Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29425 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harishazka Fauzan
"ABSTRAK
Kemunculan Anamorphic Art tercatat pada sejarah yang tertuang pada Codex Atlanticus (1485), sebagai sebuah cara lain untuk membuat suatu karya seni visual dengan satu sudut pandang tertentu. Eksplorasi seniman dengan metode ini sudah terjadi sejak jaman Renaissance, dalam bentuk lukisan fresco di langit-langit gereja St. Igantius-nya Andrea Pozzo, hingga Felice Varini saat ini.
Anamorphic Art bisa dilibatkan dan akan menjadi suatu pengalaman ruang tersendiri apabila diterapkan di dalam ruang interior. Skripsi ini mencoba untuk mengulas pengalaman ruang interior yang tercipta oleh elemen ruang yang berasal dari karya Felice Varini. Dengan melakukan perbandingan dalam studi kasus akan didapatkan faktor apa saja yang mempengaruhi karya Felice Varini untuk dapat menghasilkan pengalaman ruang yang tidak biasa.

ABSTRAK
The emergence of Anamorphic Art is recorded in the Codex Atlanticus (1485), as a method to create visual artworks based on a particular point of view. Varioud artists have been experimenting with this method, from the time of the Renaissance, in the form of frescoes on the ceiling of the Church of St. Igantius by Andrea Pozzo, to Felice Varini in the contemporary era.
Anamorphic Art could be utilized and could offer a different experience when applied in interior space. This thesis attempts to describe the experience of interior space created by the elements of Felice Varini?s works. By doing comparative case studies, factors that affects particular spatial experience in Felice Varini?s works will be obtained."
2016
S64214
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harishazka Fauzan
"ABSTRAK
Kemunculan Anamorphic Art tercatat pada sejarah yang tertuang pada Codex Atlanticus 1485 , sebagai sebuah cara lain untuk membuat suatu karya seni visual dengan satu sudut pandang tertentu. Eksplorasi seniman dengan metode ini sudah terjadi sejak jaman Renaissance, dalam bentuk lukisan fresco di langit-langit gereja St. Igantius-nya Andrea Pozzo, hingga Felice Varini saat ini.Anamorphic Art bisa dilibatkan dan akan menjadi suatu pengalaman ruang tersendiri apabila diterapkan di dalam ruang interior. Skripsi ini mencoba untuk mengulas pengalaman ruang interior yang tercipta oleh elemen ruang yang berasal dari karya Felice Varini. Dengan melakukan perbandingan dalam studi kasus akan didapatkan faktor apa saja yang mempengaruhi karya Felice Varini untuk dapat menghasilkan pengalaman ruang yang tidak biasa.

ABSTRACT
The emergence of Anamorphic Art is recorded in the Codex Atlanticus 1485 , as a method to create visual artworks based on a particular point of view. Varioud artists have been experimenting with this method, from the time of the Renaissance, in the form of frescoes on the ceiling of the Church of St. Igantius by Andrea Pozzo, to Felice Varini in the contemporary era.Anamorphic Art could be utilized and could offer a different experience when applied in interior space. This thesis attempts to describe the experience of interior space created by the elements of Felice Varini rsquo s works. By doing comparative case studies, factors that affects particular spatial experience in Felice Varini rsquo s works will be obtained. "
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Mabuha Rahamad
Malaysia: Balai Seni Visual Negara; National Visual Arts Gallery, 2011
R 708 ALI k
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Hanan
"Akses karya seni dalam produksi dan distribusinya sangat mudah di era teknologi massa sekarang ini dengan bantuan komputer, smartphone, dan internet. Mudahnya aksesibilitas terhadap karya seni semakin didukung dengan keberadaan aplikasi seperti Instagram, Twitter, Tiktok, Youtube, dan lain-lain yang berperan sebagai media platform publik bagi masyarakat. Kondisi di mana seni menjadi produk massal dianggap sudah kehilangan aura oleh Walter Benjamin karena keberadaan teknologi massa yang menghilangkan originalitas karya seni. Maka apakah masih ada aura pada karya seni di era kontemporer? Dengan menggunakan metode analisis kritis penulis hendak memaparkan bahwa aura dalam karya seni, penulis menemukan pandangan Benjamin ini condong pada persoalan eksklusivitas, masih dapat hadir pada karya seni era kontemporer. Dalam memaparkannya, penulis akan menggunakan salah satu fenomena karya seni media sebagai konteks seni kontemporer dan menjelaskan konsep aura sebagai aspek nilai yang lahir dari pengalaman estetis subjek. Dilanjutkan dengan penjelasan bagaimana hadirnya pengalaman estetis ketika subjek ‘bertemu’ dengan karya seni media, yang akan dicontohkan dengan fanart sebagai salah satu bentuk seni media. Kemudian penulis akan menggunakan teori filsafat persepsi Bence Nanay untuk membangun argumen dalam menjawab pertanyaan tersebut, di mana ia menekankan pentingnya fokus perhatian subjek ketika bertemu dengan karya seni sehingga dapat menghadirkan pengalaman estetis sebagai aura.

The access to artwork in its production and distribution is very easy in today's era of mass technology with the help of computers, smartphones and the internet. The easy accessibility to artworks is increasingly supported by the existence of applications such as Instagram, Twitter, Tiktok, Youtube, and others that act as a media platform for public. Today’s artworks, when artworks become mass products, is considered to have lost its aura by Walter Benjamin. It is because of the existence of mass technology which eliminates the originality of works of art. Therefore, is there still aura in contemporary artworks? By using a critical analysis method, the author wants to explain that the aura of artwork, the author found that Benjamin's view was leaning towards the issue of exclusivity, can still be present in contemporary artworks. In delivering it, the writer will use media art phenomenon as the context of contemporary art and explain the concept of aura as an aspect of value that is present from the subject’s aesthetic experience. Then proceed with an explanation of how the presence of aesthetic experience when the subject 'meets' with media art, which will be exemplified by fanart as a form of media art. Afterwards, the author will use the theory philosophy of perception by Bence Nanay to build the arguments in answering these questions, where he stresses the importance of focusing the subject's attention when meeting artworks so that it can bring out aesthetic experiences as aura. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rayhan Kusuma Wardhana
"Apapun bentuknya, seni adalah sesuatu yang disukai banyak orang, bisa berupa lukisan, musik, menari, dll. Alasan mengapa seni dicintai oleh banyak orang adalah karena seni dapat diekspresikan dalam bentuk apa saja suasana, mulai dari ceria, sedih, dan marah, tidak ada suasana khusus yang tercipta seni, salah satunya adalah seni lukis yang dapat mengungkapkan semua perasaan dan emosi kita. Lembur, Perkembangan teknologi juga berdampak positif bagi perkembangan seni lukis. Ray & Art adalah merek global yang menjual dua jenis lukisan, yaitu lukisan buatan tangan dibuat di atas kanvas dan lukisan digital yang dibuat dengan aplikasi komputer seperti Photoshop atau Corel. Selain menjual lukisan, Ray & Art juga menyediakan masterclass untuk umum tentang cara melukis membuat lukisan bagus di atas kanvas atau secara digital menggunakan aplikasi komputer. Alasan mengapa Ray & Art juga menjual lukisan dalam bentuk digital dikarenakan maraknya perkembangan teknologi, terutama teknologi layar yang membuat gambar terlihat sangat nyata dan tajam. Munculnya perkembangan aset digital seperti NFT juga membuat seni digital bisa dijual dengan harga fantastis harga.

Whatever its form, art is something that many people like, can be painting, music, dance, etc. The reason why art is loved by many people is that art can be expressed in any atmosphere, ranging from cheerful, sad, and angry, there is no special atmosphere in creating art, one of which is painting that can express all of our feelings and emotions. Over time, technological developments also have a positive impact on the development of painting. Ray & Art is a global brand that sells two kinds of painting, handmade painting that?s made on canvas and digital painting that?s created with computer apps like Photoshop or Corel. In addition to selling paintings, Ray & Art also provide a masterclass for public on how to make great paintings on canvas or digitally using computer apps. The reason why Ray & Art also sells painting in digital form is due to the proliferation of technological developments, especially screen technology that makes images look very real and sharp. The emergence of the development of digital assets such as NFT also makes digital arts able to be sold at fantastic prices."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Smith, Bernard
Melbourne: Oxford University Press, 1976
709.94 SMI a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ahhens: 1964
709.02 DEP b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dahlia Khoirun Nisa
"Doubleness dalam interior membuat manusia mengalaminya secara ruang dan gambaran. Ketika ruang dan gambarannya berbeda, manusia merasa unfamiliar. Situasi ini dimanfaatkan untuk membuat doubling antara ruang yang dipersepsikan dan gambaran dalam pikiran manusia sehingga memunculkan celah diantara keduanya. Affective dan spatial doubling yang terjadi membuat familiar sehingga menjadi strange. Hal ini sejalan dengan konsep familiar strange yang dengan sengaja membuat sesuatu terasa familiar sekaligus unfamiliar dengan cara dan konteks yang unfamiliar. Ide familiar strange ini digunakan untuk mengubah keseharian interior domestik—yang dianggap biasa dan diabaikan—menjadi lebih menarik melalui perspektif yang berbeda. Terdapat mekanisme yang ditemukan untuk memicu terbentuknya doubling, yaitu disassemble, contradiction, dan overlap. Mekanisme ini digunakan untuk mencari familiar strange yang terjadi dalam sebuah interior domestik melalui studi kasus. Studi kasus ini dilakukan dengan berfokus pada perubahan yang terjadi pada keseharian sebelum, saat dan setelah mudik. Perubahan jejak yang terjadi membuat penghuni merasa unfamiliar, memunculkan familiar strange. Setelah beberapa waktu, familiar strange diterima dan menjadi familiar yang baru. Namun, beberapa familiar strange juga menghilang ketika pemicu terjadinya doubling juga menghilang.

The doubleness of the interior makes human experience it as space and image. When space and its image are different, humans feel the unfamiliarity. This situation is used to create doubling between the perceived space and the image in the human mind, so a gap shows up because of slippage between image and space. Through affective dan spatial doubling that happens, the familiar can become strange. It is in line with the familiar strange concept, in which to make something feel familiar and unfamiliar in an unfamiliar way and context. This familiar strange idea is used to change the everyday domestic interiors—things that are considered banal and overlooked—to become more interesting through a different perspective. There are mechanisms found to trigger the formation of doubling, namely disassemble, contradiction, and overlap. This mechanism is used to find the familiar strange that occurs in a domestic interior through a case study. The case study was conducted by focusing on changes that occur in the everyday of before, during and after mudik. Changes in the trace that occur make residents feel unfamiliar, emerging the familiar strange. After a while, the familiar strange is accepted and becomes a new familiar. However, some familiar strange also disappear as the trigger for the doubling appearance disappears.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myers, Bernard S.
New York: McGraw-Hill, 1967
709 MYE a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Crown, 1964
704.943 NAT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>