Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97881 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Russian interested to the great tradition of science and civilization such as Byzantium and Arab as reference in building their scientifical tradition in any disciplines and fields of studies like astronomy, astrology and medical."
297 TURAS 12 (1-3) 2006
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Sudharma Putra
"Tradisi Marebu Mala merupakan salah satu tradisi yang terdapat di desa adat Beraban. Marebu Mala sangat terkait dengan suatu ritual yang berkenaan dengan pembersihan atau pensucian buana agung atau pembersihan terhadap alam semesta dalam ruang lingkup yang lebih kecil adalah lingkungan tempat pakraman desa adat setempat. Tradisi Marebu Mala diselenggarakan pada saat-saat tertentu tatkala adanya suatu kejadian atau peristiwa wabah penyakit atau hal lain yang mengancam keharmonisan hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya. Penelitian ini menggunakan metode pengamatan, wawancara, dan perpustakaan. Sedangkan, teori yang digunakan adalah teori neofungsional dan semiotik. Adapun perumusan masalahnya adalah apa fungsi dari tradisi Marebu Mala dan yang kedua bagaimana prosesi tradisi Marebu Mala dilakukan. Adapun pembahasannya yakni. Marebu Mala merupakan suatu tradisi yang telah ada dan dilakukan secara turun-menurun oleh masyarakat setempat. Ritual ini sangat sakral karena berkaitan dengan religi atau kepercayaan masyarakat. Fungsi dari Marebu Mala adalah melakukan penetralisiran terhadap energi-energi negatif baik yang disebabkan oleh alam maupun oleh ulah manusia sehingga keadaan yang buruk itu dapat dikontrol dan diredam, tidak menimbulkan impek yang buruk terhadap lingkungan kehidupan manusia. "
Denpasar: Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, 2017
902 JPSNT 24:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mina Elfira
"This article is a literary analysis on Aleksandra Mikhailovna Kollontai? Vasilisa Maligina (1923) by using a feminist approach. Issues on masculinity are the focus of the analysis. The main argument of this article is that through the main character of this story - Vasilisa Maligina - Kollontai tried to expose the new image of Russian women by reconstructing the concept of Russian traditional masculinity in Russian society under former Uni Soviet communist government based on patriarchal culture."
Depok: Faculty of Humanities University of Indonesia, 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Dyah Widyowati
"Orientalisme adalah sebuah evaluasi terhadap teks-teks Barat yang selalu menggambarkan budaya ketimuran sebagai inferior dan menggambarkan Timur secara klise dan dalam stereotip tertentu. Penelitian ini mengamati representasi Orientalisme yang digambarkan dalam film Bicycle Bride (2010) dan film The Big Sick (2017). Analisis ini menggunakan kerangka teoretis Orientalisme yang dikemukakan oleh Edward Said (1978) dengan meneliti representasi orang Asia Selatan dan Kaukasia dalam dua film ini. Pendekatan teoritis dari penelitian ini berkonsentrasi pada analisis tekstual yang berfokus pada karakter dan narasi verbal. Selain itu, makalah ini juga mempertimbangkan aspek non-narasi, seperti visual dan audio, terutama bagaimana mereka menggambarkan diskriminasi perempuan Asia Selatan. Temuan pada makalah ini menunjukkan bahwa dalam dua film ini, masyarakat Timur digambarkan sebagai kuno, tidak rasional, kurang memiliki rasa individualitas, dan tidak mau belajar dan tumbuh melalui adaptasi bahasa lokal. Sementara itu, orang-orang Barat digambarkan sebagai orang yang baik hati, dan penyelamat dengan menghadirkan orang-orang Asia Selatan sebagai orang yang mempunyai budaya dan sosial yang kurang dan tidak memiliki agensi untuk mengatasi situasi mereka yang terpinggirkan.

Orientalism is an evaluation of Western texts that have always represented the East as an inferior other and constructs the East by giving stereotypical images and clichés. This paper observes the representation of Orientalism depicted in Bicycle Bride (2010) and The Big Sick (2017). The analysis is done within the theoretical framework of Orientalism proposed by Edward Said (1978) by examining the representations of South Asians and Caucasians in these two movies. The theoretical approach of this study concentrates on textual analysis focusing on the characters and verbal narratives. Moreover, this paper also takes into account the non-narrative aspects, such as visual and audio, especially how they portray the discrimination of South Asian women. The findings suggest that in these two movies, the orients are being portrayed as old fashioned, irrational, lacking all sense of individuality, and not willing to learn and grow through adaptation of the local language. Meanwhile, the Westerns are portrayed as good-natured, and saviors by presenting South Asians as cultural and socially deficient and lacking the agency to overcome their marginalized situations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raniya Alyaghina
"Berkepanjangannya Perang Aceh yang bermula pada tahun 1873, telah mengorbankan banyak jiwa dan dana karena kekuatan perlawanan kelompok agama (Islam). Inilah alasan utama bagi pemerintah kolonial Belanda menganggap penting untuk menghadirkan sosok Snouck Hurgronje sebagai seorang orientalis untuk menjawab permasalahan yang ada. Penelitian ini menelusuri seberapa jauh peran Hurgronje dalam memberikan kontribusi bagi eksistensi kolonialisme Belanda di Aceh dan implikasi Hurgronje terhadap sendi-sendi keberagamaan dalam kehidupan masyarakat Aceh. Berdasarkan metode penelitian sejarah yang bersifat deskriptif eksplanatif, melalui studi kepustakaan dan analisis surat-surat Hurgronje kepada Theodore Noldeke tahun 1891, 1898, dan 1899, kebenaran hipotesis diungkap bahwa Hurgronje melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai orientalis yang berfokus di Aceh. Hal itu dibuktikan dengan sejumlah gagasan dan kemampuannya menyerap sejumlah persoalan yang diformulasikan dalam tiga kebijakan, sebagai salah satu faktor yang memberikan kontribusi atas takluknya Aceh oleh kolonialisme Belanda. Hasil penelitian juga mengungkap bahwa terfokusnya Hurgronje hanya pada toleransi persoalan ubudiyah dan muamalah, serta adanya pandangan yang menyepelekan kekuatan ajaran dan perilaku umat Islam Aceh, menjadikan upaya pemisahan sendi-sendi keberagamaan Islam dari penganutnya tidak menuai hasil sebagaimana yang diharapkan.

The prolonged Aceh War, which began in 1873, has sacrificed many lives and funds due to the strength of the resistance of religious groups (Islam). This was the main reason for the Dutch colonial government to consider it important to present the figure of Snouck Hurgronje as an orientalist to answer the existing problems. This study explores the extent to which Hurgronje’s role in contributing to the existence of Dutch colonialism in Aceh and his implications for the joints of the religious life of the Acehnese. Based on the historical method that is descriptive-explanative, through literature study and analysis of Hurgronje’s letters to Theodore Noldeke in 1891, 1898, and 1899, the validity of the hypothesis was revealed that Hurgronje carried out his duties and functions as an orientalist who focused on Aceh. This was proven by a number of ideas and his capability to absorb a variety of matters formulated in three policies, as one of the factors that contributed to the conquest of Aceh by Dutch colonialism. The results of this study also reveal that Hurgronje’s focus is solely on tolerance of ubudiyah dan muamalah issues, as well as a mentality that undervalues the strength of Acehnese Muslims’ tenets and behavior, leading to efforts to separate the religious foundation of Islam from its adherents not reaping the expected results."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Agung Sumarheni
"Upacar ngaben alit (mebretanem) ini memiliki suatu keunikan khusus diantara upacara-upacara keagamaan yang lain yang ada di Desa Busungbiu yang telah mereka lakukan secara turun-temurun. Keunikan upacara ngaben alit adalah upacaranya dilakukan hanya dikubur saja dan kuburannya itu rata dengan tanah. Setelah itu menggunakan upacara pada umumnya orang meninggal dan orang yang sudah meninggal itu dianggap sudah bersih atau ngabe, dimana secara umum dalam melaksanakan upacara ngaben tanpa dibakar dianggap belum ngaben yang sah. Jika hal tersebut tidak dipatuhi maka desa setempat akan memperoleh bencana. Untuk memperoleh data, digunakan teknik pengumpulan data primer yaitu data langsung dari sumber utama. Dalam hal ini peneliti menggali sumber dengan melakukan penelitian secara langsung terhadap masyarakat di Banjar Timbul Gegel Desa Busungbiu Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng. Sumber data sekunder yaitu data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak lain mencakup buku-buku, maupun hasil penelitian yang berbentuk laporan data. Kajian pustaka literatur perlu juga dilakukan untuk menguasai teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Upacara ngaben alit mempunyai tujuan khusus untuk mengetahui prosesi pelaksanaan dan untuk mengetahui landasan filosofis yang terkandung dalam pelaksanaan upacara ngaben alit. Karena upakara dan upacara yang mempunyai hubungan erat dengan pendidikan moral atau susila maupun filsafat, ini merupakan hal yang sangat perlu ditingkatkan. Dan dengan terpeliharanya ajaran-ajaran agama serta ajaran-ajaran budi pekerti, etika yang berdasarkan kitab suci maka budaya Bali akan dapat hidup terus."
Denpasar: Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, 2017
902 JPSNT 24:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Suryadi
"This paper looks at an early nineteenth-century Malay letter from a land of exile,
Ceylon (present Sri Lanka). The letter, written in Colombo, was dated 3 January
1807 and is in Leiden University Library MS Cod.Or.2241-I 25 [Klt 21/no.526]. It
was written by Siti Hapipa, the widow of the exiled Sultan Fakhruddin Abdul
Khair al-Mansur Baginda Usman Batara Tangkana Gowa, the 26th king of the
Gowa Sultanate of South Sulawesi who reigned from 1753 until 1767. He was
banished by the Dutch (Vereenigde Oost-Indische Compagnie, VOC) to Ceylon
in 1767 on a charge of conspiracy with the British to oppose the VOC trading
monopoly in eastern Indonesia. Although many studies of Malay letters exist,
letters from the lands of exile like such as the one discussed in this article have
received less scholarly attention. Also remarkable is that this is one of the rare
eighteenth- and nineteenth-centuries Malay letters written by a female. Setting
the scene with a historical sketch of the eighteenth and the early nineteenth
century in colonial Ceylon and the Netherlands East Indies, this paper provides
the transliteration of Siti Hapipa?s letter in Roman script, through which I
then analyse the socio-economic and political aspects of the family of Sultan
Fakhruddin in their exile in Colombo."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Suryadi
"This paper looks at an early nineteenth-century Malay letter from a land of exile,
Ceylon (present Sri Lanka). The letter, written in Colombo, was dated 3 January
1807 and is in Leiden University Library MS Cod.Or.2241-I 25 [Klt 21/no.526]. It
was written by Siti Hapipa, the widow of the exiled Sultan Fakhruddin Abdul
Khair al-Mansur Baginda Usman Batara Tangkana Gowa, the 26th king of the
Gowa Sultanate of South Sulawesi who reigned from 1753 until 1767. He was
banished by the Dutch (Vereenigde Oost-Indische Compagnie, VOC) to Ceylon
in 1767 on a charge of conspiracy with the British to oppose the VOC trading
monopoly in eastern Indonesia. Although many studies of Malay letters exist,
letters from the lands of exile like such as the one discussed in this article have
received less scholarly attention. Also remarkable is that this is one of the rare
eighteenth- and nineteenth-centuries Malay letters written by a female. Setting
the scene with a historical sketch of the eighteenth and the early nineteenth
century in colonial Ceylon and the Netherlands East Indies, this paper provides
the transliteration of Siti Hapipa?s letter in Roman script, through which I
then analyse the socio-economic and political aspects of the family of Sultan
Fakhruddin in their exile in Colombo."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2008
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The Siraman Gong Kyai Pradah Tradition is one of the local cultures in Blitar Regency, East Java Province. This Traditiona is still held twice a year by the supporting people in lodoyo, Sutojayan district, Blitar Regency.This is because the public belelves that supporters of this tradition will gain benefir for his or her life...."
PATRA 10 (3-4) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>