Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37465 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"The etiology of periodontal inflammation are periodontal pathogenic bacteriae and defence immune responses, as well as others local and systemic factors. Several predisposing factors, however, play an important role and unfortunately are less appreciated either by the dentist or the patient himself. Among these is the volatile sulphur compounds (VSC), which is found to be harmfull to the cell by causing the degradation of proteoglycan and glycoprotein, and result in the increase of the cell permeability. The volatile sulphuric acid-risk exposed-workers from galvanizing or battery factories have significantly greater proportion of deep pockets than the non-risk exposed-one. Cigarette's smoke also known to contain more than 4000 toxic agents which could delay the healing process of periodontal surgery lesions. It could be concluded that the volatile chemical compounds should be appreciated to lessen the morbidity rate of periodontal diseases."
[, Journal of Dentistry Indonesia], 2002
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Background. Periodontal therapy for treatment of periodontitis jnvolves the elimination of anatomic defect. There are two primary approaches to eliminating these anatomic defects : resective (gingivectomi, osseous resection, and apically positioned flaps), and regenerative surgery (osseous graft, guided tissue regeneration, resorbable barriers, coronally position flap). Aims. The dentist know the outcomes after periodontal surgery. References. Periodontal regeneration means healing after periodontal surgery that results in the formation of a new attachment apparatus. Consisting of cementum. Periodontal ligament, and alveolar bone. Periodontal repair implies healing without restoration of the normal attachment apparatus. Histologic evaluation is the only reliable method to determine the true efficacy of periodontal therapies. Discussion. The variables involved in periodontal wound healing to solve how to achieve periodontal regeneration are manipulation of progenitor cell, alteration of pathologically exposed
root surfaces, exclusion of gingival epithelium, and wound stabilization. Conclusions. Periodontal surgery usually do not result in periodontal regeneration. Gingival epithelium that proliferates apically can be enhibited by stabilization of the flap margin and regenerative surgery."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Handradika
"Pekerja di lapangan migas, khususnya di lepas pantai memiliki risiko yang tinggi terhadap pajanan BTX di area kerja. Pajanan bersumber dari aktifitas yang langsung bersentuhan dengan uap dan gas hidrokarbon yang sifatnya mudah menguap pada suhu kamar (Volatile organic compounds - VOC) sehingga memungkinkan terhisap oleh para pekerja dan menimbulkan efek kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan tingkat risiko nonkarsinogenik dan karsinogenik dari Pajanan BTX terhadap pekerja lepas pantai beserta manajemen risiko yang harus dilakukan. Penelitian ini merupakan studi potong lintang menggunakan pendekatan analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) yang meliputi 4 langkah penting: identifikasi bahaya, analisis dosis-respon, analisis pajanan dan karakterisasi risiko. Jumlah sampel berupa 95 orang pekerja tetap di perusahaan hulu migas X. Data penelitian diperoleh melalui wawancara dan pengukuran langsung, tingkat risiko dihitung dengan cara membagi asupan dengan dosis referensi BTX. Sebagai pembanding (control) dilakukan juga perhitungan terhadap 7 orang pekerja lepas pantai yang bekerja hanya di kantor (office).
Hasil penelitian menunjukkan risiko pajanan benzene non karsinogenik harus diwaspadai bagi pekerja lepas pantai dimana dari perhitungan diketahui nilai RQ (Risk Quotient) yang lebih dari satu baik untuk pajanan realtime (ada 21,05% pekerja) maupun pajanan lifetime (61,05% pekerja). Sementara untuk risiko pajanan non karsinogenik dari toluene dan xylene termasuk rendah. Ini ditunjukkan dari hasil perhitungan RQ untuk realtime maupun lifetime yang semuanya (100%) bernilai kurang dari satu (RQ <1). Untuk risiko kesehatan pajanan karsinogenik benzene, diperoleh bahwa 20% pekerja lepas pantai memiliki efek karsinogenik pada pajanan realtime dan 60% pekerja pada pajanan lifetime. Disimpulkan bahwa perlu dilakukan manajemen risiko terhadap pajanan senyawa benzene di lingkungan kerja lepas pantai, agar pekerja terhindar dari risiko kesehatan baik risiko nonkarsinogenik dan risiko karsinogenik jangka panjang.

This research has objective to predict carsinogenic and non carcinogenic effect of BTX exposure to offshore workers and the risk management required. It is cross sectional study which utilize the environmental health risk assessment approach. Sample consists of 95 offshore workers in upstream oil and gas company X. research data is compiled from direct interview and company measurement data. As a control, 7 administrative workers are involved in calculation.
The result of this research is non carcinogenic exposure of benzene must become a high concern which has risk quotient - RQ 21.05% at realtime exposure and 61.05% at lifetime exposure. There is little risk related to toluene and xylene. Its respectively RQ is lower than 1 for both of them. For carcinogenic health risk of benzene, 20% of offshore workers and 60% of offshore workers has carcinogenic effect to their health risk.It can be concluded that risk management is required for being applied in order to minimize the benzene health effect to offshore workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Priyanto
"Teknologi adsorpsi dengan memanfaatkan karbon aktif merupakan teknologi pengendalian VOC yang cukup banyak digunakan karena murah dan sederhana serta mempunyai efisiensi yang cukup tinggi untuk me-recover VOC.
Uji adsorpsi aseton dan kloroform terhadap karbon aktif kering (kadar air ± 0%) dan basah (kadar air ± 10%) pada temperatur adsorpsi 27°C menghasilkan kurva terobosan yang mengikuti S-shape dari emisi 10°, 20° dan 30°C, sedangkan kurva terobosan dan kapasitas adsorpsi dibawah ini hanya untuk emisi 30°C terhadap aseton dan kloroform. Dari kurva terobosan dapat dilihat karbon aktif kering mampu mengadsorp kadar uap aseton dari 29 mg/L sampai 409,81 mg/L, uap kloroform dari 29 mg/L sampai 900,83 mg/L. Untuk karbon aktif basah dapat mengadsorp kadar uap aseton dari 17 mg/L sampai 410,33 mg/L, dan uap kloroform dari 17 mg/L sampai 1002,95 mg/L.
Dari kurva terobosan dapat ditentukan kemampnan adsorpsi karbon aktif atau kapasitas adsorpsi karbon aktif (q*) untuk mengadsorp adsorbat. Karbon aktif kering mampu mengadsorp uap aseton sebesar 8184,53 μmol/gr karbon aktif kering; uap kloroform sebesar 7700,21 μmol/gr karbon aktif kering. Untuk karbon aktif basah dapat mengadsorp uap aseton sebesar 5420,06 μmol/gr karbon aktif basah; uap kloroform sebesar 5764,20 μmol/gr karbon aktifbasah.
Penentuan Iaju adsorpsi dilakukan pada daerah linier dari kedua jenis adsorbat. Laju adsorpsi aseton pada temperatur adsorpsi 27°C untuk karbon aktif keting mengikuti persamaan r = 0,1290 (q*- q) untuk daerah linier 0-57 menit, dengan karbon aktif basah, r = 0,1391(q*- q) untuk daerah linier 0-50 menit; klorofom, karbon aktif kering, r = 0,119 (q* - q) untuk daerah linier 0-65 menit, karbon aktif basah, r = 0,1293 (q* - q) untuk daerah linier 0-60 menit.
Kapasitas adsorpsi adsorbat pada karbon aktif dipengaruhi oleh temperatur adsorpsi. Hasil perhitungan panas adsorpsi aseton menggunakan karbon aktif kering menghasilkan harga panas adsorpsi (Q) sebesar - 29 kJ/mol dan dengan karbon aktif basah - 14 kJ/mol sedangkan pada adsorpisi kloroform sebesar -10 kJ/mol pada karbon aktif kering dan -15 kJ/mol pada karbon aktif basah. Ini menunjukkan adsorpsi yang terjadi merupakan adsorpsi fisika."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49142
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berna Elya
"Garcinia rigida merupakan tumbuhan asli Indonesia yang banyak terdapat di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Maluku. Sebagian besar genus Garcinia telah diteliti dan memiliki khasiat sebagai tanaman obat. Dua senyawa kimia berhasil diisolasi dari ekstrak n-heksan kulit batang manggis hutan (Garcinia rigida). Kedua senyawa tersebut adalah stigmasterol (senyawa A) dan suatu triterpen asam oleanolat (senyawa B).

Isolation and Characterization Chemical Compounds from the Brak of Garcinia rigida. Garcinia rigida is an Indonesia original plant growing on Sumatera, Java, Kalimantan, and Maluku. Most of its genus have been researched and proven as medicinal plants. Two compounds have been isolated from n-hexane stem-bark of Garcinia Rigida. The two compounds are Stigmasterol (compound A) and a triterpen oleanolic acid (compound B)."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Petrus Y.B M.Betan
"ABSTRAK
Tanaman Salam (Eugenia polyantha Wight) merupakan tanaman tingkat tinggi yang banyak tumbuh di Indonesia. Tanaman ini berasal dari Langkawi, Kelantan dan termasuk dalam famili Myrtaceae. Tanaman mi banyak manfaatnya antara lain sebagai penyedap masakan dan banyak digunakan sebagai obat tradisional untuk hipcrtensi, diabetes mcllitus. gangguan pcncemaan. dan lemah lambung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan menentukan struktur molekul senyawa kimia daiam kulit batang tanaman Salam, Isolasi senyawa kimia ini dilakukan dengan cara perendaman dalarn pelatut metanol. Ekstrak metanol selanjutnya dipisahkan komponen kimianya dengan kolom kromatografi.
Kornponen hasil isolasi kemudian ditentukan struktur molekulnya dengan menggunakan spektrofotometer inframerah (IR) dan kromatografi gas - spektrometer massa (GC-MS).
Komponen hasil isolasi diduga merupakan senyawa ester 14-metil-metilpentadekanoat, 13-metil-metilpentadekanoat dan metilheksadekanoat dengan rumus molekul C17H34O2."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Annisa Sophia
"ABSTRAK
Latar belakang: Penggunaan alat ortodonti cekat dapat mempersulit pembersihan gigi karena komponen alat ortodonti cekat mampu melindungi plak gigi dari pembersihan mekanis. Akibat dari buruknya oral hygiene, lingkungan rongga mulut dapat berisiko mengalami kondisi patologis pada jaringan periodontal, salah satunya periodontitis kronis. Tujuan penelitian: Mengetahui evaluasi gigi geligi yang mengalami periodontitis kronis pada kasus pemakai alat ortodonti cekat. Metode: Penelitian deskriptif retrospektif pada 76 subjek yang mengalami periodontitis kronis serta memakai alat ortodonti cekat, menggunakan data kartu status rekam medik Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI tahun kunjungan 2008-2017. Hasil: Frekuensi periodontitis kronis pada pemakai alat ortodonti cekat lebih sering pada gigi-gigi rahang bawah (51,3%), khususnya regio rahang bawah posterior (28,1%). Kelompok gigi dengan frekuensi periodontitis kronis tertinggi pada pemakai alat ortodonti cekat adalah kelompok gigi insisif (31,3%), khususnya elemen gigi 11 (4,6%). Sisi dengan frekuensi poket periodontal dan kehilangan perlekatan klinis tertinggi pada penderita periodontitis kronis yang memakai alat ortodonti cekat adalah sisi distal (32,6%). Sisi dengan frekuensi resesi gingiva tertinggi pada penderita periodontitis kronis yang memakai alat ortodonti cekat adalah sisi bukal (32,6%). Kesimpulan: Periodontitis kronis pada pemakai alat ortodonti cekat lebih sering pada gigi-gigi rahang bawah, khususnya regio rahang bawah posterior. Kelompok gigi dengan frekuensi periodontitis kronis tertinggi pada pemakai alat ortodonti cekat adalah kelompok gigi insisif, khususnya elemen gigi 11. Sisi dengan frekuensi poket periodontal dan kehilangan perlekatan klinis tertinggi pada penderita periodontitis kronis yang memakai alat ortodonti cekat adalah sisi distal. Sisi dengan frekuensi resesi gingiva tertinggi pada penderita periodontitis kronis yang memakai alat ortodonti cekat adalah sisi bukal.

ABSTRACT
Background: Usage of fixed orthodontic appliances could cause difficulty on oral cleansing because its components could protect dental plaque from mechanical cleansing. The consequence of bad oral hygiene leads to an oral environment that could be at risk for pathological conditions in periodontal tissues, such as chronic periodontitis. Objective: To understand the dental evaluation of chronic periodontitis in cases of fixed orthodontic patients. Method: This retrospective descriptive study was conducted on 76 subjects that have chronic periodontitis and also using fixed orthodontic appliances, by using medical records of Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI in period of 2008 - 2017. Result: The frequency of chronic periodontitis in users of fixed orthodontic appliances is more frequent in the mandibular teeth (51.3%), especially the posterior mandibular region (28.1%). The group of teeth with the highest frequency of chronic periodontitis in users of fixed orthodontic appliances was the incisors (31.3%), especially the 11 tooth element (4.6%). The side with highest frequency of periodontal pocket and clinical attachment loss in patients with chronic periodontitis who use fixed orthodontic appliances is the distal side (32.6%). The side with highest frequency of gingival recession in patients with chronic periodontitis who use fixed orthodontic appliances is the buccal side (32.6%). Conclusion: Chronic periodontitis in users of fixed orthodontic appliances is more frequent in mandibular teeth, especially the posterior mandibular region. The group of teeth with highest frequency of chronic periodontitis in users of fixed orthodontics is the incisor tooth group, especially the 11 tooth element. The side with highest frequency of periodontal pockets and clinical attachment loss in patients with chronic periodontitis using fixed orthodontic appliances is the distal side. The side with highest frequency of gingival recession in patients with chronic periodontitis using fixed orthodontic appliances is the buccal side."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariyanti Rezeki
"Trauma oklusi adalah kerusakan jaringan periodonsium akibat tekanan oklusal yang melebihi kapasitas adaptasi jaringan periodonsium, tekanan oklusal yang menyebabkan kerusakan tersebut disebut oklusi traumatik. Oklusi traumatik banyak dijumpai di klinik Periodonsia FKG UI, tetapi prevalensi, penyebab dan pola kerusakannya belum pernah diteliti.
Tujuan : mengetahui prevalensi, penyebab dan pola kerusakan akibat oklusi traumatik pada gigi-gigi anterior.
Metode : data diambil dari kartu status pasien peserta PPDGS Periodonsia di RSGMP FKG UI periode 2005-2006. Dianalisa prevalensi, penyebab serta pola kerusakan akibat oklusi traumatik.
Hasil : dari 207 pasien yang diperiksa, didapatkan 98 pasien (47%) atau 392 elemen gigi yang mengalami oklusi traumatik, dari jumlah tersebut 202 gigi (51.5%) adalah oklusi traumatik pada gigi anterior. Penyebab oklusi traumatik yang ditemukan yaitu hambatan oklusal pada waktu sentrik oklusi (kontak prematur) (5.9%), hambatan oklusal pada gerak artikulasi (blocking) (77.2%), palatal bite (2.5%), cross bite (0.9%), kombinasi blocking dan kontak prematur (3.9%), kombinasi blocking dan malposisi (0.5%), kombinasi blocking dan palatal bite (2.5%), kombinasi blocking, palatal bite dan crowding (0.9%), kombinasi blocking, kontak prematur dan palatal bite (0.9%), kombinasi blocking dan cross bite (0.5%), kombinasi kontak prematur dan cross bite (0.5%). Pola kerusakan yang terjadi yaitu resesi gingiva (1 mm-8 mm), kedalaman poket (1 mm-13 mm), kehilangan perlekatan epitel gingiva (1 mm-15 mm), kerusakan tulang alveolar (1/3 servikal-1/3 apikal), dan kegoyangan gigi (kegoyangan derajat 1-kegoyangan derajat 3).
Kesimpulan : prevalensi penyakit periodontal akibat oklusi traumatik pada penelitian ini cukup tinggi. Pada gigi anterior, penyebab yang paling banyak adalah hambatan oklusal pada gerak artikulasi (blocking) dan kerusakan yang terjadi bervariasi dari ringan hingga berat.

The result of the injury of periodontium tissue when the occlusal force is above the tissue adaptive capacity is called trauma from occlusion. The occlusal force that caused the injury called traumatic occlusion. Many traumatic occlusion cases are found in Periodontia Clinic FKG UI, but the prevalence, etiology and the pattern of the damages on the periodontal tissue that caused by traumatic occlusion have never been observed yet.
Objective : to observe the prevalence, etiology and the pattern of the damages on the periodontal tissue that caused by traumatic occlusion in anterior teeth.
Method : the data is taken from the patients medical records of the periodontist resident at RSGMP FKG UI on period of year 2005-2006. Prevalence, etiology, and the pattern of the damages on the periodontal tissue that caused by traumatic occlusion in anterior teeth was analyzed.
Result : A total of 207 patients, there are 98 patients (47%) or 392 elements teeth with traumatic occlusion, which 202 elements are anterior teeth. The etiology of traumatic occlusion that found are blocking (77.2%), palatal bite (2.5%), cross bite (0.9%), combination of blocking and premature contact (3.9%), combination of blocking and malposition (0.5%), combination of blocking and palatal bite (2.5%), combination of blocking, palatal bite and crowding (0.9%), combination of blocking, premature contact and palatal bite (0.9%), combination of blocking and cross bite (0.5%), combination of premature contact and cross bite (0.5%). The pattern of the damages on the periodontal tissue that caused by traumatic occlusion such as the increase of gingival recession (1 mm-8 mm), pocket depth (1 mm-13 mm), loss of attachment (1 mm-15 mm), alveolar bone damage (1/3 cervikal-1/3 apical), and tooth mobility (1 degree-3 degree).
Conclusion : based on this research, the prevalence of periodontal disease caused by traumatic occlusion is high. In anterior teeth, the most common etiology is blocking and the pattern of the damages are vary from mild to severe."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Wiriadidjaja
"Trauma oklusi adalah kerusakan jaringan periodonsium akibat tekanan oklusal yang melebihi kapasitas adaptasi jaringan periodonsium, tekanan oklusal yang menyebabkan kerusakan tersebut disebut oklusi traumatik. Oklusi traumatik banyak dijumpai di klinik Periodonsia FKG UI, tetapi prevalensi, penyebab dan pola kerusakannya belum pernah diteliti.
Tujuan : mengetahui prevalensi, penyebab dan pola kerusakan akibat oklusi traumatik pada gigi-gigi premolar.
Metode : data diambil dari kartu status pasien peserta PPDGS Periodonsia di RSGMP FKG UI periode 2005-2006. Dianalisa prevalensi, penyebab serta pola kerusakan akibat oklusi traumatik.
Hasil : dari 207 pasien yang diperiksa, didapatkan 98 pasien (47%) atau 392 elemen gigi yang mengalami oklusi traumatik, dari jumlah tersebut 67 gigi (17.1%) adalah oklusi traumatik pada gigi premolar. Penyebab oklusi traumatik yang ditemukan yaitu hambatan oklusal ketika sentrik oklusi (kontak prematur) (16%), hambatan oklusal pada gerak artikulasi (blocking) (70%), bruksism (5%), kombinasi blocking, perbandingan mahkota akar tidak seimbang (PMATS) dan cross bite 2%. Pola kerusakan yang terjadi yaitu resesi gingiva (1 mm-9 mm), kedalaman poket (1 mm?12 mm), kehilangan perlekatan epitel gingiva (1 mm?16 mm), kerusakan tulang alveolar (1/3 servikal-1/3 apikal), dan kegoyangan gigi (kegoyangan derajat 1-kegoyangan derajat 3).
Kesimpulan : prevalensi penyakit periodontal akibat oklusi traumatik pada penelitian ini cukup tinggi. Pada gigi premolar, penyebab yang paling banyak adalah hambatan oklusal pada gerak artikulasi (blocking) dan kerusakan yang terjadi bervariasi dari ringan hingga berat."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Nauli Komala
"

Pendahuluan: Periodontitis berasal dari hasil interaksi antara biofilm bakteri dan respon imun pejamu. Treponema denticola merupakan salah satu bakteri yang paling banyak terdeteksi pada pasien dengan periodontitis kronis. Matrix metalloproteinase-8 merupakan faktor pejamu yang penting yang terlibat dalam patogenesis penyakit periodontal, yang merupakan MMP kolagenolitik. Tujuan: untuk mengevaluasi proporsi bakteri T. denticola, ekspresi mRNA MMP-8, dan parameter klinis pada pasien periodontitis sebelum dan setelah skeling dan penghalusan akar (SPA) serta korelasi antara perubahan bakteri T. denticola dan ekspresi mRNA MMP-8 dengan parameter klinis.  Metode: Cairan krevikular gingiva dari 6 pasien periodontitis kronis yang tidak dirawat dan 1 subjek sehat diambil untuk menganalisa bakteri T. denticola dan ekspresi mRNA MMP-8 dengan quantitative polymerase chain reaction. Treponema denticola, ekspresi mRNA MMP-8, dan parameter klinis (kedalaman poket, indeks perdarahan gingiva, dan kehilangan perlekatan klinis) diperiksa sebelum dan 1 bulan setelah SPA. Uji Wilcoxon digunakan untuk membandingkan transkripsi mRNA, proporsi bakteri, kedalaman poket, kehilangan perlekatan klinis, dan indeks perdarahan gingiva sebelum dan setelah SPA. Uji Spearman digunakan untuk mengetahui korelasi antara T. denticola dan ekspresi mRNA MMP-8 dengan parameter klinis. Hasil: Pengurangan yang signifikan terlihat pada parameter klinis (P<0,05), meskipun perbedaan T. denticola dan eskprsi mRNA MMP-8 tidak signifikan (P>0,05). Hubungan yang positif terlihat antara perubahan proporsi bakteri T. denticola dengan perubahan indeks perdarahan gingiva (r = 0,029; P>0,05) dan perubahan ekspresi mRNA MMP-8 dengan perubahan indeks perubahan gingiva (r = 0,023; P>0,05). Kesimpulan: Terapi non bedah menghasilkan perbaikan yang signifikan dalam parameter klinis tetapi tidak pada jumlah bakteri T. denticola dan eskpresi mRNA MMP-8 serta korelasi yang tidak signifikan antara T. denticola dan mRNA MMP-8 dengan parameter klinis.  


Background: Periodontitis results from an outcome of interaction between bacterial biofilms and host immune response. Treponema denticola are one of the most common bacteria detected in patients with chronic periodontitis. Matrix metalloproteinase-8 (MMP-8) is an important host factor involved in the pathogenesis of periodontal diseases, which is the main collagenolytic MMP. Purpose: To evaluate the amount of Treponema denticola, MMP-8 mRNA expression and clinical parameters in periodontitis patient before after scaling and root planning (SRP) and correlation between clinical parameters and proportion of T. denticola and mRNA expression level of MMP-8. Methods: GCF from 6 untreated chronic periodontitis patients and 1 healthy subject were sampled and assessed for the T. denticola, MMP-8 mRNA expression by quantitative polymerase chain reaction (q-PCR). Treponema denticola, MMP-8 mRNA expression and clinical parameters which were pocket depth, papillary bleeding index, and clinical attachment loss were assessed 1 month before and after scaling. Wilcoxon test was used to compare the mRNA transcription level, amount of bacteria, pocket depth, clinical attachment loss and papillary bleeding index before and after SRP. Spearman test was used to correlate clinical parameter and change of proportion of T. denticola and mRNA expression level of MMP-8. Results: A significant reduction in the clinical parameters was noted after SRP than before it (P< 0.05), although the difference of T. denticola and MMP-8 mRNA expression was not significant (P> 0.05). A positive relationship was seen between changes in the proportion of T. denticola bacteria with changes in the gingival bleeding index (r = 0.029; P> 0.05) and changes in MMP-8 mRNA expression with changes in the gingival change index (r = 0.023; P> 0.05). Conclusion: Non-surgical therapy resulted in a significant improvement in clinical parameters but not the proportion of T. denticola and mRNA expression level of MMP-8 and insignificant correlation between T. denticola and MMP-8 mRNA with clinical parameters.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>