Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13814 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Coelho, Paulo
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014
869.342 COE w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lewis, C.S.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006
808.3 LEW s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Paolini, Christopher
"Sudah setahun Eragon berangkat dari Alagaësia untuk mencari rumah bagi generasi baru Penunggang Naga. Dia membangun benteng naga, menjaga telur-telur naga, dan berurusan dengan Urgal yang rusuh serta kaum peri yang angkuh."
Jakarta: PT Gramedia, 2021
823 PAO c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhila Setyo Hadi
"Pada drama Korea “It’s Okay to Not Be Okay” disajikan enam dongeng anak dengan tema seputar isu kesehatan mental yang diterbitkan semua di tahun 2020 oleh penerbit Wisdom House. Salah satu dongeng yang diterbitkan adalah dongeng berjudul Akmeongeul Meokgo Jaran Sonyeon yang telah ditulis oleh penulis Jo-yong. Salah satu tokoh dalam buku cerita anak tersebut adalah seorang penyihir. Penyihir di dalam buku cerita dianggap oleh penulis sebagai tokoh cerdik yang menyelamatkan seorang anak kecil dari mimpi buruk, tetapi di lain sisi penyihir tersebut juga memakan jiwa anak laki-laki yang merupakan protagonis di dalam cerita. Penelitian ini menganalisis penokohan penyihir di dalam dongeng anak Akmeongeul Meokgo Jaran Sonyeon. Penelitian menggunakan metode deskriptif dalam menganalisis penokohan karakter penyihir di dalam cerita. Hasil penelitian menunjukkan penyihir di dalam dongeng anak Akmeongeul Meokgo Jaran Sonyeon merupakan gambaran dari karakteristik penyihir modern yang memiliki sifat baik dan sifat jahat. Karakter dan watak penyihir dapat dijelaskan dengan analisis menggunakan teknik ekspositori oleh Nurgiyantoro.

In the Korean drama "It's Okay to Not Be Okay" six children's fairy tales with themes around mental health issues are published in 2020 by the publisher Wisdom House. One of the published fairy tales is a fairy tale entitled Akmeongeul Meokgo Jaran Sonyeon which was written by writer Jo-yong. One of the characters in the children's story book is a witch. The witch in the storybook is considered by the author as a clever character who saves a small child from a nightmare, but on the other hand the witch also eats the soul of the boy who is the protagonist in the story. This study analyzes the characterization of witches in the children's fairy tale Akmeongeul Meokgo Jaran Sonyeon. This research uses descriptive method in analyzing the characterization of the witch character in the story. The results showed that the witch in the children's fairy tale Akmeongeul Meokgo Jaran Sonyeon is a description of the characteristics of modern witches who have good and evil traits. The character and character of magicians can be explained by analysis using expository techniques by Nurgiyantoro."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa Diba Widjaya
"Penyihir perempuan adalah salah satu tokoh paling ambivalen dalam film horor karena mereka dapat bertindak sebagai kekuatan subversif, namun juga tokoh yang sesuai dengan stereotip misoginis perempuan. Berdasarkan buku Barbara Creed tentang monstrositas keperempuanan (monstrous-feminine), serta teori 'hina' (abject) dari Julia Kristeva, makalah ini mengeksplorasi bagaimana seksualitas dan kekuasaan perempuan direpresentasikan melalui figur penyihir dalam film horor—khususnya dalam konteks film Suspiria versi 2018 dan film The Lords of Salem (2012). Melalui pendekatan psikoanalitik terhadap narasi, karakter, serta simbol, yang dihubungkan dengan konsep monstrositas keperempuanan dan teori ‘hina,' makalah ini mencoba menggambarkan interpretasi tentang perempuan yang kompleks—dan seringkali saling bertentangan—dalam film horor bertema penyihir, di mana mereka sering digambarkan sebagai perempuan yang merdeka dan berkuasa tetapi pada dasarnya masih dianggap sebagai sesuatu yang 'lain' dan menakutkan. Penulis menemukan bahwa penggambaran sifat keibuan dan fungsi reproduksi perempuan dalam kedua film tersebut berperan dalam membangun ketakutan bawah sadar terhadap seksualitas dan kekuasaan perempuan. Selanjutnya, analisis ini menunjukkan bahwa kekuasaan perempuan masih digambarkan di bawah pengaruh konstruksi patriarki, terutama terkait dengan gagasan kuno tentang kecemasan pengebirian (castration anxiety). Pada akhirnya, penulis berpendapat bahwa representasi penyihir dalam kedua film masih penuh dengan ambiguitas, yang menjadikan mereka sebagai representasi pemberdayaan perempuan yang masih kurang stabil.

The female witch is one of horror cinema’s most ambivalent figures as they may act as a subversive force while still conforming to older misogynistic stereotypes of women. Drawing primarily on Barbara Creed’s book about the monstrous-feminine, as well as Julia Kristeva’s theory of the abject, this paper explores the way female sexuality and power are represented through the witch figures in horror cinema–specifically in the context of the 2018 version of Suspiria and the horror film The Lords of Salem (2012). Through a psychoanalytic examination of the narratives, characters, and symbols, in conversation with the concept of monstrous-feminine and ‘the abject,’ the paper attempts to illustrate the complex—and often conflicting—interpretation of women in witch-themed horror movies, in which they are frequently portrayed as liberated and empowered but are still being fundamentally regarded as ‘other’ and terrifying. The writer finds that the portrayal of the maternal traits and female reproductive function in both movies are instrumental in constructing the subconscious fear towards female sexuality and power. Furthermore, the analysis suggests that female power is still portrayed under the influence of patriarchal construction, particularly related to the ancient notion of castration anxieties. Ultimately, the writer contends that the representations of the witch in both movies are still fraught with ambiguities, which render them as an unstable figure of female empowerment. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab, 2003
232 BEL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Turner, Megan Whalen
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2011
880 TUR tt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Walton, Evangeline
Sauk City: Arkham House, 1945
813.52 WAL w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Turner, Megan Whalen
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2011
880 TUR kt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hadziqotul Aulawiyyah
"Peristiwa pembunuhan dukun santet pada tahun 1998 di Jawa Timur menewaskan korban total sebanyak 309 jiwa dengan menyisakan tuduhan bahwa peristiwa tersebut merupakan sebuah pelanggaran HAM berat. Tulisan ini membahas peristiwa tersebut dengan berfokus pada tiga isu, yaitu dalam konteks keamanan manusia, ancaman, dan konteks forecasting Intelijen. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode wawancara dan analisis data sekunder, serta pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian yaitu : dari konteks keamanan manusia peristiwa tersebut terdapat indikasi pembiaran dan gagalnya negara dalam menjalankan fungsinya dalam menjamin rasa aman bagi masyarakat. Dari perspektif intelijen, peristiwa tersebut adalah ancaman serius terhadap keamanan dan ketahanan nasional. Forecasting intelijen menganalisis kondisi dan faktor penyebab terjadinya peristiwa tersebut agar tidak terulang di masa yang akan datang. Negara dan aparaturnya harus memberi jaminan untuk menghindari terjadinya kekerasan atau pelanggaran HAM di masa yang akan datang dan harus bertindak secara cepat dan tepat dalam menangani semua isu dan ancaman terhadap keamanan dan ketahanan nasional. Masyarakat harus kritis dan harus terus melakukan kontrol serta pengawasan terhadap negara dan aparaturnya.

The incident of killing a witchcraft in 1998 in East Java killed a total of 309 people, leaving accusations that the incident was a gross violation of human rights. This paper discusses these events by focusing on three issues, namely in the context of human security, the context of threat intelligence, and the context of intelligence forecasting. This study uses a qualitative descriptive approach with interviews and secondary data analysis, and phenomenology approach. The results of the study are: from the context of human security, there are indications of the state's omission and failure in carrying out its function in ensuring a sense of security for the community. In the context of intelligence, the incident is a critical threat to national security and resilience. Forecasting intelligence analyzes the conditions and factors causing these events to prevent recurrence in the future. The state and its apparatus must provide guarantees to avoid future violence or human rights violations and must act quickly and appropriately in dealing with issues and threats to national security and resilience. The public must be critical and must continue to control and supervise the state and its apparatus."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>