Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3589 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fahresha Muchtar
"Perlindungan hukum atas aset tetap BUMN merupakan suatu hal yang penting bagi BUMN, Perlindungan hukum tersebut sangat dipengaruhi oleh Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 62/PUU-XI/2013. Dengan adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 62/PUU-XI/2013, maka terhadap aset tetap BUMN akan berlaku ketentuan-ketentuan yang juga berlaku bagi aset Negara lainnya. Namun demikian, dalam praktiknya hakim masih kesulitan untuk memahami penerapan hukum Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 62/PUU-XI/2013. Kondisi setelah adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 62/PUU-XI/2013 merupakan kondisi yang unik bagi BUMN, mengingat kedepannya BUMN disatu sisi akan mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap intervensi pemerintah, ketika mengalami sebuah permasalahan terkait aset tetapnya, yaitu BUMN akan cenderung mengharapkan adanya campur tangan pemerintah sebagai penyelamat dengan menerapkan peraturan perundang-undangan di bidang publik dalam rangka perlindungan atas aset tetap BUMN. Namun di sisi lain BUMN juga dituntut untuk mandiri, hal ini sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, terkait dengan tugas Direksi sebagai pihak yang mengelola kekayaan perseroan untuk mencapai maksud dan tujuan perseroan dengan penuh itikad baik dan penuh tanggung jawab, dimana hal tersebut dilakukan hanya semata-mata untuk kepentingan perseroan.

The legal protection of fixed assets of State Owned Enterprises (SOE) is an important thing for the SOE, legal protection is highly influenced by the Constitutional Court Decision No. 62 / PUU-X / 2013. With the Constitutional Court Decision No. 62 / PUU-XI / 2013, the regulations about SOE fixed assets will follow the regulations of State assets. However, in practice, judges still difficult to understand the application of the Constitutional Court Decision No. 62/PUU-X/2013. Condition after the Constitutional Court Decision No. 62/PUU-X/2013 is a unique situation for SOE, whereas SOE on one side will have a high level of dependency on government intervention, when experiencing a problem related to its fixed asset (the companies will tend to expect their government interference as a savior by implementing public legislation in order to protect its fixed assets of SOEs). But on the other side, the SOEs are also required to be independent, it is as stated in the provisions of Law No. 40 Year 2007 regarding Limited Liability Company, related to the duties of Directors as those who manage the wealth of the company to achieve the aims and objectives of the company with full good faith and full responsibility, where it is done solely for the benefit of the company."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T46479
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusop, Zulkornain
"Weak policy measures and improper monitoring of the flows and consumption of short-term external funds during the boom period (especially in early and mid 1990's) had been substantial in contributing to the country's currency and economic crisis in mid 1997. Private capital outflows in the form of capital flight had aggravated the intensity of the recent economic crisis as it drained the capital out at the time when it was most needed. Capital flight is estimated using an indirect measure (originally used by World bank, 1985) which involves a residual of some other variables. Accordingly, capital flight is calculated as the identified acquisitions of external assets except official reserves, plus recorded errors and ornissions. An econometric analysis was conducted to determine factors affecting capital flight from Indonesia. Using Augmented DickeyFuller and Phillip-Perron tests of unit root, it was found that ail variables except FDI, uncertainty and interest rate differentials are nonstationary. The Johansen's approach was used to test co-integration in multivariate system that involved long run and short run estimations. The results show that exchange rate depreciation, increase in external debt, GDP, FDI and inflation are important determ~inants of capital flight from Indonesia. Policy measures to prevent future capital flight problem should incorporate the impact and interdependence of various macroeconomic variables. Balanced policy measures based on both fiscal and monetary policies are important in order to maintain or strengthen the confidence of the public. It is important to carefully monitor the flows and consumption of external funds especially during the time of prosperity."
2000
EFIN-XLVIII-3-Sept2000-289
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiyanda
"Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan bursa luar negeri adalah alternatif untuk memperluas kepemilikan saham oleh investor dalam dan luar negeri dan dalam rangka mendekatkan diri dengan para investor yang belum mengenal perusahaan tersebut sebelumnya. Di antaranya adalah PT Indosat dan PT Telkom yang dual listing di BEJ dan New York Stock Exchange (NYSE).
Tujuan penelitian ini adalah menjawab pertanyaan berikut : pertama, apakah terdapat korelasi negatif antara imbal hasil (return) saham PT Indosat di BEJ dan di NYSE, dan antara imbal hasil saham PT Telkom di BEJ dan di NYSE ? Apabila terdapat korelasi negatif, maka dapat dibentuk suatu portofolio optimum. Kedua, adakah keuntungan arbitrase atas investasi saham-saham yang melakukan dual listing di BEJ dan NYSE akibat adanya perubahan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika ? Ketiga, faktor-faktor apa yang menentukan imbal hasil (return) saham-saham yang dual listing di BEJ dan NYSE ?
Hubungan antara imbal hasil saham yang dual listing seperti saham PT Indosat dan PT Telkom di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan New York Stock Exchange (NYSE) dapat diamati melalui koefisien korelasi. Untuk menghitung koefisien korelasi digunakan rumus : pjj = a^ I (cjj x aj).
Imbal hasil saham atau return yang diharapkan sangatlah bervariasi tergantung dengan risiko pasar dan faktor-faktor lain di luar pasar. Hubungan antara imbal hasil sekuritas dengan risiko dapat diamati melalui analisis terhadap koefisien beta sekuritas dengan menggunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) dengan pendekatan Security Market Line (SML). Koefisien beta (P) dapat dihitung dengan persamaan : (3j = <7j pjm / om = °~im / O m.
Sehubungan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika, maka perdagangan saham perusahaan yang dual listing sangatlah rentan terhadap kemungkinan transaksi arbitrase. Kemungkinan terjadinya transaksi arbitrase atas saham-saham yang dual listing tersebut, dapat diamati dengan menggunakan International Fisher Effect, yaitu : (l+rH)/(l+rF) =e,/e0.
Selain ditentukan oleh risiko pasar, imbal hasil saham juga ditentukan oleh faktor-faktor di luar pasar. Metode pendekatan ini adalah Arbitrage Pricing Theory (APT). Melalui model dengan 3 faktor, yaitu Faktor T-Bills, Faktor Certificate of Deposit dan Faktor Perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika, diamati signifikansinya dalam menentukan imbal hasil suatu sekuritas. Model APT dengan 3 faktor dirumuskan sebagai berikut: E(r) = a + Pi-Bills F(T-Bills) + PuS-CD F(US-CD) + PRp-sF(Rp-S)-
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari PT Indosat, PT Telkom, Bursa Efek Jakarta, Bursa NYSE, Bank Indonesia dan Federal Reserve Amerika Serikat. Data yang diamati merupakan data historis yang dikumpulkan dari tahun 1997 sampai 2001. Data pengamatan merupakan data bulanan, yaitu data periode awal dan akhir bulan serta data pada bulan yang bersangkutan.
Hasil penelitian memberikan gambaran, pertama, tidak adanya korelasi negatif antara imbal hasil saham yang listing di BEJ dan yang listing di NYSE. Kedua, dimungkinkan terjadinya keuntungan arbitrase atas investasi saham-saham yang dual listing di BEJ dan NYSE akibat adanya fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika. Ketiga, faktor-faktor T-Bills, Certificate of Deposit (CD) dan perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika sangat menentukan imbal hasil saham yang dual listing baik di BEJ maupun di NYSE dalam Model APT dengan 3 faktor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T1347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oksi Pancaseana
"Hubungan risiko dan imbal basil di Bursa Saham dapat dijelaskan antara lain melalui teori CAPM (Capital Asset Pricing Model). Teori CAPM mengemukakan mengenai pengukuran risiko dan imbal hasil yang relevan, serta bagaimana hubungan antara keduanya apabila pasar modal dalam keadaan seimbang. Hal tersebut telah dijelaskan pula dengan teori portfolio yang dikemukakan oleh Markowitz (1952) yang menyebutkan bahwa investor akan mendapatkan imbal basil terbaik dengan risiko yang diharapkan jika is melakukan diversifikasi dalam memilih portfolio yang optimal.
Bukti empiris mengenai CAPM, telah dijelaskan melalui penelitian Fama dan Macbeth (1973) yang diantaranya mengemukakan hipotesa bahwa hubungan antara risiko dengan imbal basil bersifat linear, tidak ada efek sistematik dari risiko non-beta, terdapat positif expected return-risk tradeoff, dan koefisien titik potong atau intercept dalam regresi market model, sama atau lebih tinggi dibanding risk free rate.
Penelitian ini membahas mengenai: (1) Karakteristik beta saham dan portfolio di Bursa Efek Jakarta, (2) Identifkasi model spesifikasi jurnal empiris CAPM versi Fama Macbeth (1973) dengan melihat hubungan sensitifitas antara imbal hasil saham dengan indeks pasar di BEJ, (3) Perbedaan ciri khas antara portfolio saham aktif dan saham tidak aktif menurut top frekuensi transaksi, (4) Teknik estimasi regresi dua langkah, dan (5) Penentuan ekuilibrium antara risiko dan imbal hasil. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 80 (delapan puluh) sampel emiten di BEJ yang terdiri dari 40 saham teraktif dan 40 saham tidak aktif selama periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2002. Sampel dipilih berdasarkan metode purposive quota sampling dan menggunakan metode analisa regresi cross section dan time series.
Hasil penelitian menemukan bahwa: (1) Risiko saham yang diukur dengan menggunakan proksi beta saham berpengaruh pada tingkat imbal hasil, (2) Balk pada portfolio saham aktif maupun tidak aktif terdapat hubungan linear antara risiko dan imbal hasil, (3) Pada portfolio saham aktif, tidak ada efek sistematik lain yang signifikan selain risiko beta, begitu pula pada portfolio saham tidak aktif, (4) Positif premium risiko tidak ditemui balk pada portfolio saham aktif maupun saham tidak aktif, dan (5) Portfolio saham dengan nilai beta sama dengan nol mcmpunyai imbal hasil yang lebih rendah daripada imbal hasil aset tanpa risiko SBI untuk portfolio saham aktif dan tidak aktif.
Temuan ini menunjukkan bahwa risiko dan imbal basil bersifat linear dengan tidak adanya pengaruh risiko. sistematik lain dan premium risiko yang positif, investasi pada tahap ini mmbutuhkan suatu periode- jangka panjang untuk mendapatkan keuntungan yang meningkat stabil. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teori CAPM berlaku untuk investor dengan tujuan rentang waktu jangka panjang. Temuan ini sejalan dengan teori CAPM versi Fama dan MacBeth (1973) bahwa risiko clan imbal basil bersifat linear, tidak ada efek sistematik lain selain beta. Keliadaan efek sistematik lain itu jugs sejalan dengan teori portfolio Markowitz (1952) bahwa efek sistematik akan diperkecil jika saham disatukan dalam portfolio. Namun, temuan mengenai postif premium risiko dan zero beta portfolio tidak sejalan dengan teori CAPM, mungkin dikarenakan perbedaan keadaan antara pasar modal di BEJ dengan di NYSE."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20555
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zsoraya Kharina Diamantina
"Penelitian ini bertujuan menganalisis implementasi pengelolaan aset tetap menggunakan pendekatan Life Cycle Asset Management Model LCAM yang terdiri perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, dan penghapusan. Siklus tersebut memberikan pedoman pengelolaan aset sehingga aset tersebut dapat dimanfaatkan dengan optimal highest and best use . Tujuan dari LCAM juga digunakan untuk meningkatkan kualitas laporan Barang Milik Negara. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan mengambil objek penelitian di Kementerian Kehutanan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa LCAM belum sepenuhnya diterapkan di Kementerian Kehutanan. Pada penerapan LCAM di Kementerian Kehutanan terdapat perencanaan pengelolaan aset yang kurang matang serta sumber daya manusia yang kurang dalam memahami pengelolaan aset.

This research aims to analyze implementation of fixed assets management using Life Cycle Asset Management Model LCAM approach which are consist of planning, acquisition, operation, and disposal. This cycle is guidance for an excellent assets management and utilization. The LCAM is also used to improve quality of the Government owned Assets Report. This research uses qualitative approach in the Ministry of Forestry. The result of this research shows that LCAM at Ministry of Forestry is not completely used due to several weakness such as improper planning and human resource lack of knowledge asset management. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurita Anggraini
"Penelitian ini menguji kekuatan model Asset Pricing: Capital Asset Pricing Model, Model Tiga Faktor Fama-French, serta Model Lima Faktor Fama-French untuk menjelaskan variabilitas pengembalian saham di emerging market Asia Tenggara. Penulis menggabungkan saham dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam untuk membentuk portofolio sebagaimana ditentukan dalam artikel Fama-French (lihat, Fama-French, 1993 dan 2015). Untuk menguji kekuatan model Asset Pricing, kami menetapkan perkiraan in-sample dan out-sample untuk portofolionya. Hasilnya menunjukkan bahwa Model Lima Faktor Fama-French lebih unggul baik di dalam maupun di luar uji dibanding dua model lainnya untuk menjelaskan variabilitas pengembalian saham di emerging market Asia Tenggara.

This research examines the power of the Asset Pricing models: Capital Asset Pricing Model, Three Factor Fama-French Model as well as Five Factor Fama-French Model to explain stock return variability in the emerging market of Southeast Asia. We combine stocks from Indonesia, Malaysia, Philippines, Thailand and Vietnam to form portfolios as specified in the Fama-French articles (see, Fama-French, 1993 and 2015). To test the power of the Asset Pricing models, we set in-sample and out-of-sample forecast for the portfolios. The results show that the Five Factor Fama-French Model is superior both at in- and out-of sample test to its peers to explain the variability of stock returns in the emerging market of Southeast Asia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T50397
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uska Wyanov
"Penelitian ini berfokus pada analisis perbandingan portofolio yang dilakukan antara 30 saham papan utama dan 30 saham papan pengembangan yang terpilih dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah single index model. Periode yang digunakan pada penelitian ini adalah 2018-2019 (sebelum krisis) dan 2020-2021 (selama krisis).
Hasil penelitian berhasil menyimpulkan bahwa kelompok saham Papan Pengembangan menghasilkan return portofolio yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok saham Papan Utama, baik di periode 2018-2019 (sebelum krisis) dan di periode 2020-2021 (selama krisis). Namun, meskipun menghasilkan return portofolio yang lebih tinggi, kelompok saham Papan Pengembangan juga memiliki tingkat risiko portofolio yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok saham Papan Utama.

This paper focuses on a portfolio comparison analysis between 30 leading board stocks and 30 development board stocks selected from the Indonesia Stock Exchange (IDX). The analysis used in this study is the single index model. The periods used in this study are 2018-2019 (before the crisis) and 2020-2021 (during the crisis).
The research results concluded that the Development Board stock group generated a higher portfolio return compared to the Main Board stock group, both in the 2018-2019 period (before the crisis) and in the 2020-2021 period (during the crisis). However, even though it produces a higher portfolio return, the Development Board stock group also has a higher level of portfolio risk compared to the Main Board stock group.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianto Kartiko
"Tesis ini membahas pengukuran risiko kredit menurut Basel II, yang berbeda dengan ketentuan Basel I yang berlaku saat ini. Untuk pengukuran kredit korporasi PT. Bank X telah mulai mempersiapkan diri dengan menerapkan sistem internal rating yang berjalan mulai tahun 2004. Internal rating merupakan salah syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan pengukuran kredit sesuai dengan Basel II.
Basel II memperkenal 3 metode pengukuran risiko kredit terutama untuk kredit usaha, yaitu Standardized Approach, IRB Foundation Appraoch dan IRB Advanced Approach. Dalam tulisan ini ketiga metode tersebut diterapkan untuk mengukur minimum capital charg.. Sesuai dengan data yang diperoleh risiko kredit yang diukur adalah portepel kredit yang dimiliki oleh Divisi Usaha Menegah PT. Bank X.
Hasil pengukuran risiko kredit ini masing-masing diperbandingkan mana yang lebih effisien dalam menghitung risiko kredit. Selanjutnya hasil kesimpulan yang diperoleh dapat dijadikan bahan masukan bagi manajemen PT. Bank X, ataupun bank-bank lain yang menghadapi permasalahan yang sama.

The focus of this study is measuring credit risk using Basel II method. This preparation already started from 2004 through the implementation of internal rating system. Internal rating system as one of the term to be full filled to measring credit risk using Basel II.
Basel II introduce 3 methods to measuring credit risk specialy for corporate loan, which is Standardized Approach, IRB Foundation Approach dan IRB Advanced Approach. The subject on this paper is to implement 3 methods, calculate minimum capital charge using data of credit portfolio middle marker segment PT. Bank X.
The results from the measurement of each method then compared to find which method is more efficient in calculating credit risk. Therefore the conclusion is an input for the management of PT. Bank X as for the other banks who facing the same problem.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25408
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Kuswardhani
"Seiring dengan semakin banyaknya produk reksa dana yang ditawarkan, maka reputasi pengelola reksa dana atau manajer investasi menjadi faktor yang sangat penting. Akan tetapi, reksa dana yang dikelola oleh manajer investasi yang berkualitas dan berpengalaman belum tentu mampu memberikan return yang memuaskan bila dibandingkan dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh investor dan return pasar. Oleh karena itu, diperlukan analisis terhadap reksa dana yang dikelola oleh manajer investasi tersebut, yang dalam hal ini adalah PT. Manulife Aset Manajemen Indonesia.
Tesis ini membahas analisis return reksa dana saham dengan metode Capital Asset Pricing Model dan Arbitrage Pricing Theory, evaluasi kinerja reksa dana saham dengan metode Risk Adjusted Performance (Indeks Sharpe, Treynor, Jensen, Information Ratio), dan analisis 5 besar emiten yang membentuk portofolio reksa dana saham dengan matriks Growth Value Map.
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh portofolio pasar dan faktor-faktor makroekonomi terhadap return reksa dana saham, kinerja reksa dana saham dibandingkan dengan kinerja portofolio pasar, serta ekspektasi pasar terhadap kinerja jangka pendek dan prospek pertumbuhan jangka panjang dari 5 besar emiten yang membentuk portofolio reksa dana saham.

Along with the increasing number of mutual funds offered, the reputation of mutual fund managers or investment managers becomes a very important factor. However, mutual funds managed by qualified and experienced investment managers do not certainly offer satisfying return compared with the risk faced by investors and market return. Therefore, it is necessary to analyze mutual fund managed by investment manager, which is PT. Manulife Aset Manajemen Indonesia.
This thesis analyzes the return of equity fund using Capital Asset Pricing Model dan Arbitrage Pricing Theory method, performance evaluation of equity fund using Risk Adjusted Performance method (Sharpe, Treynor, Jensen Index, Information Ratio), and analysis of the top five companies that form equity fund portfolio using Growth Value Map.
The result of the study shows the influence of market portfolio and macroeconomic factors to the return of equity fund, performance of equity fund compared with performance of market portfolio, as well as market expectation of short-term performance and long-term growth opportunity of the top five companies that form equity fund portfolio.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26511
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Naibaho, Okthaleon
"Setiap perusahaan membutuhkan modal untuk bisa menjalankan kegiatan operasinya, sama halnya dengan PT. X, perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi di Indonesia. Saat ini perusahaan memiliki struktur modal 49,58% utang dan 50,42% modal sendiri. Semakin tinggi tingkat utang akan meningkatkan kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan. Struktur modal yang optimal akan menghasilkan nilai perusahaan yang paling tinggi dan menimbulkan biaya yang paling rendah. Nilai perusahaan tertinggi berada di komposisi utang 30%. Biaya modal (WACC) yang paling rendah yaitu 11,04% berada di komposisi utang 40%. Berdasarkan perhitungan tersebut, struktur modal yang optimal untuk PT. X berada pada komposisi utang antara 30%-40%.

Every company needs capital to run its operations, so does PT. X, a company which operates in construction industry in Indonesia. At present, the capital structure of the company is composed by 49,58% debt and 50,42% equity. The higher the level of debt the company will increase the risk of bankruptcy. The optimal capital structure will maximize the value of the firm and minimize the cost of capital. The maximum value of the firm is reached when the debt ratio is 30%.The minimum cost of capital (WACC) which is 11,04% is reached at 40% debt ratio. Based on that calculation, the optimal capital structure of PT. X can be reach between 30% and 40% in debt ratio.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T30288
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>