Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177841 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kartika Desiany
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi selisih tarif INACBGs
dan tarif rumah sakit pada kasus rawat inap pneumonia di rumah sakit X tahun
2014 dengan tujuan mengurangi defisit rumah sakit. Disain penelitian adalah
kuantitatif korelasional menggunakan data sekunder dan catatan rekam medis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama rawat maximal 9 hari, penggunaan
maximal 11 jenis obat dengan maximal 4 jenis obat paten tidak menimbulkan
selisih negatif tarif INACBGS dan tarif rumah sakit. Defisit dapat dikurangi
dengan memperpendek lama rawat, meningkatkan peresepan obat generik,
mengatur penggunaan obat, dan meningkatkan kualitas resume medis

ABSTRACT
This study concerns about factors that affect discrepancy between INACBGs and
Hospital Rates in pneumonia cases treated at X hospital in 2014 with the aim of
reducing hospital deficit. This study is a correlational quantitative research using
secondary data and medical records. The results showed that maximum length of
stay of 9 days, maximum use of 11 kinds of pharmaceutical drugs with maximum
4 kinds of brand name drugs do not cause hospital deficit due to discrepancy in
rates. The deficit can then be reduced by shortening the length of stay, improving
generic drug use, regulating the use of pharmaceutical drugs, and improving the
quality of medical resumes"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adib Jauharin
"ABSTRAK
Kebijakan pemerintah dalam penerapan paket tariff INA-CBG’s untuk pasien
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mengakibatkan adanya perbedaan/ selisih
antara tariff INA-CBG’s dengan tariff rumah sakit menjadi latar belakang
penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi selisih tarif rawat inap INA-CBG’s dengan tarif rumah sakit
pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) RSUD Leuwiliang periode Januari-
April 2014. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat deskriptif analitik
dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak
1.853 pasien yang dirawat di ruang perawatan dewasa, anak, bedah, dan
kebidanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cakupan pasien Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) mencapai 62,45% dari total kunjungan pasien rawat inap. Hasil penelitian
diperoleh jumlah tariff rawat inap INA-CBG’s sebesar Rp 6.176.721.650 dan
tariff rumah sakit sebesar Rp 2.650.973.448 sehingga terdapat selisih sebesar Rp
3.629.344.980 atau sebesar 233%. Terdapat selisih tariff sebesar antara Rp
1.902.169 sampai Rp 2.015.095 per pasien di luar dari biaya obat-obatan dan
bahan medis pakai habis, lebih besar tariff INA-CBG’s dibandingkan dengan
tariff rumah sakit. Terdapat perbedaan selisih tariff antar : kelas perawatan,
jumlah diagnose, lama hari rawat, dan tingkat keparahan penyakit. Faktor yang
mempengaruhi selisih tariff rawat inap INA-CBG’s dengan tariff rumah sakit
pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah kelas perawatan, jumlah
diagnose, dan tingkat keparahan penyakit

ABSTRACT
Government policy in the application of INA-CBG tariff package for the patient's
National Health Insurance (NHI) results in disparities / differences between INACBG's
tariff with tariff hospital into the background of this research. This study
aims to determine the factors that influence the difference in hospitalization rates
INA-CBG's rate hospital patients National Health Insurance (NHI) Hospital
Leuwiliang the period January to April 2014. Kind of research is quantitative
descriptive analytical approach cross sectional. The study sample as many as
1,853 patients were treated in adult treatment, pediatric, surgery, and obstetrics.
Results showed that patients coverage of the National Health Insurance (NHI)
reached 62.45% of the total inpatient visits. The result showed the number of
inpatient tariff INA-CBG's tariff of Rp 6,176,721,650 and Rp 2,650,973,448
hospital so that there is a difference of Rp 3,629,344,980 or by 233%. There is a
difference between the tariff of Rp 1,902,169 to Rp 2,015,095 per patient outside
of the cost of medicines and medical materials of its life, greater tariff INA-CBG's
compared to the tariff hospital. There are differences in the tariff difference
between: class treatment, the number of diagnoses, long day care, and disease
severity. Factors affecting the difference in tariff inpatient INA-CBG's with tariff
hospital patients of the National Health Insurance (NHI) are a class of treatment,
number of diagnosis, and disease severity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2014
T42007
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Anggarini
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan antara biaya rawat inap berdasarkan tarif INA-CBGs dengan biaya rawat inap berdasarkan tarif rumah sakit pada pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan diagnosis infeksi HIV di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan perbedaan biaya rawat inap antara BPJS Kesehatan dengan rumah sakit disebabkan oleh adanya perbedaan tarif dan perbedaan metode pembebanan biaya. Akibat perbedaan tersebut, rumah sakit mengalami kerugian. Rumah sakit dapat menekan kerugian dengan meningkatkan cost effectiveness proses bisnis rawat inap, menetapkan harga target, menyusun biaya standar serta melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan Program JKN.

This study's objective is to analyze the difference between inpatient cost based on INA-CBGs rates with the one based on hospital rates on JKN patient with HIV infection in Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta. This study uses a descriptive-qualitative methods. The study shows for overall the difference casuses loss to the hospital. It because of the rate and the charging method differences between BPJS Kesehatan and the hospital. The hospital reduces the loss by improving the cost effectiveness of business processes, planning and controlling the inpatient cost through target pricing and standard costing as well as monitoring and evaluating the programs."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nufus Dwi Talitha
"[Program Jaminan Kesehatan Nasional menerapkan sistem pembayaran prospektif
yaitu dengan tarif INA CBG?s untuk pelayanan di rumah sakit. Tujuan penelitian
ini yaitu untuk menganalisis selisih biaya layanan dengan tarif INA CBG?s dan
tarif rumah sakit khusus kasus sectio caesaria dengan kode ICD X (O.342) pada
pasien BPJS berdasarkan komponen biaya serta mengetahui gambaran perbedaan
biaya layanan tersebut berdasarkan karakteristik pasien. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif kuantitatif dengan metode cross sectional dengan sampel
sebanyak 89 pasien. Dari hasil penelitian didapat rata-rata selisih biaya layanan
untuk kasus sectio caesaria dengan diagnosa utama O.342 terhadap tarif rumah
sakit adalah selisih negatif (efisien) sebesar Rp 1,236,793,- dengan CRR (cost
recovery rate) 120% dan terhadap tarif INA CBG?s adalah selisih positif (tidak
efisien) sebesar Rp 1,974,050,- dengan CRR (cost recovery rate) 68% Gambaran
perbedaan biaya layanan berdasarkan karakteristik pasien yang memiliki
hubungan dengan besarnya biaya layanan adalah kelas rawat (p=0,000), diagnosis
sekunder (p=0,050) dan lama hari rawat (p=0,046), sedangkan yang tidak
memiliki hubungan dengan besarnya biaya layanan adalah umur pasien
(p=0,956).;The National Health Insurance Scheme implementing prospective payment
system INA CBG's rates for hospital services. The purpose of this study is to
analyze the difference in cost services with INA CBG's rates and hospitals rates
specialty in patients BPJS with sectio caesaria cases with ICD X (O.342) based
component costs and reveal the differences in cost of these services is based on
the characteristics of the patient. This type of research is quantitative descriptive
cross sectional method with a sample of 89 patients. The result is the average
difference between the cost of services for Caesaria sectio cases with primary
diagnosis O.342 against hospital rates are negative difference (efficient) to Rp
1,236,793, - with the CRR (cost recovery rate) of 120% and against the CBG's
INA rates are positive difference (inefficient) to Rp 1,974,050, - with the CRR
(cost recovery rate) of 68% service charge difference picture based on the
characteristics of patients who have a relationship with the cost of the service is
ambulatory class (p = 0.000), a secondary diagnosis (p = 0.050) and the length
of stay (p = 0.046), whereas no relation to the cost of the service is the age of the
patients (p = 0.956)., The National Health Insurance Scheme implementing prospective payment
system INA CBG's rates for hospital services. The purpose of this study is to
analyze the difference in cost services with INA CBG's rates and hospitals rates
specialty in patients BPJS with sectio caesaria cases with ICD X (O.342) based
component costs and reveal the differences in cost of these services is based on
the characteristics of the patient. This type of research is quantitative descriptive
cross sectional method with a sample of 89 patients. The result is the average
difference between the cost of services for Caesaria sectio cases with primary
diagnosis O.342 against hospital rates are negative difference (efficient) to Rp
1,236,793, - with the CRR (cost recovery rate) of 120% and against the CBG's
INA rates are positive difference (inefficient) to Rp 1,974,050, - with the CRR
(cost recovery rate) of 68% service charge difference picture based on the
characteristics of patients who have a relationship with the cost of the service is
ambulatory class (p = 0.000), a secondary diagnosis (p = 0.050) and the length
of stay (p = 0.046), whereas no relation to the cost of the service is the age of the
patients (p = 0.956).]"
Universitas Indonesia, 2015
S59334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Chairunisa Saraswati Hakim
"Dokumentasi keperawatan adalah catatan yang merekam bagaimana proses keperawatan dilakukan dan merupakan salah satu indikator mutu asuhan keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gambaran kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan di RS X tahun 2011-2014 berdasarkan rincian aspek-aspek dari proses keperawatan. Metode pada penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan instrumen baku yang diterbitkan oleh Kemenkes RI, yaitu Instrumen Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan (Instrumen A). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai kelengkapan Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan dan Evaluasi Asuhan Keperawatan RS X 2011-2014 masih dibawah standar Kemenkes RI. Sedangkan variabel Implementasi Asuhan Keperawatan, kelengkapan catatan asuhan keperawatan sudah mencapai standar Kemenkes RI.

Nursing documentation is a record that records how the nursing process is done and is one indicator of the quality of nursing care. This study aims to analyze the complete overview of the documentation of nursing care in the hospital X in 2011-2014 based on the details of the aspects of the nursing process. The method in this research is quantitative using standard instruments issued by Ministry of Health of Indonesia, namely Instrumen Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan (Instrument A). These results indicate that the value of the completeness of the Assessment, Diagnosis, Planning and Evaluation Nursing in X hospital at 2011-2014 was below the standard of Ministry of Health Affairs. While the variable implementation of Nursing, the completeness of the record of nursing care has reached the standard of Ministry of Health Affairs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S62614
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didiek Supriyadi
"ABSTRAK
Asuransi Kesehatan ialah suatu sistem dalam pembiayaan kesehatan dimana dilakukan pengelolaan dana yang berasal dari iuran teratur peserta untuk membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkan peserta.
Dalam pelaksanaannya Asuransi Kesehatan Pemerintah yang dikelola oleh PT (Persero) Askes dikenal ketentuan paket tarif perawatan untuk rawat jalan maupun rawat nginap di rumah sakit yang ditunjuk.
Rumah Sakit Kepolisian Pusat adalah fasilitas kesehatan ABRI yang mengikuti program pelayanan Askes. Sebagai Rumah Sakit ABRI maka pelayanan Askes disini juga dimanfaatkan oleh peserta Askes yang berasal dari mantan pejabat ABRI yaitu para Purnawirawan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya selisih tarif untuk rawat nginap purnawirawan sehubungan dengan adanya perbedaan-perbedaan ketentuan antara lain tarif rumah sakit dibandingkan ketentuan tarif Askes.
Dengan dilakukan penelitian ini maka diketahuilah faktor-faktor yang berhubungan dengan selisih tarif tersebut. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang merupakan Cross-Sectional Study pada periode satu tahun (1992).
Dengan bantuan Analisis Statistik Parametrik dan Non Parametrik maka 3 variabel karakteristik pasien rawat nginap (purnawirawan) yang diduga secara teoritis berhubungan dengan terjadinya selisih tarif perawatan terbukti mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa selisih tarif rawat nginap Purnawirawan berhubungan dengan golongan Kepangkatan yang menentukan kelas perawatan, Kelengkapan Administrasi Tagihan Askes dan Jenis Pelayanan Medik.
Disarankan agar Rumah Sakit Kepolisian Pusat dapat mengambil langkah kebijaksanaan melalui instansi terkait secara berjenjang untuk mengusulkan kenaikan tarif Paket Askes, mengupayakan pengakuan PT. Askes terhadap ketentuan akomodasi kelas perawatan Purnawirawan seperti di Rumah Sakit Pemerintah lainnya, menetapkan petugas khusus dalam pelayanan administrasi Askes untuk menjamin kelengkapan berkas tagihan dan tetap menjaga mutu pelayanan medik paket Askes walaupun tarifnya jauh di bawah tarif rumah sakit.

ABSTRACT
The health insurance is the system of funding health where performed fund management which come from regular premium of participants for funding health care that needed the participants.
In its realization, government health insurance that performed by Health Insurance Ltd. (PT. Askes) known certainty set of health services rate for ambulatory services and inpatient services in hospital which indicated.
The Central Indonesian National Police Hospital (Rumah Sakit Kepolisian Pusat) is health care facility of Indonesian Armed Forces which follows health insurance program. As Indonesian Armed Force Hospital, so health insurance treatment here, it is also made use of participants who come from ex position of Indonesian Armed Forces Officers (Purnawirawan). This research is aimed to know how big the difference of rate for inpatient services of Purnawirawan relating to any difference of certainty like hospital rate compared with certainty of health insurance rate.
By making this research, so we know the factors that related to that the difference of rate.
A kind of this research is analytical survey research that forms Cross-Sectional Study in one period (1992).
By helping statistic parametric analyze and non parametric, so any 3 variables characteristic of inpatient services (Purnawirawan) who expected theoritically that related to any difference of treatment rate have signify relation statistically.
This research summarizes that the difference rate of inpatient services of Purnawirawan related to the group of rank that determine the treatment class accommodation, administration supplements of health insurance claim and a kind of medical care.
Suggested that the Rumah Sakit Kepolisian Pusat can take wisdom step through connected instance gradually for suggestion of set of rate increase of health insurance, strive for acknowledgement PT. Askes about certainty of treatment class accommodation of Purnawirawan like another government hospital, determine specific official in health insurance administration for guarantee a file of claim supplement and firmly to keep the quality assurance of medical care of set of health insurance although its rate is cheaper than hospital.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Sudiana
"Menumbuhkan loyalitas pasien rawat inap dapat meningkatkan tingkat hunian rumah sakit, maka manajemen rumah sakit perlu mengetahui pengaruh kualitas pelayanan dan promosi rumah sakit dengan loyalitas pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung variabel kualitas pelayanan, promosi rumah sakit terhadap loyalitas pasien. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional, sebagai sampel pasien yang melakukan kunjungan ulang rawat inap, dengan jumlah 61 orang. Pengumpulan data dengan penyebaran koesioner. Pengolahan data menggunakan SPSS dan SEM PLS (Structured Equation Model Partial Least Square).
Hasil penelitian ini adalah adanya pengaruh langsung dan tak langsung kualitas pelayanan dan promosi rumah sakit terhadap loyalitas pasien. Model penelitian ini mempunyai nilai prediktif yang relatif baik atau layak. Dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan dan promosi rumah sakit mempengaruhi loyalitas pasien.

Cultivating loyalty inpatients may improve hospital occupancy rate, the hospital management needs to determine the effect of service quality and hospital promotion with the patient loyalty.
This study aims to determine the effect of direct and indirect variable service quality, hospital promotion of patient loyalty. This study uses a quantitative approach with cross-sectional design, as sample of patients who rehospitalization visits, the number of 61 people. Collecting data with the spread koesioner. Processing data using SPSS and PLS SEM (Structured Equation Model of Partial Least Square).
The results of this study are the direct and indirect influence service quality and the hospital promotion to the patient loyalty. This research model has good relative of the predictive value or feasible. It can be concluded that service quality and the hospital promotion to patient loyalty."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41991
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawaty
"Latar belakang: angka kematian akibat pneumonia pada anak masih tinggi. Studi melaporkan bahwa kasus kematian anak yang dirawat di rumah sakit karena pneumonia bervariasi dari 8,7% hingga 47%, lebih dari 70% berlangsung di Afrika dan Asia Tenggara. Banyak dilaporkan pasien datang dengan kondisi yang berat karena keterlambatan penanganan, hingga menyebabkan kematian.Oleh karena itu, studi yang mempelajari faktor risiko kematian pada pneumonia anak  perlu dilakukan.
Metode: penelitian ini merupakan studi retrospektif dengan mengambil data rekam medis pasien anak usia 2 bulan sampai 18 tahun yang tercatat sebagai penderita penyakit pneumonia pada periode Juli 2021 – Mei 2022. Faktor yang didata meliputi faktor klinis dan pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis.
Hasil: subyek penelitian didapatkan sebanyak 207 pasien dengan luaran pasca rawat inap meninggal sebanyak 33 (15,9%) pasien dan hidup sebanyak 174 (84,1%) pasien. Hasil analisis multivariat menunjukkan faktor risiko yang berhubungan dengan kematian pneumonia anak adalah kesulitan makan minum (aOR 2,743 IK 95% (1,219-6,172); p 0,012), komorbid keganasan (aOR 2,500 IK 95% (1,094-5,712); p 0,026), takipneu (aOR 2,711 IK 95% (1,263-5,817); p 0,009), hipoksemia (aOR 2,323 IK 95% (1,021-5,284); p 0,041),  dan leukositosis (aOR 2,245 IK 95% (1,038-4,856); p 0,037).
Simpulan: pasien pneumonia anak yang mengalami kesulitan makan minum, memiliki komorbid keganasan, takipneu, hipoksemia, dan leukositosis berisiko mengalami kematian.

Background: the mortality rate of pneumonia in children still elevated. Studies reported that cases of child mortality in hospitalized patient due to pneumonia vary from 8.7% to 47%, more than 70% from Africa and Southeast Asia. Many patients reported coming with severe conditions due to delays in treatment, causing death. Therefore, research that study the   factors that contribute to  mortality in pediatric pneumonia patients is needed.
Methods: This study is a retrospective study by taking medical records of pediatric patients aged 2 months to 18 years who were diagnosed as pneumonia in the period July 2021 - May 2022. The factors recorded included clinical factors and diagnostic examinations that supported the diagnosis.
Results: this study consisted of 207 pneumonia patients with post-hospital outcomes died as many as 33 (15.9%) patients and lived as many as 174 (84.1%) patients. The results of multivariate analysis showed the risk factors associated with mortality of pediatric pneumonia were difficulty eating and drinking (aOR 2.743 CI 95% (1,219-6,172); p 0.012), comorbid malignancy (aOR 2,500 CI 95% (1.094-5.712); p 0.026), tachypnea (aOR 2.711 CI 95% (1,263-5.817); p 0.009), hypoxaemia (aOR 2.323 CI 95% (1.021-5.284); p 0.041), and leukocytosis (aOR 2,245 CI 95% (1.038-4.856); p 0.037 ).
Conclusion: pediatric pneumonia patients who have difficulty eating and drinking, have comorbid malignancy, tachypnea, hypoxemia, and leukocytosis are at risk of death.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Kurnia
"Rumah Sakit "X" sebagai suatu unit yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dituntut untuk senantiasa meningkatkan dan mengembangkan pelayanannya baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Peningkatan kuantitas pelayanan antara lain dilakukannya penambahan jumlah tempat tidur, kamar perawatan maupun unit-unit pelayanan baru. Sedangkan peningkatan kualitas dilakukan melalui program pendidikan dokter, paramedis, penambahan peralatan kedokteran dan lain sebagainya. Konsekuensi dari tuntutan peningkatan pelayanan kesehatan tersebut adalah bahwa Rumah Sakit "X" memerlukan dana operasional yang besar. Kenyataannya sebagai rumah sakit swasta tentu dituntut untuk swadana dalam arti harus mampu untuk membiayai sendiri semua biaya operasionalnya, sehingga menjadikan tarif yang dibebankan kepada pasien menjadi sumber dana utama untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Mengingat masalah rumah sakit menyangkut kepentingan rakyat banyak, maka tidaklah mengherankan apabila pemerintah masih memberikan pembatasan dalam hal penentuan tarif. Sebagai akibatnya Rumah Sakit "X" tidak dapat semaunya dalam menentukan tarif yang dibebankan kepada pasien untuk masing-masing kelas, yaitu untuk kelas I, II dan kelas III. Untuk kelas-kelas tersebut Kanwil Departemen Kesehatan DKI Jakarta telah menentukan plafon tarif atas dasar masukkan dari IRSJAM. Dari sini nampak adanya tantangan yang dihadapai oleh rumah sakit-rumah sakit swasta khususnya Rumah Sakit "X" , yaitu keterbatasan dana untuk menjalankan usahanya. Menghadapi tantangan dana tersebut, pihak manajemen rumah sakit harus pandai-pandai mencari dan memperbanyak alternatif sumber pendapatan, mengelola dana yang didapat, melakukan perencanaan dan pengendalian secermat mungkin dalam hal pengeluaran baik yang sifatnya investasi maupun yang bersifat operasional. Salah satu upaya yang selama ini dilakukan oleh Rumah Sakit "X" untuk mengatasi keterbatasan sumber pendapatan karena adanya pembatasan tarif dari pemerintah tersebut adalah pihak manajemen telah membebankan tarif yang relatif tinggi kepada pasien yang mampu, yaitu pasien yang dirawat dikelas VIP dan kelas Utama. Tujuannya adalah untuk mensubsidi kepada kelas-kelas yang tarifnya telah ditentukan oleh pemerintah. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas tentu saja Rumah Sakit II XI, memerlukan perangkat manajemen yang dapat digunakan sebagai alat perencanaan dan pengendalian, sehingga pihak manajemen akan dapat menentukan tarif minimum yang harus dibebankan kepada pasien atau sebagai alat pengendalian biaya, sehingga diharapkan Rumah Sakit "X" dapat berkembang atau minimal mempertahankan kelangsungan operasionalnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18889
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>