Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118301 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arya Aditya Purbadi
"Salah satu metode untuk menentukan keberadaan ion logam dalam suatu sampel adalah dengan senyawa pengkelat yang mampu berfluorosensi dalam bentuk kompleksnya. Senyawa ligan pengkelat yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah ligan 2-(1-metil-5-fenil-4,5-dihidro-1H-pirazol-3-yl)piridin. Senyawa ligan tersebut disintesis dengan dua tahap yakni tahap kondensasi Claisen-Schmidt dan tahap penambahan metil hidrazin berlebih. Karakterisasi senyawa ligan yang disintesis dilakukan dengan bantuan instrumentasi seperti spektroskopi FTIR dan NMR. Eksperimen ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi ion logam Cu2+ dan Fe3+ yang dikelatkan dengan ligan 2-(1-metil-5-fenil-4,5-dihidro-1H-pirazol-3-yl)piridin, terhadap kemampuannya berfluorosensi sebagai senyawa kompleks.
Selektivitas ligan dalam mengkelat ion logam-pun dipertimbangkan. Variasi konsentrasi kedua ion logam diurutkan dari 0,001; 0,002; 0,003; 0,004; 0,005; 0,006; 0,007; 0,008; 0,009 dan 0,01 mol L-1, dalam keberadaan 0,01 mol L-1 senyawa ligan. Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa seiring peningkatan konsentrasi ion Cu2+ pada kompleks Cu-ligan, emisi fluorosensinya semakin meredup, pada panjang gelombang 255 nm. Hal yang sama terjadi pada kompleks Fe-ligan, terjadi peredupan emisi seiring dengan meningkatnya konsentrasi Fe3+ pada kompleks Fe-ligan, di atas konsentrasi Fe3+ 0,028 mol L-1, pada panjang gelombang 509 nm. Pada uji selektivitasnya, tercatat bahwa ligan ligan 2-(1-metil-5-fenil-4,5-dihidro-1H-pirazol-3-yl)piridin lebih senang mengkelat ion Fe3+ dibandingkan Cu2+.

One of the method to determine the presence of metal ions in a certain sample, is by using a chelating ligand that gives fluorescent emission when forming it?s complex compound. The ligand compound utilized in this experiment is 2-(1-methyl-5-phenyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-3-yl)pyridine. The organic ligand was synthesized using a two-step reaction: the first step is a Claisen-Schmidt condensation reaction, the second step is the addition of excess methyl hydrazine. Characterization of the ligand synthesized in this experiment, was done by using instruments such as FTIR spectroscopy and NMR. This experiment was to study the effect of Cu2+ and Fe3+ concentrations that were chelatet by 2-(1-methyl-5-phenyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-3-yl)pyridine ligand, on the fluorescent abilities of their respective complex compounds.
The selectivity of the ligand on chelating the two metal ions, was also taken to account. The concentration of both metal ions were varied from 0.001, 0.002, 0.003, 0.004, 0.005, 0.006, 0.007, 0.008, 0.009 dan 0.01 mol L-1, in the presence of 0.01 mol L-1 ligand. From the experimental results, it is shown that as the concentration of Cu2+ increased in Cu-ligand complex, the fluorescent emission became dimmer, at wavelength 385 nm. The same thing happened with Fe-ligand complex, the fluroscent emission of Fe-ligand became dimmer as the concentration increased, at wavelength 509 nm. In the selectivity test, it was shown that 2-(1-methyl-5-phenyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-3-yl)pyridine ligand was more favorable to chelate Fe3+ ions instead of Cu2+.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64231
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hastin Setiani
"Ligan 2-(1,5-difenil-4,5-dihidro-1H pirazol-3-yl)piridin telah berhasil disintesis dengan metode Ciupa dkk. (2012). Reaksi yang berlangsung dalam sintesis ligan berbasis pirazolin ini merupakan reaksi kondensasi aldol dan Reduksi Wolff-kishner. Hasil yang diperoleh berupa padatan jingga dengan %yield sebesar 19,91% (0,2987 gram). Ligan 2-(1,5-difenil-4,5-dihidro-1H pirazol-3-yl)piridin ini dilakukan uji karakterisasi terhadap spektrofotometer IR, H-NMR, spektrofotometer UV-Vis dan spektrofluorofotometer. Struktur kompleks yang terbentuk dari ketiga logam tersebut adalah struktur segi empat planar dengan rumus seyawa kompleks [CuL2]2+ [CdL2]2+ dan [PbL2]2+.
Aplikasi pada penelitian ini yaitu fluorosensor ligan terhadap ion logam berat berat Cu2+, Cd2+ dan Pb2+. Dengan adanya penambahan ion logam berat Cu2+ dan Pb2+ memberikan fluorosensor tipe on-off terlihat dari adanya pemadaman intensitas fluoresensi dan fluorosensor tipe off-on untuk ion logam berat Cd2+ yang ditandai dengan peningkatan intensitas fluoresensi. Ligan ini dapat mendeteksi ion logam berat dari 2x10-4 M hingga konsentrasi 2x10-6 M memiliki keselektifan terhadap ion logam berat Cd2+.

Ligand 2-(1,5-difenil-4,5-dihidro-1H pirazol-3-yl)piridin has been synthesized by Ciupa et al. (2013) method. The synthesis used aldol condensation reaction and Wolff-kishner reduction. The orange precipitated was collected and gave 19,91% yield 0,2987 gram). Ligand has been characterized by FTIR, H-NMR, UV-vis and Spectrofluorophotometer. The structur of the complex formed from the third metal is square planar with formula of complex are [CuL2]2+ [CdL2]2+ dan [PbL2]2+.
The application in this research is fluorosensor of heavy metal ions Cu2+, Cd2+ dan Pb2+. With the addition of heavy metal ions Cu2+ and Pb2+ that ligand gave fluorosensor type on-off. It conclude by quenching when ligand coordinated with Cu 2+ and Pb 2+ ions. And ligand gave fluorosensor type off-on when addition of heavy metal ion Cd2+. These ligan can detect of heavy metal ions from 2x10-4 M to a concentration of 2x10-6. It conclude by enhanching when ligand coordination with Cd2+ ion and the ligand have selectivity towards Cd2+.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64774
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melita Rachma
"Ligan 1,4-bis-(1-phenyl-5-(pyridin-2-yl)-1H-pyrazol 3- yl)benzena telah berhasil disintesis menggunakan metode kondensasi Claisen-Schmidt. Hasil yang diperoleh berupa padatan oranye kecokelatan dan dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis, spektrofotometer inframerah dan spektrometer NMR. Aplikasi ligan ini sebagai fluorosensor untuk ion logam Cd2+ dan Pb2+ dilakukan dengan menggunakan spektrofluorometer. Hasil studi fluoresensi menunjukkan bahwa ligan mempunyai intensitas fluoresensi yang kuat. Hal ini didukung oleh nilai absorptivitas molar (ε) yang besar.
Studi spektroskopi UV-Vis pada penambahan ion Cd2+ dan Pb2+ menunjukkan munculnya puncak baru pada daerah panjang gelombang 355-356 nm. Hal ini menunjukkan bahwa terbentuk kompleks antara ion logam (Cd2+ dan Pb2+) dengan ligan 1,4-bis-(1-phenyl-5-(pyridin-2-yl)-1H-pyrazol 3- yl)benzena. Studi aplikasi fluorosensor menunjukkan bahwa ligan ini dapat dijadikan fluorosensor tipe off-on untuk ion Cd2+ karena penambahan ion ini menyebabkan peningkatan intensitas fluoresensi dan fluorosensor tipe on-off untuk ion Pb2+ karena penambahan ion ini menyebabkan penurunan intensitas fluoresensi.

Ligand 1,4-bis-(1-phenyl-5-(pyridin-2-yl)-1H-pyrazol-3-yl)benzene has been synthesized using Claisen-Schmidt condensation method. The solid orange brown precipitate was characterized by UV-Visible spectrophotometer, Infrared spectrophotometer and NMR spectrometer. The application of this ligand as fluorosensor for Cd2+ and Pb2+ metal ions was studied by using spectrofluorometer. Fluorescence studies indicate that the ligand has a strong fluorescence intensity. This is supported by a large molar absorptivity (ε) value.
UV-Vis spectroscopy studies on the addition of Cd2+ and Pb2+ ions showed the emergence of a new peak at 355-356 nm wavelength region. This indicates that the complexes formed between metal ions (Cd2+ and Pb2+) with 1,4-bis-(1-phenyl-5-(pyridin-2-yl)-1H-pyrazol3-yl)benzene ligand. Application fluorosensor studies showed that these ligands can be used as off-on type fluorosensor for Cd2+ ions due to the addition of these ions causes an enhanced in fluorescence intensity and fluorosensor on-off type for Pb2+ ions due to the addition of these ions causes a quenched in fluorescence intensity.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T47538
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fauzan Kamaluddin
"Senyawa kompleks lantanum-perylene telah berhasil disintesis dengan metode Zulys et al (2017). Hasil yang diperoleh berupa padatan berwarna merah-kecoklatan dengan %yield sebesar 56.90%. Studi mengenai kemampuan fluoresensi senyawa kompleks lantanum-perylene sebagai detektor logam berat dipelajari menunjukkan selektivitas terhadap ion logam Cu2+ dan Pb2+ pada pH netral dan pH yang lebih tinggi (pH 12). Adanya penambahan ion logam Cu2+ dan Pb2+ menandakan senyawa kompleks lantanum-perylene merupakan fluorosensor tipe on-off, terlihat dari adanya pemadaman intensitas fluoresensi. Sedangkan pada penambahan ion logam seperti Ni2+, Co2+, dan Cd2+ tidak menunjukkan perubahan yang signifikan pada pH netral maupun pH yang lebih tinggi. Senyawa kompleks lantanum-perylene dapat mendeteksi ion logam Cu2+ pada rentang konsentrasi dari 1x10-4 M hingga 1x10-8M  dan ion logam Pb2+ pada rentang konsentrasi dari 1x10-4 M hingga 1x10-6M.

Lanthanum-perylene complex compounds has been synthesized by Zulys et al. (2017) method. The results obtained in the form of red-brown powder with the percent yield of 56.90%. The fluorescence properties of lanthanum-perylene complexes as heavy metal detectors showed selectivity to Cu2+ and Pb2+ metal ions at the neutral pH (pH 7) and higher pH (pH 12). The addition of Cu2+ and Pb2+ metal ions resulted in the quenching of fluorescence intensity, which indicates the lanthanum-perylene complex is an on-off fluorosensor. Whereas the addition of metal ions such as Ni2+, Co2+, and Cd2+ does not show any significant change in the neutral or higher pH.  Furthermore, lanthanum-perylene complex was able to detect Cu2+ metal ions in the concentration range from 1x10-4M to 1x10-8M as well as Pb2+ metal ions in the concentration range from 1x10-4M to 1x10-6M."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Zaim Hakim
"ABSTRAK
Sintesis ligan turunan pirazol 2-(1,5-difenil-4,5-dihidro-1H-pirazol-3-yl)piridin telah berhasil dilakukan dengan metode kondensasi Claisen-Schmidt diikuti dengan penambahan fenil hidrazin berlebih dalam medium pelarut etanol. Padatan kuning kemerahan dengan yield sebesar 28,85% kemudian dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis, FTIR, dan spektrometer H-NMR. Studi spektroskopi UV-Vis dilakukan untuk mengetahui pembentukan kompleks antara logam lantanida dengan ligan dalam pelarut asetonitril. Uji aplikasi fluoresens dengan spektrofluorometer diamati untuk melihat perubahan intensitas emisi pada penambahan logam La3+ dan Eu3+. Hasil studi dengan spektroskopi UV-Visible menunjukkan pembentukan kompleks [EuL2]3+ dengan perbandingan Eu3+ : L (1:2) terjadi pada panjang gelombang 366 nm, sedangkan kompleks [LaL3]3+ dimana perbandingan La3+ : L (1:3) terjadi pada λmax 342 nm. Analisis fluoresensi menunjukkan ligan memiliki λ eksitasi 257 nm dan 365 nm dengan nilai absorptivitas molar yang cukup besar pada konsetrasi 2x10-5 M. Penambahan logam La3+ menghasilkan efek fluorescence enhancement pada panjang gelombang emisi 355 nm. Sedangkan penambahan Eu3+ menunjukkan efek pemadaman intensitas emisi pada panjang gelombang 340 nm. Studi selektivitas ligan terhadap keberadaan ion Eu3+ dan La3+ secara bersamaan menunjukkan ligan merupakan fluoresensor yang selektif terhadap La3+ pada λ eksitasi dan λ emisi 257 nm dan 356 nm serta terhadap Eu3+ pada λ eksitasi 273 nm dan λ emisi 341 nm

ABSTRAK
Synthesis of pyrazole derivative ligand 2- (1,5-diphenyl-4,5-dihydro-1H-pyrazole-3-yl) pyridine has been successfully carried out by the method of Claisen-Schmidt condensation followed by the excess addition of phenyl hydrazine in ethanol solution. Reddish yellow solid with a 28.85% yield then characterized using FTIR , UV-Visible, and H1-NMR spectroscopy. UV-Visible spectroscopy study was conducted to determine the complex formation between lanthanide ions with ligands. Fluorescence application test with spectrofluorometer was observed in ligand emission intensity change upon addition of La3+ and the Eu3+. The study by UV-Visible spectroscopy show complex formation of [EuL2]3+ with the ratio Eu3+ : L (1:2) occurs at a absorption wavelength of 366 nm, while the complex [LaL3]3+ with the ratio La3+ : L (1:2) occurred at 342 nm in acetonitrile solution. Fluorescence analysis showed ligands have two excitation λ at 257 nm 365 nm with a appreciable molar absorptivity in concentration 2x10-5 M. The addition of La3+ metal lead to the fluorescence enhancement effect on the λem at 355 nm. While the addition of the Eu3+ demonstrates the effect of fluorescence quenching at the λem 340 nm. Ligand selectivity studies of the existence of ion Eu3+ and La3+ simultaneously show selective fluorescence against La3+ occurred at λex and λem 257 nm and 356 nm as well as the Eu3+ occurred at 273 nm and 341 nm respectively."
2016
S64244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rustikawati
"Ligan 2- 1,5-difenil-4,5-dihidro-1H-pirazol-3-yl piridin telah berhasil disintesis melalui reaksi kondensasi Claisen Schmidth dan reaksi Wolf Kischner. Hasil yang diperoleh berupa endapan berwarna kuning kemerahan dengan yield 45,75 . Ligan dikarakterisasi menggunakan 1HNMR, FT-IR dan spektrofotometer UV-Visible. Ligan berhasil dikomplekskan dengan logam transisi Fe3 dan Cu2 dengan rasio mol terbaik ligan dengan logam 3:1.
Analisis kompleks ligan dengan spektrofotometer UV-Visible menunjukkan terjadinya pergeseran panjang gelombang kearah yang lebih besar pada kompleks Fe3 red shift yakni dari 375 nm menjadi 412 nm. Sedangkan pada kompleks ligan dengan logam Cu menunjukkan pergeseran panjang gelombang kearah yang lebih kecil blue shift yakni dari 229 nm menjadi 212 nm. Aplikasi kompleks ligan dengan logam transisi sebagai fluorosensor untuk ion sianida dilakukan dengan menggunakan spektroflurometer.
Hasil studi menunjukkan bahwa kompleks ligan Fe dapat dijadikan fluorosensor tipe turn off untuk ion sianida karena penambahan ion ini menyebabkan penurunan intensitas fluoresens dan pergeseran puncak serapan maksimum ligan. Ligan dapat mendeteksi ion CN- pada konsentrasi 10-6 M. Komplek ligan dengan logam Cu juga dapat dijadikan sebagai fluorosensor tipe turn on untuk ion sianida karena penambahan ion ini menyebabkan peningkatan intensitas fluoresensi seiring meningkatnya konsentrasi ion sianida. Kompleks Fe-Ligan dan Cu-Ligan mampu mendeteksi ion sianida dengan konsentrasi sekitar 10-6 M.

Ligand 2 1,5 diphenyl 4,5 dihydro 1H pyrazole 3 yl pyridine has been synthesized used Claisen Schmidth method and Wolf Kischner reaction. the result was white yellowish precipitate with yield 45.75 . The ligand was characterized by HNMR, FT IR, and UV Visible. Ligand was complexation with metal transitions Fe and Cu by chelating method, with the best mole ratio chelating is 0.15 1 mole mole.
Ligand complexes with Fe analysis by UV Visible spectrophotometer shows the wavelength shift towards greater red shift, ie from 375 nm to 412 nm. While the ligand complexes with Cu shows a wavelength shift toward smaller blue shift , ie from 229 nm to 212 nm. Applications ligand complexes with transition metals as fluorosensor for cyanide ions by using spektroflurometer.
The study results show that Fe ligand complexes can be used as a type fluorosensor turn off for cyanide ions because of the addition of these ions cause a decrease in fluorescence intensity and the shift of the maximum absorption peak ligand. Ligands can detect CN ions at a concentration of 5x10 6 M. Cu ligand complexes can also be used as a type fluorosensor turn on for cyanide ions because of the addition of these ions causes an increase in fluorescence intensity with increasing concentrations of cyanide ion ligands are able to detect the concentration of cyanide ion with 5x10 6 M
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Kartika
"Studi pengkelatan ion logam lantanida oleh ligan pendonor nitrogen sebagai fluorosensor sudah berkembang pesat saat ini terutama dalam bidang kesehatan. Pada penelitian ini ion logam lantanida yang diaplikasikan adalah ion logam Dy3+ dan Pr3+ sedangkan ligan yang akan mengkelat ion-ion logam tersebut adalah ligan turunan pirazol dan merupakan ligan bidentat, yaitu 2-(1,5- difenil-4,5-dihidro-1H-pirazolin-3-yl)Piridin. Sintesis ligan tersebut dilakukan dengan dua tahap, yaitu kondensasi Claisen-Schmidt dan reaksi penambahan fenil hidrazin berlebih. Karakterisasi senyawa ligan yang disintesis menggunakan instrumentasi spektrokopi FTIR, NMR, dan spektrofotometri UV-Vis.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh konsentrasi ion logam Dy3+ dan Pr3+ terhadap intensitas fluorosens senyawa kompleksnya, [DyLn]3+ dan [PrLn]3+. Serta mempelajari keselektivitasan ligan tersebut terhadap ion logam Dy3+ dan Pr3+.Variasi konsentrasi ion logam yang digunakan untuk uji sensitifitas adalah 20, 40, 80, 120, 160, 200, 240, 280, 320, 360, 400 mikroMolar dengan ligan berkonsentrasi tetap, 400 mikroMolar. Hasil dari uji sensitifitas adalah seiring dengan penambahan konsentrasi ion logam Dy3+ dan Pr3+ pada masing-masing kompleks, [DyLn]3+ dan [PrLn]3+, maka terjadi penurunan intensitas emisi fluorosensinya pada masing-masing panjang gelombang emisi maksimum kompleks, yaitu 470 nm dan 428,5 nm. Uji selektivitas menunjukkan bahwa ligan 2-(1,5- difenil-4,5-dihidro-1H-pirazolin-3-yl)Piridin lebih selektif atau lebih senang mengkelat ion logam Pr3+ menjadi kompleks kelat [PrLn]3+ daripada ion logam Dy3+. Hal ini terbukti dengan lebih besarnya intensitas emisi kompleks [PrLn]3+sebesar 2,795 daripada intensitas emisi kompleks [DyLn]3+ sebesar 2,455, pada panjang gelombang emisi maksimum masing-masing kompleksnya.

Study of lanthanide metal ions chelate by the nitrogen donor ligands as fluorosensor has been growing rapidly at this time, especially in the health field. In this study, lanthanide metal ion which is applied to the metal ion Dy3+ and Pr3+ while going chelate ligands of the metal ions are pyrazole derived ligands and a bidentate ligand, which is 2- (1,5-diphenyl-4,5-dihydro-1H -pirazolin-3-yl) Pyridine. The ligand synthesis is done in two stages, namely the Claisen-Schmidt condensation and excessive reaction to the addition of phenyl hydrazine. Characterization of compounds synthesized ligands using spectroscopic instrumentation FTIR, NMR, and UV-Vis spectrophotometry.
This study aimed to analyze the effect of the concentration of metal ions Dy3+ and Pr3+ to the intensity of the fluorescent compound of the complex, [DyLn]3+ and [PrLn]3+. As well as learn selectivity the ligand to the metal ion Dy3+ and Pr3+.Variety concentration of metal ions are used to test the sensitivity was 20, 40, 80, 120, 160, 200, 240, 280, 320, 360, 400 micromolar ligand concentration fixed, 400 micromolar. Results of the test of sensitivity is due to the addition of the metal ion concentration Dy3+ and Pr3+in each complex, [DyLn]3+ and [PrLn]3+,then a decline in them emissions intensity fluorosennce at each wavelength of maximum emission complex, which is 470 nm and 428.5 nm. Selectivity test indicates that the ligand 2- (1,5-diphenyl-4,5-dihydro-1H-pirazolin-3-yl) Pyridine more selective or prefer to chelate metal ionsPr3+ into a chelate complex [PrLn]3+ than metal ions Dy3+, This proved to be the magnitude of the value emission intensity of [PrLn]3+ complex and the value is 2,795 than the emission intensity [DyLn]3+and the value is 2,455, the maximum emission wavelength of each complex.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ery Prasetya
"Ligan adalah suatu basa dan hampir semua iigan dapat menerima proton dalam larutan berair. Reaksi antara ligan (L) dengan proton (H^) dapat dinyatakan dengan L + HT HL. Hampir semua ligan dapat terprotonasi oleh lebih dari satu proton dengan baik, proton yang pertama paling kuat ikatannya dengan ligan, dan proton-proton berikutnya berikatan dengan tingkat kekuatan yang menurun secara teratur. Ligan juga dapat berperan sebagai pengompleks untuk membentuk kompleks dengan suatu logam. Ligan pengompleks yang paling sering digunakan dalam kimia analisa adalah suatu basa dengan kekuatan sedang dan terprotonasi pada kisaran pH tertentu. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk menentukan nilai tetapan protonasi senyawa kriptan dan tetapan kestabilan kompleksnya dengan asam Hkriptan [2,2,2], Penentuan dilakukan dengan menggunakan metode titrasi potensiometri menggunakan pH meter. Dari nilai tetapan protonasi dapat diketahui spesi kriptan yang ada didalam larutan. Dengan mempelajari pengaruh logam Ln^^ terhadap pergeseran kurva titrasi asam Hkriptan [2,2,2] dapat diketahui urutan kestabilan kompleks yang terbentuk. Ligan yang digunakan adalah senyawa kriptan [2,2,2], Asam dan basa yang digunakan adalah HCl dan TMH untuk memprotonasi dan mendeprotonasi C222. Logam lantanida yang dipelajari adalah Sm^, dan Yb^^. n Melalui hubungan log = log ([C222H^] / [C222]) + pH dan log Kj = log ([C222H2^^] / [C222H^]) + pH pada suhu 25'^C diperoleh nilai tetapan protonasi pertama (log Ki ) dan nilai tetapan protonasi kedua (log Ki) dari C222 berturut-turut adalah 9,11 dan 6,89. Nilai tetapan deprotonasi untuk 0222112^"^ berturut-turut adalah 10,26 dan 7,10. Sedangkan nilai tetapan stabilitas kriptat pertama (log Pi) untuk logam Sm, Eu dan Yb masing-masing adalah ; 6,01, 5,89 dan 5,69 dan nilai tetapan stabilitas kriptat kedua (log Pj) untuk logam Sm, Eu dan Yb masing-masing adalah ; 10,05, 10,91 dan 11,12"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monalisa Afrida
"Ligan 4?-(2-thienyl)-2,2?-6?,2?-terpyridine telah berhasil disintesis menggunakan metode Kröhnke. Hasil yang diperoleh berupa padatan kuning sebesar 34 % dan dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Visible, spektrofotometer IR dan Spektrometer NMR. Ligan kemudian dikompleksasi dengan ion Zn2+ membentuk kompleks [Zn(4?-(2-thienyl)-2,2?:6?,2?-terpyridine)(NO3)2]. Aplikasi senyawa kompleks ini sebagai fluorosensor tipe on-off untuk logam berat dilakukan dengan menggunakan spektrofluorometer. Hasil studi menunjukkan bahwa senyawa kompleks [Zn(4?-(2 thienyl)-2,2?:6?,2?-terpyridine)(NO3)2] dapat dijadikan fluorosensor untuk ion Cu2+ karena penambahan ion ini menyebabkan penurunan intensitas fluoresensi dan pergeseran puncak serapan maksimum senyawa kompleks secara signifikan dibanding ion-ion logam lain seperti Mn2+, Fe2+, Co2+, Ni2+, Cd2+ dan Hg2+. Hal ini diperkirakan dapat terjadi karena kestabilan logam Cu dan ligan 4?- (2-thienyl)-2,2?-6?,2?-terpyridine yang lebih tinggi daripada senyawa kompleks [Zn(4?-(2-thienyl)-2,2?:6?,2?-terpyridine)(NO3)2] sehingga penambahan ion Cu2+ dapat mensubtitusi atom pusat senyawa kompleks tersebut dan menghasilkan senyawa baru yang bersifat non-fluoresens. Senyawa kompleks [Zn(4?-(2-thienyl)- 2,2?:6?,2?-terpyridine)(NO3)2] dapat mendeteksi ion Cu2+ secara selektif hingga konsentrasi 10-6 M.

Ligand 4?-(2-thienyl)-2,2?:6?,2?-terpyridine has been synthesized using Kröhnke method. The solid yellow precipitate was 34 % and characterized by UV-Visible spectrophotometer, Infrared spectrophotometer and NMR spectrometer. This ligand has been coordinated to Zn2+ ion to form [Zn(4?-(2-thienyl)-2,2?:6?,2?- terpyridine)(NO3)2] complex. The application of this complex as on-off fluorosensor for heavy metal was studied by using spectrofluorometer. This study revealed that [Zn(4?-(2-thienyl)-2,2?:6?,2?-terpyridine)(NO3)2] complex can be used as fluorosensor for Cu2+ ion since this ion quenched the fluorescence intensity and shifted the fluorescence maxima of the complex significantly compared to other metal ions such as Mn2+, Fe2+, Co2+, Ni2+, Cd2+ dan Hg2+. The fluorescence shift is happened due to the complex stability of Cu complex is higher than Zn complex. Therefore, the addition of this metal can substitute the central atom of the complex and form the new non-fluorescent compound. [Zn(4?-(2-thienyl)-2,2?:6?,2?- terpyridine)(NO3)2] complex can detect Cu2+ ion selectively up to concentration 10-6 M."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35562
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Rian Aulia
"Bentonit alam Jambi telah berhasil dimodifikasi menjadi Organoclay melalui proses interkalasi dengan senyawa asam amino Alanin. Sebelum dilakukan sintesis Organoclay, dilakukan proses fraksinasi dan sedimentasi dari bentonit alam Jambi yang bertujuan untuk mendapatkan bentonit yang kaya akan montmorillonite (MMT) dan menghilangkan pengotor yang terkandung di dalam bentonit. Kemudian dilakukan penyeragaman kation bebasnya dengan Na+ menjadi Na- Bentonit. Selanjutnya dengan menggunakan larutan tembaga amin, dilakukan penghitungan nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan diperoleh nilai KTK sebesar 35,3 mek/100 gram bentonit. Sintesis Organoclay kemudian dilakukan dengan menginterkalasikan senyawa Alanin ke dalam Na- MMT dengan 2 nilai KTK pada 3 kondisi pH, yaitu pH 4,7, pH isoelektrik Alanin (pH 6), dan pH 7.
Hasil dari karakterisasi FTIR menunjukkan bahwa senyawa asam amino Alanin telah berhasil diinterkalasi ke dalam bentonit alam Jambi pada pH isoelektrik dengan munculnya serapan baru pada bilangan gelombang yang berbeda dengan Na- MMT. Organoclay yang telah disintesis kemudian digunakan sebagai adsorben ion logam berat kadmium dan timbal dengan proses optimasi waktu dan konsentrasi adsorpsi.
Hasil menunjukkan bahwa Organoclay memiliki daya adsorpsi yang lebih besar terhadap logam berat dibandingkan dengan bentonit alam. Variasi pH interkalasi 4,7 dan 7 menghasilkan Organoclay dengan kemampuan adsorpsi yang lebih rendah dibandingkan Organoclay yang di interkalasi pada pH isoelektrik Alanin.

Natural Jambi bentonite have been successfully modified into Organoclay through the intercalation process with acid amino compound Alanine. Before the process for the synthesis of Organoclay begins, the process of sedimentation and fractionation conducted on natural Jambi bentonite in order to get the rich inmontmorillonite (MMT) bentonite and removed the contaminer contained in the bentonite. Then the equalization of free cations is done with Na+ (called Nabentonite). Next, using a solution of copper amine, its cation exchange capacity (CEC) determined and the value of CEC acquired was 35,3 meq/100 grams of bentonite. Synthesis of Organoclay then performed by intercalating Alanine into Na-MMT with 2 values of CEC on 3 pH conditions i.e. pH 4,7, the isoelectric pH of Alanine (pH 6), and the pH 7.
The results of the characterization with FTIR indicated that acid amino Alanine compounds has managed to be intercalated into natural Jambi bentonite with the appearance of new absorbance at different wave number from Na- MMT. Organoclay which have been synthesized then used as an adsorbent of heavy metal ions cadmium and lead with the optimization of adsorption time and concentration process.
The results show that Organoclay have better adsorption capacity compared to unmodified natural Jambi bentonite against heavy metal ions. Organoclay synthesized in variated pH conditions (4,7 dan 7) have lower adsorption capacity than the Organoclay that synthesized in isoelectric pH of Alanine.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>