Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103426 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Viewed from the perspective of art and culture, in general the province of Nusa Tenggara Barat (NTB) has a very pluralistic cultural diversity, in addition to art and culture that are rooted in tradition and culture of Sasak, there are also art traditions rooted in the cultural traditions of other ethnic which have occupied especially the territory of Lombok and Mataram in the periods of long enough time. The plurality of cultural traditions when explored and developed more broadly becomes an additional point for NTB in the development of the tourism industry. Of the various forms of artistic cultural traditions, the Balinese performing arts is one of art forms that developes in the city of Mataram and has quite high potency if it is involved in the tourism industty. Appeals for more highlighting the indigenous cultural traditions of Sasak people causes the marginalization of Balinese arts and gives very small chance to participate actively in the world of tourism development efforts in Mataram. This phenomenon is examined in this study, particularly related to the issues presented, namely, the role of government, community and tourism components in exploiting the potency of traditional performing arts in the tourism industry as well as the conception of the shape and structure of the traditional performing arts in the tourism industry in the city of Mataram."
MUDRA 31:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Mudana
"Komodifikasi merupakan proses yang tidak hanya berhubungan dengan bagaimana produksi menjadi produk massa, tetapi juga berhubungan bagaimana produk tersebut dapat didistribusikan ke pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Seni lukis wayang Kamasan merupakan fenomena komodifikasi dan industri kreatif yang menarik untuk dikaji secara kritis dengan pendekatan culture studies untuk mengetahui keinginan pariwisata. Sebagai alat analisis digunakan teori teori komodifikasi. Metode yang digunakan mengkaji penelitan komodifikasi adalah metode kritis yang bersifat emansipatoris, melibatkan pelukis,dan pelaku bisnis (industri pariwisata). Hasil penelitian ini; (1) produksi seni lukis wayang Kamasan sudah terjadi pengkaburan makna dari makna simbolik menjadi makna ekonomi, keos (brecolage) dan menjadi produksi massa, (2) distribusi seni lukis wayang Kamasan di pasar sangat dinamis, selain untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal tetapi juga pasar global berupa produk kreatif. (3) konsumsi seni lukis wayang Kamasan tidak hanya oleh masyarakat lokal sebagai persembahan, tetapi juga oleh pariwisata sebagai souvenir."
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
700 KJSP
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Gde Bagus Udayana
"Pariwisata budaya yang dikembangkan di Bali diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2, Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali yang menekankan pentingnya tri hita karana dalam pengemban¬gan pariwisata di Bali. Oleh karena itu, idealnya segala aktivitas pengembangan pariwisata budaya di Bali, termasuk promosi pariwisata benar-benar menunjukkan aplikasi falsafah tri hita karana. Tujuan jangka panjang penelitian ini, terwujudnya media promosi pariwisata budaya Bali yang benar-benar mengimple¬mentasi ideologi tri hita karana. Terkait dengan tujuan ini, target khusus yang hendak dicapai adalah upaya penggambaran marginalisasi ideologi tri hita karana dalam media promosi pariwisata budaya Bali.
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dan target tersebut, berupa wawancara mendalam dan pengamatan serta penggunaan dokumen. Wawancara dilakukan dengan pihak terkait, seperti Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Tabanan, dan Gianyar, serta perusahaan di bidang panwisata maupun di bidang disain grafis di Bali. Pengamatan dilakukan terhadap billboard yang terkait dengan pariwisata serta dokumen berupa foto, brosur, leaflet, dan iklan tabloid yang mempromosikan panwisata dan diproduksi oleh para pihat terkait tersebut di atas.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan Based on the result of analysis bahwa yang memarginal-kan ideologi tri hita karana pada media promosi pariwisata budaya di Bali adalah ideologi kapitalisme dan ideologi dualisme kultural. Hal ini teijadi karena pembuatan media promosi pariwisata pada dasarnya bertu¬juan untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang mengunjungi objek yang dipromosikan. Tentu saja tujuan itu berujung pada pemngkatan perolehan keuntungan atau uang. Implikasi utama media promosi pariwisata budaya Bah yang ideologi tri hita karana-nya termarginalkan pada citra Bali sebagai daerah pariwisata adalah bahwa Bali tercitrakan sebagai daerah budaya pariwisata dan bukan pariwisata budaya."
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Brayut is a phenomenal myth figure in Balinese culture. He is adored and also pleaded for a child by those who want a child in their families. On the other hand, he is disrespected as a family that is lack of attention on the prosperity of their family because he has to grow many children in his family. At the present, his existences is decorating the gardens lots as an absurd family which described briefly in a literary work known as Brayut geguritan. Implicitly, behind the absurdity of this family described in the beginning of the geguritan, can be found that the concept of Tantrayana strongly influence the social diversity system of the Baliiese Hindus in Bali. Tantrayana is a religious sect of Hindus in India which then localized in Bali. It might be influenced with Balinese local genius which obtain similar concepts that enable the Tantric teachings to be acculturated."
MUDRA 31:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Ayu Sri Suasmini
"Kebaya merupakan busana yang dikenakan kaum perempuan dalam setiap kegiatan upacara di Bali. Kebaya mulai mengalami perubahan dalam hal desain maupun bahan yang digunakan akibat dari perkembangan zaman, teknologi, informasi dan industri pariwisata, mengakibatkan masyarakat Bali tidak lepas dari pengaruh kebudayaan luar, yang membawa perubahan dalam berbagai kehidupan masyarakat Bali. Kanin kapitalis memanfaatkan momen ini dengan menciptakan atau membuat desain kebaya diluar dari ciri khas kebaya Bali. Hal ini dapat dilihat dari munculnya desain kebaya modifikasi yang banyak di tawarkan di pasaran dan menjadi tren. Desain kebaya modifikasi banyak dijual di pasaran, sehingga menyebabkan kaum perempuan ingin tampil trendi dengan busana yang di tawarkan tersebut. Kaum perempuan kontemporer dengan bangga mengenakan kebaya yang trendi di pasaran, pada kegiatan persembahyangan ke pura. Hal ini mengakibatkan seolah-olah kaum perempuan sudah mulai melupakan etika berbusana untuk ke pura. Hal ini tentunya dapat membuat generasi mendatang tidak akan mengetahui dan melupakan ciri khas dari kebaya Bali. Permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimana kebaya dijadikan sebagai representasi oleh kaum perempuan di Kota Denpasar.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami perkembangan kebaya ke pura, dapat mengubah cara berbusana dan gaya hidun nerempuan kontemporer. Paradigma representasi dengan pendekatan fenomenologis dan metode kualitatif digunakan pada penelitian ini. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan mterpretatif mempergunakan analisis representasi dan konsumerisme."
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"This artwork is revealing about the existence of Legong Tombol in Banyuatis village, Buleleng which has stagnated regeneration. Through this work, the steps taken to resolve the impasse is by reconstructing the shape of the dance, then rechoreographing the missing parts and subsequently teaching the dance form to the local young generation dancers. Related to the issues raised on the existence Legong Tombol in Banyuatis village, then this work present about : (1) Creation Method of dance that starts from the reconstruction effort of the dances that is almost extinct, (2). Reconstructing and re-packing the form of Legong Tombol dance and then returning to the community, (3). Resenting the training methods of Legong dabce which is contained in the creativity of the figure of the artist (late.) I Wayan Rindi which has been successfully re-lifted up."
MUDRA 31:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Komang Ayu Anantha Putri
"ABSTRACT
Anak Agung Gede Oka Dalem seniman tari kelahiran 3 Mei 1954, Oka Dalem disebut sebagai tokoh penggerak karena beliau mampu berkreativitas, mengkoordinir para seniman, serta terus berinovasi menjadikan pertunjukan pariwisata yang maju dan eksis. Selain itu, beliau juga dikenal sebagai bintang panggung, seoarang guru yang mampu memberi contoh dan pengelola seni yang baik bagi kelima sekaa yang benaung, sehingga dengan manajemen seni yang professional Oka Dalem dapat mendatangkan banyak manfaat bagi para masyarakat yang tergabung dalam lima sekaa yang secara bergantian pentas regular di wadah seninya. Sangat jarang terdapat seniman tari yang mampu menjadikan seni sebagai mata pencaharian utama, seperti yang dilakukan Oka Dalem yang mampu hidup sejahtera berkat sebuah pertunjukan pariwisata yang beliau kelola.
Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan sebuah karya tulis yang mampu digunakan sebagai informasi tentang tokoh seniman yang mampu memanajemen dan menggerakkan seni pertunjukan wisata, khususnya. di Desa Peliatan Ubud. Terdapat tiga pokok permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini. Pertama yaitu bagaimana riwayat kehidupan dari Oka Dalem yang menggiring dirinya untuk menjadi seoarang seniman dan tokoh yang berpengaruh di Desa Peliatan, kedua yaitu bagaimana motivasi Oka Dalem dalam mengelola seni pertunjukan pariwisata di Desa Peliatan, Ubud, Gianyar, Ketiga yaitu apa saja kontribusi A.A Gede Oka Dalem sebagai tokoh penggerak seni pertunjukan pariwisata di Desa Peliatan, Ubud ,Gianyar. Adapun teori yang digunakan untuk membedah ketiga rumusan masalah tersebut adalah teori tokoh egoistik, teori motivasi kerja, teori professional dan teori estetika.
Sebagai tokoh penggerak, Oka Dalem juga mampu berkreativitas dan berinovasi dengan memberikan ruang dan kesempatan bagi semua anggota sekaa melalui wadah seni yang benama Balerung Mandera Srinertya Waditra. Wadah seni ini merupakan bukti nyata seoarang tokoh penggerak yang mampu menjadi fasilitator yang hebat, karena beliau tidak hanya mampu mendirikan wadah seni, melainkan mampu mengelola sekaa yang bernaung di dalamnya serta menjadikan wadah seni tersebut terkenal sampai menjadi sumber mata pencaharian tambahan bagi masyarakat pendukungnya."
Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
700 KJSP 3:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Barongsai performance in the Chinese New Year ritual is unique and imposing processional ceremony of cultural performance in Semarang. The aesthetic aspects of the cultural performance are closely related to the meaningful symbols of society's prevailing cultural patterns background which are still uphold till nowadays. Specifically, the problem raised up in this study deals with the meaning of Barongsai performance text in Chinese New Year ritual ceremony. Furthermore, the researcher used performance studies approach in order to solve the problem. The data collection was done by observation, in-depth interview, and documentation. The analysis was done qualitatively by referring to the interactive cycle analysis model. Furthermore, the analysis procedures were done through the process of data reduction, data presentation, and drawing conclusions or verification. The research findings dealing with meaning in Barongsai performance text are as follows: 1) religious meaning between human and God, 2) meaning of human relationship with their relatives and predecessor, and 3) meaning of harmony or balance between human and nature."
MUDRA 31:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bali: Pusat penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2016
MUDRA 31:1 (2016)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>