Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141927 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Francisca Lindawati Soetanto
Jakarta: UI-Press, 2012
PGB 0270
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Yatim
Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003
616.716 FAT o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jo Yenny Lindoyo
"Latar Belakang : Senam Pencegahan Osteoporosis (SPO) telah
disosialisasikan sampai ke daerah-daerah DT II di Indonesia. Untuk mengetahui evaluasi hasil SPO dengan menggunakan alat DEXA tidak dapat dilakukan di setiap kota karena tidak tersedianya alat tersebut. Cara pengukuran lain yang aman, relatif lebih mudah pengoperasiannya, dapat dipindahtempatkan serta mulai banyak digunakan adalah Quantitative Ultra Sound dimana salah satu merek adalah Achilles Express Lunar (AEL). Di Perjan RS dr. Hasan Sadikin Bandung belum ada penelitian mengenai evaluasi hasil SPO dengan menggunakan AEL.
Tujuan : Untuk mengetahui peningkatan massa tulang pasca SPO pada minggu ke-12,16 yang diukur dengan AEL.
Disain : Kuasi eksperimental dengan rancangan pre dan pasca perlakuan
Tempat penelitian : Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Perjan RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung
Pasien dan Cara Kerja : 36 subyek penelitian yang telah diperiksa massa tulang dengan AEL dan memenuhi kriteria penerimaan. 20 orang subyek mengikuti SPO (kelompok I) dan 16 orang subyek tidak mengikuti SPO (kelompok II) selama 16 minggu. Kedua kelompok mendapat edukasi setiap 1 bulan sekali. Dilakukan pemeriksaan ulang AEL pasca SPO minggu ke-12,16.
Hasil: Terdapat peningkatan massa tulang dengan AEL
Kesimpulan : SPO meningkatkan massa tulang dan dapat diukur dengan AEL pasca minggu ke-16."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T58801
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nissia Ananda
"Latar Belakang: Berkembangnya populasi lansia secara global termasuk di Indonesia tidak diikuti dengan kualitas hidup yang baik, yang salah satu penyebabnya adalah penyakit. Osteoporosis adalah salah satu penyakit dengan usia lanjut sebagai faktor risikonya. Deteksi awal osteoporosis antara lain dapat dilakukan melalui pengukuran tebal tulang kortikal mandibula pada radiograf panoramik.
Tujuan: Mencari nilai rata-rata lebar/tebalnya tulang kortikal mandibula pada individu yang berisiko mengalami osteoporosis dengan rentang usia 40-80 tahun tanpa membedakan wanita dan pria.
Metode: Sampel penelitian adalah radiograf panoramik yang berjumlah 89 dengan usia 40-80 tahun. Pengukuran tebal tulang kortikal mandibula dilakukan pada regio sekitar foramen mental kiri dan kanan.
Hasil: Nilai rata-rata tebal tulang kortikal mandibula 4,80618 mm pada populasi kelompok usia 40-80 tahun dengan kecenderungan lebih tebal pada kelompok usia 40-59 tahun dibandingkan pada kelompok usia 60- 80 tahun.
Kesimpulan: Nilai rata-rata tebal tulang kortikal mandibula pada kelompok usia 40-80 tahun pada penelitian ini masih tergolong normal.

Background: The increasing number of elderly population in the world, which including Indonesia, is not followed by enhanced quality of life of the elderly that partly caused by with one of the reason is diseases. Osteoporosis is one of the diseases with age as its risk factor. Panoramic radiographs can be used as early detection of osteoporosis, which one of the methods is measuring mandibular cortical bone thickness.
Objective: To obtain the average width / thickness of the mandibular cortical bone in individuals at risk of osteoporosis with age ranged 40- 80 years without differentiating women and men.
Methods: The research sample is panoramic radiographs. The study subjects were 89 people aged 40-80 years. Measurements of cortical bone thickness done in the left and right foramen mental region.
Results: Average width/thickness of the mandibular cortical bone in individuals at risk of osteoporosis with age range 40-80 years is 4,80618 mm. There is a tendency of thicker mandibular cortical bone in age ranged 40-59 years population than in age ranged 60-80 years population.
Conclusion: In this study, the average thickness / width of the mandibular cortical bone in the age group 40- 80 years were within the normal range."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S45042
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luki Dian Purnamasari
"Motivasi dipengaruhi oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik. Salah satu faktor intrinsik adalah pengetahuan, Pengetahuan yang baik tentang bahaya osteoporosis, dapat memperkuat motivasi untuk melakukan upaya pencegahan osteoporosis sedini mungkin, terlebih pada mahasiswi kesehatan yang telah terpapar dengan ilmu kesehatan sehari-harinya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknya pengaruh antara lamanya telah terpapar ilmu kesehatan dengan motivasi mencegah osteoporosis pada mahasiswi tingkat akhir dengan mahasiswi tingkat awal S-1 reguler FIK-UI. Penelitian ini dilakukan di FIK-UI dengan mengambil responden mahasiswi reguler angkatan 2005 dan 2008 sebanyak 97 orang dengan metode simple random sampling.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan distribusi frekuensi dan uji Chi Square untuk menganalisis hubungan antar variabel.
Hasil penelitian ini menyimpulkan ada pengaruh yang cukup signifikan antara telah lamanya terpapar ilmu kesehatan dengan motivasi mencegah osteoporosis pada mahasiswi keperawatan (p value= 0,002 < α= 0,05).
Peneliti menyarankan pada penelitian berikutnya dibahas pula mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi masing-masing kelompok dalam melakukan upaya pencegahan osteoporosis.

Motivation has been influenced by internal and external factors. The internal factor for instant the deepness of health insight. The good insight about the osteoporosis dangerous, will be force his motivation to prevent osteoporosis in the early age, especially among the students of Nursing Faculty, who has been studied the health science daily.
The objective of this research is to identify the impact of the length of health study on prevent osteoporosis motivation among regular students 2005 as a last grade and 2008 as a first grade of Nursing Faculty University of Indonesia. Respondent are regular women students in Nursing Faculty University of Indonesia with 97 persons by using simple random sampling.
Research design uses descriptive correlation and Chi-square test to analyze correlation between two variables.
The result of this research has proven that the length of the health study has a positive impact to their motivation on prevent osteoporosis significantly (p value= 0,002 < α= 0,05).
Researcher suggests for the future research to emphasis on factors whose influence the motivation of each group to prevent osteoporosis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5812
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Ilone
"ABSTRAK
Latar Belakang: Pasien Diabetes Mellitus DM tipe 2 memiliki peningkatan risiko terjadinya fraktur yang dikenal dengan istilah diabetoporosis. Pemeriksaan Bone Mass Densitometry BMD dinilai tidak superior dalam mendiagnosis diabetoporosis mengingat nilai BMD pada DM tipe 2 dapat normal bahkan meningkat. Beberapa penanda diharapkan dapat menggambarkan kualitas tulang secara non invasif. Peran AGEs dan reseptornya dinilai penting dalam proses diabetoporosis. Namun demikian, penelitian mengenai penanda AGEs dan reseptornya pada pasien DM tipe 2 masih tergolong sangat sedikit serta belum adanya penelitian yang membandingkan kadar AGEs dan reseptornya pada pasien DM tipe 2 dan subjek normal.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar pentosidine serum, esRAGE serum, rasio esRAGE/pentosidine serum antara pasien DM tipe 2 dan subjek normal, serta korelasi rasio esRAGE/pentosidine serum terhadap P1NP serum sebagai penanda peningkatan risiko diabetoporosis.Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang terhadap 38 perempuan DM tipe 2 belum menopause, berusia 35 tahun dengan diagnosis DM tipe 2 yang berobat di Poli Metabolik Endokrin RSCM, Klaster Diabetes Kencana RSCM, RSUP Persahabatan, RSUK Tugu Koja, RSUK Kemayoran, dan Puskesmas Jatinegara. Sebagai kelompok non DM adalah 36 perempuan non DM dengan rentang usia yang sama. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling terhadap darah yang terkumpul. Pemeriksaan Pentosidine serum dan esRAGE dilakukan dengan metode ELISA sedangkan pemeriksaan P1NP dilakukan dengan menggunakan metode ECLIA.Hasil Penelitian: Pasien DM tipe 2 memiliki kadar pentosidine lebih tinggi p=0,028 , kadar esRAGE yang lebih rendah p=0,248 , serta rasio esRAGE/pentosidine yang lebih rendah p=0,001 daripada subjek normal. Rerata kadar pentosidine serum pada DM tipe 2 dan subjek normal adalah 5406 1911 pmol/ml dan 3145 1892 pmol/ml; sedangkan median rasio esRAGE/pentosidine serum adalah 0,03 pg/pmol dan 0,06 pg/pmol. Tidak terdapat korelasi antara rasio esRAGE/pentosidine dengan kadar P1NP serum.Kesimpulan: Kondisi hiperglikemia pada DM tipe 2 menyebabkan tingginya kadar pentosidine serum yang tidak diimbangi dengan peningkatan kadar esRAGE serum. Secara khusus, terjadi penurunan rasio esRAGE/pentosidine serum pada pasien DM tipe 2 perempuan dan tidak ditemukan korelasi antara rasio esRAGE/pentosidine serum dengan kadar P1NP serum sebagai penanda formasi tulang.
ABSTRACT
Background: Diabetes Mellitus type 2 T2DM patients have an increased risk of fracture known as diabetoporosis. Examination of Bone Mass Densitometry BMD is considered not superior in diagnosing diabetoporosis since the BMD value in type 2 DM can be normal and even increased. Some markers are expected to describe bone quality in a non invasive manner. The role of AGEs and their receptors is considered important in the process of diabetoporosis. However, research on the role of AGEs and their receptors in T2DM patients is still lacking and there was no study comparing AGEs and their receptors in T2DM and non T2DM patients before.Aim: The aim of this study is to determine the difference of serum pentosidine level, serum esRAGE, serum esRAGE/pentosidine ratio between T2DM and non T2DM patients, and correlation of serum esRAGE/pentosidine ratio to serum P1NP as a marker of increased risk of diabetoporosis.Method: This is a cross-sectional study on 38 premenopausal females with T2DM with a minimum age of 35 years with symptoms or diagnosis of T2DM for more than 5 years, seen for treatment at Endokrin Metabolik Klinik at RSCM, Klaster Diabetes RSCM Kencana, RSUP Persahabatan, RSUK Tugu Koja, RSUK Kemayoran, and Puskesmas Jatinegara. Healthy controls are 36 non-DM females with similar age range. Sampling was done by simple random sampling. Serum pentosidine and serum esRAGE measurement were done by ELISA method and serum P1NP measurement was done by ECLIA method.Results: T2DM patients had higher serum pentosidine levels p=0.028 , lower serum esRAGE p=0.248 , as well as lower esRAGE/pentosidine p=0.001 ratios than non T2DM. Serum pentosidine in T2DM and non T2DM is 5406 1911 pmol/ml and 3145 1892 pmol/ml; whereas median ratio of serum esRAGE/pentosidine was 0.03 pg/pmol and 0.06 pg/pmol. There was no correlation between ratio serum esRAGE/pentosidine and serum P1NP in T2DM patients.Conclusions: Hyperglycemia in T2DM patients lead to high serum pentosidine levels that are not followed by elevated serum esRAGE levels. In combination, there was a decrease level of serum esRAGE/pentosidine ratio in T2DM patients. No correlation was seen between level of serum esRAGE/pentosidine ratio and level of P1NP as a marker for bone formation in T2DM patients. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58586
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Osteoporosis atau keropos tulang adalah kondisi dimana tulang menjadi tipis, rapuh,
keropos dan mudah patah sebagai akibat bertambahnya usia. Dengan perubahan gaya
hidup yang dijalani oleh kebanyakan masyarakat saat ini menyebabkan Osteoporosis
bukan lagi hanya milik wanita dan lansia. Penelitian ini bertujuan mengidentifiksi
tingkat pengetahuan kelompok usia muda tentang cara pencegahan Osteoporosis
sedini mungkin dengan membudayakan perilaku hidup sehat. Desain penelitian ini
adalah deskriptif sederhana. Data primer diperoleh dari 80 responden, merupakan
kelompok usia muda yang telah terpapar pengetahuan perilaku hidup sehat secara
umum, melalui kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan 70% dari total seluruh
responden telah memiliki tingkat pengetahuan kognitif sedang dan 77.5% dari total
seluruh responden telah memiliki tingkat pengetahuan afektif sedang. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah bahwa sebagian responden telah memiliki tingkat
pengetahuan sedang pada domain kognitif dan afektif selain itu juga diketahui bahwa
tingkat pengetahuan kognitif yang baik menunjang pengetahuan afektif yang baik
pula dan kesimpulan berikutnya adalah adanya kemungkinan hubungan antara latar
belakang pendidikan dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang
namun hal ini perlu pembuktian lebih lanjut dengan melakukan penelitian korelasi."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5289
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Dhahliawati
"Osteoporosis adalah suatu penyakit dengan tanda utama berupa berkurangnya kepadatan massa tulang, yang berakibat rneningkatnya kerapuhan tuiang dan meningkatkan resiko patah tulang. Osteoporosis rnerupakan masalah kesehatan yang cukup besar di dunia karena sering terjadi pada perempuan setelah menopause. Akan tetapi karena pengaruh perubahan gaya hidup seperti pengkonsumsian alkohol, merokok, jarang berolahraga, menyebabkan osteoporosis bukan hanya menjadi milik wanita dan lanjut usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentiiikasi hubungan tingkat pengetahuan tentang osteoporsosis dengan motivasi untuk melakukan pencegahan terhadap risiko osteoporosis. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatitf Responden penelitian adalah keiompok mahasiswa usia dewasa muda. Data diperoleh dari 80 responden. Data pada penelitian ini diambil dengan menggunakzm instrumen berupa kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi yaitu sebanyak 45 orang (56,3%). Responden memiliki motivasi tinggi untuk melakukan pencegahan terhadap resiko osteoporosis yaitu pada 42 orang (52%), Hal tersebut menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan dan motivasi mahasiswa tergolong baik dalam menghadapi resiko osteoporosis. Analisis lebih lanj ut didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bemiakna antara variabel tingkat pengetahuan dan variabel motivasi hal tersebut sesuai dengan hasil uji statistik Chi-Square yang menunjukkan P value > cz, pada U.0,05. Walaupun tidak terdapat hubungan yang bermakna, akan tetapi peningkatan pengetahuan masih tetap perlu dilakukan Tindakan promotif melaiui penyuluhan, seminar, media publikasi melalui poster dll, dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5601
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Halimah
"Angka harapan hidup di Indonesia meningkat dan tahun-talom sebelumnya akibat meningkatnya akses dan pelayanan kesehatan. Tahun 2004, jumlah tansia telah miencapai 16,5 juta jiwa, 52,6 persen adalah perempuan dan laimnya adalah lakt-laki. Masalah kesehatan yang paling banyak dihadapi oleh lansia perempuan adalah osteoporosis. Insidens osteoporosis pada perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan mempunyai kecenderungan terkena osteoporosis yaitu 1 dari 3 perempuan dan wumumnya pada perempuan pascamenopause dan laki-laki insidensnya lebih kecil, yaitu 1 dari 7 laki-faki.
Tujuan penelitian im untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan pada remodeling uatuk meningkatkan densitas mineral tulang 1,5% dan 3% pada tiga Iokasi pengukuran (lumbal, femur, radius) secta faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tulang pada pasien osteoporosis yang memeriksakan tulangnya di kink Makmal Terpadu Imunoendokrinologi FK UT. Penelitian ini merupakan studi /ongitudinal dalam mang lingkup ufi klinik, dengan analisis data sekunder yang memanfaatkan data yang ada pada catatan medik (Medical Record). Sampel berjamlah 52 pasien osteoporosis. Analisis data menggunakan aplikasi analisis survival mengpunakan variabel waktu (time) dan kejadian (event), dengan waktu pengamatan pasien dimulai dari Januari 2004-Desember 2007. Analisis mencakup analisis univartat, bivaniat metoda Kaplan-Meier, dan analisis multivanat dengan regresi cox ganda.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu remodeling adalah stendar operating prosedur (SOP) pengobatan , dan indeks massa tubuh. Pada SOP pengobatan di klinik Makmal waktm pertumbuhan lebih cepat dan berbeda bermakna dibanding SOP poli lain pada Jeambal (event 1,5% dan 3%), dan femur (event 15%). Begitu juga pada variabel IMT, waktu pertumbuhan tulang lebih cepat pada kelompok IMT <25 bila dibandingkan pada kelompok IMT >25 pada femur pertumbuhan 1.5%. Namun berbeda pada kelompok kontrasepsi dan usta pasien yang tidak memberikan waktu remodeling yang berbeda pada kelompok tersebut pada ketiga lokasi pengukuran.
Faktor penentu pettumbuhan milang adalah SOP pengobatan disampmng IMT pada /umbal dan femur pada event 1,5%. Hazard ratio SOP pada fumial adalah 3,359, artinya pasien yang mendapatkan terapi di Klinik Makmal 3,36 kali berpeluang untuk mencapai pertumbuhan tulang Jubal 1,5%. Dan hazard ratio SOP pengobatan pada femur event 1,5% adalah 2,182 artinya pasien yang mendapatkan SOP pengobatan klintk Makmal akan berpeivang 2,18 kali untuk mencapai pertumbuhan tulang fermr 1,5%. Faktor penentu pertumbuhan tulang radius adalah SOP pengobatan dan konirasepsi pada pertumbuhan 3% sesta SOP dan usia pada pertumbuhan 1,5%. Namun hasil multivariat pada tulang tangan mi tidak bermakna secara statistik.

Life expectancy in Indonesia is increasing every year as impact of access to health services. On 2004, number of elderly people is 16.5 million, 52.6% is female. The most health problem facing by female elderly is osteoporosis that it proved by incidence of osteoporosis among female is higher than male. In fact of that one out of three female tends to have osteoporosis; meanwhile the incidence among male is one out of seven.
The objective of this study is to know the length of time for bone development in order to increase the mineral bone denstty up to 1.5 % and 3 percentages in three measurement locations (/umbal, femur, radius). The study has probed as well as the influence factors of bone growth among the osteoporosis patients who were examinated their bone at Klinik Makmal Terpadu Imunoendokrinologi FK UI. This is a longitudinal study with scope in clinical area which include the secondary data analysis form medical record data. The total sample is 52 osteoporosis patients. Analysis survival application is performed for data analysis by using variable time and event form January 2004 to December 2007. The analysis in this study is univariate, bivariate, Kaplan-Meier method, and multivariate with double regresi cox.
The factors related with time of remodeling bone are medication standard operating procedure (SOP), and body mass index (BMI). Medication SOP in Klink Makmal has faster time of remodeling bone and significant result comparing with SOP in other clinic; on fwnbal (event 1.5 % and 3%), and femur (event 1.5%). Patiens with BMI < 25 has faster time remodeling bone than patiens with BMI > 25 on femur 1.5%. Contraception group and patient’s age have not enough provided the different time of remodeling bone in those measurement.
SOP hazard ratio on /zanbal is 3.359, it means patient who receives therapy in Klinik Makmal has 3.36 times chance to have lumbal remodeling bone up to 1.5%, Meanwhile, medication SOP hazard ratio on femur event is 1.5% is 2.182, means patient who receives medication SOP in Klinik Makmal has chance 2.18 times to have femur bone development 1.5%. Radius bone are medication SOP and contraception on development 3%, and SOP and age on development 1.5%. However, multivariate result does not show statistic significant on radius bone.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34271
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arnita Yeyen
"Kacang hijau (Vigna radiata (L.) R. Wilczek) mengandung fitoestrogen berpotensi untuk digunakan sebagai pengobatan preventif dan alternatif osteoporosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian sari kacang hijau (Vigna radiata (L.) R. Wilczek) terhadap densitas tulang dengan mengukur kadar kalsium femur menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) dan jumlah osteoklas dari preparat histologi yang dibuat dari bagian tibia tikus yang diovariektomi.
Metode ovariektomi digunakan untuk mewakili kondisi osteoporosis yang dilakukan pada 36 tikus betina galur Sprague Dawley yang terbagi ke dalam 7 kelompok. Kelompok 1 (K1) yaitu kelompok Sham adalah kontrol tikus dengan pembedahan tanpa ovariektomi dan akuades, kelompok 2 (K2) yaitu kontrol negatif tikus ovariektomi dan diberi akuades, kelompok 3 (K3) adalah kontrol tikus ovariektomi yang diberi Estradiol, kelompok 4 (K4) adalah kontrol tikus ovariektomi yang diberi vit E, kelompok K5, K6, dan K7 adalah kelompok tikus yang diberikan sari kacang hijau 50 g/100 ml dengan variasi volume 5 ml/200 gBB, 2,5 ml/200 gBB, dan 1,25 ml/200 gBB tikus. Terhadap 6 kelompok kecuali kelompok sham dilakukan ovariektomi pada hari ke-1 kemudian diistirahatkan selama 20 hari. Bahan uji diberikan satu kali sehari secara oral pada hari ke 21 sampai hari ke 50. Pengukuran kadar kalsium dilakukan pada hari ke 51.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sari kacang hijau tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kadar kalsium tulang dan jumlah osteoklas terhadap hewan perlakuan.

Greenbean (Vigna radiata (L.) R. Wilczek) contained phytoestrogen suspected has a potential effect as an preventive and alternative treatment of osteoporosis. This study proposed to determine the effect of extracts of mung bean (Vigna radiata (L.) R. Wilczek) on bone density by measuring calcium levels using Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS) from femur and the number of osteoclasts collected from histological object which made from ovariectomized rat?s tibia.
Ovariectomy method conducted to represent the osteoporosis condition on 36 female Sprague Dawley strain rats were divided into 7 groups. Group 1 notice as Sham was the rat control with surgery without ovariectomy and given with distilled water, group 2 as negative control is given distilled water and ovariectomized rat control, group 3 rat positive control were ovariectomized and is given estradiol, group 4 as positive control 2 rat were ovariectomized given vitamine E. Group 5, 6, and 7 are given the greenbean milk from 50 g/100 ml green bean by volume variation 5 ml/200 gBW, 2.5 ml/200 gBW, and 1.25 ml /200 gBW. Six groups had ovariectomized except sham group and rested for 20 days. Greenbean milk was given orally once daily started from day 21th until day 50th. Calcium concentration and osteoclas measurements process taken on day 51th.
The results of bone calcium levels and osteoclast number showed that greenbean milk did not give significant differences among ovariectomized rats."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T38952
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>