Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96242 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Galila Ilma
"ABSTRAK
Industri elektronika Indonesia saat ini mengalami peningkatan, hal ini terlihat dari
beralihnya aktivitas perusahaan yang pada awalnya hanya sekedar merakit berubah
menjadi pabrikasi komponen elektronik. Disamping itu meningkatnya jumlah investor
yang menanamkan modalnya dibidang elektronika.
Untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan diperlukan penyusunan Grand
Strategy yaitu rencana yang berorientasi ke masa yang akan datang, yang mempunyai
cakupan yang luas dan berinteraksi dengan Iingkungan yang bersaing.
Implementasi strategi terdiri atas serangkaian sub kegiatan yang bersifat adminis
tratif. Agar dapat mencapai kegiatan secara efektif diperlukan penyusunan struktur
organisasi yang tepat melalui sistem informasi dan koordinasi dan aktivitas sub divisi.
Kemudian diperlukan suatu proses yang meliputi pengukuran kinerja, kompensasi, dan
pengembangan manajemen yang semuanya diarahkan terhadap perilaku yang sesuai
dengan tujuan organisasi. Untuk pencapaian strategi tersebut diperlukan peranan Leader
ship.
Semakin besar suatu perusahaan, semakin diperlukan adanya pendelegasian
wewenang kepada unit-unit organisasi dibawahnya. Dengan adanya pendelegasian terse
but unit organisasi akan lebih beradaptasi terhadap lingkungan sehingga lebih fleksibel di
dalam pengamblan keputusan.
Walaupun penjualan perusahaan secara keseluruhan menunjukkan adanya
kenaikan 54% pada tahun 1991 dan 1 % pada tahun 1992, letapi keadaan ìni masìh belum
menunjukkan keberhasilan perusahaan jika tidak dìhubungkan dengan keadaan industri
saat ini. Sebagai contoh untuk produk tetevisi penjualannya naik tetapi market sharenya
menurun.
Untuk menghadapi tingkat persaingan ini strategi yang diterapkan perusahaan
adalah perluasan pasar, dan dengan meningkatkan kualitas yang lebih baik. Hal ini
dicerminkan dengan peningkatan masa garansi dari 1 tahun menjadi 3 tahun.
Untuk implementasi strategi ini PT National Gobel menyusun struktur organisasi
berbentuk fungsional yang meliputi Finance, General Affair Quality Assurance, Research
& Development dan Manufacture. Struktur yang disusun seperti ini sudah sesuai dengan
strategi perusahaan, karena disini sudah menggambarkan adanya fungsi yang selalu
melakukan riset dan pengembangan model-model produk baru untuk memenuhi permin
taan pasar. Disamping itu Fungsi Manufacturing atau Divisi Manufacturing membawahi
beberapa sub divisi menurut jenis produk dan diberi kebebasan dalam mengelola sumber
dayanya. Di masing-masing sub divisi ada bagian Production Planning and Control dan
Quality Control, yang masing-masiflg berperan dalam menangani material dan menjamin
tingkat kualitas.
Dari beberapa jenis produk yang dihasilkan ada perbedaan dalam melakukan
penjualan. Untuk produk komponen 67% dipakai oleh sub divisi yang lain sedang sisanya
dijual keluar secara langsung dimana manajer Sub Divisi Komponen diberi kewenangan
penuh dalam menentukan harga dan pasarnya. Sedang penjualan produk yang lain mela
lui distributor, dan manajernya tidak mempunyai wewenang periuh dalam menentukan
harganya.
OIeh karena manajer Sub Divisi Televisi tidak mempunyai wewenang dan tang
gung jawab penuh dalam menentukan pasar sehingga tidak tepat jika diperlakukan seba
gai Profil Center, tetapi hanya dapat disebut sebagai Cost Center. Dan manajernya dinilai
atas effisiensi biaya yang dapat dikendalikan. Mengingat biaya material merupakan
Unsur yang terbesar dan biaya keseluruhan yaitu 82%, maka unsur biaya ini harus
meniadi perhatian utama bagi manajer Sub Divisi Televisi.
Manajer Sub Divisi Komponen mempunyai kebebasan dalam menentukan pasar
eksternalnya, tetapi tidak mempunyai kebebasan dalam menentukan pasar internal.
Disamping itu mempunyai kebebasan dalam melakukan pembelian baik untuk menentu
kan suplier maupun menentukan harga beli, kecuali untuk pembelian material yang
merupakan kebutuhan bersama (common material). OIeh karena pembelian material yang
dikelola sub divisi Purchasing hanya sebesar 5% dari total biaya material, sehingga tidak
mengurangi penilaian sub divisi ini sebagai Profil Center, Komponen yang dijual secara
internal sebesar 67%, sedang yang dijual secara eksternal 33%. Oleh karena sub divisi
Komponen dinilai atas prolit yang dapat dikendalikan (Controllable Contribution), maka
perlu ditentukan transfer price yang sesuai dengan tujuan sub divisi Komponen dan
perusahaan secara keseluruhan.
Penyusunan anggaran dilakukan ditiap-tiap subdivisi yang melibatkan semua
bagian, dan informasi dasar penyusunan anggaran diterima dan manajer diatasnya. Oleh
karena ada partisipasi dalam penyusunan anggaran, maka masing-masing manajer dapat
diminta laporan pertanggungjawabannya. Kelemahan penyusunan anggaran dan laporan
pertanggung jawaban yang ada diperusahaan saat ini adalah tidak memisahkan antara
biaya yang dapat dikendalikan dan yang tidak dapat dikendalikan. Dengan adanya kea
daan ini akan menimbulkan kesalahan dalam penilaian manajernya, dan kesulitan dalam
menentukan siapa yang harus berlanggLmg jawab atas penyitnpangan yang terjadi. iii
Kelemahan yang Lain adalak tidak inenggunakan Fleksible Budgel, sehingga penyirnpan
gan yang terjadi tidak dapat diketahui apakah disebabkan penyimpangan volume atau
effisiensi.
Pemberian bonus yang didasarkan atas pencapaian target perusahaan secara kese
luruhan kurang memotivasi manajer masing-masing sub divisi. Agar pemberian bonus
lebih memberi motivasi, dan mencerminkan suatu keadilan maka pemberian bonus dida
sarkan atas pencapaian target sub divisi. Jika sub divisi sebagai Profit cerner, berdasar
kan pencapaian target conuvilable contribution, dan sub divisi sebagai cost corner
berdasarkan tingkat pencapaian effisiensi biaya yang dapat dikendalikan.
Adanya perubahan cara penilaian manajer, dan perubahan cara pemberiari bonus
maka akan mempengaruhi perilaku manajer sehingga menjadi ebìh effisien àaan
mengelola sumberdayaflYa yang pada akhirnya akan mendukung strategi.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Usman Saputra
"Skripsi ini membahas tentang perlu atau tidaknya sebuah improvement yang sudah dilaksanakan di PT. Astra Daihatsu Motor dilanjutkan mengingat setelah perbaikan pengintegrasian Getsudo dalam penanganan engineering change dilaksanakan pun keterlambatan tanggal implementasinya masih saja terjadi.
Secara spesifik tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis apakah ada perbedaan yang signifikan antara jumlah keterlambatan engineering change sebelum penerapan Getsudo (tahun 2010) dan sesudah penerapan Getsudo (tahun 2011), selain itu juga menganalisis apakah ada perbedaan yang signifikan antara jumlah keterlambatan engineering change sesudah penerapan Getsudo pada tahun pertama (2011) dan pada tahun kedua (2012), serta mencari masukan perbaikan yang lain jika di ketahui perbaikan yang sudah dilakukan tidak bermanfaat bagi perusahaan.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain inferensial yang mana menggunakan uji statistik non parametrik mann whitney yang dipadukan dalam metode penelitian Six sigma.
Hasil penelitian menyarankan bahwa improvement tersebut harus tetap dilanjutkan karena secara signifikan berdampak positif dalam menekan keterlambatan dan membantu meningkatkan efisiensi produksi, selain itu juga kesadaran akan pentingnya aktivitas engineering change dari tiap-tiap departemen yang terlibat harus ditingkatkan, agar tujuan dari improvement yang sudah berjalan dapat sesuai dengan yang diharapkan.

The focus of this study whether important or not an improvement that was implemented in PT. Astra Daihatsu Motor to be continued considering after integration Getsudo implemented on the engineering change implementation handling, date of "in/out phase" delays still occur.
Specifically, the purpose of this study was to analyze whether there is a significant difference or not between the amount of delay before the application of engineering change Getsudo (in 2010) and after application of Getsudo (in 2011), also analyzing whether there is a significant difference or not between the amount of delay after the application of engineering change Getsudo in the first year (2011) and in the second year (2012), as well as seeking input other improvements if the improvements are already in the know do not benefit for the company.
The research is inferential quantitative research design which uses nonparametric statistical tests mann whitney combined in Six sigma research methods.
Results of the study suggest that such improvement should continue as a significant positive impact in reducing delays and help to improve production efficiency, but also awareness of the importance of engineering change activity of each of the departments involved should be increased, for the purpose of improvement which has been running can be as expected.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Donal D.
"Tesis ini membahas pengaruh faktor-faktor organisasi pada pelaksanaan proyek EPC terhadap kinerja/efektifitas perusahaan PT XYZ dan juga membandingkan pengaruhnya pada dua struktur organisasi yang digunakan (struktur organisasi lama berbasis aktivitas dan struktur organisasi baru berbasis produk). Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain asosiatif. Hasil penelitian menyarankan bahwa kerjasama yang tinggi diantara para pegawai, proses perbaikan prosedur kerja dan desentralisasi otorisasi akan dapat meningkatkan kinerja/efektifitas perusahaan pada struktur organisasi baru, sedangkan pada struktur organisasi lama adalah kerjasama yang tinggi diantara para pegawai, adanya tingkat kepatuhan mengikuti prosedur kerja, tingkat spesialisasi dan sentralisasi otorisasi.

The focus of this study is identifiying the effect of organizational factors on the EPC Projects towards company performance & efficiency and also comparing the effect between two type of organizational structures (new structure in product basis and old structure in activity basis). This research is qualitative associative interpretive. The researcher suggests that the high cooperation among employees, improvement working procedure and decentralized authority could increase the performance in the new structure. But in the old structure, the organizational factors are high cooperation among employess, high discipline to the working procedure, high specialization person requirement and centralized authority."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T26144
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lusiana Wijaya
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi saat ini dan hal-hal yang perlu diperbaiki dari desain organisasi Departemen Sales dan Accounting di PT X. Penelitian ini juga ditujukan untuk mencari tahu kendala dan solusi dalam kegiatan upaya perbaikan desain organisasi PT X.
Metode penelitian yang digunakan adalah melakukan observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Kegiatan observasi ini dilakukan dengan terlibat langsung dalam aktivitas perusahaan yang diteliti untuk mengetahui data dan informasi yang relevan dalam penelitian. Kegiatan wawancara dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh pemahaman yang lebih rinci mengenai kondisi desain organisasi di PT X. Studi kepustakaan dilakukan dengan membaca jurnal dan buku literatur yang membahas mengenai desain organisasi.
Kesimpulan yang diperoleh dari melakukan penelitian ini adalah kondisi desain organisasi PT X yang ada belum cukup baik apabila ditinjau dari konsep teori levers of organization design. Hal yang paling utama dapat diperbaiki dalam desain organisasi PT X adalah span of accountability. Pengukuran kinerja yang dilakukan saat ini masih mengandung unsur subyektifitas yang sangat tinggi. Kendala utama yang dihadapai PT X adalah kurangnya kesiapan top management dalam mempersiapkan diagnostic control system yang baru. Solusi untuk mengatasi kendala ini adalah mencoba meyakinkan top management bahwa perbaikan desain organisasi akan meningkatkan kinerja perusahaan.

ABSTRACT
The purpose of this research is to find out current condition and the things that need to be fixed from the organization design in Sales and Accounting Department at PT X. This research also is intended to find out the challenges and solutions in the improvement activities of the organization design PT X.
The research methods used are to make observations, interviews and literature study. This observation activities conducted by directly involved in the company’s activities to determine the relevant data and information in the research. Interviews conducted in an attempt to obtain more detailed understanding of the conditions in the organizational design PT X. Literature study done by reading journals and books that discuss regarding organization design.
Conclusion of this research is the PT X's organization design is not good enough when viewed from the concept of levers of organization design theory. The most important thing to be fixed in the organization design of PT X is the span of accountability. Performance measurement is still contain very high subjectivity. The main obstacle faced by PT X is a lack of top management readiness in preparing a new diagnostic control system. Solution to overcome this obstacle is to try to convince top management that the improvement organization design will improve the performance of the company.
"
2013
T34663
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian bertujuan untuk menggali informasi yang berkaitan dengan pentingnya implementasi budaya kepemimpinan lokal dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah (MBS) di sekolah Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 7 Bau-Bau,Keraton Buton Sulawesi Tenggara dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat etnografi...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Restructuring done at PT Galamedia Bandung Perkasa to increase efficiency, that is efficiency from the angle of cost (lessens operational cost) and efficiency at the organization structure is and avoid leadership dualism appearance. "
657 JAK 4:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Inez Arie Wardhani
"Work engagement merupakan tren baru dalam positive psychology yang mulai muncul di kalangan akademisi karena psikologi dikritik lebih banyak membahas mental illness daripada mental wellness. Melihat berbagai dampak positif work engagement terutama agar perusahaan mendapatkan usaha lebih dari Generasi Y dan kebutuhan Generasi Y untuk mendapatkan feedback dan dukungan lainnya dari coach agar engaged ke pekerjaan, maka peneliti ingin meneliti hubungan antara managerial coaching dan work engagement pada karyawan Generasi Y. Sebagai penelitian kuantitatif, penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data dari 156 responden Generasi Y dari berbagai sektor industri di Jakarta dan sekitarnya.
Hasil korelasi Pearson menunjukkan bahwa persepsi terhadap managerial coaching memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan work engagement, yaitu r (162) = 0.430, p< 0.01. Berdasarkan analisis dengan dimensi-dimensi work engagement, ditemukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara managerial coaching dengan dimensi semangat, dedikasi, dan absorpsi.

Work engagement is a new construct in positive psychology and became concern in academic researchers because psychology was criticized for mostly discussing mental illness than mental wellness. Work engagement has positive impacts, especially to help company get the most from Generation Y, and because Generation Y needs feedback, supports from coaches to make them engaged, this research examine the relationship between managerial coaching and work engagement in Generation Y employees. As a quantitative study, the methodology used in this study is questionnaire to get data from 156 Generation Y from several industries in Jakarta and cities around Jakarta.
The result of Pearson correlation shows that managerial coaching has positive significant relationship with work engagement in Generation Y, r (162) = 0.430, p < 0.01. The analysis also showed that there is a positive significant relationship between managerial coaching and the dimensions of work engagement, which are vigor, dedication, and absorption.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59101
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Adristi
"Tata kelola perusahaan yang baik menuntut agar perusahaan melakukan manajemen risiko. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko PPN di PT X. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif post positivist. Pada proses penelitian ditemukan bahwa terdapat empat risiko PPN berkaitan dengan transactional, operational, compliance, dan financial accounting. Risiko pertama adalah dikenakan sanksi denda dan bunga atas keterlambatan pembayaran PPN berkaitan dengan pemanfaatan jasa kena pajak dari daerah luar pabean. Kedua, memiliki risiko membayarkan PPN yang seharusnya tidak terutang karena tidak melakukan pembatalan invoice dalam e-faktur. Ketiga, risiko tidak dapat dilakukan pemindahbukuan karena salah penulisan kode jenis setoran pajak di Surat Setoran Pajak. Keempat, risiko sanksi administrasi berupa denda dan bunga atas keterlambatan penerbitan faktur pajak.

Good corporate governance requires companies to carry out risk management. This study aims to analyze the risk of VAT at PT X. This study uses a post-positivist quantitative approach. In the research process it was found that there are four VAT risks related to transactional, operational, compliance, and financial accounting. The first risk is subject to fines and interest for late payment of VAT related to the utilization of taxable services from outside customs areas. Second, there is the risk of paying VAT that should not be payable because you do not cancel the invoice in the e-invoice. Third, the risk of not being able to do the transfer due to the incorrect writing of the code for the type of tax deposit in the Tax Payment Slip. Fourth, the risk of administrative sanctions in the form of fines and interest for late issuance of tax invoices

"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atta Rizky Suharto
"Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan dapat diukur dengan berapa banyak kecelakaan yang terjadi setiap tahun dan banyak profesional telah mengembangkan indikator utama sebagai budaya keselamatan untuk mencegahnya. Perusahaan yang bergerak di bidang migas juga memiliki potensi risiko kebakaran, ledakan, pencemaran lingkungan dan kecelakaan kerja lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang penerapan budaya keselamatan di tempat kerja, khususnya perusahaan pengolahan minyak dan gas bumi dan akan digunakan sebagai perilaku keselamatan untuk mencapai target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Studi penelitian melibatkan 356 pekerja di kantor dan lapangan PT XYZ melalui survei online yang menanyakan item demografis dan dimensi iklim keselamatan. Analisis statistik dilakukan dengan uji T sampel independen yang membandingkan item iklim keselamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim keselamatan dalam dimensi organsisasi, pekerjaan dan individu memperolah nilai masing-masing 4,23, 3,98 dan 4,36. Dilihat dari faktor keselamatannya, Personal Priorities and Need for Safety (PPNS) secara umum memiliki persepsi skor tertinggi di antara yang lainnya, sedangkan lingkungan kerja adalah yang paling rendah. Rata-rata perbandingan menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara iklim keselamatan berdasarkan lokasi kerja dan pendidikan. Sedangkan variabel posisi manajemen menunjukkan perbedaan rata-rata yang meliputi komitmen manajemen, komunikasi, lingkungan yang mendukung, keterlibatan, prioritas pribadi dan kebutuhan akan keselamatan, dan lingkungan kerja. Selain itu, terdapat tiga kategori temuan paling sering dari PEKA (Safety Observation) yaitu peralatan dan perlengkapan sekitar 61,29%, kondisi lingkungan 25,32%, dan Alat Pelindung Diri 5,34%. Dari hasil pengukuran Tingkat Kematengan Budaya K3 pada PT XYZ terlihat bahwa PT XYZ berada pada level kalkulatif dengan nilai 3,04. Ditinjau dari Level jabatannya yaitu manajemen 3,1 dan pekerja level bawah 2,98

The implementation of Occupational Health and Safety (OHS) in the company can be measured with how many accidents happened each year and many professionals have developed leading indicators as safety culture to prevent these. This study aims to provide comprehensive overview of safety culture implementation in the workplace, in particular oil and gas refining company and will be utilized as safety behaviour to achieve target set by the company. The research study included 356 workers in both office and field through online survey asking for demographic items and safety climate dimensions. The statistical analysis was performed with independent-samples T test comparing safety climate items. The study resulted the safety climate in the dimensions of the organization, work and individual earned values of 4.23, 3.98 and 4.36, respectively. Based on the safety factor, Personal Priorities and Need for Safety (PPNS) in general having highest score perception among others, while work environment has lowest score. The mean comparison showed there was no significant among safety climates based on work location and education. Meanwhile the variable of management position indicated mean difference including management commitment, communication, supportive environment, involvement, personal priorities and need for safety, and work environment. In addition, Three categories of common finding from Safety Observation (PEKA): equipment and supplies around 61.29%, environmental conditions 25.32%, and Personal Protective Equipment 5.34%. From the measurement results of the Safety Culture Maturity Level at PT XYZ, it can be seen that PT XYZ is at a calculative level with a value of 3.04. In terms of position level: upper management 3.1 and lower management 2.98."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>