Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53087 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Peningkatan radiasi ultraviolet B berhubungan dengan penipisan ozon di lapisan stratosfer. Akibat dari peningkatan radiasi ini, diprediksi dapat menganggu dan mengancam kestabilan ekosistem di muka bumi. Gangguan yang ditimbulkan dapat mengancam kekurangan pangan karena radiasi UV dapat menurunkan hasil panen dan dapat merusak kekebalan terhadap penyakit pada binatang. Adapun pada manusia bahaya yang timbul berupa gangguan kesehatan, antara lain dapat menimbulkan katarak pada mata, kanker kulit dan mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap serangan berbagai penyakit. EPA memperkirakan sebesar 0.3-0.6 pesen peningkatan katarak disebabkan penurunan ozon sekitar 1 persen."
621 DIRGA 7:1 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alief Maulana Shiddiq
"Penelitian ini mengkaji kinerja UV detektor berbasis ZnO nanorods. ZnO dipilih sebagai material utama karena sifat-sifatnya yang unggul seperti band gap energi yang lebar, mobilitas elektron yang tinggi, dan sensitivitas terhadap sinar UV. Pengembangan UV detektor berbasis ZnO NRs dilakukan untuk mendapatkan material yang terbaik. Pengaruh radiasi UV/Ozone dilakukan untuk memodifikasi sifat-sifat material. Perlakuan UV/Ozone menghasilkan perubahan yang signifikan pada ZnO NRs, seperti modifikasi morfologi, peningkatan kristalinitas, dan efisiensi emisi PL. UV detektor berbasis ZnO NRs dengan UV/Ozone menunjukkan responsivitas yang signifikan dari 0.13 A/W menjadi 0.64 A/W. Peningkatan responsivitas ini juga menyebabkan peningkatan detektivitas dari 0.99×10^10 Jones menjadi 4.46×10^10 Jones. Selain itu sensitivitas dan efisiensi konversi foton ke listrik juga meningkat, dengan hasil terbaik menunjukkan peningkatan sensitivitas dari 25% menjadi 100% dan EQE 43.26% menjadi 216.28%. Hasil ini memberikan wawasan mendalam tentang potensi penerapan radiasi UV/Ozone dalam meningkatkan kinerja detektor UV berbasis ZnO NRs. Implikasinya adalah pengembangan UV detektor yang lebih responsif, sensitif, dan stabil untuk berbagai aplikasi, termasuk pengukuran radiasi UV, sensor lingkungan, dan teknologi fotovoltaik.

This research examines the performance of UV detectors based on ZnO nanorods. ZnO is chosen as the primary material due to its superior properties such as wide band gap energy, high electron mobility, and sensitivity to UV light. The development of UV detectors based on ZnO NRs is carried out to obtain the best material. The influence of UV/Ozone radiation is applied to modify the material properties. UV/Ozone treatment results in significant changes in ZnO NRs, such as morphological modifications, increased crystallinity, and enhanced PL emission efficiency. UV detectors based on ZnO NRs treated with UV/Ozone showed a notable increase in responsivity from 0.13 A/W to 0.64 A/W. This increased responsivity also led to an improvement in detectivity from 0.99×10^10 Jones to 4.46×10^10 Jones. Additionally, the sensitivity and the efficiency of converting photons to electricity also improved, with the best results showing an increase in sensitivity from 25% to 100% and EQE from 43.26% to 216.28%. These results provide valuable insights into the potential application of UV/Ozone radiation in enhancing the performance of UV detectors based on ZnO NRs. The implications include the development of more responsive, sensitive, and stable UV detectors for various applications, such as UV radiation measurement, environmental sensors, and photovoltaic technology."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Livia Ilona Djajasuminta
"Dalam beberapa tahun terakhir, sistem evaporasi fototermal telah menarik banyak perhatian sebagai solusi yang menjanjikan dalam mengatasi krisis air bersih. Sistem evaporasi fototermal memanfaatkan material fototermal yang dapat mengkonversikan sinar matahari menjadi panas untuk menguapkan air dimana uap air ini akan mengalami kondensasi untuk menghasilkan air bersih. Dalam karya tulis ini, digunakan Molibdenum disulfida (MoS2) sebagai material fototermal karena karakteristiknya yang memiliki spektrum penyerapan yang luas pada daerah cahaya tampak. Dalam upaya pengembanganya, diketahui bahwa MoS2 menunjukkan kinerja fototermal yang sangat baik. Melalui metode sintesis hidrotermal yang relatif sederhana, MoS2 dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat diperoleh. Di samping melakukan pengembangan melalui berbagai metode sintesis, pendekatan lain dapat dilakukan dengan meningkatkan sifat dari MoS2 itu sendiri melalui perlakuan UV/Ozone (UVO). Di sini, kami mengamati pengaruh waktu pemaparan radiasi UVO terhadap struktur, morfologi, sifat optik, dan kinerja MoS2 dalam proses evaporasi air. Hasil pengujian kinerja evaporasi sistem fototermal menunjukkan bahwa sampel MoS2 UVO-50 memiliki laju evaporasi tertinggi, yaitu sebesar 1,74. Laju evaporasi sampel MoS2 UVO-50 memiliki nilai 2,3 kali lebih tinggi apabila dibandingkan dengan laju evaporasi matriks ALP dan 1,27 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan sampel MoS2 tanpa pemberian UVO. Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa radiasi UV/Ozone dapat meningkatkan kinerja MoS2 sebagai material fototermal yang dapat menyerap cahaya matahari dengan baik sehingga dapat dimanfaatkan dalam upaya pemerolehan air bersih.

In the past few years, photothermal evaporation systems have attracted much attention as a promising solution in overcoming the clean water crisis. Photothermal evaporation systems utilize photothermal materials that are able to convert sunlight into heat in order to evaporate water, in which the generated vapor will eventually experience condensation to produce clean water. In this paper, Molybdenum disulfide (MoS2) is used as a photothermal material due to its nature of having a broad absorption spectrum in the visible light region. In its recent developments, it has been reported that MoS2 shows excellent photothermal performance. Through a relatively simple hydrothermal synthesis method, MoS2 with a high degree of purity can be obtained. Aside from modifying various synthesis methods as an attempt to elevate the system’s efficiency, considering another approach by improving the properties of MoS2 itself can be just as effective through implementing the UV/Ozone (UVO) treatment. Here, we observe the effect of the UVO treatment on the structure, morphology, optical properties, and the performance of MoS2 as a photothermal material during the process of water evaporation. The result of the evaporation performance evaluation shows that MoS<2 UVO-50 is able to produce the highest evaporation rate, which is 1.74. This number is 2.3 times higher when compared to its ALP matrix’s evaporation rate and 1.27 times higher than the evaporation rare of the sample that was not given the UVO treatment. Based on these results, it can be concluded that the UV/Ozone treatment has succeeded in improving the performance of MoS2 as an excellent sunlight absorber which can be utilized to ensure fruitful efforts in producing clean water."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samosir, Leonardo Togar
"Dalam menghadapi masalah pencemaran udara dan kerusakan lingkungan, energi hidrogen dapat menjadi salah satu solusi energi terbarukan atas permasalahan tersebut. Berbagai cara dapat dilakukan dalam memproduksi hidrogen, salah satu metode yang umum digunakan adalah dengan pemecahan air elektrokimia. Pemanfaatan logam mulia untuk pemecahan air elektrokimia diketahui akan menghasilkan performa katalitik terbaik namun, biayanya yang mahal mendorong para peneliti untuk mencari alternatif bahan pengganti atas logam mulia. Melalui penelitian ini, kami berhasil mensintesis sampel MoS2 yang ditumbuhkan di atas kain karbon (MoS2/CC) pada suhu 200 selama 8 jam dengan metode hidrotermal. Sampel tersebut kemudian dimodifikasi dengan melakukan penyinaraan UV/Ozone di atas permukaan sampel. Melalui perlakuan tersebut, diperoleh hasil yaitu penyinaran UV/Ozone selama 50 menit dapat meningkatkan aktivitas katalitik Hydrogen Evolution Reaction (HER) di mana grafik linear sweep voltammetry (LSV) menunjukkan nilai onset potensial sebesar 122 mV. Nilai tersebut sangat meningkat bila dibandingkan dengan nilai onset potensial MoS2/CC tanpa penyinaran UV/Ozone, yakni hanya sebesar 193 mV. Kemudian, adanya penyinaran UV/Ozone selama 50 menit pada sampel juga menurunkan nilai resistansi transfer muatan (Rct) hingga tiga kali lipat bila dibandingkan dengan tanpa penyinaran UV/Ozone. Selain itu, adanya penyinaran UV/Ozone pada MoS2/CC juga mengindikasikan adanya perubahan struktur permukaan dengan potensi terbentuknya fasa baru di permukaan sampel, yaitu dari fasa 2H-MoS2 menjadi fasa α-MoO3.

In the face of air pollution and environmental damage, hydrogen energy is considered one of the renewable energy solutions to address these issues. There are various methods for hydrogen production, and one commonly used method is electrochemical water splitting. The utilization of noble metals in electrochemical water splitting is known to provide the best catalytic performance, but the high cost of these metals has driven researchers to seek alternative materials. Through this research, we successfully synthesized MoS2 that grown on a carbon cloth (MoS2/CC) at 200℃ for 8 hours by hydrothermal method. The sample was then modified by UV/Ozone irradiation on the surface of the sample. As a result, the UV/Ozone irradiation for 50 minutes improved the catalytic activity of the material for the Hydrogen Evolution Reaction (HER), as evidenced by the linear sweep voltammetry (LSV) graph showing an onset potential value of 122 mV. This value significantly increased compared to the onset potential of MoS2/CC without UV/Ozone irradiation, which was only 193 mV. Furthermore, the UV/Ozone irradiation for 50 minutes on the sample also reduced the charge transfer resistance (Rct) value by up to three times compared to the sample without UV/Ozone irradiation. Additionally, the UV/Ozone irradiation on MoS2/CC indicated a change in surface structure, with the potential formation of a new phase on the sample surface, transitioning from the 2H-MoS2 phase to α-MoO3 phase."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Warouw, Sonny Priajaya
"ABSTRAK
Proses pengelasan merupakan salah satu sumber sinar UV buatan manusia Pemaparan radiasi sinar UV pada pekerja las bila tidak dikendalikan/dibatasi dapat menimbulkan efek kesehatan yang merugikan. Akibat dari sinar UV antara lain terhadap mata, yang dapat menyebabkan peradangan selaput mata, selaput bening, dan peradangan kelopak mata, biasa disebut "welder's flash" atau "arc eye".
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat radiasi sinar UV dan beberapa faktor yang berhubungan dengan keluhan mata "welder's flash". Faktor faktor yang diteliti adalah tingkat radiasi efektif alat las, lingkungan kerja, lama pemaparan, dan pemakaian alat pelindung diri.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekafan Crossectional, yang dilakukan terhadap 98 pekerja las dari 2 sentry industri kecil yaitu Perkampungan Industri Kecil (PIK) dan Santa. Usaha/ndustri Kecil (MK) Pulogadung Jaktim.
Dari hasil penelitian diketahui tingkat radiasi efektif berkisar antara 120 - 4580 μW/cm2 . Tingkat radiasi terbanyak antara 300-3000 μW/cm2 , yang berdasarkan NAB ACGIH exposure level hanya boleh 1-10 detik tanpa alat pelindung diri. Prevalensi keluhan mata welder's flash (tiga bulan terakhir) adalah 62,2%. Dengan jumlah keluhan berkisar 1 sampai 3 kali.
Jenis proses las terbukti berhubungan dengan tingkat radiasi efektif (p<0,05). Kuat arcs (amper) berhubungan dengan tingkat radiasi efektif dengan pola hubungan linier positif (r=0,44, R2=0,21, p<0,05). Diameter kawat las berhubungan dengan tingkat radiasi dengan pola hubungan linier positif (r=0,53, R2 =0,27, p<0,05). Lokasi kerja (indoor,outdoor) terbukti berhubungan dengan tingkat radiasi efektif (F=7,25, p<0,05). Cat dinding tidak terbukti berhubungan dengan radiasi efektif (P=0,61, p> 0,05). Jarak dinding dengan alat las tidak terbukti berhubungan dengan radiasi efektif (t=-0,75,p>0,05). Tingkat radiasi efektif berhubungan dengan keluhan mata (X2=11,54 p<0,05). Pemakaian APD tidak baik ada 40,8%. Pemakaian APD terbukti berhubungan dengan keluhan mata (X2=4,80,p<0,25). Lama pemaparan berkisar antara 90-400 menit perhari dan terbukti berhubungan dengan keluhan mata (X2=1,92, p< 0,25).
Model regresi linier ganda radiasi efektif sbb : Y = 246,87-2,94(amper)-293,47(kawat)+560, 66(proses)+77,62(lokasi kerj a)+12,52(amperxpros)+5,56(amperx kawat), 0,-47,93, R2=0,86, Re .= 0,85). Model regresi logistic keluhan mata sbb : Logit p(x) = -1,9647+2,21(T_RAD)+1,16(APD)+0,46(L EXPOS) dengan (X2= 18,09, p< 0,05). Nilai Odds Ratio (95% Confident Interval) tingkat radiasi = 9,1 (2,16-38,32), pemakaian APD = 3,2(1,20-8,51), lama pemaparan =1,6 (0,59-18,98).
Melihat keadaan tersebut di atas, maka perlu diadakan upaya pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja, serta perlu upaya pengawasan dan pembinaan K3 di industri kecil las.

ABSTRACT
Welding process is a source of UV radiation created by human made. Exposure to UV radiation from the welding arc can result a serious health problems to the welder, and impact of UV ray on the eyes is inflammatory of conjungtivita, cornea and eyelid, also known as "welder's flash" or "arc eye".
The objectives of this research were to identify the level of UV radiation and several factors related welder's flash eye complaints. Several factors in research of this study were the level of effective irradiance (eflr), welding process, the current levels used (ampere), welding rod diameters, working station, length of exposures, and the use of personal protective equipment (PPE). The research was descriptive analysis with crossectional approach, which was conducted to 98 welders in 2 centers of small scale welding industry called Perkampuagan Industri Kecil (PIK) and Sentra Usaha Industri Kecil (SUM) Pulogadung Jakarta Timur.
The results of this research showed that the level of effective irradiance were arround 120 - 4580 µW/cm2. Mostly the level of ef.irr were between 300 -3000 µW/crn2, based on TLV ACGH exposure level allow only 1-10 second without PPE.
The prevalence of welder's flash eye complaints (for late 3 month) was 62,2% with amount of frequency around 1 - 3 times.
There was significant association between the type of welding process and the level of effective irradiance (p<0,05). The current levels used (ampere) was proved significant association with the eff.lrr, by the type of relation was liner positive (r 0,44, R2=0.36,pcz0.05), and also was Welding rod diameters with efIR, by the type of relation was linier positive (r 0.53,R2=0,27,p<0.05). Places of working station (indoor/semi, outdoors) were proved significant association with level of efIrr (F=7.25,p<0.05). There was no significant association between wall painting and e£Irr. (F=0.61,p?0.05), and also no significant association between distance of wall and welding equipment with e£Lr. (t=0.75,p>0.05). From 98 of welders , there were 40.8% bad uses for PPE. Using PPE was proved significant association with the welder's flash eye complaints (X2=4.80,p<0.25)_ Length of exposure were between 90-400 minutes per days and it's proved significant association with welder's flash eye complaints.(X2=2.14,p<0.25).
Using multiple linear regression analysis, the fit model of eflrr prediction was Y=246.87-2.94(amp er)-93.47(kawat)+5 60.66(proses)+77.62(lokasi kerj a)+12.5 2 (amperxproses)+5.56(amperxkawat), (r'193,R2=0.86, Ra=0.85). Using multiple logistic regression, the fit model of welder's flash eye complaints prediction was ' : Logit p(x) = -1.9647+2.21(level of e£Tr) +1.16(PPE) + 0.46(length of exposure) with (X2=18.09, p<0.05). Value of Odds Ratio(95% Confident Interval) level of efective irradiance = 9.1(2.16-38.32), using PPE = 3.2(1.20-8.51), length of exposure = 1.6(0.59-18.98).
By looking for the reasons above, it is important to conduct the occupational health services, and necessary to control and establish safety practices in welding small scale industry.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Darmaningtyas
"Radiasi sinar ultraviolet dapat memberi efek negatif pada kulit manusia. Salah satu cara untuk melindungi kulit dari bahaya sinar UV adalah dengan menggunakan tabir surya atau produk kosmetik lain yang memiliki kandungan bahan fotoprotektif. Penggunaan produk kosmetik dengan kandungan bahan alam sebagai fotoprotektor juga semakin diminati. Dalam review artikel ini memuat tentang berbagai bahan alam yang memiliki efek fotoprotektif dan mungkin dapat digunakan dalam formulasi sediaan kosmetik. Bahan alam tersebut diantaranya adalah alga coklat, teh hijau, delima, lidah buaya, apel, anggur, kunyit, wortel, walnut, kopi, minyak biji bunga matahari, dan tomat. Bahan alam tersebut memiliki kandungan senyawa yang memiliki potensi sebagai agen fotoprotektif dan memungkinkan untuk digunakan dalam pengembangan formulasi suatu produk kosmetik.

Ultraviolet radiation can have a negative effect on human skin. One of the way to protect the skin from the dangers of UV rays is to use sunscreen or other cosmetic products that contain photoprotective ingredients. The use of cosmetic products with natural ingredients as photoprotectors is also increasingly in demand. In this review article contains various natural ingredients that have photoprotective effects and may be used in preparation of cosmetic formulations. These natural ingredients include brown algae, green tea, pomegranate, aloe vera, apples, grapes, turmeric, carrots, walnuts, coffee, sunflower seed oil, and tomatoes. These natural ingredients contain compounds that have potential as photoprotective agents and allow them to be used in the development of a cosmetic product formulation."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Topo Haryoko
"ABSTRAK
Fenomena korona dalam suatu saluran transmisi membawa permasalahan tersendiri dalam penyaluran energi liStrik_ Hal ini dikarenakan dalam pentransmisian daya listrik, korona bisa mengakibatkan berbagai macam gangguan, antara lain rugi-rugi daya, suara bising (noise), radio mrery%rem.-e (RI) yang dapat mengganggu penduduk di sekitar saluran transmisi.
Tetapi, disamping itu semua, fenomena korona juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umat manusia, karena pada peristiwa korona, akan dihasilkan ozon, dimana ozon ini nantinya bisa digunakan untuk kepenlingan umat manusia juga.
Karena sifat-sifatnya, ozon saat ini mulai banyak dirnanfaatkan di beberapa sisi kehidupan manusia_ Pemanfaatan ilu antara lain digunakan sebagai pengolah limbah, sebagai pemutih bahan baku kertas ataupun digunakan untuk penseterilan karena ozon dapat membunuh beberapa macam bakteri, bahkan juga memungkinkan untuk digunakan sebagai terapi.
Karena hal ini, maka dari peristiwa terjadinya ozon ini dapat dibuat suatu alat yang dapat digunakan umuk menghasilkan ozon, dimana ozon yang dihasilkan ini nantinya bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Pada alat ini nantinya akan ditenlukan tegangan dan dimensi yang optimum untuk menghasilkan korona sehingga nantinya akan dihasilkan ozon sesuai dengan kebutuhan.

"
2001
S39855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rajagukguk, Reston
"Bahaya radiasi Ultraviolet-B di tempat kerja yang dihasilkan oleh proses pengelasan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja pada pekerja PT. Jaya Asiatic Shipayrd Indonesia ? Batam, yang mana dalam proses produksinya melakukan proses pengelasan dalam penyambungan logam mempunyai potensi untuk terjadinya kelelahan mata pekerja las.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terjadi peningkatan keluhan kelelahan mata sebagai akibat pajanan radiasi Ultraviolet-B pada pekerja las di workshop Hull perusahaan. Faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata yang diteliti adalah tingkat radiasi Ultraviolet-B, serta beberapa faktor yang berkaitan dengan individu yaitu umur, lama paparan dan pemakaian Alat Pelindung Diri.
Penelitian ini dilakukan dengan disain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat dan akurat melukiskan gejala-gejala kelelahan mata pada kelompok atau individu pekerja las. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur tingkat radiasi Ultraviolet-B memapar pekerja las, serta mendapatkan data umur, lama paparan, dan pemakaian Alat Pelindung Diri melalui kuesioner.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa 90% pekerja las di workshop Hull mengalami keluhan kelelahan mata. Setelah dilakukan analisis data, ternyata keseluruhan pekerja las terpapar dengan tingkat radiasi yang dihasilkan oleh proses pengelasan yang melebihi nilai ambang batas. Analisis hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan kelelahan mata pekerja ternyata tidak terlihat adanya hubungan.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari hasil pengukuran radiasi Ultraviolet-B di workshop Hull melebihi nilai ambang batas yang diperbolehkan berdasarkan PERMENAKERTRANS No. PER.13/MEN/X/2012. Bagi peneliti lain yang ingin melihat faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan kelelahan mata pekerja las, perlu mempertimbangkan adanya populasi kontrol.

Ultraviolet-B radiation hazards in the workplace is a factor that caused of health effect and occupational disease on the workers of PT. Jaya Asiatic Shipayrd Indonesia - Batam, where in the process of their production conducting welding to connect metal, has the potential for eye fatigue of the welders.
This study aims to determine whether there is an increase in eye fatigue complaints as a result of UV-B radiation exposure to welder in Hull Workshop. Factor associated with complaints of eye fatigue studied is Ultraviolet-B radiation levels, as well as a number of factors relating to the individual, namely age, duration of exposure, and usage of Personal Protective Equipment.
The research was done by analytical descriptive design with cross sectional approach to find the facts to the proper interpretation and accurately describe the symptoms of eye fatigue on the individual or group of welder. Data collection was performed by measuring the levels of UV-B radiation exposed welders, as well as getting the data on age, duration of exposure and the use of Personal Protective Equipment through questionnaires.
The survey results revealed that 90% of workers in the Hull welding workshop complaint of eye fatigue. After analyzing the data, it turns out that the whole welders were exposed to radiation levels generated by the welding process that exceeds a threshold limit value. Analysis of the relationship between the factors that affect workers' complaints eyes fatigue was not visible.
From this study it can be concluded that the measurement of UV-B radiation in Hull workshop exceeds the threshold limit value allowed by PERMENAKERTRANS No. PER.13/MEN/X/2012. For other researchers who want to look at the factors that affect welders complaints eye fatigue, needs to consider the control population.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T40854
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Celinna
"Kemampuan menghadapi cekaman abiotik, termasuk radiasi UV-B menentukan kemampuan kolonisasi tumbuhan invasif Synedrella nodiflora (L.) Gaertn. yang tumbuh di tempat ternaung dan terbuka. Synedrella nodiflora diduga toleran terhadap intensitas UV-B yang relatif tinggi. Peningkatan ekspresi gen-gen penyandi Heat Shock Protein 70 (Hsp70) merupakan salah satu respons pertahanan tumbuhan terhadap cekaman UV-B. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian untuk membandingkan tingkat ekspresi gen penyandi Hsp70 di sitoplasma, mitokondria, dan plastida (Hsp70, mtHsc70-1, dan cpHsc70-2) pada daun Synedrella nodiflora terhadap kondisi lingkungan dengan intensitas radiasi UV-B yang berbeda. Penelitian dan pengukuran faktor lingkungan dilakukan di area kampus Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok. Real-time PCR digunakan untuk kuantifikasi cDNA Hsp70, mtHsc70-1, dan cpHsc70-2. Kuantitas cDNA tiap gen dinormalisasi terhadap gen TUB sebagai reference gene. Tingkat ekspresi gen relatif dianalisis dengan metode Pfaffl. Lokasi kontrol, ternaung, dan terbuka secara berturut-turut memiliki rerata intensitas radiasi UV-B sebesar 18,4 ± 0,1, 44,1 ± 0,6, dan 260,1 ± 78,3 mW/m2. Daun S. nodiflora dari lokasi ternaung memiliki tingkat ekspresi gen Hsp70, mtHsc70-1, dan cpHsc70-2 yang meningkat 85,54; 2,41; dan 30,58 kali relatif terhadap TUB. Daun dari lokasi terbuka memiliki tingkat ekspresi gen Hsp70, mtHsc70-1, dan cpHsc70-2 yang meningkat 2,01, 9,46, dan 2,50 kali relatif terhadap TUB. Tingkat ekspresi Hsp70 dan cpHsc70-2 relatif lebih tinggi pada daun yang dikoleksi dari lokasi ternaung, sedangkan mtHsc70-1 relatif lebih rendah. Sebaliknya, tingkat ekspresi Hsp70 dan cpHsc70-2 relatif lebih rendah padadaun yang dikoleksi dari lokasi terbuka, sedangkan mtHsc70-1 relatif lebih tinggi. Synedrella nodiflora di lokasi terbuka diduga telah teraklimatisasi terhadap kondisi lingkungan dengan suhu, intensitas cahaya, dan intensitas UV-B yang relatif lebih tinggi. Hal tersebut menyebabkan S. nodiflora di lokasi terbuka mengalami peningkatan suhu, intensitas cahaya, dan intensitas UV-B minimum yang dibutuhkan untuk menginduksi peningkatan ekspresi gen Hsp70 dan cpHsc70-2. Gen Hsp70, mtHsc70-1, dan cpHsc70-2 memiliki pola ekspresi yang berbeda pada kondisi lingkungan tumbuh Synedrella nodiflora, baik kondisi ternaung maupun terbuka (intensitas radiasi UV-B yang berbeda). Tingkat ekspresi Hsp70, mtHsc70-1, dan cpHsc70-2 diduga juga dipengaruhi oleh faktor lain, di antaranya suhu dan intensitas cahaya.

The ability to deal with abiotic stresses, including UV-B radiation determines the colonizing ability of an invasive plant species, Synedrella nodiflora (L.) Gaertn. that grows in shaded and open places. Synedrella nodiflora may possibly tolerant to relatively high UV-B intensity. Increased expression levels of genes encoding Heat Shock Protein 70 (Hsp70) are one of the plant defense responses against UV-B stress. Therefore, the study aimed was to compare expression levels of genes encoding cytosolic, mitochondrial, and plastid Hsp70 (Hsp70, mtHsc70-1, and cpHsc70-2) in Synedrella nodiflora leaves against environmental conditions with different UV-B radiation intensities. Research and measurement of environmental factors were carried out in Faculty of Mathematics and Natural Sciences campus area, Universitas Indonesia, Depok. Real-time PCR was used to quantify Hsp70, mtHsc70-1, and cpHsc70-2 cDNA. cDNA quantity of each gene was normalized to TUB gene as reference gene. Relative gene expression levels were analyzed using Pfaffl method. Average UV-B intensity radiation in control, shaded, and open locations were 18,4 ± 0,1, 44,1 ± 0,6, and 260,1 ± 78,3 mW/m2, respectively. Synedrella nodiflora leaves from shaded location had Hsp70, mtHsc70-1, and cpHsc70-2 expression levels that increased 85,54; 2,41; and 30,58-fold relative to TUB. Leaves from open location had Hsp70, mtHsc70-1, and cpHsc70-2 expression levels that increased 2,01, 9,46, dan 2,50-fold relative to TUB. Expression levels of Hsp70 dan cpHsc70-2 were relatively higher in leaves that collected from shaded location, while mtHsc70-1 was relatively lower. Inversely, expression levels of Hsp70dan cpHsc70-2 were relatively lower in leaves that collected from open location, while mtHsc70-1 was relatively higher. Synedrella nodiflora in open location is possibly have acclimatized to environmental conditions with relatively higher temperature, light intensity, dan UV-B intensity. This acclimatization caused S. nodiflora in open location experienced an increase in minimum temperature, light intensity, and UV-B intensity required to induce an increase in Hsp70 dan cpHsc70-2 gene expression. The Hsp70, mtHsc70-1, dan cpHsc70-2 genes have different expression patterns under growth conditions of S. nodiflora, both shaded and open conditions (different UV-B radiation intensities). The expression levels of Hsp70, mtHsc70-1, dan cpHsc70-2 may also influence by another factors, including temperature and light intensity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kemampuan penyerapan sinar UV oleh film selulosa ester dengan variasi ketebalan film telah diukur menggunakan alat biospec UV/Vis. Hasil pengukuran dibuat menjadi grafik absorbansi dan transmisi untuk mengetahui mekanisme penyerapan film terhadap sinar UV. Pembuatan film tipis selulosa palmitat dilakukan dengan teknik solvent casting, menggunakan selulosa palmitat yang disintesa sendiri dengan nilai derajat substitusi 2.479 (82,6% rasio esterifikasi). Pencapaian yang diinginkan dengan pembuatan film ini adalah didapat film yang transparan dan nilai transmisi UV yang rendah. Hasil yang didapat menunjukkan, selulosa palmitat memiliki penyerapan UV sebesar 84,47% serta pertransmisian 0,2% dan visibilitas 30,9%. Ketebalan dan waktu penyinaran terhadap penyerapan UV diketahui memberikan pengaruh penurunan penyerapan UV sebesar 560 ppm per menit penyinaran untuk film dengan ketebalan rata-rata 0,100 mm, dan 540 ppm dengan ketebalan rata-rata 0,131 mm. Sebaliknya, nilai transmisi UV meningkat sebesar 17 ppm untuk ketebalan 0,100 mm dan 5,8 ppm per menit untuk ketebalan 0,131 mm. Hal ini menunjukkan semakin lama dikenakan sinar UV, semakin banyak selulosa palmitat yang terdegradasi, serta semakin tipis ketebalan film semakin tinggi nilai transmisi UV."
MPI 9:1 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>