Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94535 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marsella
"ABSTRAK
Coworking space ialah ruang kerja bersama yang memfasilitasi penggunanya untuk secara bebas berkolaborasi, namun tetap berfokus pada kepentingan individu. Sebagai ruang kerja kolaboratif, pengguna coworking space berasal dari berbagai bidang pekerjaan, dimana mereka memiliki perilaku kerja dan kebutuhan ruang kerja yang berbeda. Tiap individu memiliki tingkat kebutuhan akan interaksi, fokus dan privasi yang berbeda. Hal ini memengaruhi bagaimana cara mereka mengkondisikan ruang untuk bekerja, kapan dan sejauh mana mereka ingin berinteraksi atau tidak berinteraksi dengan lingkungan sekitar ketika bekerja. Di lain pihak, kolaborasi dan komunikasi ialah hal yang tidak dapat dihindarkan, bahkan merupakan nilai tambah coworking space. Hal ini menjadi tuntutan bagi coworking space untuk memiliki fleksibilitas dalam mengakomodasi pengguna, tanpa serta merta memisahkan pengguna berkebutuhan berbeda. Fleksibilitas yang dimaksudkan ialah kemampuan adaptasi ruang untuk mengakomodasi perubahan kebutuhan penggunanya. Fleksibilitas ruang dapat dihasilkan oleh penataan elemen fisik ruang yaitu keterhubungan ruang, zoning, obyek dalam ruang dan pembatas ruang, dimana pengaturan fisik ini juga memengaruhi tingkat fleksibilitas yang dirasakan pengguna secara psikologis. Fleksibilitas secara fisik dapat diukur melalui konfigurasi, dimana oleh konfigurasi dapat dideterminasi level kedekatan, pembatasan ataupun fasilitasi komunikasi. Fleksibilitas tidak menjadi kebutuhan mutlak ruang untuk dapat menjalankan fungsinya, tetapi sebagai nilai tambah ruang kerja kolaboratif agar dapat mengakomodasi perilaku kerja penggunanya yang beragam.

ABSTRACT
Coworking space is shared workspace that deliberately facilitate coworker to collaborate, but keep considering on the needs of each individual. As collaborative workspace, coworking space has diverse user from variety fields of work. These different backgrounds causing both different working behaviours and types of workspace needed. Each worker has different level of need for interaction, focus and privacy, thus affecting on how they utilize their workspace, when and how far they want to interact or not interact with their surroundings whilst working. On the other hand, collaboration and communication is not something should be circumvented, even it is an added value from working in coworking space. Hence, it is important for coworking space to have flexibility in accommodating its users, without inconsiderably separate those whom have different needs. Flexibility here ? is the adaptability of space to accommodate the changing needs of its users. Flexibility could be achieved by the arrangement of physical elements of space, i.e. space connectivity, zoning, objects and boundaries. These elements could also affect the flexibility perceived by workers psychologically. Flexibility of space could be physically measured through space configuration, for organization of space could determine level of enclosure, furthermore either facilitate or inhibit communication. Flexibility is not absolutely needed for space to be able to run its function, but it is an added value for enhancing a collaborative workspace in accommodating its users? various working behavior."
2016
S63109
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ray Gusty Ramia Jasin
"Coworking space merupakan sebuah ruang kerja kolaboratif yang muncul akibat adanya perkembangan teknologi yang berdampak pada berkembangnya budaya bekerja. Sehingga, bekerja dapat dilakukan dimana saja. Coworking space hadir dengan konsep interior yang beragam. Salah satunya terdapat beberapa coworking space yang mengangkat konsep home dan berusaha untuk menghadirkan home di dalamnya. Hal tersebut menjadi menarik apabila dilihat dari sudut pandang arsitektur dan interior, karena antara home dan tempat untuk bekerja memiliki atmosfer ruang yang berbeda. Tulisan ini akan memfokuskan pembahasan kepada bagaimana home dapat hadir di dalam sebuah coworking space sehingga kehadiran home dapat dirasakan oleh para coworkers ketika bekerja di dalamnya karena terdapat intimacy antara ruang dan penggunanya. Serta, dengan hadirnya home di dalam ruang untuk bekerja juga dapat membuat orang tetap bekerja dengan produktif.

Coworking space is a collaborative work space which arise as a result of technological developments which have an impact on the development of work culture. It makes work can be done everywhere. Coworking space comes with a diverse interior concept. One of them, there are some coworking space which use the concept of home and try to presents home in it. It becomes interesting when being viewed from the perspective of architecture and interior, because there is different space atmosphere between home and work place. This paper will focus the discussion on how home can be present in a coworking space. So, the presence of home can be felt by the coworkers when they are working there, because there is intimacy between the space and its users. As well, with the presence of the home in a work space, the coworkers still can work productively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Fauzia
"ABSTRAK
Coworking space adalah sebuah ruang kerja temporer yang
kemunculannya didorong oleh kebutuhan gaya kerja baru yang dibawa oleh
knowledge worker dan digital nomad. Gaya kerja baru ini memunculkan suatu
ruang kerja yang merupakan wadah kerja bagi berbagai profesi, namun, berbeda
dengan kantor konvensional, karena keberadaan teritori para pekerjanya tidak
permanen dan tidak adanya hirarki kerja. Ketika kegiatan kerja dilihat sebagai
sebuah aktivitas dwelling, maka para pekerja cenderung melakukan adaptasi ruang
sesuai kebutuhan. Skripsi ini bertujuan untuk mempelajari lebih lanjut bagaimana
pola pengkondisian ruang terjadi di ruang kerja temporer. Dari kajian teori,
penulis mendapat kesimpulan bahwa untuk mendapat kualitas dwelling, manusia
cenderung melakukan place-making, dengan melakukan pengkondisian terhadap
ruangnya untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis, di antaranya untuk
menciptakan privasi dan kendali, serta untuk membangun rasa keterkaitan antara
dirinya dengan ruang yang ia huni. Melalui penyebaran kuesioner dan observasi di
Coworkinc, Kemang, ditemukan bahwa kegiatan pengkondisian ruang tersebut
memang terjadi, namun polanya berbeda dengan di kantor konvensional,
dikarenakan beberapa hal, salah satunya adalah temporalitas teritori.

ABSTRACT
Coworking space is a temporary workspace that exists as new working
needs emerged because of the birth of knowledge workers and digital nomads.
This new work style gives birth to a workspace that co-locate different
professions. However, this workspace is considered different from an office,
because it provides temporary territories for each workers, and doesn?t have any
office hierarchies between the workers. When working is considered as dwelling,
workers tend to adapt their space according to their needs. This research?s purpose
is to study further about the patterns of space conditioning that?s done by the
workers in a temporary workspace. From theoretical studies, the writer concludes
that to find dwelling qualities in a space, human tend to do place-making, which is
conditioning their space to fulfill their physical and psychological needs, such as,
needs of privacy and control, and also to construct a connection between them and
the dwelling place. Through questionnaires and observations done in Coworkinc,
Kemang, the writer found that the workers do condition the space, but the patterns
are different with the ones done in offices, mostly because of the temporality of
the territory.;"
2016
S65732
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Taufiqurrakhman
"ABSTRAK
Properti terbentuk oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi ini disebut atribut. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kemunculan tempat kerja yang dinamakan coworking space yang merupakan tempat kerja yang didalamnya terdapat sekelompok orang dari generasi milenial yang berbagi ruang kerja dan sumber daya bersama seperti internet, peralatan kantor dan penyediaan makanan dan minuman ringan dalam satu ruangan. Coworking space tidak hanya sekedar bekerja pada ruangan yang sama, namun sekalian bertujuan untuk membangun jejaring antara penggunanya. Perkembangan coworking space di Amerika Serikat sangat tinggi tetapi tidak di Indonesia. Penulis mengajukan pertanyaan penelitian. Mengapa perkembangan coworking space di Indonesia lambat dan tidak begitu laku?Untuk menjawab pertanyaan penelitian maka penulis melakukan penelitian dengan metode mencari atribut dari coworking space dan user potensialnya .Metode dalam analisis data menggunakan uji chi square dan melihat ruang-ruang yang mencerminkan atribut fisik coworkingspacenya. Batasan penelitian disini adalah menggunakan responden user potensial coworking space di Indonesia serta objek penelitiannya coworking space yang ada di Jakarta.Kesimpulan penelitian ini adalah perkembangan coworking space di Indonesia lambat dan tidak begitu laku karena kebutuhan penggunanya sudah terpenuhi oleh properti lain.Kata Kunci: atribut,coworking space, jejaring,properti, tempat kerja.

ABSTRACT
The property was formed by factors that influence it. Factors that influence this are called attributes. This research was motivated by the emergence of a workplace called coworking space which is a work place in which there are a group of people from the millennial generation who shared workspaces and shared resources such as the Internet, office equipment and the provision of food and soft drinks in one room. Coworking space is not just work in the same room, but all aim to build networking between the users. The development of coworking space in the United States is very high but not in Indonesia. The author proposes the research question. Why coworking space development in Indonesia was slow and not so salable To answer the research questions the authors conducted research with methods of searching for the attributes of a coworking space and their potential user. Methods in data analysis using chi square test and see spaces that reflect the physical attributes coworking spacenya. Limitation of the study here is to use the potential user respondents coworking space spread across Indonesia and coworking space in South Jakarta.The conclusion of this study is the development of coworking space in Indonesia was slow and not so salable because its needs are met by another property.Keywords attributes, coworking space, networking, property, workplace. "
2017
T47011
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windi Huliana
"ABSTRAK
Generasi Y atau yang lebih sering dikenal sebagai millennials, memasuki tingkatan usia adulthood sejak awal abad ke-21. Mereka adalah golongan masyarakat yang saat ini kehadirannya sangat signifikan di dunia kerja. Globalisasi dan berkembangnya industri 4.0 menjadi pengaruh utama dalam pembentukan karakter generasi tersebut. Keduanya telah mengubah bagaimana mereka bermasyarakat. Karakter ini pun tercerminkan pada kehidupan kerja mereka dalam bentuk collaboration dan cooperation. Hal inilah yang kemudian menyebabkan coworking space hadir menjadi sebuah tren global. Coworking space mulai muncul sebagai manifestasi dari adaptasi generasi milenial dalam dunia kerja. Berjalan dengan prinsip shared knowledge, keberadaan coworking space membutuhkan kedekatan (proximity) dengan satu sama lain. Hal ini berdampak pada organisasi spasial coworking space di kota yang memiliki kecenderungan untuk berkonsentrasi pada suatu wilayah tertentu, terutama pada wilayah klaster industri eksisting. Fenomena ini disebut juga aglomerasi ekonomi atau spatial clustering.
Di Indonesia, kemunculan coworking space pada klaster industri masih menjadi hal yang baru. Jika dibandingkan dengan klaster industri maju seperti Silicon Valley atau Boston Innovation District, Indonesia masih berada pada tahap awal perkembangannya. Dengan berefleksi pada kedua klaster tersebut dan dengan teori pendukung seperti teori aglomerasi, proximity, dan klaster dan innovation district penelitian ini akan membahas bagaimana klaster yang terdiri dari coworking space tersebar di Jakarta, posibilitasnya untuk berkembang menjadi sebuah innovation district dan pengaruh keduanya terhadap struktur ruang kota.

ABSTRACT
Y generations, or better known as the millennials, reach their adulthood in the early 21st century. They are currently the most significant addition in work place. Globalization and industry 4.0 development are the biggest external factors that shaped their character. Both of them has changed the way millennials live as a part of the society. This characters are reflected in work place in a form of collaboration and cooperation. It is further become the main reason why coworking spaces are now a global trend. Coworking spaces exist as a manifestation of millenials adaptation in work force. With its shared-knowledge based system as the main concept, coworking spaces need a certain proximity with one another. It is have an impact on coworking spaces spatial organization that has the tendency to concentrated in a certain area, particularly in existing industrial cluster. This phenomenon is often called economic agglomeration or spatial clustering. The emergence of coworking spaces and the phenomenon of agglomeration economies are most likely occured simultaneously in urban environment. It is also occurred in Indonesia. However, it is still in its early development compared to Silicon Valley or Boston Innovation District. Reflecting on those two successful clusters and based on current development studies on agglomeration economies, proximity, and cluster, this paper will further discuss about coworking space and existing industrial cluster spatial relation and its impact on city spatial structure."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eti Setyarini
"Tesis ini membahas proactive work behaviour dalam pelaksanaan flexible working space di lingkungan Badan Kebijakan Fiskal. Penelitian dilatarbelakangi oleh pandemi covid-19 yang berdampak pada perubahan pengaturan kerja pegawai dari sistem work from office menjadi sistem flexible working space. Namun demikian, pengaturan kerja demikian tidak selalu memperoleh respon positif karena keterbatasan mekanisme pemantauan kinerja yang berpotensi menurunkan kinerja pegawai. Berkaitan dengan hal tersebut pelaksanaan flexible working space perlu dievaluasi, khususnya dari perspektif proactive work behaviour dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proactive work behaviour. Evaluasi menjadi semakin penting karena mayoritas pegawai menginginkan flexible working space menjadi pengaturan kerja pasca pandemi covid-19. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan mixed methods dengan teknik pengumpulan data secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa flexible working space mempengaruhi employee well-being, employee well-being mempengaruhi proactive work behaviour, flexible working space tidak mempengaruhi proactive work behaviour, flexible working space, employee well-being, dan perceived organizational support secara bersama-sama mempengaruhi proactive work behaviour, variabel mediator employee well-being mempengaruhi hubungan flexible working space terhadap proactive work behaviour, variabel moderator perceived organizational support mempengaruhi hubungan flexible working space terhadap proactive work behaviour, variabel mediator employee well-being dan variabel moderator perceived organizational support mempengaruhi hubungan flexible working space terhadap proactive work behaviour. Adapun kebijakan organisasi yang dinilai tepat untuk meningkatkan proactive work behaviour dalam pelaksanaan flexible working space pasca pandemi covid-19 adalah pengelolaan SDM, kepemimpinan, dan pengelolaan organisasi yang berorientasi pada proactive work behaviour.

This thesis discusses about proactive work behaviour in implementing flexible working space within the Fiscal Policy Agency. The research was motivated by the covid-19 pandemic which had an impact on changing employee work arrangements from a work from office system to a flexible working space system. However, such work arrangements do not always get a positive response due to limitation of performance monitoring mechanisms that have the potential to reduce employee performance. In this regard, the implementation of flexible working space needs to be evaluated, especially from the perspective of proactive work behaviour and the factors that influence proactive work behaviour. Evaluation is becoming important because the majority of employees want flexible working space to be a work arrangement after the COVID-19 pandemic. The research was conducted using a mixed methods approach with quantitative and qualitative data collection techniques. The results showed that flexible working space affects employee wellbeing, employee well-being affects proactive work behaviour, flexible working space does not affect proactive work behaviour, flexible working space, employee well-being, and perceived organizational support jointly affects proactive work behaviour, intervening variable employee well-being affects the relationship of flexible working space to proactive work behaviour, moderating variable perceived organizational support affects the relationship of flexible working space to proactive work behaviour, intervening variable employee well-being and moderating variable perceived organizational support affect the relationship between flexible working space and proactive work behaviour. The organizational policies that are considered appropriate to increase proactive work behaviour in the implementation of flexible working space after the COVID-19 pandemic are HR management, leadership, and organizational management that is oriented towards proactive work behaviour."
Jakarta: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianovita
"ABSTRAK
Ekonomi kreatif dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah menyebabkan perubahan besar dalam cara memproduksi dan mengonsumsi ruang (Moriset, 2014), saat ini orang dapat bekerja di berbagai tempat. Perubahan ini memunculkan kebutuhan ruang kerja baru yang lebih fleksibel dan memungkinkan orang untuk berkolaborasi. Kebutuhan ruang kerja baru ini mendorong fenomena coworking space di perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami persebaran lokasi coworking space di DKI Jakarta, faktor-faktor yang mempengaruhi pemilik dan preferensi pengguna dalam memilih lokasi coworking space di DKI Jakarta, serta kebijakan pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang terkait coworking space. Metode analisa penelitian ini menggunakan metode gabungan kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif mengunakan alat analisa tetangga terdekat dan analisa komponen utama, sedangkan metode kualitatif menggunakan wawancara mendalam. Kesimpulan dari penelitian ini yakni adalah pola persebaran di DKI Jakarta mengelompok. Lokasi persebaran coworking space terpadat berada pada kawasan pusat perkantoran, perdagangan, dan jasa. Selain faktor klasik ekonomi, faktor yang mempengaruhi pemilik coworking space dalam memilih lokasi adalah faktor kedekatan tempat tinggal pemilik. Hasil perhitungan analisis komponen utama terdapat 9 faktor baru yang mempengaruhi preferensi pengguna. Pemprov DKI Jakarta telah mengeluarkan beberapa kebijakan yang terkait dengan pengembangan start up dan coworking space tetapi perlu ditambah peraturan yang lebih komprehensif berkaitan dengan ekonomi kreatif

ABSTRACT
The creative economy and advancement of information and communication technology have caused major change in how to produce and consume space (Moriset, 2014). Nowadays, people can work anywhere, in any various places. This change raises the need for a new flexible work space which allows people to collaborate. The need for this new work space encourages coworking space phenomenon in urban area. This study aims at understanding distribution of coworking space location in DKI Jakarta, factor that influence the owner and user preference in choosing coworking space location in DKI Jakarta, and policy of DKI Jakarta Provincial Government related to coworking space. The method used for analyzing this study is a combined quantitative and qualitative method. The quantitative method uses the closest neighbor and main component analysis, while the qualitative method uses in-depth interview. This study concluded that the pattern of distribution in DKI Jakarta is clustered. The densest distribution location of coworking space is in the central office, trade and service areas. Aside from classical economic factor, the owner of coworking space is influenced by the proximity of the owner's residence in choosing a coworking space location. The result of main component analysis revealed that there are 9 new factors that affect user preference in choosing coworking space. In addition, DKI Jakarta Provincial Government has issued several policies related to the development of start-up and coworking space, but it needs to add a more comprehensive regulation related to creative economy."
Depok: Universitas Indonesia. Sekolah Kajian Stratejik dan Global, 2019
T52505
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ling Ling Cory Wibowo
"Tugas akhir ini membahas perancangan coworking space dengan berbasis Transit Oriented Development (TOD) dan konsep sustainable architecture. Coworking space merupakan konsep tempat kerja bersama yang semakin populer di era modern ini, sedangkan TOD adalah pendekatan perancangan yang mengintegrasikan coworking space dengan sistem transportasi umum yang efisien. Konsep sustainable architecture diterapkan untuk menciptakan bangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Tugas akhir ini bertujuan untuk menggabungkan konsep-konsep tersebut dalam merancang coworking space yang memenuhi kebutuhan pengguna serta berkontribusi dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Pendekatan perancangan melibatkan analisis terhadap potensi lokasi yang terintegrasi dengan sistem transportasi umum, identifikasi kebutuhan pengguna, serta penerapan prinsip-prinsip arsitektur berkelanjutan. Melalui studi literatur dan penelitian lapangan, ditemukan bahwa penerapan TOD dapat meningkatkan aksesibilitas coworking space dari berbagai lokasi dengan menggunakan transportasi umum. Konsep ini juga dapat mengurangi penggunaan mobil pribadi dan mengurangi emisi karbon, serta mendorong mobilitas berkelanjutan. Selain itu, penggunaan material ramah lingkungan, desain yang memaksimalkan pencahayaan alami, dan penerapan teknologi hijau juga menjadi fokus dalam perancangan ini. Hasil tugas akhir ini adalah desain coworking space yang terintegrasi dengan stasiun transportasi umum, menawarkan fasilitas yang memadai, dan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman serta ramah lingkungan. Desain ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi pengembangan coworking space yang berkelanjutan di masa depan, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, dan mendorong mobilitas yang efisien.

This final project discusses the design of a coworking space based on Transit Oriented Development (TOD) and the concept of sustainable architecture. Coworking space is a coworking space concept that is becoming increasingly popular in this modern era, while TOD is a design approach that integrates coworking space with an efficient public transportation system. The concept of sustainable architecture is applied to create environmentally friendly and sustainable buildings. This final project aims to combine these concepts in designing a coworking space that meets user needs and contributes to maintaining environmental sustainability. The design approach involves an analysis of potential locations that are integrated with the public transportation system, identification of user needs, and application of sustainable architectural principles. Through literature studies and field research, it was found that the application of TOD can increase the accessibility of coworking spaces from various locations using public transportation. This concept can also reduce the use of private cars and reduce carbon emissions, as well as encourage sustainable mobility. In addition, the use of environmentally friendly materials, designs that maximize natural lighting, and the application of green technology are also the focus of this design. The result of this final project is a coworking space design that is integrated with public transportation stations, offers adequate facilities, and creates a comfortable and environmentally friendly work environment. This design is expected to be an inspiration for the development of sustainable coworking spaces in the future, reducing negative impacts on the environment, and encouraging efficient mobility."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sukirno
"Perpustakaan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada menghadapi pemustaka yang berubah. Pemustaka akrab dengan teknologi informasi dengan konten digital, sehingga memengaruhi kebiasaan dan perilaku dalam memanfaatkan fasilitas perpustakaan dengan laptop maupun smartphone. Pemustaka membutuhkan fasilitas yang memadai dan nyaman untuk belajar. Menyadari terjadinya pergeseran kebiasan dan perilaku pemustaka, Perpustakaan FK-KMK berusaha untuk mengembangkan fasilitas perpustakaan dengan pendekatan Coworking Space. Rumusan masalah adalah bagaimana implementasi Coworking Space dalam pengembangan fasilitas Perpustakaan FK-KMK UGM. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi Coworking Space dalam pengembangan fasilitas Perpustakaan FK-KMK UGM. Metodologi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan variabel penelitian implementasi Coworking Space untuk pengembangan fasilitas Perpustakaan FK-KMK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Coworking Space untuk pengembangan fasilitas perpustakaan dilakukan dengan: mengubah tata letak di lantai 1, yaitu rak koleksi buku, meja, kursi dan layanan sirkulasi; pilar di lantai 1 dicat dengan warna cerah; penambahan reading space di teras depan Perpustakaan FK-KMK; dan ketersediaan fasilitas sehingga pemustaka merasa nyaman belajar atau diskusi di perpustakaan. Rekomendasi dalam penelitian ini adalah agar Coworking Space mendorong pemustaka merasa nyaman menggunakan fasilitas perpustakaan FK-KMK UGM. Untuk itu, perawatan dan kebersihan harus senantiasa dilakukan."
Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2021
020 PUS 28:3 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Izazi Mulya Putra
"Perancangan yang holistik untuk auditorium menjadi penting sebagai usaha menekan dampak negatif dari potensi bahaya kebakaran. Kebakaran sebagai bahaya laten sering disepelekan mengingat peluang terjadinya yang rendah. Konfigurasi ruang auditorium adalah salah satu aspek perancangan yang secara pasif mempengaruhi manusia saat mengevakuasi diri dari bencana kebakaran. Perancangan konfigurasi ruang auditorium yang baik akan berdampak positif pada proses pengumpulan informasi saat terjadi kebakaran hingga proses evakuasinya itu sendiri. Lebih jauh, konfigurasi ruang auditorium yang baik dapat menekan dampak negaif dari bencana kebakaran. Skripsi ini lebih jauh membahas peran dan relasi antara rancangan konfigurasi ruang auditorium dengan manusia di dalamnya. Baik pergerakannya saat kebakaran, kondisi psikis manusia, maupun pengaruh terhadap evakuasinya itu sendiri. Oleh sebab itu kajian ini dirasa penting untuk dilakukan perihal konfigurasi ruang auditorium guna menemukan konfigurasi terbaik yang dapat mendukung proses evakuasi supaya lebih optimal.

The holistic design of the auditorium is important as an effort to reduce the negative impact of potential fire hazards. Fires as latent hazards are often underestimated given the chance of low occurrence. The configuration of auditorium in one aspect of design that passively affects humans when evacuating themselves from fire disasters. The design of a good auditorium configuration will have a positive impact on the process of gathering information during fire until the evacuation process itself. Furthermore, a good configuration of the auditorium can reduce the negative impact of the disaster. This thesis further discusses the role and relation between the design configuration of the auditorium space with human in it. Both movements during fire, human psychological condition, as well as the effect on evacuation itself. Therefore this study is considered important to do regarding the configuration of the auditorium to find the best configuration that can support the evacuation process to be more optimal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>