Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162724 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Jakarta sebagai Ibu Kota negara dan kola Metropolitan, menjadi salah satu magnit bagi masyarakat Indonesia dan juga Dunia. Masyarakat kota dengan tingkat sosial ekonomi yang heterogen mempunyai aktivitas atau kegiatan yang tinggi dan beragam. Berbagai kegiatan ini membutuhkan ruang, tempat dan waktu. Kegiatan utama manusia adalah kegiatan untuk melangsungkan kehidupannya, untuk berinteraksi sosial dan juga untuk pengembangan diri. Kegiatan manusia di perkotaan juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Dari kebutuhan tempat-tempat untuk hidup dan bekerja (to live and to work) menjadi tempat untuk hidup (untuk tinggal, makan), bekerja, berinteraksi, berbelanja dan juga bcrekreasi atau bersantai (to Live, to Work, to Interact, to Shop and to leasure). Pengembangan kota sebagai tujuan wisata. selain melihat potensi tempat yang disesuaikan dengan kegiatan masyarakat dari berbagai golongan, hendaklah tidak melupakan benang merah pemersatu berbagai golongan dan identitas kota. Wisata kota sebagai suatu "perjalanan" adalah penelusuran seluruh komponen kehidupan manusia kota yang nyata dan berwujud pada kegiatan manusia yang menempati ruang dan waktu. Sejarah perkembangan kehidupan (budaya) dan kegiatan manusia pada suatu kota merupakan modal dasar bagi terwujudnya tempat-tempat wisata yang beridentitas. Berbagai artifak berupa bangunan dan arsitektur pada jamannya, tempat-tempat wisata budaya baik itu berupa permukiman penduduk, kawasan kerja, ruang publik, bangunan publik, pusat-pusat perbelanjaan maupun taman-taman rekreasi, menyatu membentuk fisik dan arsitektur kota. Jakarta memiliki potensi untuk pengembangan ini. Penulisan ini mcmaparkan berbagai potensi, hambatan serta upaya untuk mewujudkan kota Jakarta menjadi salah satu tujuan wisata masyarakat kota dan dunia. Ketidakseimbangan pcmbangunan sosial maupun fisik kota, ketidakseimbangan pembangunan gedung-gedung dengan ruang terbuka kota (ruang publik kota), menimbulkan berbagai permasalahan sosial psikologis kota. Hambatan berupa pengelolaan kota yang buruk, kemacetan lalu lintas, kurangnya tempat-tempat rekreasi nyaman yang mudah diakses berbagai golongan, pcnyebaran yang tidak merata, masalah keamanan, kenyamanan dan integrasi antara satu tempat wisata dengan lainnya, merupakan beberapa hambatan yang perlu ditangani untuk dapat menciptakan suatu "perjalanan" wisata kota yang menyenangkan."
720 JIA 3:2 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Brega Bernardhi Pamuji
"ABSTRAK
Arsitektur tidak hanya sebatas bangunan tinggi, perumahan, atau
infrastruktur. Efek psikologi, lingkungan, manusia, dan lain sebagainya juga dapat
dikategorikan atau berhubungan langsung dengan arsitektur. Sebagai arsitek kita
tidak hanya merancang sebuah ide atau design, tetapi diperlukan untuk berpikir
bagaimana efek tersebut terhadap sekitar, terutama perilaku manusia dalam
melakukan kejahatan. Karena itu penulisan ini akan membahas mengenai seperti
apakah pengaruh dari aspek arsitektur dan lingkungan yang rawan kejahatan yang
membuat perilaku manusia menjadi ingin melakukan kejahatan di tempat yang
rawan tersebut dibanding di tempat atau di lingkungan lain. Penulisan akan
menggabungkan analisis dari yang membedakan tempat-tempat rawan tersebut
dibanding tempat lainnya, selain itu analisis dan eksplorasi didasarkan pada
keadaan dan aspek arsitektur yang terletak di kota Jakarta, Indonesia.

ABSTRACT
Architecture is not only limited to high-rise buildings, housing, or perhaps
infrastructure. But the psychological effects, environmental, human, and so forth
can also be categorized or directly related to architecture. As architects we are not
only thinking of designing an idea or design, but it is also necessary to think how
such effects on the surroundings, especially human behavior in committing a
crime. Therefore, this paper will discuss what kind of influence on the aspects of
architecture and environments that are prone to be a place of crime and make
human behavior to be wanting to commit crimes in such places. Certainly, the
writing will combine the analysis of what distinguishes these vulnerable areas
from elsewhere. Besides the analysis and exploration is based on the
circumstances and aspects of architecture located in the city of Jakarta, Indonesia."
2016
S63216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendy Satrio Aji
"Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Jakarta dibangun sebagai infrastruktur pendukung Kota Ramah Anak, yang membutuhkan tempat bermain dan berekreasi, tempat kegiatan kreatif anak, ruang terbuka hijau, dan ruang kegiatan bersama anak dengan orang dewasa. Diperlukan sebuah kriteria RPTRA yang ideal untuk dapat mengoptimalkan peran RPTRA, khususnya di kawasan permukiman.
Penelitian ini menggunakan mix method dengan lokasi penelitian pada 3 RPTRA di Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Evaluasi dilakukan terhadap 3 faktor yaitu legalitas, kebutuhan dasar anak dan kebutuhan ruang publik. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa setiap kawasan permukiman memiliki karakteristik yang berbeda yang berpengaruh terhadap kriteria ideal sebuah RPTRA.

Child-Friendly Integrated Public Space (RPTRA) in Jakarta was initiated as a supporting infrastructure for Child Friendly City, which requires recreation area; place for creative activity, green open spaces, and space for children and adults activities. An ideal RPTRA criteria is required in order to optimize the role of RPTRA, particularly in settlement areas.
This study uses a mix-method at 3 study site in Kembangan Sub-district, West Jakarta. An evaluation conducted on 3 factors: legal; children basic needs; and needs of a public space. The results showed that each location has different characteristics that influence the ideal criteria for a RPTRA.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Azky Aulia
"

Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) adalah salah satu bentuk dari upaya pemerintah untuk menjaga kualitas anak-anak sebagai penerus bangsa dalam memajukan negara dimasa yang akan datang. Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar dalam melakukan aktivitas sosial lainnya. Besarnya manfaat serta kegunaan dari Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) harus tetap dijaga kualitasnya, pemerintah harus melakukan kontrol akan fasilitas publik dengan melakukan penilaian dari masyarakat terhadap fasilitas RPTRA agar dapat digunakan untuk jangka waktu yang panjang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data kuantitatif dengan melakukan survei dan teknik pengumpulan data kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan, observasi, dan dokumentasi yang keseluruhannya dikaitkan dengan konsep Ruang Publik yang dikemukakan oleh Carr memiliki lima dimensi, yaitu responsif, demoktratis, bermakna dan berarti, karakter serta kriteria. Setelah penelitian dilakukan dengan menggunakan 100 sampel, hasil dari penelitian ini berdasarkan indikator-indikator yang dijadikan sebagai instrumen penelitian menunjukkan bahwa kualitas RPTRA di Kelurahan Karet Tengsin (RPTRA Intiland dan Segas) adalah sangat baik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, rekomendasi yang dapat diberikan diantaranya dengan meningkatkan serta mempertahankan pelayanan serta kualitas yang sudah sangat baik dan memperhatikan selalu pertumbuhan anak agar tumbuh kembang dengan baik.       


Child Friendly Integrated Public Space (RPTRA) is one form of government efforts to
maintain the quality of children as the nations successor in advancing the country in the
future. Child Friendly Integrated Public Space (RPTRA) is also useful for the surrounding
community in carrying out other social activities. The magnitude of the benefits and
usefulness of the Child Friendly Integrated Public Space (RPTRA) must be maintained, the
government must exercise control of public facilities by conducting community assessments
of the RPTRA facilities so that they can be used for a long period of time. The study was
conducted using quantitative methods with quantitative data collection techniques by
conducting surveys and qualitative data collection techniques by conducting in-depth
interviews with informants, observations, and documentation which all of them are related to
the concept of Public Space proposed by Carr which has five dimensions, responsive,
democratic, meaningful and meaningful, character and criteria. After the research was
conducted using 100 samples, the results of this study based on the indicators used as
research instruments showed that the quality of RPTRA in Karet Tengsin Sub-District
(RPTRA Intiland and Segas) was very good. Based on the research that has been done,
recommendations that can be given include improving and maintaining services and quality
that are already very good and always pay attention to the growth of children so that they
grow well.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Saraswati Nurhidayah
"Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia memiliki perkembangan pembangunan fisik yang cukup pesat. Beberapa area di perkotaan belum secara intensif untuk mengalokasikan sebagai ruang publik, melainkan semakin banyaknya pembangunan seperti mall, perkantoran, dan perhotelan. Dengan adanya pembangunan yang cukup pesat tersebut, Kota Jakarta membutuhkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan.
Kebijakan publik mengenai RTH di wilayah perkotaan memiliki nilai estetika dan sekaligus sebagai wahana interaksi sosial bagi penduduk di perkotaan. Sulitnya pembebasan lahan dan kurangnya komitmen para pemangku kepentingan untuk meningkatkan lahan RTH menjadi kendala untuk mencapai target pengalokasian lahan RTH sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi kebijakan RTH di DKI Jakarta dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Penulis menggunakan model teori implementasi yang dikembangkan oleh Merilee S. Grindle. Penelitian ini menggunakan pendekatan postpositivis dengan metode kualitatif dnegan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam dengan beberapa pihak terkait.
Hasil penelitian diperoleh (1) implementasi kebijakan ruang terbuka hijau oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum sepenuhnya sempurna; (2) beberapa kendala diantaranya pembebasan lahan dan belum ada peraturan mengenai Masterplan RTH DKI Jakarta yang dapat menunjang penyelenggaraan penataan RTH di DKI Jakarta menjadi faktor-faktor penghambat yang mempengaruhi implementasi kebijakan ruang terbuka hijau di DKI Jakarta.

DKI Jakarta Province as the Capital of the Republic of Indonesia has a fairly rapid development of physical development. Some areas in urban areas have not been intensively allocated as public spaces, but more and more development such as malls, offices, and hospitality. With this rapid development, the City of Jakarta needs Green Open Space (RTH) to maintain the harmony and balance of the ecosystem of the urban environment.
Public policy regarding open green space in urban areas has aesthetic value and is also a vehicle for social interaction for urban residents. The difficulty of land acquisition and the lack of commitment of stakeholders to increase green open land is an obstacle to achieving the target of allocating green space according to Law Number 26 of 2007 concerning Spatial Planning.
The purpose of this study is to analyze the implementation of green open space policy in DKI Jakarta and what factors influence it. The author uses an implementation theory model developed by Merilee S. Grindle. This study uses a postpositivist approach with qualitative methods with data collection techniques in the form of in-depth interviews with several related parties.
The results of the study were obtained (1) the implementation of the green open space policy by the DKI Jakarta Provincial Government has not been fully perfect; (2) some constraints including land acquisition and there are no regulations regarding the DKI Jakarta Open Space Plan that can support the implementation of green open space arrangements in DKI Jakarta are the inhibiting factors that affect the implementation of green open space policies in DKI Jakarta.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
T54405
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vini Juliarini Putri
"Berdasarkan data migrasi risen, dalam lima dekade terakhir sejak tahun 1990 hingga 2010 jumlah penduduk Jakarta menunjukkan tren negatif. Sebagian besar penduduk cenderung pindah dari daerah pusat kota ke daerah pinggiran Jakarta sekitar Jawa Barat dan Banten. Peningkatan populasi di daerah tersebut juga meningkatkan kepadatan penduduk serta jumlah pekerja potensial dan menciptakan insentif bagi perusahaan untuk pindah untuk mencari tingkat biaya produksi yang lebih rendah terutama pada tingkat upah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepadatan penduduk dan pola pergerakan upah di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten selama periode 2001-2013 dengan menggunakan pendekatan spasial dan non spasial pada 33 kabupaten/kota di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, dengan variabel PDRB, jumlah perusahaan, jumlah pengangguran, dan investasi juga digunakan untuk menggambarkan karakteristik daerah. Regresi panel spasial digunakan untuk melihat interaksi spasial antar wilayah, yang tidak dapat diperoleh dengan metode klasik Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepadatan penduduk secara signifikan mempengaruhi upah riil baik di panel spasial dan non spasial serta terdapat autokorelasi spasial positif antar daerah, yang berarti terdapat pengaruh spasial upah riil antar wilayah.

According to net recent migration data, total population of Jakarta has decreased in the last five decades since 1990 until 2010. Most of the population tends to moved out from central city area to Jakarta?s periphery area around West Java and Banten. The increase of population in that area also increased the potential workers and created incentives for firms to move to find the lower cost of production on wages. This study aims to recognize the effect of population density and wage pattern in Greater Jakarta (Jakarta, West Java, and Banten) during the periode 2001-2013 using spatial and non spatial approach. We use panel data of 33 county/city in Jakarta, West Java, and Banten Province, while GDRP, number of firms, number of unemployment, and investment is also used as the proxy of region?s characteristic. By using spatial panel regressions we want to prove that there are spatial interactions among regions, which cannot be estimated by classic method of Ordinary Least Square (OLS). The results show that population density significantly affect the real wage both in spatial panel and non spatial panel then there are a positive spatial autocorrelation among regions, which means there are the spatial effect on real wage among regions."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S62923
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catherine Devina
"Pemukiman padat penduduk dalam area perkotaan selalu diperhadapkan dengan permasalahan keterbatasan ruang. Situasi ini mengakibatkan penggunaan ruang publik secara spesifik pada gang untuk penggunaan eksklusif dari penghuni, seperti memasak, mencuci, dan berjualan. Skripsi ini akan membahas tentang strategi pembentukan ruang publik menjadi ruang interior individu sebagai analogi dari proses mengkoleksi oleh Walter Benjamin, mulai dari memilih, membawa ke dalam, dan menampilkan. Metode kualitatif digunakan untuk melihat proses dan hasil dari interiorisasi dalam ruang publik yang dalam skripsi ini berlokasi di Kampung CikiniAmpiun, Jakarta Pusat. Melalui pembahasan ditemukan bahwa proses dan hasil dari interiorisasi individual tidak lagi terpisah satu sama lain melainkan berhubungan satu sama lain melalui relasi sosial.

High density settlements in an urban area are always confronted with the lack of space issue. This situation leads to the use of public space specifically the alley as a circulation space for exclusive uses of the inhabitants, such as cooking, cleaning, and selling. This study will discuss about the strategy of making a public space into an individual interior space as an analogy of collecting process by Walter Benjamin, from choosing, bring inside, and presenting. A qualitative method was conducted to trace the process and the result of interiorization in public space which case study was taken in Kampung Cikini Ampiun, Central Jakarta. The study revealed that the process and the result of the individual interiorization in public space are no longer separated from each other and yet they are connected by the inhabitant rsquo social relations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997
371.8 SIK
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrachman Surjomihardjo
Jakarta: Dinas Museum dan Pemugaran Propinsi DKI Jakarta , 2000
915.982 ABD s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1996/1997
371.8 SIK
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>