Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168292 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Frista Ballo
"ABSTRAK
Pendahuluan. Metode KB banyak jenisnya, salah satunya adalah susuk yang
memiliki efektivitas tinggi, durasi pemakaian jangka panjang, dan kenyamanan
penggunaan. Indoplant® sudah dipasarkan di Indonesia pada tahun 2005 dan
mendapatkan respon baik di Indonesia. Diharapkan Monoplant® ini dapat
menjadi salah satu alat kontrasepsi yang diminati para akseptor KB karena hanya menggunakan satu batang. Metode. Pengambilan data dilakukan sejak November 2015 hingga Mei 2016 di Klinik Raden Saleh. Sebanyak 153 pasien memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian dan dibagi menjadi 77 pasien yang menerima susuk Monoplant® dan 76 pasien menerima susuk Indoplant®.
Penelitian dilakukan secara kohort prospektif hingga observasi selama 6 bulan.
Hasil. Data yang didapat menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada efektivitas yaitu kejadian hamil pada penggunaan Monoplant® dan Indoplant®. Selain itu, efek samping seperti gangguan haid dan kenaikan berat badan tidak berbeda bermakna pada kedua kelompok penelitian. Namun, waktu penyisipan antara Monoplant® dan penyisipan Indoplant® (162,91+49,81 detik vs 197,04+44,96 detik, p<0,001) berbeda secara berkmakna. Untuk komplikasi seperti iritasi kulit, peradangan, tidak terdapat perbedaan komplikasi pada saat penyisipan Monoplant® (0,0%) dan Indoplant® (0,0%). Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada efektivitas serta efek samping pada penggunaan Monoplant® dan Indoplant®. Namun, waktu penyisipan lebih singkat untuk penggunaan Monoplant® dibandingkan Indoplant®

ABSTRACT
Background. There are various methods of contraception, one of which is
implant that has high efficacy, long-term usage, and convenient usage. Indoplant® has already marketed in Indonesia in 2005 and got good response. Monoplant® is expected to become one of the desirable contraceptive because using only one rod. Method. Data were collected from November 2015 until May 2016 in Raden Saleh Clinic. A total of 153 patients met the inclusion and exclusion criteria for the study and were divided into 77 patients who received Monoplant® and 76 patients received Indoplant®. The prospective cohort study was conducted until 6 months-observation. Results. The data obtained showed no significant difference in effectiveness which are incidence of pregnancy between Indoplant® and Monoplant®. In addition, side effects such as menstrual disorders and weight gain do not differ significantly in those study groups. However, the time of insertion between Monoplant® and Indoplant® is siginificantly different (162.91 + 197.04 + 49.81 seconds versus 44.96 seconds, p<0.001). For complications such as skin irritation, inflammation, there are no differences between Monoplant®(0.0%) and
Indoplant®(0.0%). Conclusion. There are no significant differences in efficacy
and side effects using Monoplant® and Indoplant®. However, the insertion time
of Monoplant® is shorter compared to Indoplant®"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florencia Luthfi Agustina
"Selama ini kita hanya mengenal Postinor sebagai kontrasepsi darurat yang hanya mengandung levonorgestrel. Postinor terdiri dari 0,75 mg levonorgestrel dua dosis yang diminum dengan jarak 12 jam. Seringkali jadwal minum dosis kedua jatuh pada larut malam. Hal ini tentunya mempengaruhi kepatuhan pasien. Dipikirkan untuk menambah keragaman kontrasepsi darurat dengan hadirnya Valenor. Valenor terdiri dari 2 sediaan yaitu levonorgestrel 1,5 mg dosis tunggal dan levonorgestrel 0,75 mg dua dosis. Diharapkan dengan adanya dosis tunggal akan memperbaiki kepatuhan pasien sehingga akseptor tidak lupa dan tidak perlu minum dosis kedua yang mungkin jatuh pada larut malam.
Sampai scat ini, di Indonesia belum ada penelitian yang menilai sediaan levonorgestrel 1,5 mg dibandingkan levonorgestrel 0,75 mg. Oleh karenanya dilakukan penelitian multisenter untuk melakukan evaluasi terhadap piI Valenor 1,5 mg dosis tunggal (levonorgestrel 1,5 mg dosis tunggal), pil Valenor 0,75 mg dua dosis (levonorgestrel @0,75 mg) dan Postinor. Penelitian ini merupakan bagian penelitian multisenter yang berlangsung di 10 kota di Indonesia. Penelitian yang kami lakukan ini merupakan senter Jakarta.
Levonorgestrel sebagai kontrasepsi darurat mempunyai kemampuan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Di lain pihak penggunaannya masih mempunyai angka kegagalan dan efek samping. Kedua hal tersebut berhubungan dengan penerimaan selanjutnya oleh akseptor.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan efektifitas, efek samping dan penerimaan Valenor 1,5 mg dosis tunggal dan Valenor 0,75 mg dua dosis.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui perbedaan kejadian kehamilan Pit Valenor 1,5 mg dosis tunggal , pil VaIenor 0,75 mg dua dosis dibandingkan dengan Postinor
2. Mengetahui perbedaan efek samping berupa mual, muntah, sakit kepala, perdarahan bercak,gangguan haid, nyeri perut bawah, diare, payudara tegang Pit Valenor 1,5 mg dosis tunggal, pi1 VaIenor dua dosis 0,75 mg dibandingkan dengan Postinor
3. Mengetahui perbedaan persepsi pemakaian selanjutnya Pil Valenor 1,5 mg dosis tunggal, pil VaIenor dua dosis 0,75 mg dibandingkan dengan Postinor."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Budianto Murrad
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1985
S21647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fia Azzhara
"Pemerintah telah merekomendasikan pemakaian Kontrasepsi Pasca Persalinan yang tepat waktu yaitu 2 bulan setelah melahirkan, karena secara aktif mampu mengurangi kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan yang berjarak dekat dengan persalinan sebelumnya, yang dapat berimplikasi terhadap kematian bayi dan kematian ibu. Namun cakupan KB Pasca Persalinan masih rendah yaitu sebesar 30,23%. Penelitian ini bertujuan untuk menilai waktu memulai penggunaan kontrasepsi pasca persalinan di antara wanita kawin usia reproduksi di Indonesia dan mengidentifikasi determinannya dengan menggunakan analisis Regresi Cox. Penelitian ini menggunakan data SDKI 2017 dengan desain cross sectional, dan menggunakan sampel 2.459 wanita kawin usia subur yang melahirkan dalam 12 bulan sebelum wawancara. Estimasi Kaplan Meier menunjukkan bahwa probabilitas kumulatif kelangsungan wanita yang menggunakan kontrasepsi pasca persalinan di Indonesia sampai akhir pengamatan bulan ke-11 yaitu 79,9% dengan median survival time yaitu 3 bulan. Analisis regresi cox extended menunjukkan bahwa wanita dengan tingkat pendidikan menengah dan tinggi; wanita dengan status ekonomi menengah bawah, menengah, dan menengah atas; wanita yang bertempat tinggal di perkotaan; wanita yang melakukan hubungan seksual dalam 2 bulan setelah melahirkan; dan wanita yang mendapatkan dukungan suami adalah faktor yang mempengaruhi waktu mulai penggunaan kontrasepsi pasca persalinan. Oleh karena itu, perlu peningkatan kegiatan pemerataan sosialisasi, kualitas, dan kapasitas fasilitas pelayanan KB di daerah yang tertinggal, terpencil dan perbatasan; serta memperbaiki masalah klaim pelayananan kontrasepsi pasca persalinan di fasilitas kesehatan dengan pemisahan penggantian klaim untuk biaya persalinan dan pemasangan alat kontrasepsi pada calon akseptor agar penggunaan kontrasepsi pasca persalinan yang tepat waktu dapat disegerakan.

The government has recommended the timely use of Postpartum Contraception, which is 2 months after giving birth because it can actively reduce unwanted pregnancies and pregnancies that are close to previous deliveries, which can have implications for infant mortality and maternal mortality. However, the coverage of Postpartum Family Planning is still low at 30.23%. This study aims to assess the time to start postpartum contraceptive use among married women of reproductive age in Indonesia and identify its determinants using Cox Regression analysis. This study used IDHS 2017 data with a cross-sectional design and used a sample of 2,459 married women of childbearing age who gave birth within 12 months before the interview. Kaplan Meier's estimation shows that the cumulative probability of survival of women using postpartum contraception in Indonesia until the end of the 11th month of observation is 79.9% with a median survival time of 3 months. Cox extended regression analysis shows that women with secondary and higher education levels; women with lower middle, middle and upper middle-class economic status; women who live in urban areas; women who have sexual intercourse within 2 months after giving birth; and women who get husband's support are factors that influence the time to start using postpartum contraception. Therefore, it is necessary to increase socialization, quality, and capacity of family planning service facilities in underdeveloped, remote, and border areas; as well as fix the problem of claims for postpartum contraceptive services at health facilities by separating claim reimbursement for delivery costs and installing contraceptives for prospective acceptors so that timely use of postpartum contraception can be expedited."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Rifai
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara agama dan perilaku pemakaian jenis kontrasepsi, suatu kajian yang dalam pengamatan penulis masih jarang dilakukan orang di Indonesia. Penelitian ini bersumber kepada data SPI 1987, dan dipilih DKI Jakarta sebagai daerah penelitian, dengan pertimbangan Jakarta memiliki keragaman sosial-budaya dan agama yang cukup variatif.
Permasalan pokok yang dikaji terbatas pada hubungan antara agama, status sosial-ekonomi dan demografi dengan pemakaian jenis kontrasepsi. Pembahasan terhadap hubungan antara agama dengan pemakaian jenis kontrasepsi dilakukan dengan cara membagi responden menjadi dua kelompok yaitu kelompok responden Islam dan kelompok responden non Islam. Jenis alat kontrasepsi juga dikelompokkan menjadi kontrasepsi efektif (IUD, Susuk dan Kontap), kontrasepsi kurang efektif (Pil, Suntik dan kondom), dan kontrasepsi tradisional (Jamu, Pijat, Senggama terputus dan Pangtang berkala).
Teori yang menjadi dasar analisis dalam penelitian ini ialah proposisi teologi khusus dan proposisi karakteristik yang diajukan oleh Goldschider. Proposisi teologi khusus menyatakan bahwa perilaku fertilitas merupakan fungsi dari ajaran agama, sedang proposisi karakteristik menyatakan bahwa perbedaan perilaku antar kelompok agama merupakan akibat dari perbedaan karakteristik sosial-ekonomi dan demografi dari kelompok agama yang bersangkutan. Kedua proposisi ini digunakan secara serempak dalam penelitian ini. Analisis data dilakukan dengan cara mengamati persentase dalam tabel silang untuk melihat kecenderungan, Chi-Square untuk melihat signifikansi hubungan dan Koefisien Kontingensi untuk melihat keeratan hubungan.
Dari analisis terhadap hubungan antara kelompok responden berdasarkan afiliasi agama dengan pemakain Janis kontrasepsi sebelum. mempertimbangkan variabel sosial-ekonomi dan demografi ditemukan bahwa terdapat perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi antara kelompok responden Islam dan kelompok responden non Islam; kelompok responden Islam cenderung memakai kontrasepsi kurang efektif dan kelompok responden non Islam cenderung memakai kontrasepsi efektif. Namun setelah variabel sosial-ekonomi dan demografi dipertimbangkan terlihat perbedaan itu melemah. Karena itu adanya perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi tersebut kemungkinan berkaitan dengan dua hal:
a. Aturan-aturan dalam masing--masing agama yang berkaitan dengan pemakaian kontrasepsi. Dalam Agama Islam tidak semua cara kontrasepsi yang dimasyarakatkan program KB dapat pakai oleh ummat Islam. Ada cara kontrasepsi yang dilarang yaitu IUD, vasektomi dan tubek tomi. IUD dilarang karena cara pemasangannya harus dengan melihat aurat besar wanita sedang sterilisasi dilarang karena mematikan fungsi reproduksi dan dilakukan dengan cara merusak organ tubuh suami atau isteri. Cara kontrasepsi yang diperbolehkan dalam Islam adalah: pil, suntik, kondom, senggama terputus, salep, diaphragma dan pantang berkala (cara-cara tersebut masuk katagori jenis kontrasepsi kurang efektif menurut BKKBN). Di kalangan non Islam boleh dikatakan tidak ada larangan yang tegas dalam hal pemakaian jenis kontrasepsi yang dimasyarakatkan oleh program KB, kecuali Katholik. Agama Khatolik pada dasarnya hanya membolehkan pantang berkala berdasarkan Humanae vitae yang dikeluarkan oleh Paus Paulus VI, tetapi dalam pelaksanaanya di Indonesia MAWI memberikan kelonggaran, sehingga pemeluk Khatolik dapat memakai kontrasepsi modern berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Alasan pertama ini didukung pula oleh adanya bukti bahwa hubungan antara agama dengan pemakaian jenis kontrasepsi tetap ada setelah dikontrol dengan variabel pendidikan isteri/suami, status bekerja, umur dan media.
b. Akibat dari perbedaan karakteristik sosial-ekonomi dan demografi antara responden Islam dan responden non Islam. Alasan kedua ini didukung oleh adanya bukti bahwa hubungan antara agama dengan pemakain jenis kontrasepsi menjadi tidak berarti lagi setelah dikontrol dengan variabel AMH (pada katagori jumlah anak lima atau lebih), pekerjaan suami (pada jenis pekerjaan suami profesional), dan variabel pendidikan-umur (pada katagori umur 35+ dan berpendidikan SMP+ ). Sedang pada katagori lainnya tetap menunjukkan adanya perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi menurut kelompok agama. Jadi perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi menurut kelompok agama menjadi tidak berarti lagi di kalangan responden dengan karakteristik sebagai berikut:
· berumur 35 tahun ke atas dan berpendidikan SMP+
· mempunyai anak lima atau lebih
· jenis pekerjaan suami profesional
Tidak adanya perbedaan itu diperlihatkan dengan kecenderungan pemakaian kontrasepsi efektif baik pada kelompok responden Islam maupun non Islam. Kemungkinan yang bisa diterangkan mengenai temuan ini ialah bahwa pada kelompok responden dengan jumlah anak lima atau lebih kontrasepsi efektif telah menjadi kebutuhan, karena jumlah anak yang dipunyai telah dirasa cukup dan ingin menghentikan kelahiran baru. Demikian juga pada kelompok responden dengan jenis pekerjaan profesional kontrasepsi efektif telah menjadi kebutuhan karena tuntutan status sosialnya dan pada kelompok responden yang berumur tua serta berpendidikan SMP atau lebih kemungkjnan karena mereka mampu lebih rasional dalam menerima dan menanggapi ajaran agama.
Kesimpulan yang diperoleh sesudah mempelajari hubungan antara variabel sosial-ekonomi dan demografi dengan pemakaian jenis kontrasepsi adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan
Pendidikan menunjukkan hubungan yang positif dengan pemakaian jenis kontrasepsi artinya semakin tinggi pendidikan cenderung memakai kontrasepsi efektif. Hal itu dikarenakan pendidikan dapat memperluas pengetahuan mengenai alat kontrasepsi, mengetahui keuntungan yang diperoleh dengan memakai kontrasepsi, meningkatkan kecermatan dalam memilih alat kontrasepsi yang dibutuhkan dan juga kemampuan untuk mengetahui akibat sampingan dari masing-masing alat kontrasepsi.
Dari analisis hubungan antara pendidikan dan pemakaian jenis kontrasepsi pada masing-masing kelompok agama dapat disimpulkan bahwa di kalangan responden Islam pendidikan isteri lebih kuat menampakkan hubungannya dengan pemakaian jenis kontrasepsi dari pada pendidikan suami. Sebaliknya di kalangan responden non Islam pendidikan suami lebih kuat memperlihatkan hubungannya dengan pemakaian jenis kontrasepsi daripada pendidikan isteri. Kemungkinan yang bisa diterangkan mengenai temuan ini ialah bahwa di kalangan rersponden non Islam kesadaran akan pentingnya KB tidak hanya di kalangan isteri tetapi juga di kalangan para suami, sehingga para suami juga ikut mengambil peran dalam ber KB termasuk memilih Jenis kontrasepsi yang akan dipakai, hal mana
tidak terjadi di kalangan responden Islam.
b. Umur
Umur menunjukkan hubungan yang berarti dengan pemakaian jenis kontrasepsi, karena umur mempengaruhi kebutuhan alat yang diinginkan. Pada umur muda (umur 34 tahun kebawah) cenderung memakai kontrasepsi kurang efektif seperti pil, suntik dan kondom. Ini diduga karena mereka masih ingin menunda kelahiran atau masih ingin menambah anak lagi dikemudian hari, sehingga memilih jenis kontrasepsi yang mudah dihentikan penggunaannya. Sedang pada umur tua (35 tahun atau lebih) cenderung memakai kontrasepsi efektif, karena anak yang dipunyai telah dirasa cukup dan ingin menghentikan kelahiran baru, maka mereka memilih kontrasepsi seperti IUD, susuk dan sterilisasi, karena selain efektif dalam mencegtah kehamilan juga tidak merepotkan.
Hubungan umur dengan pemakaian jenis kontrasepsi pada masing-masing kelompok agama adalah sebagai berikut: di kalangan responden Islam umur memperlihatkan adanya hubungan positif dengan pemakaian jenis kontrasepsi, sedang di kalangan responden non Islam variabel umur kurang memperlihatkan adanya hubungan positif dengan pemakaian jenis kontrasepsi, karena pada Umur muda sudah memperlihatkan kecenderungannya dalam memakai kontrasepsi efektif. Ini diduga pada kelompok umur muda dari kalangan responden non Islam telah bisa menerima program KB dengan dua anak, sehingga cenderung membatasi jumlah anak dengan memakai kontrasepsi efektif.
c. Pekerjaan
Faktor bekerja atau tidaknya responden tidak menunjukkanadanya perbedaan yang berarti dalam pemakain jenis kontrasepsi. Sebaliknya ditemukan perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi menurut jenis pekerjaan suami; responden dengan jenis pekerjaan suami profesional cenderung memakai kontrasepsi efektif dan responden dengan jenis pekerjaan jasa dan pekerja kasar cenderung memakai kontrasepsi kurang efektif. Dengan demikian pekerjaan suami lebih dominan dalam menampakkan hubungan dengan pemakaian jenis kontrasepsi daripada status bekerja responden sendiri. Gambaran yang serupa juga ditemukan di Yogyakarta yang melaporkan bahwa macam alat kontrasepsi yang dipakai lebih menampakkan hubungan dengan status pekerjaan suami dari pada pekerjaan isteri. Hal itu dikarenakan pekerjaan suami lebih mencerminkan status sosial keluarga dan si isteri akan terdorong untuk mengikuti norma-norma yang berkaitan dengan status suaminya.
Analisis pada masing-masing kelompok agama diperoleh kesimpulan sebagai berikut: di kalangan responden Islam bekerja atau tidaknya seorang ibu memperlihatkan perbedaan dalam pemakaian jenis kontrasepsi, sedang di kalangan responden non Islam bekerja atau tidaknya seorang ibu tidak mempunyai hubungan dengan pemakaian jenis kontrasepsi.
Begitu juga dengan pekerjaan suami, di kalangan responden Islam perbedaan pemakaian jenis kontrasepsi menurut jenis pekerjaan suami menunjukkan perbedaan yang berarti. Sedang di kalangan responden non Islam kurang mengesankan adanya perbedaan
pemakain jenis kontrasepsi menurut jenis pekerjaan suami.
d. Jumlah Anak Masih Hidup
Jumlah anak masih hidup mempunyai hubungan dengan pemakain jenis kontrasepsi baik di kalangan responsden Islam maupun responden non Islam. Kecenderungan pemakain kontrasepsi efektif di kalangan responden Islam baru terlihat ketika jumlah anak yang dipunyai mencapai lima atau lebih, sedang pada kelompok responden non Islam kecenderungan pemakain kontrasepsi efektif sudah terlihat pada jumlah anak 3-4 orang anak. Hal ini berkaitan dengan besarnya jumlah anak yang diinginkan, di mana proporsi yang menginginkan jumlah anak lebih dari empat lebih besar di kalangan responden Islam dari pada di kalangan responden non Islam.
e. Media
Semakin banyak media massa yang dimanfaatkan oleh responden maka cenderung memakai kontrasepsi efektif, ini ditemukan di kalangan responden Islam maupun di kalangan responden non Islam, namun keeratan hubungan itu lebih kuat terlihat dikalangan responden Islam daripada di kalangan penganut Agama non Islam.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izzatun Nidaa
"Salah satu isu terkait kontrasepsi adalah ketidaklangsungan penggunaan kontrasepsi karena merupakan determinan yang mempengaruhi Contraception Prevalence Rate. Ketidaklangsungan penggunaan kontrasepsi dapat menyebabkan dampak masalah kesehatan masyarakat yaitu kehamilan tidak diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran faktor-faktor ketidaklangsungan penggunaan kontrasepsi suntik, implan dan IUD di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Timur dan Sumbawa. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan data sekunder dari Survei Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan Kontrasepsi di Jawa Timur dan NTB. Sampel penelitian adalah ibu yang berstatus menikah dan berusia 15-49 tahun. Jumlah sampel yang dianalisis sebanyak 5023 responden. Hasil penelitian proporsi ketidaklangsungan penggunaan kontrasepsi suntik, implan dan IUD di total tiga kabupaten sebesar 29,2%. Faktor predisposisi yang berhubungan adalah umur dan jumlah anak hidup. Faktor pemungkin, jenis alat kontrasepsi tidak berhubungan di tiga kabupaten. Faktor penguat, KIE KB dan diskusi KB dengan suami berhubungan secara total di tiga Kabupaten. Sehingga disarankan untuk Pemerintah Provinsi dan NTB untuk melakukan penyuluhan intensif tentang perlunya melanjutkan penggunaan alat kontrasepsi terutama pada ibu-ibu berusia diatas 35 tahun atau yang memiliki anak lebih dari 3, menggencarkan pemberian informasi KB oleh kunjungan petugas kesehatan atau tokoh masyarakat dan meningkatkan peran suami.

One of the issues related to the use of contraception is contraceptive discontinuation as a determinant affecting Contraception Prevalence Rate. Contraceptive discontinuation can cause public health problem such as unwanted pregnancy. This study aims to describe of the factors associated with injection contraceptive, implant and IUD discontinuation in West Lombok Barat, East Lombok and Sumbawa. This study used a cross-sectional design and secondary data from the Monitoring and Evaluation Survey Use of Contraception in East Java and West Nusa Tenggara Province. The samples were mothers who are married and aged 15-49 years. The number of samples analyzed is 5023 respondents. The results of the study the proportion of injection contraceptive, implant and IUD discontinuation in a total of three districts is 29.2 %. Predisposing factors that statistically correlated are age and number of living children. Enabling factors, types of contraceptives is not statistically correlated in three districts. Reinforcing factors, IEC KB and discussion about KB with husband is statistically correlated in total of three districts. So it is recommended to the Provincial Government of NTB to conduct intensive counseling about the need to continue the use of contraceptives, especially in women older than 35 years or who have children over 3, to intensify the provision of family planning information by visiting health workers or community leaders and enhance the role of the husband."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S53527
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsiah
"Gerakan Keluarga Berencana Nasional bertujuan ganda yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS). Dalam mewujudkan tujuan tersebut, program keluarga berencana nasional memakai beberapa metoda kontrasepsi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi fisik peserta KB itu sendiri. Menggunakan alat kontrasepsi merupakan salah satu metoda KB yang terbaik untuk mengatur kelahiran anak, AKDR merupakan alternatif pilihan bagi pasangan muda yang ingin menunda kehamilannya, juga merupakan alternatif kedua setelah kontap bagi pasangan tua yang ingin mengakhiri kehamilannya.
Di Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin, persentase akseptor berdasarkan metode kontrasepsi adalah, suntik KB (47,58%), p11 (21,90%), implant (19,77%), AKDR (6,20%), khusus AKDR relatif rendah bila dibandingkan dengan nasional (13,6%), juga bila dilihat dari propinsi Sumatera Selatan (6,25%). Hal ini tentunya banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian AKDR di wilayah tersebut salah satu diantara faktor tersebut adalah faktor sosial budaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi di Kelurahan Serasan Jaya, Soak Baru dan Balai Agung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional, dengan responden 102 orang akseptor KB. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, kemudian diolah dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan teknik analisis chi square dan regresi logistik.
Alasan responden memilih AKDI sebagian besar mengatakan aman (78,8%), sedangkan alasan tidak memakai AKDR mayoritas mengatakan takut efek samping (88,23%). Hasil analisis chi square menunjukkan adanya hubungan antara umur, pendidikan suami, jumlah anak hidup dan dukungan suami dalam memilih alat kontrasepsi. Analisis regresi logistik diperoleh faktor yang paling dominan adalah dukungan suami.
Dalam rangka meningkatkan pemakaian AKDR di wilayah khususnya Serasan Jaya, Soak Baru dan Balai Agung, perlu diberi KIE (komunikasi informasi dan edukasi) terutama ditujukan untuk PUS yang belum menggunakan alat kontrasepsi .

The Role of Husbans to Support to the Selection of Contraceptive Device on Family Planning Patient at Serasan Jaya Village, Soak Baru and Balai Agung Sub-Districts, Musi Banyuasin District, South Sumatera Province, 2002The National Family Planning Movement has double aims that are to increase mother and child welfare, and also to form prosperous and welfare of the small family norm (NIXBS). In parsing those goals, the National Family Planning Program used some contraceptive methods that adjusted to situation and condition of Family Planning physical patient herself The using of contraceptive device is one of the best Family Planning methods to arrange child birth, IUDs is the alternative selection for young couple who wants to postpone her pregnancy, it also second alternative after "kontap" for old couple who wants to ending her pregnancy.
In Sekayu Sub-District, Musi Banyuasin District, the percentage of acceptor based on contraceptive method are injectable (47,58%), pill (21,90%), implant (19,77%), IUDs (6,25%), especially for IUDs relative small if compared with national (13,6%), also when it seen at South Sumatera (6,25%). The factor that influences to lowering the use of IUDs on those areas, one of them is social-demographic.
The objective of this study is to know factors that were related in the selection of contraceptive device at Serasan Jaya, Soak Baru, and Balai Agung villages. The study design used cross-sectional, with the respondent is 102 acceptors of Family Planning. The data is collected by questionnaire, and then the data is analyzed by univariate, bivariate, and multivariate used technical analysis chi-square and regression logistic.
Reason of respondent selected IUDs the most of them are safety (78,8%), while the reason was not used IUDs, the majority of them afraid the side effects (88,23%). The result of chi-square analysis showed that there was relationship between age, husband's education, the number of live birth child, and husband's support in selecting the contraceptive device, Regression logistic analysis obtained that the most dominant factor is husband's support.
In order to improve the using of IUDs at the villages, especially at Serasan Jaya, Soak Baru and Balai Agung, it is need to provide Information, Education, and Communication) especially addressed to fertile-age couple.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7933
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sjamsibar Baras
"Perluasan Pelayanan Keluarga Berencana menyebabkan bertambahnya peserta KB baru. Penambahan peserta KB baru diikuti pula oleh banyaknya peserta KB drop out, sehingga menghambat tercapainya tujuan Program KB yaitu norma keluarga kecil bahagia sejahtera. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi antara lain faktor-faktor yang berhubungan dengan pelayanan KB meliputi sumber pelayanan, jenis petugas dan keterampilan petugas, kepuasan peserta KB terhadap pelayanan. Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan kegiatan pembinaan petugas kesehatan/KB terhadap peserta KB.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembinaan petugas kesehatan/KB terhadap peserta KB dalam meningkatkan kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian analitik dan pengumpulan data dengan teknik Cross Sectional. Pengambilan sample pada peserta KB dengan cara Stratified random sampling, sedangkan pada petugas tidak dilakukan sampling. Analisis yang digunakan yaitu Analisis presentase, Chi Kuadrat, Cramer's V atau Phi, uji korelasi dan Analisis regresi sederhana.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa kebanyakan petugas kesehatan/KB adalah petugas pemerintah dari jenis tenaga terbanyak Dokter. Ternyata kegiatan konseling dilaksanakan oleh sebagian besar petugas kesehatan kemudian kunjungan ke Posyandu merupakan kegiatan kedua terbanyak, sedangkan kegiatan pembinaan lainnya hanya di laksanakan oleh kurang dari separuh petugas kesehatan. Didapatkan pula bahwa bidan paling banyak melayani peserta KB dalam pembinaan.
Peserta KB yang menerima kegiatan pembinaan sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang kebanyakan berumur 20-40 tahun. Jenis kontrasepsi yang digunakan terbanyak suntikan dan pil, hanya sebagian kecil menggunakan IUD. Peserta KB tersebut sebagian besar masih memanfaatkan pelayanan pemerintah. Alasan terbanyak drop out peserta KB karena adanya keluhan. Didapatkan 44, 1% peserta aktif selama 18 bulan, 42, 4% selama 12 bulan, 7,4% selama 6 bulan dan 6, 1% selama 20 bulan.
Dari Analisa Statistik ternyata tidak ada perbedaan tingkat kelangsungan penggunaan alat kontrasepsi yang bermakna menurut frekuensi kunjungan rumah, frekuensi kunjungan ke Posyandu, frekuensi pembinaan Tokoh Masyarakat, pembinaan organisasi, frekuensi rapat staf dan frekuensi rapat koordinasi, ada/tidak adanya uraian tugas, baik/tidak rencana kerja, motivasi kerja, kerja lama dan penampilan kerja. Terbukti adanya korelasi yang bermakna antara frekuensi konseling dengan kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi dan kekuatan korelasi sebesar 18%. Tiap kenaikan kategori frekuensi konseling akan meningkatkan keikutsertaan KB sebesar 0,167. Diharapkan adanya peningkatan pelayanan pembinaan melalui konseling dan pemerataan pelayanan KB terutama meningkatkan peranan Dokter/Bidan Swasta.
Akhirnya disarankan perlunya penelitian lebih lengkap mengenai kegiatan pembinaan peserta KB yang mencakup bukan hanya intensitas kegiatan tapi juga kualitas dan materi pelaksanaan kegiatan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagyo Witjaksono
"ABSTRAK
Untuk menekan laju pertambahan penduduk Indonesia yang cepat yaitu 2,32 pertahun diperlukan usaha menurunkan angka kelahiran melalui Program Nasional Keluarga Berencana (PHKB). Dalam pelaksanaannya PHKB mengalami banyak hambatan karena belum ditemukannya kontrasepsi ideal yang bebas dari efek samping dan kegagalan. Beberapa peneliti melaporkan adanya perubahan-perubahan faktor pembekuan darah karena efek estrogen yang ada dalam kontrasepsi pil. Sedangkan efek progesteron lebih sedikit dibandingkan estrogen.
Penelitian ini bertujuan menyelidiki pengaruh pemakaian kontrasepsi Norplant yang berisi hormon progesteron terhadap parameter pembekuan darah, disamping itu untuk bahan perbandingan dilakukan penelitian pada kelompok pemakai kontrasepsi pil kombinasi.
Penelitian dilakukan pada 6 kelompok individu. Kelompok 1 (kontrol) terdiri dari 25 orang diambil dari donor darah PHI dan paramedis RSCH. Kelompok 2 sampai dengan 5 adalah pemakai kontrasepsi Horplant 2th,3th,4th dan 5 th dari Klinik Raden Saleh. Kelompok 2 dan 3 masing-masing 25 orang sedangkan kelompok 4 dan 5 masing-musing 20 orang. Kelompok 6 terdiri dari 25 orang pemakai kontrasepsi pil kombinasi Noriday 5 th dari Rumah Sakit AURI Halim. Terhadap masing-masing kelompok diperiksa masa protrombin plasma, masa tromboplastin parsial teraktivasi, kadar fibrinogen, aktivitas AT III, aktivitas F VII dan X. Perbandingan antara masing-masing kelompok dilakukan dengan uji statistik anova dan Scheffe 5 test. Pemeriksaan dilakukan antara bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 1987 di Bagian Patologi Klinik FKUI-RSCH Jakarta.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa pada pemakaian Norplant selama 5 tahun semua parameter pembekuan darah yang diperiksa tidak berbeda bermakna dengan kontrol walaupun ada kecenderungan pemendekan masa protrombin plasma dan masa tromboplastin parsial teraktivasi, peningkatan kadar fibrinogen dan penurunan aktivitas AT III. Selain itu pada pemakaian kontrasepsi pil kombinasi semua parameter pembekuan darah yang diperiksa berbeda bermakna bila dibandingkan kelompok kontrol.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pemakaian Horplant aman sampai dengan 5 tahun. Setelah 5 tahun dianjurkan pemeriksaan masa protrombin plasma, masa tromboplastin parsial teraktivasi, kadar fibrinogen dan aktivitas AT III secara berkala tiap tahun sekali.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Norplant lebih aman daripada kontrasepsi pil kombinasi.
"
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosita Muliawati
"Wanita usia 35 tahun keatas merupakan masa mengakhiri kehamilan sebab diketahui bahwa melahirkan pada usia tersebut memiliki risiko medik. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada wanita usia 35 tahun keatas serta faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 dan 2012 dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil menunjukkan bahwa penggunaan MKJP pada wanita usia 35 keatas pada SDKI 2007 sebesar 29,2%, sedangkan pada SDKI 2012 sebesar 24,4%. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan MKJP pada SDKI 2007 dan 2012 adalah pendidikan, jumlah anak hidup, dan pengambilan keputusan. Faktor yang paling berperan dengan penggunaan MKJP pada penelitian ini adalah pengambilan keputusan yang dilakukan oleh suami (OR =1,90 - 2,35).

Women aged over 35 years is a period terminating a pregnancy because it is known that giving birth at that age have a medical risk. This study aims to describe the use of Long-Term Contraception Method (LTM) in women over the age of 35 years and the factors associated. This study uses data Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 2007 and 2012 with the univariate, bivariate, and multivariate analyzes.
The results showed that the use of LTM in IDHS 2007 of 29.2%, whereas in 2012 amounted to 24.4% IDHS. Factors associated with the use of LTM in 2007 IDHS is education, number of living children, ideal number of children, and decision making. Factors associated with the use of LTM in IDHS 2012 is education, number of living children, and decision making. The factors that most contribute to the
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>