was selected because in Entman's concept framing
can be used to describe the selection process of an issue and emphasize certain aspects of a
reality by the media. Four elements of Entman's model of framing are first, Define Problem
which is the master frame, second, Diagnose Causes in the second element the emphasize is who
is the main actors in an event, third, Make Moral Judgment is an element used to make
justification by giving various argumentation in the definitions of the problems which have been
made, fourth, Treatment Recommendation is an element used to see what reporters want, what
method will be chosen to solve a problem.
In this dissertation, there are 3 media which were studied, i.e. Kompas newspaper, Jurnal
Nasional newspaper, Kedaulatan Rakyat newspaper. The three newspapers selected have
different orientations, i.e. first, Kompas as a famous national newspaper with huge readership second Jurnal Nasional as a newspaper with a history with the Democratic Party, third
Kedaulatan Rakyat as a local news paper which still survive and leads to this day.
The result of this study showed that at micro level there was frame difference in the
reporting of Kompas, Jurnal Nasional and Kedaulatan Rakyat on Regional Autonomy Issues.
Analysis at meso level showed that ownership and capital factors were still rather strong in
influencing the frames of the studied media.
Analysis at macro level could be divided into two. In Jurnal Nasional, more accurate
analysis used instrumentalist or structuralist analysis approach rather that structuration because
in Jurnal Nasional the structure of media organization seemed to tightly bind human agents.
Theer wasn't enough space for agents to perform interplay on the structure. Meanwhile, Kompas
and Kedaulatan Rakyat could be dissected by structuration analysis.
In the structuration process of the three media, two media, Kompas and Kedaulatan
Rakyat, were able to change the structure from centralistic to decentralistic for Direct Regional
Head Election and the Special Region Status of Yogyakarta, although the author admits that the
media isn't the only determinant factor in changing the structure. However, it's undeniable that
the content of media texts in those two issues contributed to the escalation of pressure or
accumulation of pressure on the authority, After the New Order government fell, news on regional autonomy appeared everywhere.
Mass media which rarely reported regional autonomy issues during the New Order now reported
the issues all the time. Various news emerged, some positive and others negative. A battle of
discourse of regional autonomy issues appeared in the mass media .
This research was started by curiosity on various news on regional autonomy in mass
media and how mass media constructs the reality of regional autonomy issues. Until now,
researches on regional autonomy issues are mostly performed by researchers from political
science, government science, public administration, and legal science. Studies by researchers
from the fields above mostly discuss the implementation of regional autonomy policy. Studies on
regional autonomy issue using communication science perspective are still rare, while the role of
mass media according to Severin-Tankard (2007:15) is actually to form public opinions.
Observers of constructionism such as Tuchman (1978), Fisman (1980), and Shoemaker (1996)
think that news broadcasted by mass media can make people have a certain point of view and
construct a reality of an issue in the society, including regional autonomy issues.
The research in this dissertation used interpretive perspective. This perspective was
selected because according to Neuman (2006) social construction theory is a field in interpretive
perspective. To dissect texts, this study used framing text analysis. The model used was Robert N
Entman's framing. Entman's model of framing was selected because in Entman's concept framing
can be used to describe the selection process of an issue and emphasize certain aspects of a
reality by the media. Four elements of Entman's model of framing are first, Define Problem
which is the master frame, second, Diagnose Causes in the second element the emphasize is who
is the main actors in an event, third, Make Moral Judgment is an element used to make
justification by giving various argumentation in the definitions of the problems which have been
made, fourth, Treatment Recommendation is an element used to see what reporters want, what
method will be chosen to solve a problem.
In this dissertation, there are 3 media which were studied, i.e. Kompas newspaper, Jurnal
Nasional newspaper, Kedaulatan Rakyat newspaper. The three newspapers selected have
different orientations, i.e. first, Kompas as a famous national newspaper with huge readership second Jurnal Nasional as a newspaper with a history with the Democratic Party, third
Kedaulatan Rakyat as a local news paper which still survive and leads to this day.
The result of this study showed that at micro level there was frame difference in the
reporting of Kompas, Jurnal Nasional and Kedaulatan Rakyat on Regional Autonomy Issues.
Analysis at meso level showed that ownership and capital factors were still rather strong in
influencing the frames of the studied media.
Analysis at macro level could be divided into two. In Jurnal Nasional, more accurate
analysis used instrumentalist or structuralist analysis approach rather that structuration because
in Jurnal Nasional the structure of media organization seemed to tightly bind human agents.
Theer wasn't enough space for agents to perform interplay on the structure. Meanwhile, Kompas
and Kedaulatan Rakyat could be dissected by structuration analysis.
In the structuration process of the three media, two media, Kompas and Kedaulatan
Rakyat, were able to change the structure from centralistic to decentralistic for Direct Regional
Head Election and the Special Region Status of Yogyakarta, although the author admits that the
media isn't the only determinant factor in changing the structure. However, it's undeniable that
the content of media texts in those two issues contributed to the escalation of pressure or
accumulation of pressure on the authority]"
2015
D2063
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>