Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138317 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Miranti Verdiana Azra
"Penelitian ini berfokus untuk meningkatkan kepuasan kerja terhadap kesiapan untuk berubah pada karyawan level manajerial di PT X. Kesiapan untuk berubah sangat terkait dengan perubahan yang akan dilakukan oleh PT X. Perubahan organisasi yang akan dilakukan, memiliki dampak besar kepada semua karyawan pada level manajerial, dan sebagai manajer mereka juga bertanggung jawab menjadi agen dari perubahan, untuk mensosialisasikan perubahan kepada bawahan. Berdasarkan diagnosa awal, kesiapan untuk berubah karyawan di PT X mungkin dipengaruhi oleh kepuasan kerja karyawan, sehingga peneliti mengukur hubungan antara kepuasan kerja dan kesiapan untuk berubah. Alat ukur kesiapan untuk berubah yang digunakan merupakan adaptasi dari Holt et al, (2007) sedangkan alat kepuasan kerja yang digunakan merupakan adaptasi dari Spector (1997).
Hasil perhitungan dari 36 orang partisipan level manajerial menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari kepuasan kerja terhadap kesiapan untuk berubah (R²=0.437, p<0.05). Hasil perhitungan lebih lanjut menunjukkan bahwa aspek kepuasan terhadap komunikasi paling berpengaruh kepada kesiapan untuk berubah. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menetapkan program intervensi dengan memberikan workshop "effective interpersonal communication" kepada para karyawan level manajerial dengan tingkat kepuasan komunikasi yang rendah. Selanjutnya, peneliti melakukan evaluasi level pembelajaran pada workshop yang diberikan dan hasilnya yaitu terdapat peningkatan pengetahuan setelah diberikan workshop "effective interpersonal communication" pada karyawan level manajerial

This research focuses on improving job satisfaction on readiness to change for employees in managerial level at PT X. Readiness for change is related to the changes that will be implemented by PT X. Changes in the organization that will do, have a major impact to all employees at the managerial level, and as managers, they are also responsible for being an agent of change, to promote changes to the subordinates. Based on the initial diagnosis, readiness to change employees at PT X may be influenced by employee satisfaction, so the researchers measured the relationship between job satisfaction and readiness for change. Readiness to change measurement tool used is an adaptation of Holt et al, (2007), while job satisfaction tool used is an adaptation of Spector (1997).
The results of the 36 people who participated in the managerial level indicates that there is significant influence of job satisfaction on readiness for change (R ² = 0437, p <0.05). The results also show that satisfaction to communication aspects most affect the readiness for change. Based on these results, researchers establish intervention programs by provide workshops "effective interpersonal communication" to employees at managerial level with a low level of communication satisfaction. Researchers also evaluated the level of learning of the workshop already implemented and the result is that there is an increase in knowledge after the workshop ?effective interpersonal communication" given for employees at managerial level.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46594
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ciliana
"Perubahan yang terjadi dalam dunia bisnis turut menjadi pemicu bagi organisasi untuk melakukan perubahan secara konstan dan terus menerus agar dapat mencapai sebuah kesuksesan. Efektivitas usaha perubahan tersebut dipengaruhi oleh kesiapan untuk berubah. Oleh karena itu, pemahaman mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan untuk berubah merupakan hal yang penting bagi top management dalam perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja, keterlibatan kerja, stres kerja, dan komitmen organisasi terhadap kesiapan untuk berubah. Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto dan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data. Partisipan dalam penelitian ini adalah 403 orang karyawan PT Bank Y yang minimal telah bekerja selama dua tahun. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik statistik regresi berganda pada SPSS 13.0. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna dari kepuasan kerja, keterlibatan kerja, stres kerja, dan komitmen organisasi terhadap kesiapan untuk berubah.

Change in businesses can be a trigger for organization to perform constant and continuous change in order to reach success in business. The effectiveness of change effort is influenced by readiness for change. Based on this fact, understanding about factors that may influence readiness for change is essential for top management in company. This research intends to investigate the influence of job satisfaction, job involvement, occupational stress, and organizational commitment on readiness for change. This research is ex-post facto research and use questionnaire as tool for collecting data. Participants in this research are 403 employees of PT Bank Y who have worked for minimum two years in that company. Acquired data was analyzed using multiple regressions as statistic technique in SPSS 13.0. The results showed that readiness for change is significantly influenced by job satisfaction, job involvement, occupational stress, and organizational commitment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elita Loina
"Tesis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan kerja dan efektivitas komunikasi interpersonal atasan-bawahan melalui intervensi pelatihan komunikasi interpersonal untuk supervisor di PT X. Alat ukur Kepuasan Kerja (Spector, 1997) dengan α = .897 dan Efektivitas Komunikasi Interpersonal (DeVito, 1996) dengan α = .891. Hasil uji korelasi Pearson terhadap 39 karyawan non-supervisory level, adalah terdapat hubungan signifikan antara kepuasan kerja dan efektivitas komunikasi interpersonal atasan-bawahan ( r = .451 dan signifikansi .004, p< .05). Peneliti memberikan intervensi pelatihan komunikasi interpersonal bagi supervisor untuk meningkatkan efektivitas komunikasi interpersonal antara atasan dan bawahan. Sosialisasi kepada manajemen perusahaan dilakukan untuk menggantikan program pelatihan yang direncanakan. Tanggapan menejemen terhadap program pelatihan ini ialah cukup bagus karena memaparkan secara lengkap agenda pelatihannya. Dengan demikian, pelatihan komunikasi interpersonal sesuai untuk meningkatkan efektivitas komunikasi interpersonal pada supervisor di PT.X. Walaupun demikian, manajemen perlu melakukan pelatihan yang sudah diprogramkan secara konsisten.

The research was performed to observe relationship of job satisfaction and superior-subordinate interpersonal communication effectivity through interpersonal communication training at PT.X. The reliability of Job Satisfaction Survey (Spector, 1997) is .897 and the reliability of interpersonal communication effectivity (DeVito, 1996) is .891. The result of Pearson Correlation from 39 non-supervisory employees, there is a significant relationship between job satisfaction and superior-subordinate interpersonal communication effectivity (r = .451 and significance score of .004, p< .05). Researcher planned to intervene by interpersonal communication training for supervisor to improve communication interpersonal effectivity between superior and subordinate. Socialization to the management about the intervention was held as substitution of the training itself. Management said that the intervention program is good enough to apply because the researcher described from training stage to evaluation stage. The conclusion is interpersonal communication training for supervisor is suitable to improve superior-subordinate interpersonal communication effectivity. However, management still needs to hold the programmed training constantly."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30877
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dania Asri Dewi
"Penelitian ini membahas mengenai hubungan antara keadilan organisasi dengan kepuasan kerja pada perawat di RS ?K?. Sebanyak 47 perawat terlibat sebagi sampel dalam peneltian ini yang terdiri dari staf, supervisor, dan manajer. Pengukuran kepuasan kerja dilakukan menggunakan kuesioner Job Satisfaction Survey milik Spector (1997). Sedangkan untuk keadilan organisasi, kuesioner yang digunakan adalah hasil adaptasi dari kuesioner Colquitt (2001).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keadilan organisasi secara umum dengan kepuasan kerja. Namun, 2 dari 4 dimensi milik keadilan organisasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan kepuasan kerja. kedua dimensi tersebut adalah keadilan interpersonal (r = 0,385) dan keadilan informasional (r = 0,310). Pelatihan mengenai komunikasi dalam coaching terhadap perawat level manajerial diberikan sebagai intervensi untuk meningkatkan keadilan interpersonal, informasional, dan kepuasan kerja pada perawat di RS "K".

This thesis discussed about the relationship between Organizational Justice and Job Satisfaction of nurses in ?K? hospital. Forty-seven nurses were involved as samples in this research, including staffs, supervisors and managers. Job satisfaction as dependent variable was measured by the Spector's Job Satisfaction Survey (1997). As independent variable, Oranizational Justice was measured by Colquitt?s Measure of Organizational Justice (2001).
The result shows that there is no significant correlation between organizational justice in general and job satisfaction. But, two out of four dimensions if organizational justice showed significant relationship with job satisfaction. The dimensions are interpersonal justice (r = 0,385) and informational justice (r = 0,310). Training about effective communication in coaching was given to managerial level nurses as an intervention for improving interpersonal, informational, and job satisfaction among nurses in "K" Hospital.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46238
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Ingranurindani
"Tesis ini membahas tentang pengaruh peningkatan kepuasan kerja terhadap intensi turnover karyawan CDSI melalui intervensi coaching dan counselling. Dasar dari penelitian ini adalah tingginya tingkat turnover tahun lalu, tingginya tingkat absensi, dan perilaku kontraproduktif lainnya yang menjadi kekhawatiran pihak manajemen. Tipe penelitian yang digunakan adalah action research pada 35 responden. Alat ukur intensi turnover adalah adaptasi dari Anticipated Turnover Scale dari Hinshaw dan Atwood (1985) dengan nilai koefisien alfa sebesar 0,946, sedangkan alat ukur kepuasan kerja merupakan adaptasi dari Job Satisfaction Survey dari Specter (1997) dengan nilai koefisien alfa sebesar 0,902.
Hasil uji regresi menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja dengan intensi turnover dengan nilai koefisien determinasi (R-squared) sebesar 0,263 dan signifikan pada los 0,01/p=:0,002. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dimensi kepuasan terhadap atasan merupakan sal ah satu dimensi yang paling berpengaruh secara signifikan terhadap intensi turnover. Oleh karena itu intervensi yang diambil adalah melakukan coaching dan counselling kepada para staff. Namun sebelumnya, peneliti memberikan workshop keterampilan coaching dan counselling kepada para supervisor. Dari hasil uji paired sample t-test menunjukkan peningkatan secara signifikan pada kepuasan kerja (los 0,05/p=0,003) para staff sekaligus penurunan secara signifikan pada intensi turnover mereka (los 0,05/p=0,042), setelah coaching dan counselling dilaksanakan.

This thesis discusses the effect of increasing job satisfaction on turnover intention on staff in CDSI through coaching and counselling intervention. The reason behind this study is the high turnover rate on last year, the high rate of absenteeism, and other counterproductive behaviours which happened in the company for a long time. This is an action research type of research, with 35 respondents. Turnover intention was measured by an adaptation of the Anticipated Turnover Scale from Hinshaw and Atwood (1985) with an alpha coefficient of 0.946, while job satisfaction was measured with an adaptation of the Job Satisfaction Survey from Spector (1997) with an alpha coefficient of 0.902.
Regression test result showed a significant relationship between job satisfaction and turnover intention with coefficient of determination (R-squared) of 0,263 and significant at los 0.01 / p = 0.002. The results also revealed that the satisfaction on superior is one of the dimensions that have the most significant impact on turnover intention. Therefore coaching and counselling to the staffs are needed. But before ihe intervention take place, researcher gave supervisor a workshop about coaching and counselling skills. Paired samples t-test showed significantly better improvement on staffs job satisfaction (los 0.05 / p = 0.003) and also a significant decrease on their turnover intention (los 0.05 / p = 0.042), after coaching and counselling is given.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42357
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Bagus Pradana
"Penelitian ini akan mencoba mengeksplorasi faktor apa saja yang menjadi prediktor untuk menciptakan rasa puas mahasiswa dengan pengalaman magang mereka dengan menggunakan tiga faktor besar, yaitu karakteristik pekerjaan, karakteristik lingkungan pekerjaan, dan faktor kontekstual sebagai prediktor untuk mengukur kepuasan kerja mahasiswa selama melakukan magang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan jumlah responden sebanyak 150 mahasiswa yang terdiri dari 5 (lima) fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Adminitrasi, Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas Teknik, Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia. Hasilnya, karakteristik pekerjaan, karakteristik lingkungan pekerjaan, dan faktor kontekstual masing-masing memiliki hubungan positif dan signifikan dengan kepuasan kerja mahasiswa dan setelah diuji dengan metode regresi berganda, maka didapatkan hasil bahwa ketiga faktor ini berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja mahasiswa. Penelitian ini diharapkan mampu untuk menjadi acuan pihak universitas maupun perusahaan untuk dalam proses pembuatan program magang bagi mahasiswa.

This study will try to explore what factors are considered to be the predictors to create a satisfaction with their internship. In this study, there are three major factors that used as predictors to measuring student job satisfaction during their internship. This study used quanitative with 150 respondents consisting of 5 (five) faculties, Faculties of Administrative Science, Faculty of Computer Science, Faculty of Engineering, Faculty of Public Health, and Faculty of Psychology, University of Indonesia. The results are job characteristics, work environment characteristics, and contextual factors each have a positive and significant relationship with student job satisfaction . Also, after being tested with multiple regression analysist, the results show that these three factors have a positive and significant effect on student job satisfaction. This research expected to be able to become a reference for universities and companies in the process of making an internship program for their students."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Sita Wibowo
"Tesis ini terfokus pada usaha untuk meningkatkan pemberdayaan psikologis terhadap kesiapan individu untuk perubahan organisasi. Pemberdayaan psikologis terkait dengan faktor individual dalam menghadapi perubahan organisasi, yaitu penggunaan sistem digitalisasi pada proses kerja sumber daya manusia. Karyawan pada level manajerial mempunyai tanggung jawab dalam implementasi perubahan terkait dengan implementasi dari sistem digitalisasi yang akan digunakan. Berdasarkan penggalian awal, masalah yang muncul merupakan kurangnya motivasi dalam diri karyawan pada level manajerial karena perubahan dianggap sebagai penambahan pekerjaan. Peneliti mengukur korelasi konstruk motivasional pemberdayaan psikologis dan kesiapan untuk berubah. Alat ukur pemberdayaan psikologis yang digunakan mengacu pada Spreitzer (2008) dan alat ukur kesiapan untuk berubah mengacu pada Holt, dkk (2007).
Hasil perhitungan menggunakan Pearson Correlation dari 36 responden menunjukkan bahwa pemberdayaan psikologis berkorelasi positif secara signifikan dengan dimensi change-self efficacy pada kesiapan untuk berubah. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti menetapkan program intervensi berupa workshop "Appreciative Inquiry" kepada karyawan di level manajerial. Selanjutnya, peneliti melakukan evaluasi level kedua program workshop dan hasilnya yaitu terdapat peningkatan skor pengetahuan setelah diberikan workshop "Appreciative Inquiry" pada karyawan level manajerial.

This thesis was focused on the efforts to improve psychological empowerment on readiness to change. Psychoogical empowerment is related to individual factor in facing organizational change, which is digitalization system used for human resources" process of work. Manajerial level has responsible as organizational change implementation in which digitalization will use. Based on the initial diagnosis, existing problems can be attributed to low motivation of managerial level, in which organizational change as considered to extra work. Researcher measured the correlation between psychological empowerment as motivational contruct and readiness to change. Psychological empowerment scale for this research was developed by Spreitzer (1995) and readiness to change scale was developed by Holt et. al (2007).
Result calculated using Pearson Correlation of 36 respondents showed that psychological empowerment, significantly positively correlated change self-efficacy dimension of readiness to change. Based on this result, researcher determined that intervention program was to provide an "appreciative inquiry" workshop to managerial level employees. Furthermore, researchers conducted a second level evaluation workshop program and the result that there was an increase in knowledge after the "appreciative inquiry" workshop was given to managerial level employees.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46493
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yovita Ismaya Wulan Sari
"Penelitian ini akan melihat pengaruh konsep diri terhadap kepuasan kerja karyawan di industri media yang dikatakan memiliki reputasi menarik, namun tingkat turnovernya cukup tinggi. Berdasarkan latar belakang tersebut maka yang akan dilihat apakah konsep diri berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan bagaimanakah kontribusi aspek-aspek konsep diri terhadap kepuasan kerja di perusahaan media X. Hasil menunjukkan bahwa konsep diri berpengaruh terhadap kepuasan kerja di perusahaan media X.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa hasil gambaran konsep diri responden rendah, dan berpengaruh terhadap kepuasan kerja yang juga rendah. Aspek konsep diri yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja adalah aspek harga diri dan keyakinan diri. Untuk aspek keyakinan diri, pengaruh memiliki bentuk berbanding terbalik (koefesien regresi negatif). Sedangkan aspek integrasi diri dan aspek kritik diri tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Setelah diketahui, hasil dari penelitian ini nantinya akan menjadi dasar untuk usulan intervensi Program Pengembangan Konsep Diri.

This study will look at the influence of self-concept on job satisfaction in the media industry which is said to have a reputation for exciting, but the turnover level is high enough. Based on this background then this study want to look whether the self concept have influence on job satisfaction and how do these self concept?s aspects contribute to job satisfaction in X media company. The results of this study indicate that self concept affects job satisfaction in the X media company.
In this study it was found that the image of self concept the respondents is low, and the effect on job satisfaction is also low. Aspects of self concept which affects job satisfaction are self-esteem and self-certainty. For the aspect of self-certainty, the effect is inversely proportional to shape (negative regression coefficient). While aspects of the self-integration and self-criticism aspect had no effect on job satisfaction. Once known, the results of this study will later be the basis for the intervention proposed that is Self Concept Development Program.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31422
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Baidowi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi kepuasan kerja instruktur Balai Latihan Kerja X dan untuk merekomendasikan program Survey Feedback sebagai rancangan intervensi dalam meningkatkan kepuasan kerja mereka. Penelitian dilakukan terhadap 65 instruktur balai dengan menggunakan kuesioner Job Satisfaction Survey (JSS) dari Spector (1997) yang diadaptasikan dengan kondisi balai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa facet manajemen dan organisasi menjadi faktor yang dominan dalam memberikan ketidakpuasan kerja instruktur. Berdasarkan hal tersebut maka program survey feedback direkomendasikan sebagai program intervensi untuk mengatasi kepuasan kerja instruktur balai.

This research is aimed to determine dominant factor that influenced job satisfaction of Balai Latihan Kerja X instructors and to recommend Survey Feedback program as intervention design to improve their job satisfaction. This research is conducted on 65 balai's instructors by using Job Satisfaction Survey (JSS) from Spector (1997).
Research result shows that management and organization facet is a dominant factor in giving instructors job dissatisfaction. Based on that result, survey feedback program is recommended as an intervention program to improve balai’s instructors job satisfaction.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T38752
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Tri Utami
"Tujuan penelitian ini untuk meneliti hubungan antara job insecurity dengan kepuasan kerja pada karyawan outsourcing. Responden dalam penelitian ini berjumlah 171 orang karyawan outsourcing. Job insecurity adalah ketidakamanan yang dirasakan seseorang mengenai kelanjutan pekerjaan dan aspek-aspek penting yang berkaitan dengan pekerjaan karena adanya ancaman situasi dari pekerjaan yang sedang dijalaninya saat ini. Sedangkan kepuasan adalah perasaan senang atau tidaknya seseorang terhadap pekerjaannya, baik secara keseluruhan maupun terhadap tiap-tiap aspek dalam pekerjaan sebagai hasil penilaian dan perbandingan yang dilakukan individu terhadap pekerjaan yang akan mengarahkannya pada tingkah laku tertentu. Karyawan outsourcing, yaitu karyawan yang digunakan untuk bekerja disuatu perusahaan yang diperoleh dari perusahaan penyedia tenaga kerja. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata job insecurity memiliki hubungan yang negatif dan signifikan dengan kepuasan kerja.

The aim of this research was to investigate the relationship between job insecurity and job satisfaction on outsourcing employees. The respondent in this research was 171 outsourcing employees. The definition of job insecurity is a sense of powerlessness to maintain desired continuity in a threatened job situation. Job satisfaction is how people feel abut their jobs and different aspects of their jobs. It is extent to which people like (satisfaction) or dislike (dissatisfaction) their jobs. The respondent in this research are the outsourcing employees, that is the employee who was used to work at the company that was received from the provider's company of manpower. Results of this research showed that evidently job insecurity had relations that were negative and significant towards job satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
658.314 22 UTA h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>