Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104515 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pakpahan, Martina
"ABSTRAK
Penyakit tidak menular dan penyakit menular berkaitan erat dengan perilaku tidak sehat. Menurut Riskesdas tahun 2013, capaian proporsi rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) secara nasional sebesar 32,3 %, provinsi Sumatera Utara sebesar 24,6 % sedangkan di Kabupaten Samosir sebesar 14,7 %. Penelitian bertujuan untuk menganalisa determinan perilaku sehat rumah tangga di Kabupaten Samosir tahun 2016.
Penelitian dilakukan ditiga Kecamatan; Pangururan, Simanindo dan Ronggur
Nihuta. Penelitian menggunakan metodologi kuantitatif dan kualitatif (mix method) dengan desain cross sectional. Jumlah sampel 187 ibu rumah tangga. Informan wawancara mendalam adalah petugas Dinas Kesehatan, petugas Puskesmas serta tokoh agama/tokoh masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan perilaku sehat rumah tangga di Kabupaten Samosir sebesar 12.8 %. Variabel yang berhubungan bermakna dengan perilaku sehat setelah dikontrol variabel lainnya yaitu; sikap (nilai p=0.001; OR=8.79; CI 95%=2.68-28.82), penghasilan (nilai p=0.001; OR=7.92; CI 95%=2.56-24.6), serta ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan (nilai p=0,049; OR=3.32; CI 95%=1.01-10.95). Sikap merupakan variabel dominan. Hasil wawancara mendalam, diketahui determinan perilaku sehat yaitu; ekonomi masyarakat, karakteristik masyarakat, infrastruktur dan akses. Perlu diterapkan strategi promosi kesehatan yang paripurna dalam mengatasi determinan perilaku sehat rumah tangga.

ABSTRACT
Non-communicable diseases and infectious diseases closely associated with
unhealthy behaviors. According Riskesdas in 2013, the proportion of households's health behavior nationally was 32.3%, North Sumatera province at 24.6%, while in Samosir 14.7%. This study aims to analyze the determinants of households?s health behavior in the district Samosir, 2016.
The research in three sub-district; Pangururan, Simanindo and Ronggur Nihuta. Research using quantitative and qualitative research methodologies (mix method) with cross-sectional design. a sample of 187 housewives. Informants of in-depth interview are staff of Samosir's Health Department, staff of Health Center and religious/community leaders.
The results showed health behavior of households in Samosir at 12.8 %.
Variables that have a meaningful relationship with health behaviour after controlling other variables;attitude (p value=0.001; OR=8.79; CI 95%=2.68-28.82), income (p value=0.001; OR=7.92; CI 95%=2.56-24.6), and the availability and affordability of health facilities (nilai p=0,049; OR=3.32; CI 95%=1.01-10.95). Attitude is the dominant variabel. Result of in-depth interviews, known determinants of health behavior; economy, characteristics of a society, infrastructure and access. Health promotion strategies need to be applied as whole to resolve the determinants of households?s health behavior.
"
2016
T46020
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Purwanto
"Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dengan perkataan lain masyarakat diharapkan mampu berpartisipasi aktif dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri, dengan demikian masyarakat mampu manjadi subjek dalam pembangunan kesehatan.
Sesuai dengan tuntutan reformasi pembangunan, maka sektor kesehatan juga mengalami perubahan yang sangat mendasar yaitu mengajak dan memotivasi masyarakat pada umumnya dan pelayanan kesehatan khususnya untuk mulai mengubah pola pikir dari sudut pandang sakit menjadi sudut pandang sehat yang lebih dikenal dengan istilah Paradigma Sehat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan Paradigma Sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat,bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental spiritual maupun sosial. Untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan pelaksanaan program PHBS tatanan Rumah Tangga di Kabupaten Purwakarta perlu didukung dengan informasi yang akurat, dari hasil pelaksanaan program PHBS untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program PHBS tatanan Rumah Tangga yang ada dipedesaan maupun perkotaan memakan waktu yang agak lama karena pengelolaannya dengan sumber daya manusia yang pengetahuannya tentang informasi masih kurang, dan masih menggunaaan sarana dan prasarana yang terbatas, sehingga untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan program PUBS memakan waktu yang agak lama.
Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, peneliti mencoba untuk memberikan masukan dengan membuat otomatisasi Sistem Informasi PHBS tatanan Rumah Tangga di Kabupaten Purwakarta untuk mendukung Manajemen Kesehatan. Dalam otomatisasi Sistem Informasi PHBS tatanan Rumah Tangga ini dengan cepat dapat diketahui klasifikasi Desa Sehat, Kecamatan Sehat dan Kabupaten Sehat, kemudian informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk tindakan/intervensi perbaikan program PHBS tatanan Rumah Tangga di Kabupaten Purwakarta khususnya, maupun lintas program dan lintas sektor pada umumnya. Studi dilakukan di Puskesmas Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta dan Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta dengan pendekatan kualitatif.

Computerized Information System of Healthy and Clean Behavior in Household Setting, Purwakarta, 2001The goal of the National Health Development are empowered the people of Indonesia to maintain, improve and control over their health to reach the optimum health status in the community. This means that the community should be able to actively participate in maintaining and improving their own health status and being the subject of the health development itself.
With the recent push of political reformation; Indonesia has an important shifted in their basic policy. The government of Indonesia is committed to realizing the vision laid down in the Healthy Indonesia 2010 document to achieve health for all Indonesians by 2010 through the effective and efficient implementation of many programs that are more focusing on preventive and promotive interventions.
The Healthy and Clean Behavior program is a manifestation of Healthy Indonesia 2010 in culturally individual, household and community lifestyle that is healthy oriented in improving, maintaining and control over their physical , mental, spiritual and social aspect of their health, to monitor how far The Healthy and Clean Behavior program affecting the community in Purwakarta, particularly in hause hold setting, we need to set up an accurate and appropriate information system. The on going system is done manually, and it takes a very long time to collect, manage and executing the data in order to get an appropriate and necessary result that is important in the planning for intervention. The necessary result is more likely to be delayed in the process due to the limited competence of the available human resources and limited supporting equipment. Their fore a modification for this information system is really crucial to avoid the delay.
To overcome this problem the researcher propose a computerized information system of the Healthy and Clean Behavior in the household setting in Purwakarta to support their Health management. Through this system. the information needed for developing an appropriate intervention strategy for their community will be enhanced in both quality and time. Through this system, we also could get classification of healthy vilages, sub-district villages and districts/cities faster than it used to be. This information than could be the evidence based for father planning of the intervention, particularly in the management of The Healthy and Clean Behavior itself or for programs and sectors in general. The study is done in Bojong Health Center, Purwakarta, and District Health Office Purwakarta using the qualitative approach.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10747
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Diarrhoeal diseases become the second coused of death of the under-fives, the third in infant and the fifth at all people in Indonesia...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Faktor kesulitan ekonomi, kemisskinan dan kondisi geografis yang relatif terpencil dari sentral -sentral ekonomi di propinsi Jawa Timur, merupakan salah satu faktor determinan migrasi kerja yang dilakukan oleh sebagian penduduk Pulau Kangean ke Negara Malaysia...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Setiaji
"Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau disingkat PHBS sebagai operasionalisasi dari program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat atau sekarang lebih dikenal dengan istilah Promosi Kesehatan telah dijalankan diseluruh Indonesia sejak tahun 1996. Kabupaten Bekasi merupakan salah satu daerah panduan PUBS dari Direktorat Promosi Kesehatan dalam melaksanakan kegiatan PHBS. Dalam mengelola pelaksanaan kegiatan PHBS mengikuti 4 (empat) taliapan manajemen PHBS, dimulai dari tahap pengkajian, perencanaan, penggerakkan dan pelaksanaan serta pemantauan dan penilaian. Sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian menyangkut proses pelaksanaan kegiatan PHBS, padahal informasi mengenai hal ini sangat penting sekali khususnya bagi pengelola program PUBS sebagai masukkan dalam mengelola dan mengembangkan pelaksanaan kegiatan PHBS di masa yang akan datang. Tatanan dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada tatanan rumah tangga mengingat selain adanya keterbatasan sumber daya juga karena rumah tangga merupakan tatanan yang paling spesifik dibandingkan dengan tatanan lainnya.
Jenis penelitian dalam studi ini adalah kualitatif, dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam menyangkut proses pelaksanaan kegiatan program PHBS di daerah panduan PHBS kabupaten Bekasi. Sedangkan metode yang digunakan adalah melalui wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah serta analisa data sekunder terhadap hasil laporan kegiatan program PHBS. lnforman yang diambil adalah pengelola program PHBS tingkat puskesmas dan kabupaten, tokoh masyarakat dan masyarakat (ibu rumah tangga).
Hasil dan kesimpulan dari penelitian dapat disampaikan sebagai berikut; Pengkajian sumber daya dilakukan tidak maksimal masih terbatas kepada lingkungan sendiri. Setiap tahunnya daerah pendataan PHBS terus mengalami perubahan kemudian ada beberapa hal yang tidak jelas maksudnya berkaitan dengan istilah, cara pengisian dan definisi operasional dari indikator. Sedangkan Cara mengklasifikasi PHBS sudah baik. Pengkajian PUBS secara kualitatif tidak dilakukan secara intensif setiap tahunnya.
Pengkajian terhadap masalah kesehatan setempat sudah dilakukan. Dalam menentukari prioritas masalah PHBS dengan cara melihat prosentase terkecil dari masing-masing indikator PHBS kemudian berdasarkan sumber daya yang ada bare ditentukan prioritas masalah PHBSnya. Dalam merencanakan kegiatan PHBS, rumusan tujuan tidak realistis dan dalam merencanakan kegiatan intervensi PHBS kurang mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan. DaIam melaksanakan kegiatan PHBS masih banyak yang bersifat empowerment. Sebagian besar pengelola program PHBS tidak sadar akan pentingnya pecan mereka dalam menggerakkan kegiatan PHBS. Dalam memantau kegiatan PHBS cenderung dilakukan pada saat pelaksanaan PHBS saja sedangkan kegiatan penilaian tidak dilakukan karena setiap tahunnya daerah yang didata selalu berubah.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka ada beberapa saran yang penulis sampaikan, yaitu dalam mengkaji sumber daya agar juga mengkaji sumber daya dari lintas sektoral. Daerah pendataan PHBS agar tidak berubah-rubah dan untuk mengambil sampel pendataan PHBS agar mengacu kepada rekomendasi WHO. Istilah, cara pengisian maupun definisi operasional berkaitan dengan indikator PHBS perlu lebih dijelaskan.
Pengkajian PHBS secara kualitatif agar dilakukan intensif setiap tahun. kemudian rumusan tujuan dalam merencanakan kegiatan PHBS agar dibuat lebih realistis dan rencana kegiatan intervensi PHBS agar mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan PHBS agar tidak hanya bersifat empowerment saja dan pengelolaan surnber daya manusia agar lebih ditingkatkan dalam upaya menggerakkan kegiatan PHBS.
Pemantauan kegiatan PHBS selain pada saat pelaksanaan juga perlu dilakukan pada saat lain dalam rangka membahas kegiatan PHBS yang akan dan sedang berjalan. Daerah pendataan PHBS agar tidak berubah-rubah setiap tahunnya sehingga penilaian PHBS dapat dilakukan.

Qualitative Study about Clean and Healthy Behavior (PUBS) Program on Family Setting Case Study: in PUBS Gulden Region Kabupaten Bekasi, West Java 2000Clean and Healthy Behavior Program or PUBS as operational of Public Health Education Program or now familiar as Health Promotion have been working in all region in Indonesia since 1996. Kabupaten Bekasi is one of the PHBS guiden from Health Promotion Directorate. In developing PUBS follows 4 (four) steps of management PHBS starting from prediction, planning, actuating, monitoring and evaluating. So far, there isn't research involving the process of PHBS accomplishment, although this information is very important especially for PHBS organizer as information to organize and to develop PUBS accomplishment in the nex future. This research focuses on family setting because we have limitation of the sources but also family setting as the specific part than others setting.
Type of this research is qualitative, and the purpose is to get information about PHBS accomplisment in Kabupaten Bekasi. The method is using indepth interview and focus group discussion and also secondary analyze data of result PHBS report. The Informant is provider from Puskesmas and Kabupaten who manage PHBS program, society figur and community (house wife).
Result and summary from this research can be informed like: the score prediction is not maximum and it is still limit to their own environment. Every years PHBS area always changing. There are unclear purpose in terminology, how to fill and operational definition from PHBS indicators. Instead of that how they classify PHBS already well. The PHBS prediction of qualitative did not running well every year. The site health problem prediction already running. In the priority of PHBS problem by using the smallest percentage from each PHBS indicator based on the available source than they can make the priority of PHBS problems. To plan PHBS activity, the purpose is not reality and in planning PHBS activity, it is not straight to the based purpose. In running PHBS activity still in empowerment. Most of the PHBS accomplisher did not realize how important they are in organize PHBS. In monitoring ORBS activity focuses only in PHBS activity even the evaluating is not doing every year in the region that have data always change.
According to that statement, so the writer has few suggests, to predict source it is need also to predict from other sources. The PHBS data should not be changing and to take the PHBS data sample it is right to follow WHO rules. Terminology, how they fill and also operational definition connect with PHBS indicator should be more clearly. Qualitative PHBS prediction should be running every year. And then the purpose of planning PHBS activity should be more reality and planning PHBS activity should be following to the rules. Running PHBS activity not only empowerment and developing sources but also increase to organize PHBS activity. Monitoring PHBS activity instead of the process but also discuss the next PHBS activity and PHBS activity that still running. PHBS data region should not be change every year so the evaluating PHBS can be done.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8279
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa
"Menurut Riskesdas Jawa Barat tahun 2007, Kota Depok merupakan kota dengan proporsi Rumah Tangga yang memiliki PHBS baik paling rendah di Jawa Barat yaitu 35,0%, dibanding 8 kota lainnya yang sudah memiliki proporsi di atas 45%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan Rumah Tangga di kota Depok tahun 2014 dan faktor-faktor yang berhubungan, dengan sumber data Survey Cepat PHBS kota Depok tahun 2014. Desain studi cross-sectional digunakan pada 295 responden dari 11 kecamatan di Kota Depok.
Hasil penelitian menunjukkan 63,4% responden tingkat pendidikannya tinggi, 51,5% responden pendapatannya sudah di atas UMR Kota Depok, dan 68,1% responden cukup mendapat dukungan sosial. Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan dukungan sosial memiliki hubungan yang bermakna dengan PHBS, dimana responden yang tingkat pendidikannya tinggi, berpeluang melakukan PHBS baik hampir 4 kali dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Demikian juga dengan responden dengan pendapatan tinggi berpeluang melakukan PHBS baik hampir 2 kali daripada responden dengan pendapatan rendah, dan responden yang mendapat cukup dukungan sosial berpeluang memiliki PHBS baik 2,2 x dibandingkan responden dengan dukungan sosial kurang.

According to West Java Riskesdas 2007 Depok is the lowest proportion of household with good Clean and Healthy Behavior in West Java 35 0 compared to 8 other cities that already have a proportion above 45 This study aimed to analyze the description of Clean and Healthy Behavior of Household in Depok 2014 and related factors with Rapid Survey Depok 2014 as data resource Cross sectional study design was used on 295 respondents from 11 districts in Depok
The results showed 63 4 of respondents has high level of education 51 5 of respondents has incomes above Depok minimum wage and 68 1 of respondents has sufficient social support Education level income level and social support have a meaningful relationship with Clean and Healthy Behavior where respondents with high education level have opportunity to do Clean and Healthy Behavior almost 4 times as compared to the less educated Similarly respondents with higher incomes have opportunity almost 2 times to do Clean and Healthy Behavior than respondents with low incomes and respondents who received sufficeient social support have opportunity to do Clean and Healthy Behavior 2 2 times compared to respondents with less social support.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S58299
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maydiva Al`caesar Basty Putri Qadr
"Literasi pangan dan gizi adalah kemampuan individu dalam memperoleh, memproses, dan memahami informasi pangan dan gizi yang dibutuhkan, sehingga mampu mengambil keputusan yang tepat. Pada remaja, tanpa tingkat literasi pangan dan gizi yang cukup, dapat terbentuk perilaku makan yang tidak sehat dan berlanjut hingga masa dewasa. Penelitian secara lokal maupun internasional, menunjukan masih rendahnya tingkat literasi pangan dan gizi pada remaja. Literasi pangan dan gizi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti jenis kelamin, uang saku, tingkat pendidikan ayah dan ibu, peran guru, penggunaan media, dan lainnya. Untuk mengetahui perbedaan proporsi literasi pangan dan gizi berdasarkan faktor-faktor tersebut, dilakukan penelitian dengan pendekatan kuantitatif pada 218 siswa/i SMK-SMAK Bogor yang menggunakan desain studi cross-sectional dan metode quota sampling. Hasil penelitian menunjukan mayoritas siswa/i memiliki tingkat literasi pangan dan gizi yang baik (52,8%). Setelah melakukan analisis statistik menggunakan uji chi-square, ditemukan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang bermakna pada literasi pangan dan gizi siswa/i berdasarkan jenis kelamin (p-value = 0,046), peran guru (p-value = < 0,001), dan penggunaan media (p-value = < 0,001)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mona Safitri Fatiah
"ABSTRAK
Persentase perempuan yang menikah muda (usia <20 tahun) mengalami
peningkatan pada Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat sampai
sekarang. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan determinan perilaku wanita
usia 15-24 tahun dalam perspektif Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP).
Penelitian ini menggunakan desain penelitian case control yang terdiri dari 66
kasus dan 66 kontrol. Kelompok kasus adalah wanita usia 15 ? 19 tahun yang
menikah pada usia <20 tahun, sedangkan kelompok kontrol adalah wanita usia 20
? 24 tahun yang menikah pada usia ≥20 tahun. Penelitian ini menemukan faktor
yang berhubungan adalah: pendidikan perempuan (OR = 3.065 95% CI: 1.352 -
6.949); pekerjaan perempuan (OR = 3.615 95% CI: 1,065 - 12268); pekerjaan
ayah (OR = 0.163 95% CI: 0,027 - 0978) dan pekerjaan suami (OR = 5,4 95% CI:
0.287 - 16.453).
Penelitian ini merekomendasikan untuk memperhitungkan keempat faktor
tersebut dalam mengurangi kejadian pernikahan muda di Kota Depok.

ABSTRACT
The percentage of early marriage women (age <20 years old) is increasing at
Pancoran Mas subdistric at Depok City, West Java. This study aims to determine
behavioral determinant of women age 15 ? 24 years old in having good
perspective of mature age for married.
This study used case control study design with involved 66 case and 66
control. Case were women age 15 ? 24 young who married at aged <20 years old
when controls were women 15 ? 24 young who married at aged ≥20 years old.
This study shows that the determinants of early marriage women were women?s
education (OR=3,065 95% CI: 1,352 ? 6,949); women?s occupation (OR=3,615
95% CI: 1,065 ? 12,268); womenn?s father occupation (OR= 0,163 95% CI:
0,027 ? 0,978) and women?s husband occupation (OR=5,4 95% CI: 0,287 ?
16,453).
This study recommended to take into accounted all the determinant to reduce
the early marriage at Depok City."
2016
T46261
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jumiati
"Program Pemerintah mengenai Schistosomiasis yaitu menurunkan prevalensi Schistosomiasis sampai kurang dari 1 %, di Dataran Tinggi Napu pada tahun 2011, prevalensi Schistosomiasis sebesa r 2,15%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik individu, pengetahuan dan perilaku dengan kejadian Schistosomiasis di Dataran Tinggi Napu kabupaten Poso Sulawesi Tengah tahun 2013. Desain penelitian ini adalah kasus kontrol dengan total sampel 278 yang terdiri dari 139 kasus dan kontrol 139. Analisis data yang digunakan adalah univariat dan bivariat menggunakan uji statistik chi square (α=5%).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan, pengetahuan dan perilaku dengan kejadian schistosomiasis, dengan masing-masing OR, pekerjaan (3,3) pengetahuan (1,7) kontak dengan air(4,9), BAB disungai (2,1) penggunaan sepatu boot (7,8) mencuci disungai (1,8) dan mobilitas ke daerah endemis (1,9).

Schistosomiasis control programme target is to reduce the prevalence of schistosomiasis less than 1 %. In Napu Valley in 2011, showed that the prevalence schistosomiasis in human is 2,15 %. This study objective is to determine the relationship between individual characteristics, knowledge and behavior with Schistosomiasis episodes in Napu Valley in Poso District of Central Sulawesi. The study design is case control study, with total sample is 278, which contain 139 cases and 139 controls. Statistical analysis using univariate and bivariate analysis with chi square statistical test (α = 5%).
The results showed there is any significant relationship between individual characteristics, knowledge and behavior with Schistosomiasis episodes. The odd ratio of occupation (3,3), knowledge (1,7), contact with contaminated water (4,9), defecation behavior in river/ditch (2,1), wearing boots (7,8), laundering in river/ditch (1.8) and mobilization to endemic areas (1,9).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurma Harlianti
"Perilaku sehat dipengaruhi oleh faktor-faktor perilaku diantaranya faktor predisposisi yang mencakup usia, jenis kelamin, suku, dan pendapatan serta faktor pemungkin yang meliputi akses pelayanan kesehatan dan akses informasi kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan faktor predisposisi dan faktor pemungkin dengan perilaku sehat mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia angkatan tahun 2012 dan 2013. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan proportional stratified random sampling dilakukan terhadap 319 mahasiswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku sehat mahasiswa 54,5% masuk dalam kategori baik dan faktor pemungkin yang berhubungan dengan perilaku sehat adalah penggunaan dalam mengakses pelayanan kesehatan (p=0,002). Hasil penelitian ini menyarankan agar petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik terutama dalam memberikan edukasi dan informasi kesehatan agar menunjang perilaku sehat mahasiswa menjadi lebih optimal.

Health behavior is influenced by various behavioral factors such as predisposing factor which includes age, sex, ethnicity, and income as well as enabling factor including access to health care services and access to health information. The purpose of this research was to identify the relationship between two factors (predisposing and enabling factors) to health behavior of University of Indonesia Health Science Cluster class of 2012 and 2013. This research was conducted using a quantitative research methodology with a cross-sectional design. The sampling method used was the proportional stratified random sampling which was taken from 319 students.
The result indicates that 54,5% of the students? health behavior classified as good and the enabling factor related to health behavior is the use of access to health care services (p=0,002). The result suggests health care workers to provide better services particularly in providing education and health information for students in order to optimize students health behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S60791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>