Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10007 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Para peneliti bahasa (language researchers), khususriya yang menekuni bidang tipologi bahasa (language typology), hampir dapat dipastikan mereka pernah mengalami satu situasi dimana mereka memperoleh data lapangan yang berbeda antara satu informan dengan informan lainnya. Artikel ini memiliki dua hipotesis, yaitu, "Mengapa penutur asli (native speakers) dari sebuah bahasa memberikan data yang berbeda dalam penelitian lapangan?" dan "Apakah perbedaan ini muncul akibat tingkat kompetensi (competence) dan performa (performance) dari penutur ash tidak merata?" Hipotesis di alas akan diulas dengan menggunakan satu konsep umum yang diberi nama kriteria antarsubjek (intersubjective criterion)"
410 JLS 4:2 (2004)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cheney, Scott
"Know what benchmarking is and the benefits, types, and processes of benchmarking. Understand how benchmarking training differs from benchmarking other functions."
Alexandria, VA: [American Society for Training & Development Press, American Society for Training & Development Press], 2001
e20435450
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Rubini Jusuf
"Insentif merupakan salah satu sistem reward yang mempunyai tujuan memotivasi pegawai untuk Iebih meningkatkan prestasi kerjanya. Selama ini sistem insentif yang berlaku berdasarkan kehadiran dan penilaian yang belum ada ukuran-ukuran kriteria yang jelas sehingga terkadang tidak obyektif dalam menentukan besarnya insentif yang diterima setiap bulannya. Hal ini menimbulkan ketidakadilan antara pegawai yang aktif masuk kerja dan produktif dengan pegawai yang tidak aktif masuk kerja maupun kurang produktif. Karena sistem absensi di Pusdata LAPAN sudah dijalankan secara rutin, maka dapat di buat suatu sistem penentuan insentif yang didasarkan atas presensi sebagai salah satu variabel dalam prestasi kerja. Variabel-variabel lain yang mempengaruhi prestasi kerja adalah kualitas kerja, kuantitas kerja, kepemimpinan, kemampuan memecahkan masalah, inovasi dan kreativitas, kemampuan respans, komunikasi, kerjasama, kemampuan adaptasi serta pengetahuan dan keterampilan teknis.
Dari latar belakang dan permasalahan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang diperlukan dalam penilaian kinerja dan membuat model penentuan sistem insentif berdasarkan kinerja. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif dengan menjelaskan variabel-variabel yang mejadi faktor penilaian kinerja. Populasi untuk penelitian ini adalah seluruh pelaksana kegiatan penelitian dan operasional pada Pusdata LAPAN Jakarta dengan menggunakan total populasi berjumlah 80 orang. Instrumen penelitian yang digunakan menggunakan kuesioner. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel kualitas kerja, kuantitas kerja, kepemimpinan, kemampuan memecahkan masalah, inovasi dan kreativitas, kemampuan respons, komunikasi, kerjasama, kemampuan adaptasi, disiplin kerja serta pengetahuan dan keterampilan teknis. Teknik analisis data menggunakan metode analisis faktor dan pembobotan.
Hasil penelitian menunjukkan ke-11 variabel layak digunakan sebagai faktor penilaian kinerja berdasarkan angka KMO and Bartlett Test yaitu 0.878 dengan signifikansi 0.000 dan angka MSA tiap variabel bernilai lebih besar dari 0.5. Pada proses factoring dengan metode Principal Component Analyis terbentuk 2 faktor utama dengan nilai initial eigenvalues lebih besar dari 1.00. Deegan 2 faktor yang terbentuk angka eigenvalues masih di atas 1 yaitu 1.247, dan 2 faktor ini dapat menjelaskan varian variabel sebesar 61.250%. Melalui rotasi dengan metode Varimax, diketahui distribusi dari variabel awal pada 2 faktor utama, yaitu faktor 1 meliputi kualitas kerja, inovasi dan kreativitas, kepemimpinan, kemampuan menyelesaikan masalah, kerjasama, komunikasi, serta pengetahuan dan keterampilan teknis. Faktor 2 meiputi kuantitas kerja, kemampuan adaptasi, kemampuan respons serta disiplin kerja.
Untuk membangun sistem penilaian kinerja yang lebih terukur, dibangun point sistem pada masing-masing faktor dan variabel dengan nilai maksimum point 600. Dari hasil penelitian diperoleh bobot faktor I menempati persentase 73% dan faktor 2 memiliki persentase 27%, selain itu dihitung pula bobot flap variabel dalam faktor. Hasil simulasi menunjukkan sistem dapat digunakan, tetapi dalam implementasi di lapangan perlu penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan dan pengembangan lebih lanjut menggunakan sistem database.

Incentive constitutes one of reward system aiming at motivating employees to increase their work achievement. Incentive that has been used in based on the presence and the evaluation with no clear parameters of criteria, sometimes it is not objective in determining the incentive accepted monthly. This case causes unfairness between the employees who are active to work and productive and those who are not active to work and lack of productivity. Since the system of presence at PUSDATA LAPAN has been run routinely, it can be made an incentive determination system based on the presence as one of variables in work achievement. Other variables affecting work achievement is quality of work, quantity of work, leadership, ability to solve a problem, innovation and creativity, responsiveness, communication, cooperation, ability to adapt and knowledge and technical skill.
From the background and problem above, the aim of the research is to know what factors needed in evaluating performance and to make and incentive system determination model based on performance. This research is an explanative research explaining variables as an evaluation factor of performance. The population of this research is all executors of research and operational activities at PUSDATA LAPAN Jakarta with total population are 80 people. The research instrument used is questionnaire. The variable researched in this research is variable of quality of work, quantity of work, leadership, ability to solve a problem, innovation and creativity, responsiveness, communication, cooperation, ability to adapt, work discipline and knowledge and technical skill. The technique of analyzing data uses Factor Analysis and Factor Weighting.
The result of the research shows that the 11 variables are worth to be used as a workability evaluation factor based on number KMO and Bartlett Test, that is 0.878 with the significance 0.000 and number MSA every variable has more than 0.5. In the factoring process with Principal Component Analysis method, it is formed 2 main factors with initial eigenvalues more than 1.00. With 2 factors formed, number eigenvalues still upper 1, is 1.247, and these 2 factors can explain variable variance 61.250%. Through rotation using Varimax method, it is known the distribution of the variable at 2 main factor, they are first factor consisting of quality of work, innovation and creativity, leadership, ability to solve a problem, cooperation, communication, and knowledge and technical skill. Second factor consisting quantity of work, ability to adapt, responsiveness, and work discipline.
To build a performance evaluation system better measured, it is built a point system in every factor and variable with maximum point 600. The result of the research shows that factor 1 has 73% and factor 2 has 27%, furthermore, the weight of every variable in each factor was calculated too. Simulation of the system shows it can be implemented with some adjustment regarding the real need, and in the future it is possible to develop this system based on database system.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T17396
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fajar Ariwinadi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja bank-bank di Indonesia dengan metode pengukuran kinerja alternatif : data envelopment analysis. Hasil pengukuran tersebut, dianalisis lebih lanjut terutama terhadap bank-bank yang dinilai berkinerja baik dikaitkan dengan kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia dalam mendorong konsolidasi perbankan dan menarik investor asing ke dalam industri perbankan nasional. Hasil analisis merekomendasikan bahwa bank-bank yang dinilai berkinerja baik ternyata adalah bank-bank yang mempunyai aset dan modal besar serta dimiliki oleh investor asing atau pemerintah. Sehingga bisa diambil kesimpulan berdasarkan hasil dari pemodelan data envelopment analysis ini, bahwa kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia ternyata tepat.

The objective of this thesis is to measure banks performance in Indonesia with alternative measuring method : data envelopment analysis. The measurement result will be furthered analyze around banks that are considered have good performance and their relation to government and Bank Indonesia`s policies to urge banks consolidation and attract foreign investor to participate in Indonesia`s banking industry. The result recommend that banks with good performance tend to have big assets and capitals and owned by foreign investor or government. So it can be concluded, that the policies of government and Bank Indonesia is correct."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T25526
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vunny Wijaya
"Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) merupakan salah satu badan penelitian pengembangan yang telah banyak berkontribusi dalam pembangunan kesehatan nasional karena penelitian yang dijalankan. Model Achieve sebagai salah satu teori yang mengintegrasikan elemen ability, elemen clarity, elemen help, elemen incentif, elemen evaluation, elemen validity, dan elemen environment digunakan untuk menganalis permasalahan yang ada untuk selanjutnya dapat ditindaklanjuti pimpinan dalam menentukan prioritas masalah organisasi. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja Badan Litbangkes berdasarkan model Achieve.
Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivis. Sedangkan metode yang digunakan yaitu kualitatif. Sumber data primer yang digunakan melalui hasil wawancara dengan para informan yang telah dipilih. Beberapa temuan penelitian diantaranya terkait elemen ability yaitu pentingnya langkah advokasi terkait ketersediaan anggaran untuk tugas belajar. Elemen clarity yaitu kelalaian dalam hal administrasi yang dilakukan peneliti dapat dibantud dengan follow up dati Tim Administrasi.
Elemen help yaitu dapat dipertimbangkan untuk memberikan insentif tambahan terkait melalui quota dan peningkatan anggaran seminar/workshop internasional. Elemen incentive yaitu motivasi atau pembinaan-pembinaan lebih lagi terkait disiplin diri Elemen evaluation yaitu umpan balik sebaiknya dua arah termasuk bawahan ke atasan. Terakhir pada elemen validity yaitu langkah percepatan pembentukan majelis etik peneliti sehingga peneliti yang ada lebih kompeten dan bertanggung jawab.

National Institute of Health Research and Development is one of the development research agency that has contributed a lot in national health development because research is being carried out. Achieve model as one of the theories that integrates element of ability, clarity element, help element or organizational support, incentive element, evaluation element, validity element, and environment element is used to analyze existing problems for futher action followed up by the leader in determining organizational problem priorities. Thus, the purpose of this study is to analyze the performance of National Institute of Health Research and Development based on Achieve model.
This study uses a post-positivist approach. While the method used is qualitative. The primary data source is used through the results of deep interviews with selected informants. Some research findings are related to the ability element, namely the importance of advocacy steps related to the availability of budgets for learning assignments. The clarity element, which is negligence in terms of administration conducted by researchers, can be contested with follow-up from the Administration Team.
Help element that can be considered to provide additional incentives related to quota and increased budget for international seminars / workshops. The incentive element is motivation or coaching more related to self discipline Element evaluation, namely feedback should be two-way including subordinates to superiors. Finally, the element of validity is the step of accelerating the formation of a research ethics council so that existing researchers are more competent and responsible."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
T52984
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Uli Sintong
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara iklim organisasi dan efikasi diri dengan kinerja pegawai pada Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI. Iklim organisasi merupakan semua lingkungan yang dihadapi oleh manusia dalam suatu organisasi yang mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas keorganisasiannya, yang diukur berdasarkan dimensi otonomi, kebersamaan, kepercayaan, tekanan, dukungan, pengakuan, kewajaran dan inovasi. Efikasi diri adalah evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri atas kemampuannya melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan, dan menggerakan motivasi yang diperlukan untuk keberhasilan dalam melaksanakan tugas yang diukur dengan indikator: besaran, kekuatan dan generalitas. Sementara kinerja pegawai adalah penilaian diri terhadap prestasi kerja yang diperlihatkan seseorang dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan diukur dengan indikator: kecepatan, kualitas, layanan, nilai, keterampilan interpersonal, mental untuk sukses, terbuka untuk berubah, kreativitas, keterampilan berkomunikasi, inisiatif, dan perencanaan organisasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe penelitian eksplanatif. Sampel yang digunakan sebanyak 93 orang yang diambil dengan teknik sensus. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan statistik non parametrik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa iklim organisasi dan efikasi diri memiliki hubungan positif dan signifikan dengan kinerja pegawai P3DI Sekretariat Jenderal DPR RI. Hasil ini memberikan arti bahwa semakin baik iklim organisasi dan semakin tinggi efikasi diri, maka semakin baik kinerja pegawai; sebaliknya semakin buruk iklim organisasi dan semakin rendah efikasi diri, maka semakin buruk kinerja pegawai. Dengan demikian iklim organisasi dan efikasi diri menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka perlu adanya pembenahan terhadap iklim organisasi dan efikasi diri. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan kompetensi komunikasi interpersonal dan kecerdasan emosional, peningkatan kompetensi pegawai melalui pelatihan, memberikan pekerjaan sesuai deskripsi tugas, mengusahakan penghargaan kepada para pegawai yang berprestasi, dan penerapan sistem kompensasi yang adil, dan menjadikan sikap inovatif sebagai budaya dan filosofi organisasi. Sementara untuk meningkatkan efikasi diri perlu adanya pemberian pemahaman terhadap pegawai tentang efikasi diri, mulai dari pengertiannya, manfaatnya sampai cara-cara untuk meningkatkannya dan mengadakan pelatihan khusus untuk meningkatkan efikasi diri pegawai.
The research objective is to examine the influence of organizational climate and self efficacy on personel performance at Centre for Research and Processing Data and Information of Secretariat General of DPR RI. Organizational climate refers to all environment aspect that people face in an organization that influenced someone in doing his organization task, which could be measured by dimension of autonomy, cohession, trust, pressure, support, recognition, fairness, innovation.
Self efficacy is the evaluation of self capabilities in doing the tasks, to achieve the goals and drives motivation to get succeed in doing the tasks that could be measured by indicators of sizing, strong and generality. Meanwhile, personel performance is a self-adjusment of work prestigious that someone had shown to achieved the goals that could be measured by indicators of speedy, quality, services, values, interpersonel skill, mentality for succeed, openness to change, creativity, communication skills, initiative, and organizational planning.
This research using quantitative approach and explanative method. The samples are 93 and using sensus techniques. Collecting datas were using questionaires and nonparametric statistic. The results shown that organizational climate and self efficacy have a positive and significant influence to the personel performance at P3DI of Secretariat General of DPR RI, either itself or together. It means that as good as the organizational climate and high of self efficacy is, the performance also be good and vice versa. So, organizational climate and self efficacy are significant factors to increase performance.
Based on the result of research, it is important to improve the organizational climate and self efficacy. It is important to develop competence in interpersonal communication and emotional intelligence, to improve human competence by training, giving tasks depend on job description, giving rewards and implementing justice compensation, and making innovative attitude as philosophy and organizational culture. Meanwhile, it is important to know and giving dissemination and specific training to increase personel self efficacy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T25831
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Suryadiyanto
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa perubahan kinerja keuangan dan tingkat efisiensi BUMN, sebelum dan sesudah privatisasi dengan menggunakan metode DEA. Hasil penelitian menunjukan bahwa selama periode penelitian yang dilakukan, kinerja perusahaan cenderung tidak mengalami peningkatan dalam kinerja keuangan yang dilihat dari rasio keuangan. Sementara itu dalam pengukuran efisiensi, perusahaan tidak secara konsisten dalam mempertahankan nilai efisiensi yang telah diolah menggunakan model DEA. Hasil penelitian menunjukan bahwa BUMN mengalami perubahan kinerja, baik dalam kinerja keuangan, maupun efisiensi kinerja, namun beberapa BUMN mengalami penurunan, dan tidak sesuai dengan tujuan dari privatisasi, yaitu meningkatkan kinerja dan efisiensi perusahaan

The purpose of this study was to analyze changes in the financial performance and the level of efficiency of SOEs, before and after privatization by using DEA. The results showed that during the period of the research conducted, the performance of the company are less likely to experience an improvement in the financial performance of financial ratios seen. Meanwhile, in the measurement of efficiency, companies tend to be inconsistent in achieving the efficiency that has been processed using DEA models. The results showed that SOE performance changes, both in financial performance, efficiency and performance, but some SOEs has decreased, and not in accordance with the objectives of privatization, which improves the performance and efficiency of the company."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Januandaresta
"Pertunjukan tari membangun ruang interaksi langsung antara penari dan penonton yang melibatkan reaksi kinestetik. Reaksi kinestetik merupakan reaksi tubuh yang dialami oleh penari maupun penonton ketika berada di ruang tari, tidak hanya membentuk pengalaman estetis tetapi juga menghubungkan tubuh dengan makna yang memicu pengalaman subjektif masing-masing. Penari mengekspresikan makna melalui gerakan tari, sementara penonton memaknai berdasarkan perspektif mereka, sehingga terjalin interaksi langsung yang membentuk pengalaman intersubjektif. Penelitian ini menggunakan teori fenomenologi Maxine Sheets-Johnstone sebagai teori utama untuk mengungkapkan bagaimana tubuh penari menjadi media komunikasi yang menyampaikan makna melalui gerakan, sementara penonton meresepsi pengalaman tersebut secara pra-reflektif. Lalu didukung oleh beberapa teori lain, seperti teori kinesemiotik dari Ariana Maiorani, kebebasan berekspresi dari Martha Graham, dan Problem Ephemeral dari Peggy Phelan, penulisan ini menggunakan teori-teori tersebut untuk saling melengkapi dan memahami bagaimana relasi pengalaman intersubjektif antara penari dan penonton dapat terbentuk. Metode penelitian yang digunakan meliputi pengumpulan data literatur dan refleksi penulis berdasarkan pengalaman pribadi sebagai penari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reaksi kinestetik dalam ruang tari bersifat unik, ephemeral, dan tidak dapat didokumentasi, yang mengisyaratkan bahwa kehadiran langsung menjadi penting karena mempengaruhi kualitas pertunjukan tari dan membangun pengalaman intersubjektif.

Dance performances build a space for direct interaction between dancers and audiences that involves kinesthetic reactions. Kinesthetic reactions are bodily reactions experienced by dancers and audiences when in the dance space, not only forming aesthetic experiences but also connecting the body with meanings that trigger their respective subjective experiences. Dancers express meaning through dance movements, while the audience interprets meaning based on their perspective so that there is direct interaction that forms an intersubjective experience. This research uses Maxine Sheets-Johnstone's phenomenological theory as the main theory to reveal how the dancer's body becomes a communication medium that conveys meaning through movement, while the audience perceives the experience pre-reflectively. Then supported by several other theories, such as Ariana Maiorani's kinesemiotic theory, Martha Graham's freedom of expression, and Peggy Phelan's Ephemeral Problem, this writing uses these theories to complement each other and understand how intersubjective experience relations between dancers and audiences can be formed. The research methods used include literature data collection and the author's reflection based on personal experience as a dancer. The results of this study show that kinesthetic reactions in dance spaces are unique, ephemeral, and cannot be documented, which implies that direct presence is important because it affects the quality of dance performances and builds intersubjective experiences."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Januandaresta
"Pertunjukan tari membangun ruang interaksi langsung antara penari dan penonton yang melibatkan reaksi kinestetik. Reaksi kinestetik merupakan reaksi tubuh yang dialami oleh penari maupun penonton ketika berada di ruang tari, tidak hanya membentuk pengalaman estetis tetapi juga menghubungkan tubuh dengan makna yang memicu pengalaman subjektif masing-masing. Penari mengekspresikan makna melalui gerakan tari, sementara penonton memaknai berdasarkan perspektif mereka, sehingga terjalin interaksi langsung yang membentuk pengalaman intersubjektif. Penelitian ini menggunakan teori fenomenologi Maxine Sheets-Johnstone sebagai teori utama untuk mengungkapkan bagaimana tubuh penari menjadi media komunikasi yang menyampaikan makna melalui gerakan, sementara penonton meresepsi pengalaman tersebut secara pra-reflektif. Lalu didukung oleh beberapa teori lain, seperti teori kinesemiotik dari Ariana Maiorani, kebebasan berekspresi dari Martha Graham, dan Problem Ephemeral dari Peggy Phelan, penulisan ini menggunakan teori-teori tersebut untuk saling melengkapi dan memahami bagaimana relasi pengalaman intersubjektif antara penari dan penonton dapat terbentuk. Metode penelitian yang digunakan meliputi pengumpulan data literatur dan refleksi penulis berdasarkan pengalaman pribadi sebagai penari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reaksi kinestetik dalam ruang tari bersifat unik, ephemeral, dan tidak dapat didokumentasi, yang mengisyaratkan bahwa kehadiran langsung menjadi penting karena mempengaruhi kualitas pertunjukan tari dan membangun pengalaman intersubjektif.

Dance performances build a space for direct interaction between dancers and audiences that involves kinesthetic reactions. Kinesthetic reactions are bodily reactions experienced by dancers and audiences when in the dance space, not only forming aesthetic experiences but also connecting the body with meanings that trigger their respective subjective experiences. Dancers express meaning through dance movements, while the audience interprets meaning based on their perspective so that there is direct interaction that forms an intersubjective experience. This research uses Maxine Sheets-Johnstone's phenomenological theory as the main theory to reveal how the dancer's body becomes a communication medium that conveys meaning through movement, while the audience perceives the experience pre-reflectively. Then supported by several other theories, such as Ariana Maiorani's kinesemiotic theory, Martha Graham's freedom of expression, and Peggy Phelan's Ephemeral Problem, this writing uses these theories to complement each other and understand how intersubjective experience relations between dancers and audiences can be formed. The research methods used include literature data collection and the author's reflection based on personal experience as a dancer. The results of this study show that kinesthetic reactions in dance spaces are unique, ephemeral, and cannot be documented, which implies that direct presence is important because it affects the quality of dance performances and builds intersubjective experiences."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>