Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71576 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Press freedom in Indonesia is not apart from its accountabilities for particular delicts as set forth in Press Act and Criminal Law currently revised in line with the development of era and Indonesian cultures. Accountability of the press for delicts including humiliation, slandering and pornography where such involved parties shall account for. Meanwhile legal aspects for such involved parties include editor, writer, publisher, printing agency and distributors, with more advantageous legal position compared to the ones of non-press delicts."
384 WACA 7:26 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Oemar Seno Adji
Jakarta: Erlangga, 1977
343.598 OEM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1985
S21603
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bachsan Mustafa
Bandung: Alumni, 1987
343.099 8 BAC h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1994
343.099 PER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Efrizal
"Setelah dibentuknya UU. No. 40 Tabun 1999 tentang Pers, pemberlakuan delik pers menurut KUHP terhadap pers ternyata tidak lagi disepakati oleh sebagian kalangan terutama pers, karena dianggap bertentangan dengan asas lex specialis derogar lex generalis. Untuk menelusuri persepsi lex specialis terhadap UU Pers tersebut, permasalahan yang penulis ajukan tertuju pada tiga hal, yaitu berkaitan dengan pengkonstruksian delik-delik terhadap pers menurut UU Pers yang dihubungkan dengan asas legalitas dan asas lex specialis derogal lex generalis, kemudian sistim pertanggung jawaban pidana pers yang hams dibangun, dan terakhir mengenai pertimbangan hukum yang diambil oleh hakim dalam menentukan hokum terhadap pers.
Untuk rnenjawab ketiga permasalahan tersebut, penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan metode penelitian normatif yuridis. Sedangkan mengenai bahan ataupun data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder, berupa bahan hokum primer (peraturan perundang-undangan dan sebuah kasus pidana pers pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan), bahan hukum sekunder (literatur mengenai hukum pidana materiil dan hukum pers) dan bahan hukum tarsier (bibiliografi dan kamus). Untuk memperoleb data sekunder tersebut, alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan dan studi dokumen (kasus). Dalam penyajian dan analisa data, hal itu dilakukan secara deskriptif kualitatif, artinya materi pembahasan yang dituangkan dalam penulisan ini akan dikonstruksikan kedalam suatu uraian analisa hukum.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kesimpulan yang penulis peroleh terdiri atas tiga bagian. Pertama, konstruksi delik pets yang tercanturn dalam UU Pers ternyata tidak dimaksudkan untuk menghapuskan ataupun untuk menarik delik pers menurut KUHP kedalam UU Pers. Tetapi delik pers menurut UU Pers merupakan delik yang ditujukan pada perusahaan pets dan terbatas pada lima jenis delik pers. Sehingga delik pers menurut KUHP tetap berlaku bagi pers. Delik yang memang dapat dikatakan sebagai lex specialis terletak dalam gabungan pelanggaran norma, atau suatu pemberitaan pers itu baru dapat dituntut jika isinya secara keseluruhan melanggar norma agama, rasa kesusilaan dan asas praduga tidak bersalah.
Kedua, sistim pertanggung jawaban pers merupakan bentuk pertanggung jawaban korporasi. Dalam pertanggung jawaban pidananya, korporasi akan diwakili oleh penanggung jawab bidang redaksi dan bidang usaha. Sedangkan untuk pertanggung jawaban personal, konstruksinya ditempuh berdasarkan asas penyertaan dalam KUHP. Ketiga, dalam menentukan hukum terhadap pers, ternyata UU Pers memang turut dijadikan dasar pertimbangan hakim dalam menentukan hukum terhadap pers. Khususnya dalam hal norma delik dan pertanggung jawaban pers. Dalam putusannya, ternyata haldm tetap menerapkan delik pers menurut KUHP, karena unsur deliknya telah terpenuhi."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005
T19191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prija Djatmika
Malang: Bayu Media, 2004
070 PRI s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Hardiyudanto
"Tesis ini menggambarkan tentang Pemberitaan pers dalam sebuah kasus
konflik dapat berdampak kondusif maupun destruktif. Berdampak kondusif
apabila pemberitaan yang dihasilkan secara objektif mampu memberikan rasa
damai terkait dengan situasi yang ada. Sedangkan bersifat destruktif apabila
pemberitaannya malah dapat memicu atau memperbesar sebuah konflik. Untuk
pemberitaan yang dianggap bersifat destruktif, insan pers dapat dikenakan
pertanggungjawaban atau dijerat dengan tindak pidana pers (delik pers), baik
mengacu pada pasal-pasal KUHP dan UU No. 40 tahun 1999 tentang pers yang
saling melengkapi. Delik pers yang dapat digunakan terkait dengan pemberitaan
kasus konflik adalah delik penabur kebencian, delik agama, dan delik berita
bohong. Selain itu, dalam kedua perundang-undangan tersebut diatur juga pihakpihak
yang bertanggung jawab atas sebuah pemberitaan pers serta sanksi atau
hukuman pidana yang diterima. Perbedaan di antara kedua perundang-undangan
tersebut adalah dalam melihat pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas
sebuah pemberitaan pers. apabila KUHP mengatur bahwa setiap insan pers (setiap
individu) dapat dikenakan pertanggungjawaban, maka dalam UU No. 40 tahun
1999 hanya pemimpin redaksi yang dapat dikenakan pertanggungjawaban. Dalam
penerapannya, ketiga delik pers tersebut dapat digunakan untuk menjerat insan
pers dalam beberapa contoh pemberitaan, khususnya terkait dengan kasus konflik
di Ambon dan Sampit.

Abstract
The thesis describes a Press Release in a conflict case which may have
conducive and destructive impacts. It will have conducive impacts if the news is
produced objectively and may result in peaceful feeling related to the existing
situation. On the other hand, it will be destructive if the news can even trigger or
magnify a conflict. For the news considered as destructive, the members of the
press may be charged to be accountable or indicted with press criminal acts (press
offense), referring to the articles of Penal Code and the Law No. 40 of the year
1999 on Press (those two laws mutually complement each other). The press
offenses which may be used related to the press release of a conflict case are the
hatred spread offense, religion offense, and untrue news offense. In addition, in
the two laws the parties accountable for a press release and the sanction or
criminal punishment sentenced are governed. The difference between those 2 laws
is in looking at the parties who should be responsible for a press release. The
Penal Code governs that every member of the press (each individual) may be
charged accountable, whereas in the Law No. 40 of the year 1999 only the head of
the editorial staff can be charged accountable. In its implementation, the three
press offenses can be used to indict the members of the press in several examples
of a press release, especially related to the conflict cases in Ambon and Sampit."
Universitas Indonesia, 2011
T29298
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sadono S. Y.
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oemar Seno Adji
Jakarta: Erlangga, 1974
340 OEM p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>