Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23329 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rangga
"ABSTRAK
Skripsi ini memuat penjelasan mengenai bentuk revitalisasi kawasan perdagangan
di kawasan lama. Keberhasilan suatu revitalisasi tidak lepas dari peran arsitektur
karena revitalisasi menyangkut aspek fisik kawasan dan bangunan. Revitalisasi
merupakan satu bentuk dari penataan kembali yang bertujuan mengembalikan
vitalitas dari suatu kawasan. Tentu menjadi suatu hal yang menarik jika
revitalisasi suatu kawasan perdagangan yang komersil terkait dengan identitas lain
kawasan sebagai kawasan cagar budaya. Bagaimana bentuk revitalisasi kawasan
perdaganan di kawasan lama?

ABSTRACT
Skripsi ini memuat penjelasan mengenai bentuk revitalisasi kawasan perdagangan
di kawasan lama. Keberhasilan suatu revitalisasi tidak lepas dari peran arsitektur
karena revitalisasi menyangkut aspek fisik kawasan dan bangunan. Revitalisasi
merupakan satu bentuk dari penataan kembali yang bertujuan mengembalikan
vitalitas dari suatu kawasan. Tentu menjadi suatu hal yang menarik jika
revitalisasi suatu kawasan perdagangan yang komersil terkait dengan identitas lain
kawasan sebagai kawasan cagar budaya. Bagaimana bentuk revitalisasi kawasan
perdaganan di kawasan lama?"
2016
S64634
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Surya Kurnia
"Tesis ini membahas transformasi pada ruang kota Pancoran Glodok sebagai kawasan Pecinan di Kota Tua Jakarta yang bersejarah. Hubungan Glodok dan Pancoran berdasarkan penelusuran memori kota menghantar penelitian pada Peranan pasar Glodok dan jalan Pancoran. Interpretif-Historis menjadi metode penelitian dalam penyusunan narasi yang dilengkapi dengan simulasi sebagai representasi atas memori masa lalu. Masa kolonial, Orde Lama, Orde Baru, dan pasca Orde Baru merupakan periodesasi waktu yang digunakan untuk menilik transformasi Pancoran-Glodok. Narasi sejarah arsitektur berdasarkan interpretasi memori dan kota menampilkan perubahan bentuk ruang kota Pancoran Glodok dari masa ke masa, yang dipengaruhi oleh citra sosial terhadap masyarakat Cina.

This thesis discusses the transformation of the urban space at Pancoran Glodok as Chinatown in the Jakarta Historic City. Linkage Glodok and Pancoran which search by city memory leads the research on the architecture relationship between Glodok market with Pancoran road. Interpretive-Historic research is method in narration preparation that comes with simulation to support the representation of past memory. Colonial period, the Old Order, the New Order, and the post-New Order are periodization of time which is used to view the transformation of Pancoran-Glodok. Narrative history of architecture based on the interpretation of memory and the city view changes the city form of Pancoran Glodok from time to time, which is influenced by the social image of Chinese society."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T30019
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Agung Herbowo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S48039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rayhan Rasyid
"Hubungan manusia dan tempat yang saling membutuhkan membuat kawasan Glodok tidak dapat hanya dilihat sebagai kawasan dengan warisan budaya sebagai kawasan etnis Tionghoa tetapi juga realitas di dalamnya yang berisi dengan keseharian manusia. Manusia dengan budaya dan nilai-nilainya akan membentuk identitas pada sebuah place. Place identity adalah struktur kognitif kompleks yang melibatkan sikap, nilai-nilai, pemikiran, keyakinan, makna, dan kecenderungan perilaku individu terhadap suatu place. Skripsi ini mengkaji bagaimana hubungan manusia dan place identity dan mengidentifikasi place identity dalam konteks kawasan Glodok. Melalui studi kasus di kawasan Glodok, penulis ini mengurai prinsip-prinsip place identity pada kawasan Glodok dan bagaimana hal tersebut membentuk place identity kawasan ini. Hasil penelitian ini menggugah bagaimana identitas pada Glodok sebagai place tercermin dari kehidupan, aktivitas, dan budaya dari manusia yang ada di dalamnya.

The interdependent relationship between humans and a place makes Glodok not merely a neighborhood with cultural heritage as a Chinese ethnic area, but also a reality within it of the daily lives of its people. Humans, with their cultures and values, contribute to shaping the identity of a place. Place identity is a complex cognitive structure that involves attitudes, values, thoughts, beliefs, meanings, and behavioral tendencies of individuals towards a place. This thesis examines the relationship between humans and place identity and identifies place identity within the context of Glodok. Through a case study conducted in Glodok, the author unravels the principles of place identity in the area and how they shape the place identity of Glodok. The research findings highlight how the identity of Glodok as a place is reflected through the lives, activities, and culture of the people within it. Overall, this research provides valuable insights into the interplay between humans and a place in the context of Glodok. The findings emphasize the significance of human presence, their activities, and their culture in shaping the identity of a place."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abdullah Bajri
"Green Glodok merupakan sebuah pusat kegiatan turis yang terbangun di area Pancoran, Glodok. Pusat kegiatan ini dirancang untuk dapat menyatukan berbagai kegiatan pengunjung area Glodok, serta mengedukasi turis yang berkunjung. Minimnya lahan hijau di area Glodok yang umumnya dipenuhi dengan bangunan dengan tingkat kerapatan tinggi, memaksa Green Glodok untuk dapat memberikan kesan alam yang berbeda untuk Glodok dengan cara menghadirkan bangunan yang tidak hanya digunakan sebagai pusat kegiatan, namun juga tempat bertumbuhnya bermacam jenis vegetasi.

Green Glodok is a tourist activity center that is built in Pancoran, Glodok. This activity center is designed to be able to unite the various activities of Glodoks visitors, as well as educate tourists who visit. The lack of green land in Glodok which is generally filled with high density buildings, forces Green Glodok to be able to conduct a different natural impression to Glodok by presenting building that are not only used as centers of activity, but also where various types of vegetation grow"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Fadhila Zahra
"Dengan pertumbuhan modernisasi yang pesat dan ekspansi kota-kota, ketegangan antara pelestarian warisan budaya dan kebutuhan untuk memenuhi tuntutan kontemporer menjadi semakin nyata. Tekanan modernisasi ini sering membutuhkan pembangunan infrastruktur baru, kawasan perumahan, dan fasilitas komersial, yang mengakibatkan pengabaian atau penghancuran situs warisan otentik. Kehilangan keasliaan dapat memutus hubungan komunitas dengan masa lalu mereka serta merusak karakter unik yang mendefinisikan warisan sebuah kota. Studi ini bertujuan untuk menyelidiki efektivitas strategi adaptive reuse, dalam mempertahankan keaslian bangunan bersejerah yang sekaligus mengakomodasi kebutuhan modern dengan fokus pada Pantjoran Tea House di Glodok, Jakarta sebagai studi kasus. Dengan mengacu pada konsep >Shearing Layers oleh Stewart Brand dan konsep adaptive reuse oleh Sally Stone, yakni metode adaptation, addition, dan subtraction, revitalisasi Pantjoran Tea House secara efektif menjaga nilai autentisitas bangunan dengan mempertahankan material, desain, tata letak, dan konstruksi aslinya. Studi ini juga menggarisbawahi pentingnya melestarikan warisan tak benda, seperti praktik teh tradisional Tionghoa, untuk memastikan akurasi historis dan pengalaman yang autentik bagi pengunjung. Hasil studi ini memvalidasi bahwa penggunaan strategi adaptive reuse dapat secara efektif menutup kesenjangan antara pelestarian dan modernisasi dengan mengarahkan pada pengembangan kota-kota modern yang tetap menghormati warisan sejarahnya.

With the rapid growth of modernization and the expansion of cities, the tension between the preservation of cultural heritage and the necessity to meet contemporary demands becomes more evident. This modernization pressures often requires the construction of new infrastructure, residential areas, and commercial facilities, resulting in the neglect or destruction of authentic heritage sites. The loss of authenticity can disconnect communities from their past and undermine the unique character that defines a city's heritage. This study aims to investigate the effectiveness of adaptive reuse strategies in preserving the authenticity of historical buildings while accommodating contemporary needs, focusing on Pantjoran Tea House in Glodok, Jakarta, as a case study. Building upon Stewart Brand's concept of Shearing Layers and Sally Stone's frameworks for adaptive reuse, particularly the methods of addition and subtraction, the revitalization of the Pantjoran effectively preserved the building's authenticity by maintaining its original materials, design, layout and workmanship. The study also highlights the importance of preserving intangible heritage, such as traditional Chinese tea practices, to ensure the historical accuracy and authenticity of the visitor experience. The findings further confirm that adaptive reuse can successfully bridge the gap between preservation and modernization by guiding the creation of modern cities that honour their historical roots."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwan Adiwijaya
"Penelitian ini merumuskan wilayah potensi konflik berdasarkan identifikasi persepsi wilayah pelayanan usaha dari masing-masing individu, Komponen Peta Mental Dalam proses pemetaan gambaran secara umum yang ditampilkan merupakan bentuk-bentuk geometris yang berupa titik, garis, area, dan permukaan, dari pemodelan mental map spasial Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan ditemukan adanya wilayah territorial yang  kuat dari pedagang baik jenis pedagang sate Madura baik yang mangkal/menetap maupun pedagang sate Madura keliling. Titik lokasi pedagang sate Madura mangkal membentuk pola yang teratur dan tidak terdapat posisi yang berhimpitan antara mereka namun titik lokasi tersebut memiliki radius wilayah, radius wilayah tersebut merupakan bentuk territorial yang di anggap sebagai suatu kepemilikan. Wilayah pedagang sate Madura keliling berbentuk mengikuti bentuk jalan dan juga merupakan bentuk territorial dan di anggap sebagai suatu kepemilikan pedagang. Wilayah territorial tersebut tidak dapat terlihat oleh kasat mata dari pengolahan data terjadi tumpang tindih yang menjadi potensi konflik. Penelitian mengungkapkan bahwa Pedagang sate Madura baik yang mangkal maupun yang keliling  dari sebaran lokasinya mengikuti pola jaringan jalan sebaran pedagang sate Madura tersebut menunjukkan konsentrasi tinggi pada wilayah pemukiman padat tidak teratur namun memiliki banyak jaringan jalan.

This research formulates conflict potential areas based on the identification of the perception of the business service area of ​​each individual, Mental Map Components In the mapping process the general picture displayed is geometric shapes in the form of points, lines, areas, and surfaces, from mental map spatial modeling Pancoran District, South Jakarta, found a strong territorial area of ​​traders, both types of Madura satay traders, both resident and traveling Madura satay traders. The location points of the Madura satay traders hang out in an orderly pattern and there is no overlapping position between them, but the location points have an area radius, the radius of the area is a territorial form which is considered as ownership. The area of ​​the traveling Madura satay traders is shaped to follow the shape of the road and is also a territorial form and is considered as a trader's ownership. The territorial area cannot be seen by the naked eye from data processing, there is an overlap which becomes a potential conflict. The study revealed that Madura satay traders, both those who hung out and who traveled from their locations, followed the pattern of the road network distribution of the Madura satay traders, showing high concentrations in densely irregular residential areas but with many road networks."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anathalia
"Cultural practice merupakan suatu perwujudan dari pengetahuan dan nilai-nilai yang dilakukan masyarakat sehari-harinya. Cultural practice ini terbentuk dari taktik, negosiasi ruang dan aktivitas. Untuk mempertahankan ruangnya, masyarakat menandai ruang dengan berbagai cara. Segala upaya untuk mempertahankan ruangnya diulang secara terus-menerus hingga menjadi sebuah keseharian yang wajar terjadi dan mewujudkan cultural practice. Di Glodok, sebuah kawasan Pecinan di Jakarta Barat, aktivitas perdagangan menjadi kegiatan utama yang membentuk cultural practice. Nantinya cultural practice ini membentuk sebuah karakter yang membedakan kawasan yang satu dengan kawasan lainnya dan pada akhirnya menjadi identitas.

Cultural practice is a manifestation of knowledge and value of a community that are being implanted everyday by people. This cultural practice is formed by tactics, negotiations of space and activities. In order to defend their spaces, people give signs to their spaces in many ways. These means to defend their spaces become a natural everyday life that manifest cultural practice. In Glodok, a Chinatown in Western Jakarta, trading becomes the main factor that form cultural practice. This cultural practice becomes a character that differentiates an area with other areas, which in the end, become its identity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47515
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Shabrina
"

Glodok merupakan salah satu kawasan yang dikenal sebagai kawasan pecinan (China Town) kota Jakarta. Berdasarkan karakteristik ini, Glodok memiliki potensi pariwisata yang dapat dikembangkan dari sisi perdagangan serta wisata sejarah, budaya dan agama untuk destinasi turis lokal maupun mancanegara. Namun saat ini, eksistensi Glodok mulai meredup. Dibutuhkan gagasan baru yang dapat menghadirkan kembali potensi kawasan. Gagasan walkability digagas dalam rancangan pengembangan kawasan baru dengan fokus pada zona sekitar Jalan Pancoran sehingga mengoptimalkan pengalaman wisata pecinan.

Tugas akhir ini membahas terkait proyek yang mendukung rencana pengembangan, yaitu Glodok Tea Garden. Dalam hituk – pikuk kawasan pariwisata perdagangan dan sejarah pecinan, Glodok Tea Garden hadir sebagai suatu titik melting-pot untuk kawasan. Glodok Tea Garden menyuntikkan program baru kedalam kawasan yang bersifat mendukung atau hadir secara implisit terhadap kawasan namun tetap memenuhi program yang digagaskan. Bangunan bertujuan untuk memfasilitasi kegiatan bersantai, istirahat, sarana bersosial dalam kawasan wisata perdagangan. Bangunan ini direalisasikan dalam konsep taman ruang terbuka yang menekankan pada ruang sosial dan kebersamaan. Konsep desain dan program bangunan yang diusung terinspirasi dari filosofi tradisi minum teh dari budaya cina. Tradisi minum teh sebagai atraksi antara pengunjung dan menjadi media untuk bersosial.

 


Glodok is one of the recognise Chinatown districts in Jakarta. Based on the distinct features, Glodok may have potential to become tourism attraction which can be developed by not only as a trading place but also historical place along with culture and religion for local and foreign tourists. However, the existence of this place is begun to fade. The district must have new idea to increase the distric's tourism potension. Walkability idea is conceived to optimize the tourist's chinatown experience by redesign the area which is focused near Jalan Pancoran.

This thesis will be discussing a project that promote the development of the new area, which is called "Glodok Tea Garden". In the frenzy tourists trade area and historical chinatown, Glodok Tea Garden will be the ‘melting-pot spo't’. Glodok Tea Garden will be injected by new program into the area which will support the surrounding area or appear implicitly to the area yet still fulfilling the conceived program. The building is intended to facilitate relaxing, socializing, and resting activities in the tourist trade area. The building will also be built as open space garden where people will be together and socialize. This design concept which will be arranged is based on the philosophy of tea-drinking tradition form chinese culture. Tea-drinking tradition will be the main attracton between visitors and a media for socializing.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Reynaldi
"Glodok merupakan salah satu kawasan unik yang menjadi perhentian moda transportasi MRT fase 2. Glodok telah lama dikenal oleh masyarakat sebagai kawasan pecinan yang kental akan pusat elektronik dan kuliner. Kehadiran pemberhentian MRT pada kawasan Glodok dapat memberi peluang bagi kawasan dan masyarakat sekitar, baik dari segi usaha maupun peluang lainnya. Namun demikian, tanpa perencanaan yang jelas, daya tarik ini dapat perlahan menggusur identitas kawasan Glodok beserta masyarakatnya. Proyek Glodok Culinary Center berada pada sebuah masterplan kawasan TOD baru yang Bernama ‘Neo – Glo(w)dok’. Kawasan TOD baru ini bertujuan untuk menciptakan sebuah lingkungan dimana bisnis, masyarakat, serta identitas Glodok dapat bersinergi dengan tepat, sehingga tidak menghilangkan satu sama lain. Glodok Culinary Center merupakan sebuah pusat kuliner, tidak hanya terdapat proses jual beli makanan, proyek ini dirancang untuk dapat mewadahi proses penyaluran informasi melalui ruang-ruang workshop dan kelas memasak. Dengan kehadiran Glodok Culinary Center, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkannya tidak hanya untuk meningkatkan perekonomian melalui penjualan makanan, namun dapat melestarikan baik resep maupun budaya dalam kuliner kepada khalayak umum, serta menjadi pusat komunitas kuliner di Glodok.

Glodok is one of the unique areas that will be a stop for the MRT phase 2 transportation mode. Glodok has long been known by the public as a Chinatown area that is thick with electronic and culinary centers. The presence of the MRT stop in the Glodok area can provide opportunities for the area and surrounding communities in terms of business and other opportunities. However, without thoughtful planning, this attraction can slowly erode the identity of the Glodok area and its people. The Glodok Culinary Center project is located in a new TOD masterplan called 'Neo - Glo(w)dok'. This new TOD area aims to create an environment where business, community, and Glodok's identity can synergize appropriately, so as not to eliminate each other. Glodok Culinary Center is a culinary center, not only for the buying and selling of food, the project is designed to accommodate the process of information distribution through workshops and cooking classes. With the presence of Glodok Culinary Center, it is hoped that the community can use it not only to improve the economy through food sales, but can preserve both recipes and culture in culinary to the general public, and become the center of the culinary community in Glodok.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>