Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan kegiatan yang dilakukan apoteker untuk memastikan terapi obat yang diberikan pasien aman, efektif dan rasional. Tujuan dilakukan kegiatan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan menurunkan risiko terjadinya Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD), meminimalkan biaya pengobatan serta menghormati pilihan pasien. Dengan dilakukannya kegiatan PTO, diharapkan terapi obat yang diberikan kepada pasien dapat terhindar dari risiko klinik dan meningkatkan efektivitas biaya terapi pada pasien. Beberapa kriteria pasien yang diprioritaskan untuk dilakukannya kegiatan PTO adalah pasien dengan multi penyakit yang menerima polifarmasi serta pasien dengan gangguan fungsi organ seperti hati dan ginjal. Contoh kasus yang perlu dilakukannya PTO adalah pasien Tn. IZN yang didiagnosis utama gagal jantung kongestif dan penyakit ginjal kronis serta diagnosis penyerta hiperplasia prostat yang dirawat inap di Ruang Anggrek RSUD Tarakan. Setelah dilakukannya PTO, ditemukan beberapa masalah terkait obat yang dapat diidentifikasi berdasarkan panduan PCNE dan metode Hepler and Strand yaitu indikasi tanpa terapi, interaksi obat, dosis obat berlebih, dan kesalahan pemilihan obat pada pengobatan yang diterima pasien Tn. IZN. Masalah terkait obat yang muncul dapat direkomendasikan penyelesaian berupa pemberian obat yang sesuai, pemantauan efek terapi obat melalui hasil laboratorium dan gejala yang timbulkan, pemberian jeda konsumsi obat, dan penyeseuiaan dosis sesuai tatalaksana dan kondisi pasien.
"
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan masalah kesehatan yang progresif dengan tingkat mortalitas dan morbiditas tinggi di Indonesia. Pemberian asuhan keperawatan yang tepat melalui intervensi keperawatan non farmakologi memiliki peran dalam mengatasi masalah keperawatan intoleransi aktivitas yang banyak ditemui pada pasien CHF. Latihan fisik active range of motion adalah salah satu dari banyak intervensi keperawatan yang dapat diterapkan. Tujuan dari pelaksanaan latihan aktif ROM ini adalah untuk mengatasi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen tubuh. Dengan memperhatikan kondisi klien sebelum dilakukannya intervensi dan waktu pelaksanaan setelah pemberian terapi farmakologi antihipertensi, maka dapat dianalisis melalui evaluasi setelah dilakukan selama empat hari dalam waktu 20 menit setiap kali intervensi dilakukan. Hasil evaluasi tersebut secara subjektif klien tidak melaporkan adanya keluhan dan klien menunjukkan parameter tanda-tanda vital dan hemodinamik dalam batas normal sebagai bagian dari aspek penilaian dari capaian tujuan masalah keperawatan penurunan curah jantung.
Congestive Heart Failure (CHF) are progressive health problems with high mortality and morbidity in Indonesia. The provision of appropriate nursing care through non-pharmacological nursing interventions has a role in overcoming the nursing problem of activity intolerance as the major problem of CHF. Active range of motion is one of many nursing interventions that can be applied. The purpose of performing active ROM exercises is to overcome the imbalance between the bodys oxygen supply and demand. By paying attention to the clients condition before the intervention and the time of implementation after the administration of antihypertensive pharmacological therapy, evaluation of the evaluation can be carried out for four days within 20 minutes of each intervention. The results of the subjective evaluation that the client did not report complaints and the client showed vital signs and hemodynamic parameters within normal limits as part of the report on nursing goals that determine the reduction in cardiac output.
"