Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157609 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rendra Chriestedy Prasetya
"Dental caries and periodontal disease are well established and common in Indonesia, and both of these diseases are major concerns for the oral and dental health. The objective of this study was to compare the differences in children with and without caries in terms of colony bacteria in the saliva, and the changes before and after consumption of carbonated drink. The study was conducted on Al-Qodiri elementary school students who were 10-12 years old. Saliva was collected before and after consumption (for 2 min) of a carbonated drink. T-test was used to analyze the results. The results of the study showed that there was a significant difference (p<0.05) between the caries and non-caries groups."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The purpose of the present study was to study the effect of consumed candy which contains acesulfame-K (sugar free) or sucrose on the number of Streptococcus mutans colonies in saliva. Fifty volunteers that fulfilled the sampling criteria were randomly divided into two groups of equal size. The first group was instructed to consume candy containing acesulfame-K and the second group consumed candy containing sucrose. Before and after periods of 7, 14, 21 and 28 days, saliva of the volunteers was collected in sterile petri dishes, cultured in nutrient agar media and incubated for 24 hours at 37°C. The number of S. mutans colonies was counted with a colony counter (CFU/ml). The data was statistically analyzed using Kruskal-Wallis and Mann-Whitney test (a 95%). The results showed that in the first group, the average number of S. mutans colonies decreased after consuming candy containing acesulfame-K, although statistical analysis did not show significant difference (p>0.05). However, there was a significant difference (p<0.05) in the number of S. mutans colonies before and after consuming candy containing sucrose, the average number of S. mutans colonies increased significantly (p<0.05). There was also significant difference (p<0.05) between before and after consuming sucrose candy for 21 and 28 days. Therefore the present results suggest that consuming candies containing acesulfame-K (sugar free) is useful to reduce the number of S. mutans colonies in saliva."
[Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Journal of Dentistry Indonesia], 2007
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Supit, James H.
"ABSTRAK
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apa.kah
dengan mengkonsumsi tablet fluor dapat meningkatkan
kandungan fluor dalam saliva dan untuk mengetahui apa.kah
ada hubungan antara kandungan fluor saliva pada anak yang
mengkonsumsi tablet Flour atau yang tidak.
Penelitian dilakukan secara retrospektif laboratorik
pada sejum1ah 63 anak yang sejak bayi menjadi pasien
dokter spesialis anak di Klinik Elizabeth Pluit Jakarta
Utara. Pengamatan meliputi pemeriksaan status medis pasien
Klinik Elizabeth dan kuesioner perihal keteraturan anak
dalam .aengkonsumsi tablet fluor yang telah diresepkan,
serta pemeriksaan karies gigi sulung dan pengambilan
saliva. Selanjutnya kandungan fluor saliva subyek diuku:r
secara laboratorik dengan menggunakan alat Colorimeter DR-
100 (Model 41100-08 Kit).
Hasil uji analisis membuktikan tidak adanya perbedaan
yang bermakna antara kandungan fluor saliva anak yang
mengkonsumsi tablet fluor dengan yang tidak (t=1,8374;
p
tablet fluor (dalam hitungan bulan) dengan kandungan fluor
saliva (r=-0,01). Selain itu tidak ditemukan hubungan
yang erat antara kandungan fluor saliva dengan karies gigi
sulung (r=-0,04).
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa
"Gel IgY anti-ComD S.mutans bekerja dengan inaktivasi gen comD sehingga menurunkan kemampuan komunikasi S.mutans yang berakibat terhambatnya pembentukan plak. Kitosan memiliki sifat antibakteri dan pengawet.
Tujuan: Mengetahui pengaruh penggunaan gel IgY anti ComD S.mutans dan kitosan terhadap jumlah S.mutans dalam saliva subjek karies dan bebas karies.
Metode: 40 subjek diaplikasikan gel selama tujuh hari. Sebelum dan sesudah perlakuan, saliva subjek diisolasi dan dibiakkan di TYS20B. Jumlah koloni S.mutans dihitung.
Hasil: Penurunan rerata jumlah S.mutans terjadi pada kelompok subjek yang diaplikasikan gel IgY anti ComD S.mutans.
Kesimpulan: Gel IgY anti ComD S.mutans dan kitosan tidak dapat menurunkan jumlah S.mutans dalam saliva.

Gel IgY anti-ComD S.mutans decreasing the ability of S.mutans to start the plaque formation. Chitosan has antibacterial and preservative properties.
Objective: Evaluate the effect of gel containing IgY anti ComD S.mutans and chitosan on numbers of Salivary S.mutans in Subjects.
Method: 40 subjects used this gel for seven days. Before and after treatment, subjects’ saliva was isolated and cultured in TYS20B. The number of salivary S.mutans were counted.
Result: Reduction happen in groups that were given gel containing IgY anti ComD S.mutans
Conclusion: Gel containing IgY anti ComD S.mutans and chitosan is unable to decrease the number of salivary S.mutans.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adani Nur Imanina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian obat kumur kombinasi IgY anti-comD S. mutans + kitosan terhadap jumlah S. mutans isolat saliva. Masing-masing kelompok subjek diberikan obat kumur yang mengandung IgY anti-comD S. mutans dan obat kumur kombinasi IgY anti-comD S. mutans + kitosan. Obat kumur digunakan 2 kali sehari selama 6 hari. S. mutans isolat saliva subjek sebelum dan sesudah perlakuan dibiakkan di medium agar TYS20B. Jumlah koloni S. mutans dihitung secara manual. Penelitian ini menunjukkan obat kumur kombinasi IgY anti-comD S. mutans + kitosan dapat menurunkan jumlah S. mutans dalam saliva namun tidak signifikan.

This study aims to evaluate the effect of mouthrinse containing IgY anti-comD S. mutans + chitosan on the quantity of salivary S. mutans in caries and caries free subjects. Each subject group was given IgY anti-comD S. mutans mouthrinse and IgY anti-comD S. mutans + chitosan mouthrinse. Mouthrinse was used twice a day for 6 days. Salivary S. mutans was cultured in TYS20B agar before and after treatment. Quantity of salivary S. mutans colonies were counted manually. This study showed that mouthrinse containing IgY anti-comD S. mutans + chitosan decreased the quantity of salivary S. mutans although insignificantly."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cerry Puspa Sari
"Latar Belakang: Bahan pemanis yang biasa digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah gula sukrosa. Namun belakangan ini madu juga mulai dikenal dan dijadikan sebagai bahan pemanis. Kandungan karbohidrat yang tinggi di dalam kedua bahan pemanis ini dianggap dapat mempengaruhi proses karies gigi. Dengan mengidentifikasi kualitas saliva, dapat diketahui pengaruh kedua bahan pemanis ini terhadap karies gigi.
Tujuan: Membandingkan perubahan nilai viskositas, pH, dan kapasitas dapar saliva setelah konsumsi air madu dan air gula sukrosa.
Metode: Tiga puluh orang subyek yang berusia 20-22 tahun mengkonsumsi air madu dan air gula sukrosa pada hari yang berbeda, masingmasing sebanyak 150 ml. Subyek menunggu selama 10 menit sebelum dilakukan uji viskositas, pH, dan kapasitas dapar saliva.
Hasil Penelitian: Data dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan p = 0,05. Setelah mengkonsumsi air madu dan air gula sukrosa, terjadi penurunan nilai viskositas, pH, dan kapasitas dapar saliva. Tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada perbandingan nilai uji viskositas, pH, dan kapasitas dapar saliva antara setelah mengkonsumsi air madu dan setelah mengkonsumsi air gula sukrosa.
Kesimpulan: Pada penelitian ini didapatkan adanya penurunan yang bermakna pada nilai viskositas, pH, dan kapasitas dapar saliva setelah mengkonsumsi air madu dan air gula sukrosa. Namun, pada perbandingan nilai viskositas, pH, dan kapasitas dapar saliva setelah mengkonsumsi air madu dan setelah mengkonsumsi air gula sukrosa, tidak terdapat perbedaan bermakna di antara keduanya.

Background: Usually, the Indonesians use sugar as their main sweetener. But nowadays, honey also begins to be recognized and used as a sweetener too. Because of their high carbohydrate content, people assume that both of these sweeteners can influence the tooth caries process. By identifying the quality of saliva, we can get the information about the effects of these sweeteners in tooth caries process.
Objective: To compare the changes of viscosity, pH, and buffering capacity of saliva after consuming water containing honey and water containing sugar.
Method: Thirty subjects aged 20-22 years old consumed 150 ml of water containing honey and water containing sugar in different day. Subjects waited until 10 minutes before the researcher run the test of viscosity, pH, and buffering capacity of saliva.
Results: The data was analyzed using Wilcoxon test with 0,05 as the level of significance. In this research, the result showed that the value of viscosity, pH, and buffering capacity of saliva decreased after consuming water containing honey and water containing sugar. But, there were no significant differences in viscosity, pH, and buffering capacity of saliva between consumption of water containing honey and water containing sugar.
Conclusion: The value of viscosity, pH, and buffering capacity of saliva decreased significantly after consuming water containing honey and water containing sugar. However, the comparison between the values of viscosity, pH, and buffering capacity after consuming water containing honey and water containing sugar were not significant."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Safrida Hoesin
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Metode: Pada murid kelahiran Palembang dievaluasi
kebiasaan mengkonsumsi makanan tradisional dengan cuko (Kuah Asam Manis atau
KAM), yang dikaitkan dengan latar belakang sosial demogratik dan perilaku
kesehatan gigi. Risiko terjadinya karies yang meliputi multifaktor dianalisis dengan
menggunakan univariat dan logistik regresi ganda. Respon aktivitas bakteri S.
mutans, kecepatan aliran saliva dan kapasitas dapar saliva di analisis terhadap
pemberian KAM. Untuk menetapkan peran KAM pada anak-anak berusia 12 tahun
dengan karies ringan dilakukan perbandingan kejadian karies berdasarkan intensitas
mengkonsumsi KAM di dua wilayah sekolah Ulu dan ilir. Evaluasi dilanjutkan
dengau Kariogram dari Bratthall (1996) untuk mengetahui faktor-faktor yang
berinteraksi pada terjadinya karies atau pencegahannya.
Hasil dan kesimpulanz: 75% murid yang biasa mengkonsumsi KAM mempunyai
kejadian karies yang rendah, tetapi kejadian fluorosis yang dijumpai lebih tinggi. Dari
analisis regresi logistik ganda diperoleh bahwa frekuensi mengkonsumsi KAM,
fluorosis email, gender, asal orangtua, dan rasa takut pada perawatan gigi
berhubungan dengan kejadian karies. Bakteri plak ternyata tidak memperlihatkan
pengaruhnya pada kelompok yang mengkonsumsi KAM atau tidak. Sesudah 2 jam
pemberian KAM, aktivitas bakteri cenderung menurun dan pada kelompok karies
terlihat pH saliva lebih rendah dari sebelum pemberian KAM. Dari gambaran
Kariogram diketahui bahwa lama mengkonsumsi KAM sejak usia sebelum gigi tetap erupsi merupakan faktor yang paling berperan terhadap karies. Pada model ini
diperoleh kemungkinan untuk tidak karies sangat rendah, yaitu antara 1 - 13%. Faktor
yang turut berperan terhadap kerentanan gigi yang fluorosis mungkin karena terdapat
gula dan rendahnya pH dalam diet KAM yang meningkatkan demineralisasi email
bila KAM dikonsumsi setiap hari. Frekuensi mengkonsumsi KAM merupakan faktor
yang paling berperan terhadap rendahnya karies. Demikian juga pada kelompok
dengan kebiasaan mengkonsumsi KAM atau tanpa KAM disertai karies atau tanpa
karies, mempunyai kebiasaan jajan di antara waktu makan, jajan yang manis-manis,
mempunyai orangtua asal Palembang.
Kesimpulan penelitian adalah: (1) Kejadian karies di Ulu lebih rendah daripada di
Ilir; (2) KAM menghambat tenjadinya karies yang dikonsumsi setiap minggu dan
setiap bulan; (3) Kelompok bebas karies tidak bergantung pada perilaku kesehatan
gigi yang diperoleh di sekolah; (4) KAM tidak menyebabkan terjadinya fluorosis bila
dikonsumsi sesudah usia 8 tahun; (5) Kebiasaan mengkonsumsi KAM berhubungan
dengan faktor tempat lahir pada latar belakang sosial demografik; (6) Fluorosis
berhubungan dengan faktor tingkat pendidikan orangtua pada latar belakang sosial
demografik; (7) Kemungkinan tidak karies tidak bergantung pada frekuensi
mengkonsumsi KAM semata, tetapi lebih bergantung pada saat anak mulai
mengkonsumsi KAM. Faktor yang paling lemah dalam model Kariogram ini adalah
diet KAM dan kerentanan gigi karena fluorosis. Dengan model Kariogram ini dapat
dikembangkan berbagai model sesuai dengan ciri-ciri individu, sehingga perlu
observasi lanjutan dengan latar belakang yang sama agar dapat disusun strategi
penyuluhan dan intervensi pencegahan karies yang spesifik. Selain itu perlu
dilakukan pemetaan fluor di masyarakat, dan penelitian lanjut agar dapat
menjelaskan mekanisme karies pada kelompok dengan fluorosis.

Abstract
Field of study and Methods. Children born in Palembang were evaluated to detect
their habitual KAM consumption, social demographic backgrotmd, and oral hygiene
practice. The risks involving preventive factors were calculated using univariant and
multiple logistic regression analysis. Response to KAM administration was analysed
on S- mutans activities, salivary flow rates, and the change of salivary pH. The role of
KAM in high caries risk children was determined by comparing caries experience
and the intensity of KAM consumption using two different school locations (Ulu and
Ilir). A cariogram model was used to evaluate the interaction among all factors in
caries development or prevention.
Result and Conclusions. Seventy five percent of children that regularly consumed
KAM had a lower caries occurrence, but higher enamel fluorosis. Multiple logistic
regression analysis disclosed that the frequency of KAM consumption, enamel
iluorosis, gender, parental origin, and fear of dental procedures were associated with
the development of dental caries. Dental plaque bacterial activity was not
significantly different between KAM consumers and non-consumers. After
administering KAM in both regular and non-regular KAM consumers, bacterial
activity tended to decrease and in the caries group after two hours the salivary pH
slightly decrease. Cariograms revealed that the period of fluoride intake from KAM
before the age of eight was the most significant factor in caries, neither a daily or a
weekly basis. They appeared to have a very low chance of avoiding caries, i.e.
between 1 to 13%. The other factors that influence dental caries might be explained
by the sugar content and low pH of the KAM. The low pH may increase enamel
demineralization when used on a daily basis to influence the susceptible tooth which
was a hypomineralised enamel. They were also constant in KAM and non KAM users
as well as carious or caries free children either frequents intake of snacks between
meals, or sweets, and parents origin of Palembang were additional factors to increase
the caries risk.
The conclusions of the study were: (1) Caries occurrence in Ulu were less than in
llir; (2) KAM inhibits caries when consumed on a weekly or monthly basis. (3)
Caries free children were not dependant on the preventive oral hygiene methods
taught in schools. (4) KAM did not induce fluorosis when constuned after the age of
eight. (5) KAM consumption was related to the birth location of the social
demographic factors. (6) Fluorosis was related to the parents education level of the
social demographic factors. (7) The chance for not having caries was not only
dependant on how frequent, but more on when the children started consuming KAM.
Vulnerable factors shown in Cariogram was correlated to particular diet KAM and
fluorosis as a susceptible tooth. More Cariogram model can be developed due to the
individual characteristics, therefore observation in a similar background is needed to
determine a particular strategy for health promotion and preventive intervention.
There is also a need to have a fluoride mapping in community, and iilrther
investigation to explain the mechanism of caries in fluorosis group."
2000
D718
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrina Tri Wardhani
"Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang ketika diberikan dalam jumlah yang tepat dapat memberikan manfaat bagi kesehatan host. Lactobacillus Casei merupakan salah satu contoh bakteri asam laktat yang digunakan dalam probiotik. Bakteri ini dapat mencegah adhesi dan invasi bakteri patogen, memodifikasi lingkungan usus dan memodulasi respon imun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni S.mutans pada plak gigi anak sebelum dan setelah minum minuman probiotik di Jakarta. Subyek penelitian berusia 9-12 tahun, sebanyak 13 orang anak. Sampel penelitian berupa koloni S.mutans yang terdapat dalam plak gigi anak. Jumlah koloni diukur dengan colony forming unit. Hasil penelitian memperlihatkan adanya perbedaan rerata jumlah koloni S.mutans pada hari ketiga dan ketujuh, sebelum dan setelah minum probiotik. Pada perhitungan statistik ditemukan perbedaan bermakna antara jumlah koloni S.mutans pada plak gigi anak sebelum dan setelah minum minuman probiotik.

Probiotics are live microorganisms which when administered in adequate amounts confer a health benefit on the host. Lactobacillus Casei is one example of lactic acid bacteria used in probiotics. These bacteria may prevent bacterial adhesion and invasion of pathogens, modify the intestinal environment and modulate the immune response. This research was conducted to determine the differences of total S.mutans colony on children dental plaque before and after probiotics consumption in Jakarta. Subjects aged 9-12 years, 13 children. Research sample are S.mutans on children dental plaque. Total S.mutans colony were measured using colony forming unit. The results showed a mean difference between total S.mutans colony on children dental plaque, on the third day and the seventh day, before and after probiotics consumption. From the results of statistical analysis showed significant differences between total S.mutans colony on children dental plaque before and after probiotics consumption."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31730
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiya Nur Husniah
"Streptococcus mutans merupakan mikroorganisme yang berkoloni pada permukaan gigi dan membentuk plak penyebab utama terjadinya karies. Salah satu bentuk upaya pencegahan karies yaitu dengan cara menggosok gigi secara teratur menggunakan pasta gigi yang mengandung lilin propolis. Lilin propolis merupakan residu dari proses pean propolis lebah madu yang memiliki kandungan antibakteri.
Tujuan: Menganalisis efektivitas pasta gigi dengan kandungan lilin propolis terhadap pertumbuhan koloni Streptococcus mutans dan pembentukan plak dan membandingkannya dengan pasta gigi yang mengandung propolis.
Metode: Sebanyak 24 subjek karies yang diinstruksikan menyikat gigi 2 kali sehari dan tidak melakukan prosedur kebersihan mulut lainnya. Plak gigi diukur menggunakan indeks plak Sillness-Loe dan sampel plak diambil dari permukaan bukal gigi insisif atas subjek karies sebelum dan sesudah penggunaan pasta gigi selama 7 hari, selanjutnya dibiakan pada media agar TYS20B selama 2x24 jam, kemudian dilakukan penghitungan jumlah koloni S.mutans yang dihitung dalam CFU/ml.
Hasil: Pasta gigi lilin propolis dapat menurunkan jumlah koloni Streptococcus mutans dan indeks plak gigi. Secara statistik terdapat perbedaan bermakna antara jumlah koloni S.mutans dan indeks plak sebelum dan sesudah pemakaian pasta gigi dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara penggunaan pasta gigi yang mengandung lilin propolis dan propolis.
Kesimpulan: Pasta gigi lilin propolis berpotensi sebagai alternatif pencegahan karies gigi.

Streptococcus mutans is a microorganism that colonizes on the tooth surface and forms plaque which is the main cause of caries. One form of prevention of caries is by tooth brushing regularly with toothpaste containing propolis wax. Propolis wax is a residue from the purification process of pure honey bee propolis which has antibacterial contents.
Purpose: To analyze the effectiveness of toothpaste containing propolis wax on growth of Streptococcus mutans and dental plaque formation and compare it with toothpaste containing propolis in caries patient.
Methods: 24 caries subjects were instructed to brush their teeth twice daily refrain from any other oral hygiene procedures. The plaque was measured using the Sillness Loe plaque index and plaque samples were collected from subjects buccal surface upper incisors before and after using toothpaste for 7 days, subsequently cultured on TYS20B agar medium for 2x24 hours then counting the number of colonies of S.mutans in CFU ml.
Results: In this study toothpaste containing propolis wax can decrease the number of Streptococcus mutans colonies and dental plaque index. There is a significant difference between the amount of S.mutans colony and plaque index before and after using toothpaste.
Conclusion: The use of toothpaste containing propolis wax has the potential as an alternative to prevention of dental caries.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Levina
"Perkembangan karies gigi terkait erat dengan karakter kariogenik Streptococcus mutans, yang menyebabkan pembentukan plak gigi. Propolis dilaporkan sebagai agen antibakteri karena mengandung flavonoid yang dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Lilin propolis adalah residu dari ekstrak propolis yang masih mengandung flavonoid.
Tujuan: Menganalisis efektivitas pasta gigi dengan kandungan lilin propolis terhadap pertumbuhan koloni Streptococcus mutans dan penurunan indeks plak dan membandingkannya dengan pasta gigi yang mengandung propolis.
Metode: 24 subjek bebas karies diinstruksikan untuk menyikat gigi dua kali sehari menggunakan pasta gigi uji selama 7 hari dan tidak melakukan pembersihan gigi selain sikat gigi. Dilakukan pemeriksaan sebelum dan sesudah penggunaan pasta gigi uji. Akumulasi plak dihitung menggunakan indeks plak Silness-Loe. Sampel plak dikumpulkan dari permukaan bukal insisif atas untuk penghitungan bakteri Streptococcus mutans. Data dianalisis secara statistik menggunakan uji Wilcoxon dan uji Kruskal Wallis.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara penggunaan pasta gigi dengan kandungan lilin propolis dan propolis.
Kesimpulan: Pasta gigi dengan kandungan lilin propolis dan pasta gigi dengan kandungan propolis memiliki efek antibakteri pada Streptococcus mutans, sehingga dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam pasta gigi untuk mencegah karies gigi.

The development of dental caries was closely associated with Streptococcus mutans, which leads to the forming of dental plaque. Propolis has been reported as a potent antimicrobial material by containing flavonoids those can inhibit growth of Streptococcus mutans. Propolis wax is a residue of propolis extract that still contains flavonoids.
Aim: To analyze the effect of toothpaste containing propolis wax on the growth of Streptococcus mutans and formation of dental plaque in free caries subjects and to compare it with toothpaste containing propolis.
Methods: 24 subjects were instructed to brush their teeth twice daily using the assigned toothpaste and refrain from any other oral hygiene procedures throughout the duration of the study. The patients were examined at the first visit as baseline record and after 7 days for comparison. The plaque accumulation were scored using Silness Loe Plaque Index. Plaque samples were collected from buccal surface upper incisors for bacterial count. The data was statistically analyzed using Wilcoxon test and Kruskal Wallis test.
Results: No statistically significant difference was noted between propolis wax and propolis groups.
Conclusion: Both toothpastes have good antimicrobial effect on caries producing bacteria Streptococcus mutans, thus can be used in patients as a regular home care preventive aid in combating dental caries.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>