Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167138 dokumen yang sesuai dengan query
cover
MV Purwani
"Telah dilakukan ekstraksi konsentrat thorium oksalat hasil olah monasit memakai ekstraktan Tri ? n - Oktil Posfin Oksida (TOPO). Pengotor yang paling banyak terkandung dalam konsentrat thorium oksalat adalah cerium (Ce) dan lantanum (La). Tujuan penelitian ini adalah untuk memurnikan thorium (Th) dengan memisahkan Ce dan La dengan cara ekstraksi. Ekstraksi dilakukan secara batch dan bertingkat. Larutan umpan atau fase air adalah 10 gram konsentrat Th oksalat yang dilarutkan dalam 10,08 M HNO3 sehingga volume menjadi 100 mL dan fase organik adalah TOPO dalam kerosen. Stripping setiap tingkat ekstraksi dilakukan tiga kali, yaitu stripping pertama memakai air, stripping kedua memakai asam oksalat 5%, dan stripping ketiga memakai air. Waktu ekstraksi setiap tingkat 15 menit dan waktu stripping setiap tingkat 5 menit dengan perbandingan fase air dengan fase organik adalah 1 berbanding1. Parameter yang diteliti adalah persentase TOPO dalam kerosen dan jumlah tingkat ekstraksi. Pemakaian TOPO dalam kerosen yang optimum 5% dan jumah tingkat ekstraksi 3. Pada ekstraksi I diperoleh konsentrat Ce dan pada tingkat ekstraksi II dan III diperoleh Th. Efisiensi ekstraksi Th tingkat II sebesar 39,76% dan efisiensi ekstraksi Th tingkat III 26,33%. Koefisien distribusi (Kd) Th tingkat ekstraksi II adalah 0,7587 dan Kd Th tingkat ekstraksi III 1,0096. Efisiensi ekstraksi Th total adalah 80,08 %, efisiensi ekstraksi Ce total 56,12%, efisiensi ekstraksi La total 1,54. Faktor pisah (FP) Th ? Ce pada ekstraksi I adalah 1,00, FP Th ? La pada ekstraksi I 92,07, FP Th ? Ce pada ekstraksi II adalah 250,24 dan FP Th ? La pada ekstraksi II adalah ∞, FP Th ? Ce pada ekstraksi III 124,22 dan FP Th ? La pada ekstraksi III adalah ∞. Faktor pisah total Th ? Ce sebesar 1,4270 dan Faktor pisah total Th ? La 47,0459. Kadar Th oksalat pada ekstraksi II sebesar 97,06%, kadar Th oksalat pada ekstraksi III 98,00 %."
Badan Tenaga Nuklir Nasional, 2015
660 EKSPLOR 36:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Kurniasari
"Pemisahan bioproduk seperti asam laktat membutuhkan kemurnian yang tinggi untuk aplikasi industri. Selain itu, proses separasi dan purifikasinya kerap mengalami kendala karena harus memurnikan senyawa dalam konsentrasi yang rendah dan kestabilan biomolekuler. Sistem ekstraksi cair-cair (ECC) merupakan salah satu metode yang banyak dipakai untuk memisahkan asam laktat dari impuritasnya. ECC dapat memisahkan zat terlarut pada konsentrasi rendah. Pada penelitian ini, asam laktat diekstraksi menggunakan campuran tri-n-butylamine (TBA) dalam kloroform sebagai ekstraktan. Pengamatan dilakukan pada berbagai rasio volume ekstraktan organik untuk memperoleh ekstrak 20 mL asam laktat yang optimal. Variasi juga dilakukan pada kisaran suhu 25 ? 50 °C. Analisa kandungan asam laktat dilakukan dengan metode titrasi dan HPLC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume asam laktat yang paling optimal dalam mengekstrak 40% (v/v) asam laktat adalah sebesar 40,12 mL TBA dalam 10 mL kloroform. Adapun suhu optimal yang digunakan dalam proses ECC adalah sebesar 30°C.
Bioproduct separation such as lactic acid need high purity for industrial application. Besides, separation pr°Cess and purification usually has problem because it has to purified compound in low concentration and biomolecular stability. Liquid-liquid extraction system (L/LE) is one of many methods used in lactic acid purification from its impurities. L/LE can separate soluted in low concentration. In this observation, lactic acid extracted by Tri-n-butylamine (TBA) mixture in chloroform as extractant. The research carried out in ratio variation of volume organic extractant to obtain 20 mL optimum lactic acid in extract. Temperature variation is on 25 ? 50 °C range. Lactic acid analization on organic phase use titration and HPLC method. The results shows that the most optimum volume extractant to extract lactic acid 40% (v/v) is 40,12 mL TBA in 10 mL of chloroform. The optimum temperature used in ECC pr°Cess is 30°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adang H. G
"PENGARUH REGENERASI KOLOM ALUMINA ASAM TERHADAP RECOVERY DAN KUALITAS 99mTc HASIL EKSTRAKSI PELARUT MEK DARI 99Mo HASIL AKTIVASI NEUTRON. Melalui kerjasama antara PTRR-BATAN, Chiyoda dan JAEA Jepang telah dilakukan pemurnian 99mTc dari 99Mo hasil aktivasi neutron dengan menggunakan metode kromatografi kolom alumina asam terhadap hasil ekstraksi MEK (Metil Etil Keton). Pemurnian 99mTc dengan metode kolom alumina asam hanya dapat digunakan satu kali dan pemurnian berikutnya harus diganti dengan kolom baru. Hal ini dinilai kurang praktis dan juga memerlukan biaya yang mahal. Dalam penelitian ini dicoba penggunaan kolom alumina asam untuk pemurnian 99mTc lebih dari satu kali dengan melakukan proses regenerasi dengan cara melewatkan larutan HNO3 0,1N setiap kali proses pemurnian selesai. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan larutan 99mTc yang dapat digunakan untuk penandaan kit radiofarmaka. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah recovery, profil elusi, pH, kemurnian radiokimia dan kemurnian radionuklida (lolosan 99Mo). Hasil penelitian yang dilakukan selama 5 hari telah diperoleh pH ~5, recovery > 60 %, kemurnian radiokimia > 95 % dan lolosan 99Mo tidak terdeteksi. Dari hasil perlakuan terhadap kolom alumina asam dengan larutan HNO3 0,1 N disimpulkan bahwa kolom alumina asam tidak perlu diganti setiap hari.
Purification of 99mTc from 99Mo activation using acidic alumina column chromatography system from MEK (Methyl Ethyl Keton) extraction has been carried out through cooperation between PTRR - BATAN, Chiyoda and JAEA Japan. This method has a limitation that acidic alumina column for purification of 99mTc can be used only once, for the next purification acidic alumina column should be replaced with new column, so it is less practical and also requires high cost. This study aims to obtain a 99mTc solution can be use for labelling of a radiopharmaceutical kit. In this study, the used of acidic alumina column for 99mTc purification was tried more than once by regeneration using 0.1N HNO3 solution after purification process is completed. Parameters observed in this study are the percent recovery, elution profile, pH, radiochemical purity and radionuclida purity. The results of observational studies conducted over 5 days has been obtained pH ~ 5,% recovery > 60%, radiochemical purity of > 95% and 99Mo leakage not detected. The treatment of acidic alumina column with 0,1 N HNO3 solution concluded that acidic alumina column does not need to be replaced every day."
Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka BATAN, 2016
621 URANIA 22:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Armi Wulanawati
"Senyawa 25,26,27,28,- tetrakarboksi -5,11,17,23 -tetra-tertbutilkaliks[ 4]arena, L- adalah ligan makrosiklik yang memiliki empat gugus karboksilat dan ukuran rongga yaang sesuai dengan ukuran jari-jari kation. Hal ini dimanfaatkan untuk membentuk kompleks dengan ion logam secara selektif melalui pertukaran ion, ikatan koordinasi, dan efek rongga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan gugus karboksilat dalam ligan kaliks[4]arena pada ekstraksi kompleks Na-LH4 terhadap efisiensi ekstraksi, dibandingkan dengan kompleks Na+ dengan ligan LH2 yang hanya memiliki dua gugus karboksilat serta peran Na+ tersebut pada ekstraksi kompleks Ln-LH4 (Ln = Yb, Sm) dalam larutan buffer asetat dan larutan campuran tetrametilamoniumhidroksida dan HCl (TMAH·HCl). Untuk itu, dipelajari pengaruh pH fasa air dan konsentrasi LH4 bebas di fasa organik. Berdasarkan distribusi kompleks yang diperoleh pada berbagai kondisi reaksi tersebut, dapat diperkirakan proses ekstraksi pengompleksan yang terjadi dan spesi yang terbentuk. Hasil percobaan menunj ukkan bahwa dengan membandingkan persen ekstraksi kompleks Na-LH2 terhadap persen ekstraksi kompleks Na-L-, efisiensi ekstraksi meningkat dengan bertambannya gugus karboksilat yang dimiliki suatu ligan. Selain itu, efisiensi ekstraksi meningkat dengan bertambahnya pH fasa air dan kosentrasi ligan bebas di fasa organik. Hal yang serupa terjadi pula pada ekstraksi kompleks Ln-LH4 (Yb, Sm). Pada ekstraksi kompleks Ln3+ ini melibatkan dua spesi kompleks dengan spes1 kompleks pertama LH3 Yb Na+ terletak pada daerah yang lebih asam dibandingkan spesi kompleks kedua LH2 YbNa2+ akibat adanya ion logam natrium yang dapat bertindak sebagai koekstraktan, sehingga meningkatkan efisiensi ekstraksi kompleks lantanida."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T40304
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Chalid
"ABSTRAK
Pencemaran lingkungan dan beredarnya minyak pelumas palsu merupakan masalah-masalah besar yang ditimbulkan karena penanganan minyak pelumas bekas yang belum memadai. Pemanfatan kembali minyak pelumas bekas sebagai bahan bakar atau dalam bentuk daur ulang merupakan salah satu pemecahan masalah-masalah tersebut, di samping dapat menghemat pemakaian cadangan minyak bumi. Pemanfaatan kembali minyak pelumas bekas sebagai bahan bakar atau dalam bentuk daur ulang memerlukan penurunan kandungan logam yang terdapat dalam minyak pelumas bekas. Penelitian terdahulu memperlihatkan bahwa ekstraksi-flokulasi dengan pelarut isobutanol yang telah ditambahkan sedikit KOH cukup efektif dalam menurunkan kandungan logam dalam minyak pelumas bekas. Dalam penelitian ini diteliti pengaruh berbagai hidroksida logam dalam isobutanol dalamh hal keefektifannya untuk menurunkan kandungan logam dalam minyak pelumas bekas. Hidroksida logam- hidroksida logam yang digunakan adalah LiOH, NaOH, KOH, Mg(OH)2, Ca(OH)2, dan AI(OH)3P. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk memilih hidroksida logam yang paling tepat, dan penentuan kondisi optimum percobaan dilakukan dengan variasi perlakuan dari perbandingan volume isobutanol terhadap minyak pelumas bekas, suhu, dan kadar hidroksida logam hasil penelitian pendahuluan dalam isobutanol. Analisa instrument yang dilakukan untuk melihat kemampuan hidroksida logam dalam memflokulasi pengotor dan aditif, dan keberhasilan proses ekstraksi-flokulasi minyak pelumas bekas adalah analisa penurunan kandungan logam minyak pelumas bekas sebelum dan sesudah ekstraksi-flokulasi dengan AAS, dan analisa kualitatif terhadap gugus-gugus fungsi pengotor dan aditif dengan Spektroskopi Inframerah. Hidroksida logam magnesium memberikan hasil yang paling baik terhadap penurunan kandungan logam minyak pelumas bekas, yakni Ca = 99,97% ; Zn = 99,96%; Mg = 99,94 %; dan Fe : 99,89%. Kondisi optimum percobaan adalah sebagai berikut: perbandingan volume isobutanol : pelumas, 3 : l, suhu 25 - 30 oC, dan kadar Mg(OH)2 sebesar 0, 04 M ."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanafi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T39905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fatimah Nisma
"RINGKASAN
Sejalan dengan perkembangan sains dan teknologi, pemakaian unsur-unsur lantanida terus meningkat. Unsur lantanida umumnya ditemukan dalam bentuk campuran dengan unsur lantanida lainnya dalam batuan. Untuk memperoleh unsur lantanida murni dibutuhkan teknik pemisahan yang selektif dan efesien. Ekstraksi pelarut adalah salah satu teknik pemisahan yang banyak dikembangkan sejalan dengan sintesa ligan-ligan baru.
Kriptan adalah ligan makrosiklik yang dapat terprotonasi dengan satu atau duo ion I1 dalam bentuk (LW) dan (LH2)}2. Bentuk ini mampu membentuk kompleks dengan ion logam secara selektif berdasarkan kesesuaian ukuran jari-jari kation logam dengan ukuran rongga kriptan terprotonasi, jenis anion dan kepolaran pelarut yang sesuai. Bentuk kompleks ini dimanfaatkan untuk pemisahan ion lantanida, baik sebagai individu ataupun kelompok.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan selektifitas ekstraksi kompleks Sm*3, Eu+3 dan Yb+3 yang baik, dengan kriptan [2.2.1) dan [2.2.2]_ Selanjutnya hasil yang diperoleh digunakan untuk menentukan kelayakan metoda ekstraksi untuk pemisahan ketiga ion logam tersebut Dipelajari pengaruh pH, jenis dan konsentrasi kriptan, jenis dan konsentrasi pasangan anion terhadap %E dan Log D kompleks yang terbentuk dengan pelarut kloroform. Pengaruh kepolaran pelarut dipelajari dengan menggunakan pelarut murni dan pencampuran pelarut 0-10% kloroform dalam n-heksana, 0-10% diklorometana dalam n-heksana, 0-10% n-heksana dalam kloroform, 0-10% n-heksana dalam diklorometana dan 040% toluen dalam kloroform. Pengaruh pasangan anion pada komposisi kepolaran pelarut 0-100% diklorometana dalam kloroform, dipelajari dengan menggunakan pasangan anion kiorida, asetat dan pikrat.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa selektifitas pemisahan kompleks lantanida kriptat [2.2.11 dan [2.2.21 dipengaruhi oleh pH larutan logam, jenis pasangan ion dan kepolaran pelarut fasa organik yang digunakan_ Kompleks Ln-Hkriptat [2.2.1] mempunyai selektifitas ekstraksi yang tinggi pada pH 3.0 dan terendah pada pH sekitar 5.0. Selektifitas ekstraksi kompleks Ln-Hkriptat [2.2.2.1 diperoleh tinggi pada pH 5.0, dan terendah pada pH sekitar 3.0. Selektifitas ekstraksi ketiga logam pada pH ± 5.0 diperbesar dengan menambahkan pikrat dan asetat sebagai pasangan anion dan mengatur kepolaran pelarut fasa organik. Dari hasil pengaruh komposisi kepolaran pelarut, selektifitas ekstraksi logam Sm dengan Yb atau Eu-kriptat [2.2.1] pasangan ion klorida diperoleh pada kepolaran pelarut rendah (komposisi pelarut 4-10% kloroforn dalam nheksana). Sedangkan selektifitas Eu dengan Yb-kriptat [2.2.1] diperoleh pada kepolaran pelarut tinggi (komposisi pelarut 0-3% n-heksana dalam diklorometana). Selektifitas ekstraksi kompleks Eu dengan Sm atau Yb-kriptat [2.2.21 klorida terjadi pads kepolaran pelarut rendah (komposisi 2-5% kloroform dalam n-heksana), sedangkan selektifitas pemisahan kompleks Srn dengan Yb-kriptar [2.2.2] klorida terjadi pads kepolaran pelarut tinggi (komposisi 70-90 % diklorometana dalam kloroform).
Selektifitas pemisahan Sm dengan Eu-kriptat [2.2.1] maupun [2.12] pikrat diperoleh pada kepolaran tinggi (komposisi 30-40 % diklorometana dalam kloroform). Sedangkan selektifitas ekstraksi Sm dengan Eu-kriptat [2.2.1] asetat diperoleh pada kepolaran pelarut sedang (0 % diklorometana dalam kloroform), sebaliknya selektifitas Sm dengan Eu-kriptat [2.2.1] asetat diperoleh pada kepolaran tinggi (100 % diklorometana).
Selektifitas pemisahan Sm dengan Yb-kriptat [112] asetat diperoleh pada kepolaran tinggi (komposisi 30-100 % diklorometan dalam idoforom).
ABSTRACT
The Effect of pH, Anion Pairs and Mixed Composition of Solvents on Extraction
Selectivity of Metals Sm (III), Eu (III) and Yb (III) with Eryptand [2.2.1] and [2.2.2]Along with the development of science and technology, the use of lanthanides elements have continuously increased. Generally, lanthanides can be found as a mixture with other lanthanide elements in minerals. To get pure lanthanides, it needs a selective and efficient separation technique. Solvent extraction is one of the separation technique studied due to the synthetize of new ligands.
Cryptands are macrocyclic ligand (L) that can be protonated with one or two 1r ions to form (LW) and (LH2+2). This protonated ligand can from complexes selectively with metal ion, a complex metals ion based on appropriateness of the diameter of ions with the cavity size of the protonated cryptands. Due to differrent polarity of pair ion complex formed the extraction selectivity were studied with different anion. By using various solvent polarity, the extraction selectivity can be improved. A protonated cryptands can be used for separating lanthanides ion whether individual or groups lanthanides.
The aim of this research is intends to find a better extraction selectivity of Sm+3, Eu+3 dan Yb+3 by using cryptands [2.2.1] and 12.2.2] as complexing agent The result be used to study the feasibility of to separate the three ions (by extraction method). The effect of pH, the type and the concentration of cryptands, the type and the concentration of anion pairs (chloride, picrate and acetate) were studied in chloroform . The impact of solvent polarites were using pure solvent (chloroform, n-hexane, toluene and dichloromethane). Furthur studied were carried out using mixed solvent e.q : 0-10% chloroform in n-hexane, 0-10% dichloromethane in n-hexane, 0-10% n-hexane in chloroform, 0-10% n-hexane in dichloromethane and 0-10% toluene in chloroform. The effect of anion pairs were studied with mixed solvents of 0-100% dichloromethane in chloroform.
The results showed that the separation selectivity of lanthanides-cryptates [2.2.1] and [2.2.2] complex was influenced by the pH of metal solution, the type of pair ion and the polarity of the organic phase. Ln-Hcryptate[2.2.1] complexes had a hight extraction selectivity at pH 5 3.0 and lower at pH 5.0. The extraction selectivity of Ln-Hcryptate [2.2.21 complexs showed bight at pH ? 5.0 and lower at pH 3.0. The extraction selectivity of third metals at pH 5.0 could be enlarged with the increase of picrate and acetate anion pairs, and with the exchange of polarity of organic solvents. The extraction selectivity of Sm and Yb or Eu-cryptate [2.2.1] chloride complexes is shown at lower solvents polarity (4-10% chloroform in n-hexane). While, the separation of Eu with Ybcryptate [2.2.1] is pronounce at bight solvents polarity (0-3% n-hexane in dichloromethane). However, the extraction selectivity of complexs Eu with Sm or Ybcryptate 12.2.2] chloride is found at low 'solvents polarity (2-5 % chloroform in n-hexane). The posibble separation selectivity of complexes Sm and Yb-cryptate [2.2.2] chloride complexes occurred at hight solvents polarity (70-90% dichloromethane in chloroform).
The effect of pair ion on the separation selectivity of Sm with Eu-cryptate [2.2.11 and [2.2.2] picrate occurred at flight polarity (30-40% dichloromethane in chloroform). Whereas, the extraction selectivity of Sm with Eu-cryptate [2.2.1] acetate occurred at solvents of middle polarity (100% chloroforrm), on the other contrary the selectivity of Sm-cryptate [2.2.1] acetate occurred at hight polarity (100% dichloromethane).
Separation selectivity of Sm with Yb-cryptate [2.2.2] acetate occurred at flight polarity (30-100% dichloromethane in chloroform).
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Widyasari
"Sambiloto (Andrographis Paniculata Nees) merupakan salah satu tanaman obat yang mudah di dapat di Indonesia. Tanaman ini mempunyai kandungan kimia seperti andrografolid, flavonoid, minyak atsiri serta mineral-mineral lainnya yang diketahui bersifat antiradang, antidiuretika, antianalgetika, dan antibakteri (bakteriostatik). Seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai obat, salah satunya adalah obat batu ginjal. Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri pemecah urea yang memicu terbentuknya batu ginjal. Teknik pengambilan senyawa aktif yang terkandung dalam daun sambiloto adalah dengan ekstraksi padat-cair (leaching) menggunakan metode sonikasi selama 20 menit. Penelitian merupakan kajian awal yang bertujuan untuk mengkaji pengaruh konsentrasi dan tingkat kepolaran pelarut pada ekstraksi daun sambiloto dengan metode sonikasi terhadap kemampuan ekstrak dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, mengkaji hubungan antara kenaikan indeks bias ekstrak dengan akti vitas bakteriostatiknya, dan mengkaji ketahanan ekstrak daun sambiloto terhadap oksidasi. Metode penelitian yang digunakan adalah persiapan bahan baku (pengeringan daun) dan percobaan utama (ekstraksi dan analisis). Variasi yang digunakan adalah tingkat kepolaran pelarut (air, etanol dan kloroform) dan konsentrasi (2/20, 2/40, 2/60, 2/80, 2/100 gr/mL). Hasil ekstraksi dianalisis secara kualitatif dengan uji aktivitas antibakteri metode kertas cakram, pengukuran indeks bias, dan uji ketahanan oksidasi dengan metode weight gain. Hasil penelitian uji antibakteri didapatkan bahwa ekstrak etanol daun sambiloto memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, tetapi tidak dapat membunuhnya. Konsentrasi dan tingkat kepolaran pelarut mempengaruhi kemampuan ekstrak daun sambiloto dalam menghambat pertumbuhan bakteri dengan DDH = 7,4 mm pada ekstrak etanol 2gr/40mL. Proses ekstraksi terbukti dapat menaikkan nilai indeks bias dari pelarutnya, tetapi tidak ditemukan kecenderungan tertentu antara kenaikan indeks bias dengan aktivitas bakteriostatik ekstrak. Ekstrak etanol daun sambiloto dengan konsentrasi 2gr/40mL dinilai masih cukup baik dalam ketahanannya terhadap oksidasi terhitung selama tujuh hari."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48533
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Juniar
"ABSTRAK
Kriptan adalah ligan makrosiklik yang mampu membentuk kompleks dengan ion logam secara selektif berdasarkan kesesuaian ukuran jari-jari kation dengan ukuran rongga kriptan. Sifat kriptan ini dimanfaatkan untuk pemisahan logam-logam lantanida baik sebagai kelompok maupun individu.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan mekanisme dan kestabilan kompleks Sm(III) dan Yb(III) dengan menggunakan kriptan[2.1.1 ] dan kriptan[2.2.2B] pada ekstraksi pelarut. Untuk itu dipelajari pengaruh pH fasa air terhadap ekstraksi kedua ion logam dengan kriptan[2.1.1] dalam kloroform dan kriptan[2.2.2B] dalam toluen dengan pasangan ion klorida, pikrat dan asetat. Untuk mengetahui mekanisme ekstraksi, kestabilan kompleks kriptat yang terbentuk dan spesi yang terekstrak , dipelajari pengaruh pasangan ion asetat dan plcrat melalui efisiensi ekstraksi. Pengaruh variasi komposisi/kepolaran pelarut dipelajari dengan menggunakan pasangan ion klorida yang mempunyai selektivitas pemisahan yang paling besar.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pH berpengaruh pata pembentukan kompleks Sm(III) dan Yb(III)-kriptat[2.1.1] dan [2.2.2B] untuk pasangan ion klorida, pikrat dan asetat. Hasil pengukuran dengan spektrofotometer uv-vis menunjukkan stoikiometri M : L adalah 1 : 1. Spesi kriptan dominan yang berada dalam fasa air adalah LH+. Mekanisme ekstraksi adalah melalui pembentukan kompleks pasangan ion. Asetat dan pikrat dapat menggantikan sebagian klorida yang membentuk pasangan ion pada kompleks Sm dan Yb-kriptat[2.1.1] dan [2.2.2B]. Selain itu juga ditentukan secara kwalitatif kestabilan kompleks dengan berbagai pasangan ion. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kestabilan kompleks Sm(III) dan Yb(III)-kriptat path pH 5,0 meningkat dengan urutan asetat > pikrat > klorida, baik untuk kriptan[2.1.1 ] maupun untuk kriptan[2.2.2B]. Penambahan n-heksana pada ekstraksi Sm(III) dan Yb(III)kriptat klorida pada pH 5,0 dapat meningkatkan selektivitas ekstraksi dengan kriptan[2.1.1]. Sebaliknya, selektivitas menurun pada ekstraksi Sm(III) dan Yb(III) kriptat[2.2.2B]klorida dengan penambahan kloroform pada pelarut toluen.
Daftar Pustaka 28 (1964 - 1997 ).
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>