Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195353 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuli Astuti
"Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Penyakit ini terutama mempengaruhi kulit dan saraf tepi. Kerusakan pada saraf perifer menyebabkan adanya gangguan sensorik dan motorik dengan karakteristik berupa kecacatan. Tingkat kecacatan yang dialami klien kusta diperkirakan dapat meningkatkan tingkat depresi pada klien kusta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecacatan dengan tingkat depresi pada klien kusta.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan teknik total sampling. Data penelitian ini diuji menggunakan uji Chi-square. Penelitian ini dilakukan di RS Kusta Donorojo Jepara Jawa Tengah dengan jumlah sampel 55 orang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 58,2% klien kusta mengalami kecacatan tingkat-2. Namun, tingkat depresi pada klien kusta 40% tergolong depresi sedang. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat kecacatan dengan tingkat depresi pada klien kusta (p<0.05, OR=4,561). Hasil ini dapat menjadi dasar bagi pelayanan keperawatan untuk mengadakan kegiatan Garden Healing dan membentuk Self Help Group di komunitas untuk membantu mengurangi depresi.

Leprosy is a chronic infectious disease caused by Mycobacterium leprae. This disease mainly affects the skin and peripheral nerves. Damage to the peripheral nerves caused by sensory and motor disorders characterized by defects. The level of disability experienced by clients leprosy is expected to increase the level of depression in leprosy clients. This study aims to determine the relationship of the level of disability to the level of depression in leprosy clients.
The method used is descriptive analysis with total sampling technique. Data of this study were tested using the Chi-square test. This research was conducted at the Leprosy Hospital Donorojo Jepara, Central Java with a sample of 55 people.
The results of this study showed that 58.2% of clients leprosy disability level-2. However, the rate of depression in leprosy clients 40% classified as moderate depression. These results indicate there is a relationship between the level of disability to the level of depression in the client leprosy (p<0.05, OR = 4.561). These results can be the basis for nursing services to conduct Garden Healing and Self Help Group formed in the community to help reduce depression."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firda Aishia
"Kecacatan dapat mempengaruhi kualitas hidup yang merupakan persepsi kepuasan individu terhadap berbagai aspek dalam kehidupan yang dijalaninya seperti aktivitas sehari-hari, bekerja, sekolah, hubungan sosial, hingga pernikahan. Kualitas hidup terdiri dari domain kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat kecacatan dengan kualitas hidup. Penelitian dengan desain cross sectional melibatkan 89 orang yang pernah mengalami kusta di desa rehabilitasi kusta Donorojo, menunjukan hasil sebanyak 77,5 mengalami kecacatan tingkat 2 dan rata-rata total kualitas hidup 260,52 dari total nilai 400. Tidak terdapat hubungan antara tingkat kecacatan dengan kualitas hidup orang yang pernah mengalami kusta di desa rehabilitasi kusta Donorojo dengan hasil p value 0,553. Pemberian fasilitas dan bantuan dari Unit Rehabilitasi Kusta Donorojo RSUD Kelet diharapkan dapat semakin meningkatkan kualitas hidup orang yang pernah mengalami kusta.

Disability can affect quality of life which is the perception of individual satisfaction to various aspect of life like activities, work, school, social relationships, and marriage. Quality of life consists physical health, psychological, social relationships, and environment. This research was conducted to identify the correlation between disability grade with the quality of life. A cross sectional study involving 89 people affected by leprosy in Donorojo rehabilitation village, showed 77,5 had disability grade 2 and the average of quality of life is 260,52 from 400. The study showed there is no correlation between the grade of disability and quality of life in people affected by leprosy who lived in Donorojo leprosy rehabilitation village with p values 0,553. Provision of facilities and assistance from Donorojo Leprosy Rehabilitation Unit is expected to improve the quality of life in people affected by leprosy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67738
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Hanifati
"ABSTRAK
Kusta merupakan suatu penyakit kulit yang dapat menular dan memiliki dampak
terhadap perubahan fisik dan secara psikososial. Lansia juga memiliki perubahan
psikologis karena sesuai dengan perubahan usianya. Penelitian ini merupakan
peneltian deskriptif dengan tujuan untuk menggambrakan depresi lansia yang pernah
mengalami kusta di Panti Rehabilitasi Eks-Kusta, Nganget, Jawa Timur. Jumlah
sampel yang diambil adalah sebanyak 30 lansia (24 laki-laki dan 6 perempuan).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Geriatric Depression Scale
(GDS) dengan 30 pertanyaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18 responden
lansia (n=30) mengalami depresi ringan dan berat (60%). Penelitian ini dapat
menjadi bahan penelitian selanjutnya terkait depresi pada lansia dengan berbagai
aspek lainnya.

ABSTRACT
Leprosy is one of infectious disease and has impact on physical changes. Elderly has
psychological changes too because according to their age changing. This research is
descriptive research with the purpose is to describe depressive elderly who affected
leprosy in Panti Rehabilitasi Eks-Kusta, Nganget, East Java. The number of samples
that researchers take is as much as 30 elderly (24 men and 6 women). The
instrument in this study used Geriatric Depression Scale (GDS) with 30 questions.
The result showed that 18 respondents elderly (n=30) experienced mild and severe
depression (60%). This research can be further research materials related
depression in older adults with a variety of other aspects."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56306
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leny
"Latar Belakang : Indonesia adalah negara peringkat ke-3 di dunia sebagai penyumbang penderita baru kusta terbanyak dengan jumlah penderita cacat tingkat-2 sejumlah 2.025 atau 10.11% (indikator < 5%). Kabupaten Bogor memiliki proporsi cacat kusta yang tinggi bahkan melebihi angka nasional yaitu 15.18 %. Beberapa studi menunjukkan hubungan bermakna antara perawatan diri dengan kecacatan pada penderita kusta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perawatan diri dengan kecacatan pada penderita kusta di Kabupaten Bogor tahun 2012 setelah dinkontrol oleh faktor-faktor lainnya.
Metode : Desain penelitian kasus kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita kusta tipe MB usia ≥ 15 tahun yang sudah menjalani minimal 8 bulan pengobatan MDT dan tercatat pada register puskesmas tahun 2012 di 10 kecamatan di Kabupaten Bogor. Kasus adalah sebagian dari populasi yang mengalami kecacatan baik tingkat-1 atau tingkat-2 pada saat penelitian dilakukan yang diambil dari puskesmas yang dipilih secara purposive sedangkan kontrol adalah sebagian dari populasi yang tidak mengalami kecacatan pada saat penelitian dilakukan yang diambil secara purposive dari puskesmas yang terpilih. Jumlah sampel 86 orang terdiri dari 43 kasus dan 43 kontrol. Analisis data dilakukan secara bivariat dan multivariat.
Hasil : Terdapat variabel interaksi antara perawatan diri dengan faktor lama sakit sehingga pada analisis multivariat diketahui bahwa penderita kusta yang melakukan perawatan diri dengan baik dan lama sakitnya < 2 tahun diperoleh OR=0.68 (95% CI: 0.12 ? 3.72). Penelitian ini memberikan hasil bahwa perawatan diri tidak berdiri sendiri dalam mempengaruhi kecacatan penderita kusta melainkan ada interaksi bersama antara perawatan diri dengan faktor lama sakit. Bahwa risiko kecacatan semakin besar pada penderita kusta yang kurang baik dalam merawat diri dan lama sakitnya ≥ 2 tahun dengan OR=10.6 (95% CI: 1.03 ? 109.86).

Background : Indonesia is ranked 3rd in the world as a contributor to the new leprosy patients with the highest number of people with disabilities level-2 or 2.025 (10.11%). Bogor district has a high proportion of deformed leprosy even exceed the national rate is 15.18%. Some studies show a significant relationship between self-care disability in patients with leprosy. This study aims to determine the relationship of self-care with a disability in leprosy patients in Bogor Regency in 2012 after control by other factors.
Methode : Case-control study design. Population in this research is the type of MB leprosy patients aged ≥ 15 years who had undergone at least 8 months of treatment MDT and recorded in the register in 2012 health centers in 10 districts in Bogor Regency. Case is part of the population who have disabilities either level-1 or level-2 at the time of the study were drawn from purposively selected health centers while the control is part of the population who do not have disabilities at the time of the study were taken from the clinic were purposively selected . Number of samples 86 people consisting of 43 cases and 43 controls. Data analysis was performed bivariate and multivariate
Result : There is a variable interaction between self-care with a long illness factor that in multivariate analysis known that leprosy patients who perform self-care and well long illness <2 years obtained OR = 0.68 (95% CI: 0:12 - 3.72). This study provides results that self-care does not stand alone in influencing disability lepers but no interaction with the factor of self-care with a long illness. That the greater the risk of disability in leprosy patients in poor self-care and pain ≥ 2 years old with OR = 10.6 (95% CI: 1.03 - 109.86).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Rigel Fitrian
"Fenomena kemunculan kusta dan stigma yang menyertainya telah ada sejak berabadabad tahun lamanya. Banyak dari orang-orang dengan kusta merasakan adanya masalah psikososial yang cukup berat dan mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan karakteristik dan stigma dengan harga diri orang pernah mengalami kusta pascarehabilitasi. Disain penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan teknik total sampling pada 69 penghuni UPT Rehabilitasi Sosial Eks-kusta Tuban. Instrumen yang digunakan adalah EMIC (Explanatory Model Interview Catalogue) Scale for Affected People dan ISMI (Internalized Stigma of Mental Illness) Scale untuk mengukur stigma serta Coopersmith Self-Esteem Inventory untuk mengukur harga diri. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan (p=0,029), kecacatan (p=0,004), perceived stigma, self-stigma, dan experienced stigma (p=0,000) dengan harga diri. Edukasi kesehatan dan pencegahan terjadnya kasus kecacatan pada orang yang mengalami kusta perlu dilakukan oleh perawat untuk menghilangkan stigma yang berkembang di masyarakat. Penelitian eksperimen perlu dilakukan untuk melihat akibat dari terapi aktivitas kelompok atau program pemberdayaan masyarakat pada aspek sosial-ekonomi orang yang pernah mengalami kusta sebagai upaya peningkatan harga diri mereka.

The appearance phenomenon of leprosy and stigma related to it has existed since centuries ago. Many of leprosy people who received stigma experienced a severe and serious psychosocial problem. The study used descriptive correlative design which aimed to analyze the correlation between characteristics and stigma with self-esteem on people who have been affected by leprosy after rehabilitation. This study is a quantitative research which was using total sampling technique on 69 people who have been affected by leprosy in UPT Rehabilitasi Sosial Eks-kusta Tuban, Indonesia. The instruments using EMIC (Explanatory Model Interview Catalogue) Scale for Affected People and ISMI (Internalized Stigma of Mental Illness) Scale to identify the stigma and Coopersmith Self-Esteem Inventory (SEI) scale to identify the self-esteem. The result showed there was bound relationship between education (p=0,029), disability (p=0,004), perceived stigma, self-stigma, and experienced stigma (p=0,000) with self-esteem. Health education and prevention of deformity on people with leprosy should be performed by nurses to eradicate stigma in community towards leprosy. Experiment research needs to be done to identify the effect of group activity therapy or community empowerment program on socio-economic aspect of people who have been affected by leprosy to improve their self-esteems."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhityawarman Menaldi
"Bagi orang-orang yang menderita penyakit tertentu, menjalani kehidupan sehari-hari seperti layalmya orang nomml bukanlah sesuatu yang mudah. [ni dapat discbabkan karena penyakit yang mengganggu fungsi tubuh, atau bisa juga adanya stigrnatisasi terhadap suatu penyakit yang membuat si penderita tidak dapat berfungsi optimal di masyarakat (Anderson, etal, 1997). Salah satu penyakit yang hingga saat ini masih memiliki stigma ”berbahaya” di masyarakat adalah kusta (Finlay, etal, 1996, dan Bainson & Van Den Bome, 1998). Halim & Kurdi (dalam Sjamsoe Daili, dkk,, 2003) menyebutkan bahwa dampak dari adanya penyakit kusta ini adalah kecacatan Cacat ini sendiri kernudian dibagi menjadi dua jenis yaitu cacat Esik dan cacat psikososial. Bayangan cacat ini seringkali membuat penderitanya tidak dapat menerima kenyataan bahwa ia. mendexita kusta, akibatnya akan ada perubahan mendasar pads. kepribadian dan tingkah lakunya. Tekanan psikis inilah yang rnembuat para penderita atau mantan penderita lebih memilih untuk berada bersama orang-orang yang menumtnya "senasib”. Meskipun demikian, tidak sedikit juga dari penderita kusta yang masih berusaha untuk bertahan hidup dan bekerja dengan segaja usaha yang dapat dilalcukml Bagi mereka yang mwih berusaha, sudah tentu memiliki kekuatan atau srreng1h yang menonjol dan diri mereka.
Pembahasan mengenai strength dari manusia merupakan bagian dari kajian Positive Psychology Penerapan dari strength dan virtue setiap individu pada berbagai aspek kehidupatmya sehari-hari akan menghmilkan kebahagiaan yang sejati (Seligman, 2002). Berangkat dan penjelasan di alas peneliti tertarik untuk melalcukan peneliiian yang dilandasi tclaah positive psychology terhadap penderita penyakit kronis khususnya kusla Langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun alat ukur character strengths penyandang kusta dengan mengadaptasi VIA-IS dan menguji validitas dan reliabilitasnya pada kelompok sampcl.
Hasil adaptasi alat ukur VIA-IS pada sampcl panyandang kusta adalah dari 240 item pada VIA-IS, 63 item memiliki koefisien korelasi yang rendah terhadap skor total. Koeisien reliabilitas masing-musing strengths dalam VIA-IS cukup beragam, berkisar antara 0,509 - 0,787 . Reliabilitas tertinggi ada pada pengukuran Playyitlness dan terendah pada Equity. Pembuatan norma pada alat ukur VIA-IS dilakukan pada 24 strengths clan kemudian ditetapkan klasifikasi dari sangat kuat, kuat, sedang, lemah, sangat lemzxh. Prom VIA-IS pada pcnyandang kusta menunjukkan bahwa lima strengths yang menonjol dengan rata-rata tertinggi adalah Gratitude, Kindness, Spirituality, Capacity to Love, dan Equity.

For people who suffer from a certain disease living life like normal people is not easy. Reason being is because certain disease can alfect body function or because of stereotypes against certain disease which make the person unable function fully in society (Anderson, et.al., 1997). One disease which still has a “dangerous” stereotype in society is leprosy (Finlay, et.al, 1996 and Bainson and Van Den Bome, 1998). The effect of leprosy is retardation (Halim and Kurdi in Daili, et.al., 2003). Retardation itself is divided into two types, namely physical retardation and psychosocial retardation. The thought of retardation olien makes people atfected with leprosy unable to time reality that they suffer from leprosy which impacts on a change in personality and behavior. This psychological pressure makes the leprosy or former leprosy patients decide to also live with leprosy patients. On the other hand, a lot of them try to survive living and working with every effort they can. Those who are still trying have a certain strength which stands up in them.
The study of strength in human is part of positive psychology. The application of strength and virtue in each individual in every aspect of daily life can outcome in true happiness (Seligman, 2002). Based onthat, researcher is interested in conducting a research based on positive psychology towards people alfected with chronic leprosy. Thus, the first step is designing an inventory for “character strength” in people affected with leprosy by adapting Values In Action-Inventory ofStrengrh (VIA-IS) and testing the validity and reliability of the sample group.
Result of the adapted VIA-IS of the sample group is that from 240 items on VIA-IS, 63 items have a low correlation coelicient against the total score. The reliability coetticient of each strength in VIA-IS are quite the same, namely between 0.509-0.787. The highest reliability score is on (dimention) “Playfulness” and the lowest on “Equity”. The nonns of VIA-IS was conducted on 24 strengths and four classifications are made ranging &om very strong, strong, weak and very weak. The VIA-IS profile on people a.E`ected with leprosy shows that five strengths have the highest score which are Gratitude, Kindness, Spirituality, Capacity to Love and Equiw.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T34074
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Komarasari
"Latar belakang : Reaksi ENL disebabkan oleh ketidakseimbangan imunitas selular dan humoral. Kortikosteroid merupakan obat standar yang digunaktapi dapat menimbulkan efek samping pada berbagai organ. Sehubungan dengan itu perlu dipikirkan terapi ajuvan yang efektif untuk reaksi ENL. Seng merupakan mikronutrien yang berperan penting pada berbagai fungsi enzimatik, aktivasi sel T, efek antiinlamasi, menghambat pembentukan kompleks imun, dan mempunyai efek antioksidan, dipikirkan dapat digunakan sebagai terapi ajuvan untuk terapi reaksi ENL.
Tujuan : Menilai perbandingan perbaikan klinis reaksi ENL pada pasien kusta yang diberikan ajuvan seng dengan yang diberikan plasebo.
Metode : Penelitian ini merupakan suatu uji klinis acak tersamar ganda menggunakan plasebo dengan desain paralel. Dilakukan randomisasi blok untuk membagi subyek menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok plasebo. Evaluasi dilakukan tiap dua minggu selama enam minggu.
Hasil : Pada akhir perlakuan, perbaikan klinis kelompok perlakuan adalah 79,2% dan kelompok plasebo adalah 72,7%. Perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik.
Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan bermakna pada perbaikan klinis reaksi ENL antara pasien kusta yang diberikan ajuvan seng dengan yang diberikan plasebo.

Background : ENL reaction is caused by imbalance of cellular and humoral immunity. Corticosteroid is the standard drug used to treat ENL, but can cause serious side effects in multiple organs. There for, it is needed to find effective adjuvant drug for ENL. Zinc is essential micronutrient for various enzymatic proceses, T cell activation, antiinflamation effect, inhibiting the formation of immune complexes, and has the effect of antioxidant. Several studies have shown the benefit of addition zinc for ENL reaction.
Objective : To assess the comparative clinical improvement ENL reaction in leprosy patients given adjuvant zinc with placebo.
Methods : Randomized double-blind clinical trial using placebo with parallel design. Block randomization divided the subjects into two groups, namely the treatment group and the placebo group. The evaluation was performed every two weeks for six weeks.
Result : At the end of treatment, the clinical improvement ENL reaction obtained was 79,2% treatment group and the placebo group was 72,7%. The differences were not statistically significant.
Conclusion : There were no significant differences in clinical improvement ENL reaction in leprosy patient treated with adjuvant zinc compared to placebo.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Astutik
"Kusta merupakan penyakit Neglected Tropical Diseases (NTDs) yang menjadi masalah global yang menyebabkan perceived stigma pada orang yang mengalaminya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perceived stigma dan faktor yang paling dominan mempengaruhinya pada orang yang pernah mengalami kusta di perkampungan kusta Sitanala, Tangerang tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Desain yang digunakan adalah cross-sectional. Sampel dipilih secara purposive sampling. Hasil peneltian menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perceived stigma adalah tingkat pendidikan (OR1=3,45 95% CI 1,08-11,06 dan OR2=2,47, 95% CI 0,9-6,82), persepsi pengetahuan, tingkat cacat, dan nilai budaya (OR=3,36, 95% CI 2,02-5,61).
Terdapat efek modifikasi antara tingkat cacat dengan persepsi pengetahuan, OR1=4,82(95% CI 1,26-18,34) dan OR2=1,18(95% CI 0,2-6,98). Faktor dominan adalah tingkat pendidikan dengan PAR%=38,8%. Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi, penyuluhan, dan konseling mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perceived stigma tentang penyakit kusta sehingga dapat menurunkan perceived stigma.

Leprosy is a disease of Neglected Tropical Diseases (NTDs) that becomes a global problem and causes the perceived stigma in people affected by leprosy. This study aims to determine the factors and the most dominant factor that related to perceived stigma in people affected by leprosy in leprosy villages Sitanala, Tangerang in 2013.
This research was conducted with quantitative and qualitative approaches. Using cross-sectional design. Samples were selected by purposive sampling. The results of the study showed that factors related to perceived stigma are level of education (OR1=3,45 95% CI 1,08-11,06 and OR2=2,47 95% CI 0,9-6,82), perception of knowledge about leprosy, level of disability, and cultural values (OR=3,36, 95% CI 2,02-5,61).
There is effect modification between the level of disability and perception of knowledge about leprosy, OR1=4,82(95% CI 1,26-18,34) dan OR2=1,18(95% CI 0,2-6,98). The dominant factor is level of education, PAR%=38,8%. Therefore it is necessary for intervention, counseling to factors related to perceived stigma about the leprosy so as to decrease the perceived stigma.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T36867
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Detia Octrienda Ula
"Kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Tidak hanya dari sisi medis, kusta juga menjadi permasalahan sosial. Stigma yang timbul di masyarakat menjadi masalah orang dengan kusta untuk dapat bekerja dan beraktivitas seperti biasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi pasien kusta yang tidak produktif, dan faktor determinan produktivitas pada pasien kusta.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel yang digunakan adalah semua pasien kusta rawat jalan di RS Kusta Dr. Sitanala, Tangerang, Banten tahun 2012. Penelitian ini menghasilkan faktor-faktor yang berhubungan terhadap produktivitas pasien kusta di RS Kusta Dr. Sitanala adalah jenis kelamin (p=0.044; OR 0.543), status perkawinan (p=0.000;OR 3.681) dan pendidikan (p=0.026; OR 1.9).
Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor individu menjadi hal yang mempengaruhi produktivitas. Diperlukan suatu usaha yang mendukung agar pasien tetap produktif, seperti pelatihan keterampilan terhadap pasien dengan pendidikan rendah dan dukungan mental yang lebih untuk pasien yang belum/ tidak menikah.

Leprosy is still one of the important health issues in Indonesia. Not only the medical problem, leprosy is also a social problem. The Stigma that arises in society become a problem of people with leprosy to be able to work as usual. This research aims to know the prevalence of leprosy patients who are not productive, and determinants of productivity factors of leprosy patients.
This research is quantitative research withcross sectional design. The sample used is outpatientof Leprosy at RS Kusta Dr Sitanala, Tangerang, Banten in 2012. This research found that factors related to productivity in leprosy patients at RS Kusta Dr. Sitanala are sex (p=0.044; OR 0.543), marital status (p=0.000; OR 3.681), and education (p=0.026; OR 1.9).
This research shows that individual factors being affecting productivity. It needs an effort to support the patient to keep productive, such as skills training with low education and also mentally support for unmarried patients.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rambey, Muhammad Amri
"Latar belakang : Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae). Salah satu dampak dari penyakit kusta adalah kecacatan yang dapat berupa cacat tingkat 0, tingkat 1 dan tingkat 2. Tahun 2010, di Kabupaten Lamongan terdapat 10,64% penderita baru mengalami cacat tingkat 2. Beberapa penelitian menunjukkan cacat tingkat 2 lebih banyak terdapat pada penderita laki-laki dari pada perempuan dengan variasi tingkat hubungan antara jenis kelamin dan kejadian cacat tingkat 2.
Tujuan penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian cacat tingkat 2 pada penderita kusta di Kabupaten Lamongan tahun 2011-2012 setelah dikontrol dengan variabel umur, pekerjaan, keteraturan berobat, perawatan diri, riwayat reaksi, tipe kusta dan lama gejala.
Metode penelitian : Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan kasus kontrol. Subjek penelitian ini adalah penderita kusta yang telah selesai atau sedang menjalani pengobatan sekurang-kurangnya 6 bulan. Jumlah sampel sebanyak 154 orang terdiri dari 77 kasus dan 77 kontrol. Kasus adalah penderita kusta dengan cacat tingkat 2, dan kontrol adalah penderita kusta dengan cacat tingkat 0 atau 1. Data diperoleh melalui kartu penderita kusta di puskesmas tempat respoden menjalani pengobatan. Data dianalisis dengan statistik univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil Penelitian: Hasil analisis menunjukkan bahwa penderita kusta laki-laki 1,9 kali lebih berisiko mengalami kejadian cacat tingkat 2 dari pada penderita perempuan dengan nilai OR=1,90 (95% CI: 0,86-4,23) namun tidak bermakna secara statistik (nilai p=0,114) setelah dikontrol dengan variabel pekerjaan dan lama gejala sebelum didiagnosis menderita kusta.
Diskusi : Pekerjaan dan lama mengalami gejala sebelum didiagnosis menderita kusta merupakan confounder bagi hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian cacat tingkat 2 pada penderita kusta di Kabupaten Lamongan tahun 2011-2012.

Background : Leprosy is an infectious disease caused by Mycobacterium leprae. One of the effects of leprosy is a disability which may be a defect grade 0, grade 1 and grade 2. In 2010, in Lamongan District, there are 10,64% of new leprosy patients with grade 2 disabilities. In 2010, at Lamongan District, 10.64% of new patients are detected with disability level 2. Some research shows the occurence of grade 2 disability more in male patients than women with varying degrees of relationship between gender and occurence of grade 2 disability.
Objective : This study aims to determine the association of gender and the occurence of grade 2 disability in leprosy patients in Lamongan District in 2011-2012 after controlling the variables age, work, regularity of treatment, self care, history of reaction, leprosy type and duration of symptoms.
Methode : This study uses case-control design. The subjects of this study were leprosy patients who have completed or are undergoing treatment at least 6 months. The number of sample are 154 people consisting of 77 cases and 77 controls. Cases were leprosy patients with grade 2 disability and controls were leprosy patients with grade 0 or 1 disability. Data was obtained from the patient record in primary health care where the leprosy patients got the treatment. Data were analyzed with univariate, bivariate and multivariate statistics.
Result: The analysis showed there were a male leprosy patient had probability 1,9 more then women to occured grade 2 disability with a value of OR=1,90 (95% CI: 0,86 to 4,23) but not statistically significant (p value = 0,114) after controlled by work and duration of symptoms before being diagnosed as leprosy patient.
Discussion : Work and duration of symptoms before being diagnosed as leprosy patient are confounder for the assocation between gender and the occurence of grade 2 disability in leprosy patient in Lamongan District in 2011-2012.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30348
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>