Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170507 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachmad Kartikahadi
"ABSTRAK
Dengan adanya perubahan-peruhahan dilingkungan bisnis telekomunikasi di
Indonesia yang ditandai dengan perubahan Undang Undang Telekomunikasi [1],
tuntutan pasar bebas dan kebutuhan akan layanan telekomunikasi dengan teknologi
sesuai dengan kebutuhan masa depan (seperti internet, broadband, multimedia,
seluler dan satelit). penyebaran fasilitas telekomunikasi, harga yang terjangkau,
keragaman layanan dan sebagainya maka diperlukan suatu strategi bisnis dan
sumber dana yang memadai untuk pengelolaan dan investasi baru.
Dalam hal ini BUMN (Badan Usaba Milik Negara) pengelola layanan
telekomunikasi harus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk dapat memenuhi
kebutuhan dan tuntutan tersebut diatas. Salah satu strategi bisnis yang dapat
diterapkan adalah dengan merger / penggabungan secara horisontal antara PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk (yang selanjutnya disebut sebagai PT Telkom) dan
PT Indosat. Dengan adanya penggabungan tersebut diharapkan akan terjadi suatu
peningkatan efisiensi, peningkatan sinergi (bidang infrastruktur dan layanan),
peningkatan struktur modal dan hal-hal lain yang akan menambah kemanfaatan
bagi pemerintah, perusahaan, pemegang saham, karyawan ataupun masyarakat
pengguna.
Metode yang digunakan untuk menganalisa penggabungan PT Telkom dan
PT Indosat meliputi: Analisa Pendahuluan dan Analisa Penggabungan. Yang
termasuk dalam Analisa Pendahuluan adalah: analisa faktor-faktor yang
berpengaruh pada penggabungan, analisa data histonis, analisa trend teknologi
telekomunikasi masa depan, dan analisa perhitungan rencana investasi. Sedangkan
yang termasuk dalam Analisa Penggabungan adalah Analisa Perbandingan
Kuantitatif, Analisa SW-SW (Strengths Weaknesses - Strengths Weaknesses),
Analisa Untung Rugi dan Analisa Internal-Eksternal. Maksud dari penulisan ini
diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemenintah tentang kemungkinan
apakah PT Telkom dan PT Indosat Iebih baik atau lebih menguntungkan jika
digabung / merger atau tetap berdiri sendiri seperti semula.
Setelah dilakukan analisa maka secara keseluruhan merger dapat memberikan
suatu peningkatan keragaman di bidang infrastruktur dan layanan, pemanfaatan
kekuatan yang ada pada salah satu perusahaan untuk menutupi kelemahan pada
perusahan Iainnya, serta tambahan kemanfaatan bagi pemenintah dan perusahaan.
Sedangkan merger kurang memberikan nilai tambah bagi costumer, pemegang
saham / investor dan sangat merugikan bagi keuangan PT Indosat dan karyawan di
kedua perusahaan. Demikian juga strategi merger kurang sesuai untuk menghadapi
berbagai ancaman eksternal yang ada.
Sehingga sinergi atau tambahan keuntungan yang diharapkan dengan
melakukan merger antara PT Telkom dan PT Indosat sulit dicapai, disebabkan
adanya beberapa faktor yang tidak mendukungnya, karena seluruh faktor yang
dianalisa diasumsikan saling berhubungan dan saling melengkapi untuk terciptanya
suatu sinergi baru.

ABSTRACT
TelecommunIcation business environment in Indonesia have been transformed,
signify by enactment of new Telecommunication Law[1], demands for free market,
necessity on telecommunication services agree with new future technology (such as
internet, broadband multimedia, celular, and satellite), dissemination of
telecommunication facilities, reachable fare and financial support to manage new
investment.
Telecommunication stated-owned company has to anticipate in addition to fulfil
above necessities and demands. One of business strategic can applied is the merger
between PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (PT Telkom) and PT indosat. The
expectation of the merger is to enlargement of efficiency, synergy, capital structure, etc
and benefits improvement to government, investor, employees, company and customer.
The method that was applied to analyze the merger between PT Telkom and PT
Indosat included The Preparation Analysis and The Merger Analysis. The Preparation
Analysis included analysis on factors that influential on the merger, analysis on historical
data, analysis on new ftiture telecommunication technology and analysis of planning
investment calculation. The Merger Analysis included: Quantitative Comparison
Analysis, SW-SW (Strengths Weaknesses- Strengths Weaknesses) Analysis, Advantage-
Disadvantage Analysis and Internal-External Analysis. The direction of this thesis is to
give input to government on the possibility or impossibility on the merger between PT
Telkom and PT Indosat.
The analysis has come out with a conclusion that in overall, the merger can provide
infrastructure and services variety enhancement, strengths utilization of one party to
cover the other party?s weaknesses, and benefits improvement for government and
company. On the other hand, the merger is not so beneficial from the costumer?s and
investor?s point of view, and is not so adventegous for PT Indosat finance, and both
parties empolyees either. Moreover, the merger strategy is not so suitable to overcome
the external threats.
After all, the expected synergy and benefits improvement from executing the merger
between PT Telkom and PT Indosat will hard to achieved, because there are many
Unsupporting factors (assumed that all analyzed factor are corresponding and
implementing to each other for creating of new synergy).
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T3767
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Weni Setiawati
"[Salah satu strategi untuk meningkatkan daya saing perusahaan adalah melalui
penggabungan usaha. Konsolidasi industri melalui penggabungan usaha
merupakan hal yang wajar terjadi. Hal itu juga yang melatarbelakangi inisiasi
penggabungan XL dan Axis. Namun hal tersebut juga memunculkan berbagai
kekhawatiran munculnya potensi praktik monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat sebagai dampak dari perubahan struktur pasar. Penggabungan usaha
dikhawatirkan dapat meningkatkan monopoly power XL sehingga berpotensi
mengakibatkan munculnya unilateral effect melalui penyalahgunaan posisi
dominan yang dapat mengakibatkan munculnya praktik monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat di industri telekomunikasi seluler di Indonesia. Selain itu,
semakin terkonsentrasinya struktur industri telekomunikasi seluler sebagai akibat
berkurangnya pemain di pasar juga dapat mempermudah dilakukannya koordinasi
antar pemain untuk mengurangi intensitas persaingan (coordinated effect) untuk
mencapai kinerja yang optimal.Terlebih lagi, kondisi persaingan di industri
telekomunikasi yang berada dalam kerangka multimarket competition sehingga
memungkinkan para pemain melakukan kontak di berbagai pasar (multimarket
contact) sehingga memfasilitasi terjadinya tacit collusion. Oleh karena itu perlu
dilakukan kajian secara komprehensif untuk menganalisis sejauh mana
penggabungan XL Axis akan mempengaruhi kondisi persaingan usaha di Industri
Telekomunikasi Seluler di Indonesia, Merger is one of company’s strategies to improve competitiveness. It was also
become a reason for the initiation of merger XL and Axis. In the other hand, it
also raised a variety of concerns about potential monopolistic practices and unfair
business competition as a result of market structure changes. The merger may
increase the monopoly power of XL and potentially result the emergence of
unilateral effects through abuse of a dominant position that could lead into
monopolistic practices and unfair business competition in the Mobile
Telecommunication Industry in Indonesia. In addition, the concentrated market
structure of the Mobile Telecommunication Industry can also facilitate
coordination among the players and reduce the intensity of competition
(coordinated effects) to achieve high operational performance. Even more, the
framework of multimarket competition in Mobile Telecommunication Industry
allowed the firms to make contact in various markets may facilitate the occurrence
of tacit collusion. Therefore it is necessary to do a comprehensive study to analyze
whether the merger of XL Axis will influence the condition of competition in the
Mobile Telecommunication Industry in Indonesia.]"
2015
T44501
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prisca Deassy
"ABSTRAK
Pasokan dan produsen pulp dan kertas terbesar di dunia (negara-negara
NORSCAN) cenderung mengalami penurunan, karena laju peningkatan
kapasitas produksi lebih lambat dibandingkan laju peningkatan permintaan
dunia. Hal ini disebábkan kayu gelondongan (log) yang merupakan bahan baku
utama pulp semakin Iangka akibat peraturan lingkungan yang semakin ketat.
Kondisi ini menyebabkan perhatian dunia beralih ke Asia Tenggara yang
memiliki ikiim tropis sehingga pertumbuhan kayu jauh lebih cepat, dan area
hutan masih luas. Dan biaya tenaga kerja yang rendah.
OIeh karena ¡tu, industri pulp dan kertas di Indonesia dalam beberapa tahun
terakhir mengalami perkembangan yang pesat.
Perusahaan dalam industri harus tanggap menghadapi kesempatan ini,
agar dapat memperoleh keuntungan dan keunggulan relatif dibanding
perusahaan lainnya. Peluang pasar tersebut juga akan menarik investor baru,
sehingga besar kernungkinan akan banyak pendatang baru (new entrants)
dalam industri pulp dan kertas. Perusahaan harus mengantisipasi, agar posisi
dalam industri tidak tergeser oleh perusahaan lain atau oleh pendatang baru.
Hambatan masuk bagi pendatang baru dapat dijalankan diantaranya
dengan skala keekonomian, harga penghalang. Untuk dapat mencapainya
dibutuhkan suatu besaran perusahaan tertentu, dan seringkali membutuhkan
waktu yang lama.
Penggabungan usaha adalah salah satu alternatif strategi akbar (grand
strategy) yang dapat dilakukan perusahaan untuk mencapai besaran
perusahaan secara cepat, dan dapat meningkatkan kekuatan/keunggulan
internal perusahaan. Sehingga memungkinkan perusahaan urituk mengarnbil
keuntungan seluas dan sebesar mungkin dari kesempatan yang ada pada
lingkungan eksternal baik domestik maupun global, melalui sinergi keuangan,
sinergi manajemen, dan sinergi operasional.
Dalam penyusunan strategi, selain analisa lingkungan internal &
ekstemal, objektif jangka panjang perusahaan dijadikan sebagai pedoman dan
dasar dalam menganalisa. Sehingga strategi yang dipilih tetap sesuai dengan
visi & misi perusahaan.
Penggabungan usaha memiliki tujuh tahap penting, yaitu perencanaan
strategis, pengorganisasian seleksi perusahaan target, analisa & penawaran
negosiasi & penyelesaian transaksì, transisi dan tahap integrasi.
Setiap tahap penggabungan harus terencana dengan baik, agar motivasi
penggabungan usaha yang telah diitetapkan semula dapat tercapai.
Pada implementasi strategi perlu dilakukan pengawasan dan evaluasi
yang berfungsi sebagai umpan balik penyusunan strategi, terutama
pengawasan penyimpangan asumsi-asumsi kondisi yang digunakan pada tahap
analisa sebelum penggabungan usaha dilakukan.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Herawadi
"ABSTRAK
Masalah merger dan akuisisi di Indonesia dewasa ini terlihat semakin
menghangat dan banyak mendapat sorotan, terutama berkenaan dengan kasus
akuisisi internal yang banyak terjadi di Indonesia dari berbagai kalangan baik itu
berasal dari para pengambil keputusan dalam perusahaan, politisi, kalangan akademis,
pengamat bisnis dan ekonomi, dll.
Cukup banyak perusahaan yang sudah go public melakukan akuisisi, bahkan
akuisisi di antara satu group yang bernilai triliunan rupiah. Menurut data PDBI, clalam
perioda 1989 sampal Juli 1992 telah terjadi tidak kurang dan 64 kali akuisisi
perusahaan publik dengan total nilai sebesar Rp 3,925 triliun. Hanya 9 buah
diantaranya yang bukan akuisisi satu group (Swa Sembada, 5/VIII, 1992: 124).
Karya tulis ini mencoba untuk mengupas masalah akuisisi internal secara
kuantitatif dan kualitatif dengan mengambil satu kasus akuisisi internal dan merger
antara perusahaan go public PT. Metropolitan Finance Corporation (PT. MFC) yang
mengakuisisi perusahaari swasta nasional (private company) PT. Baknie Nusantara
Multi Finance (PT.BMF), dimana PT. Bakrie Nusantara Corporation (PT.BNC)
merupakan pemegang saham niayoritas pada kedua perusahaan tersebut.
Tidak dapat disangkai begitu besar dampak negatif akulsisi satu group di
Indonesia jika tidak diatur secara jelas, tegas dan predictable. Tanpa regulasi hukum
yang tegas maka akuisisi internal dapat dijadikan sebagai alat untuk meraih
keuntungan yang tidak sehat bagi suatu pihak tertentu terutama plhak-pihak yang
memiliki kekuasaan untuk memungkinkan bertindak sebagai pengambil keputusan
tunggal bagi perusahaan (pemegang saham mayoritas).
Sementara sampai saat ini Indonesia belum memiliki aturan dan prosedur yang
jelas mengenai akuisisi dalam peraturan pasar modal dan perbankan, UU No.7/1992
tentang Perbankan tidak mengatur hal tersebut juga Kepmenkeu
No.15481/Kmk.013/1990 yang diperbaharui melalui Kepmenkeu No.1 199/Kmk.010/1991
tidak mengatur hal tersebut. Dan kalau kita kaji RUU Pasar Modal yang tengah dibahas
di DPR, hal mengenai prosedur akuisisi juga belum disinggung.
Beberapa ciri-ciri akuisisi di Indonesia yang dapat merugikan bank pemegang
saham minoritas maupun negara, secara umum antara lain disebabkan oleh:
a. Akuisisi yanng terjadi banyak yang bersifat internal dan memiliki unsur conflict of
interest
b. Peranan dan founders masih dominan
c. Masíh terdapatnya kekosongan peraturan tentang akusisi.
Akuisisi sebenarnya harus dipandang sebagai komponen penting dalam strategi
jangka panjang perusahaan dalam memperoleh dan mempertahankan keunggulan
kompetitif, sehingga dijalankan berdasarkan pertimbangan bisnis yang sehat.
Bagaimanapun untuk menghindari adanya dampak negatif yang dapat
merugikan pemegang saham minoritas dan negara maka unsur fairness dalam suatu
akuisisi internal harus tetap dijaga. Fairness disini dapat meliputi fair price dan fair
dealing.
Unsur Fair Dealing melihat kepada prosedur akuisisi meliputi pertimbangan
apakah jual beli saham tersebut dilakukan dalam waktu yang ideal, struktur dan cara
negosiasi yang dilakukan, unsur keterbukaan, cara voting pemegang saham dalam
memberikan persetujuan tentang akuisisi, peran direktur dll.
Unsur Fair Price meliputi pertimbangan ekonomi dan finansial sesuai dengan
teori yang berlaku untuk perhitungan harga akuisisi dengan memasukkan faktor asset,
market value, earnings, future prospect dll.
Karya akhir ini menyoroti unsur fair price secara mendalam, dimana menurut
pertimbangan penulis unsur ini menjadi sangat penting karena adanya conflict of
interest dalam akuisisi PT.BMF oleh PT. MFC, sehingga perlu dibuktikan bahwa harga
akuisisi yang terjadi adalah wajar dan tidak akan merugikan pemegang saham
minoritas.
Secara prinsip akuisisi tidak berbeda dengan proyek investasi lain yang
dijalankan dalam rangka implementasi strategi jangka panjang perusahaan. Suatu
investasi dapat dinilai feasible jika memberikan rate of return yang lebih tinggi
dibandingkan dengan Opportunity Cost! Cost of Capital-nya yang dalam perhitungan
Net Present Value (NPV) tercermin sebagai discount rate yang digunakan.
Dengan menggunakan metoda perhitungan Discounted FCF, penulis melakukarn
perhitungan nilai wajar perusahaan, yang pada akhirnya akan dapat membuktikan
apakah jenis investasi akuisisi yang dilakukan oleh PT. MFC menguntungkan atau
tidak dan juga dapat dinilai kewajaran dan harga akuisisi yang terjadi.
"
1995
T2838
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Sagita Maryami
"Skripsi ini membahas tentang dampak dari merger antara PT. XL Axiata dan PT. Axis Telekom Indonesia terhadap kesejahteraan konsumen. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur seberapa elastis permintaan konsumen pada layanan telekomunikasi GSM dengan menggunakan Fixed Effect Model. Selanjutnya nilai elastisitas harga dan elastisitas pendapatan digunakan untuk menghitung dan menganalisis dampak perubahan harga akibat dari adanya merger antara PT. XL Axiata dan PT. Axis Telekom Indonesia terhadap kesejahteraan konsumen menggunakan metode Compensating Variation. Terdapat beberapa penemuan penting dalam penelitian ini. Pertama, permintaan pelanggan telekomunikasi seluler GSM bersifat inelastis terhadap perubahan harga dan bersifat elastis terhadap perubahan pendapatan. Kedua, merger yang dilakukan oleh PT. XL Axiata dan Axis Telekom Indonesia mengakibatkan peningkatan harga pada tahun 2015 sehingga menyebabkan kesejahteraan konsumen berkurang.

This thesis discusses the impact of the merger between PT. XL Axiata and PT. Axis Telekom Indonesia to consumer?s welfare. This research was conducted in order to measure consumer?s demand elasticity in the GSM telecommunications services using the Fixed Effect Model. Furthermore, price elasticity and income elasticity is used to calculate and analyze the impact of price changes as a result of the merger between PT. XL Axiata and PT. Axis Telekom Indonesia to the consumer?s welfare using the Compensating Variation method. There are several substantial findings in this study. First, the GSM mobile telecommunication consumer?s demand is inelastic to price changes and is elastic to income changes. Second, the merger is done by PT. XL Axiata and Axis Telekom Indonesia resulted in an increase in prices in 2015 resulting in reduced consumer welfare."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S64100
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenny Nadia Nur Utami
"PT Indosat Ooredoo Tbk dan PT Hutchison 3 Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penyelenggaraan jasa telekomunikasi seluler dan menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia. Penggabungan antara kedua perusahaan yang resmi dilaksanakan di awall tahun 2022 menimbulkan pertanyaan, mengingat pada penilaian awal kedua perusahaan memiliki berpotenssi menyebabkan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. Oleh karena itu, skripsi ini membahas mengenai kesesuaian pendapat KPPU terhadap merger yang telah dilakukan antara kedua perusahaan yang saat ini dikenal sebagai PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk. Analisis berfokus pada pendapat KPPU pada dampak pelaksanaan merger Indosat dan Hutchison terhadap persaingan usaha di industri telekomunikasi seluler, serta dampak yang ditimbulkan akibat merger yang dilakukan oleh Indosat dan Hutchison. Untuk mengetahui hasilnya, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis normatif, di mana penulis akan menguraikan permasalahan persaingan usaha, yaitu merger yang timbul kemudian akan menganalisis permasalahan berdasarkan pendapat yang diberikan oleh KPPU disesuaikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penulis menyimpulkan bahwa penggabungan antara Indosat dengan Huitchison tidak menimbulkan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat maupun menimbulkan posisi dominan dalam pasar bersangkutan, namun penggabungan memang berdampak langsung bagi beberapa pihak.

PT Indosat Ooredoo Tbk and PT Hutchison 3 Indonesia are companies engaged in providing cellular telecommunications services and are one of the largest in Indonesia. The merger between the two companies which was officially implemented in early 2022 raises questions, considering that at the initial assessment the two companies had the potential to cause monopolistic practices and/or unfair business competition. Therefore, this thesis discusses the suitability of KPPU's opinion regarding the merger that has been carried out between the two companies which is currently known as PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk. The analysis focuses on KPPU's opinion on the impact of the Indosat and Hutchison merger on business competition in the cellular telecommunication industry, as well as the impact caused by the merger carried out by Indosat and Hutchison. To find out the results, this research was conducted using a normative analysis method, in which the author will describe the problem of business competition, namely the merger that arises then will analyze the problem based on the opinion given by KPPU according to the applicable laws and regulations. The author concludes that the merger between Indosat and Huitchison did not result in monopolistic practices and/or unfair business competition or create a dominant position in the relevant market, but the merger did have a direct impact on several parties."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irvany Ikhsan Falaqi
"Karya tulis ini membahas mengenai analisis penggabungan usaha dari sudut perpajakan dengan mengambil kasus pada dua perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, yaitu (1) PT Bank CIC Internasional Tbk sebagai surviving bank dalam kasus merger dengan PT Bank Danpac Tbk dan PT Bank Pikko Tbk, dan (2) PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. yang melakukan akuisisi saham empat perusahaan sekaligus yaitu PT Metropolitan Realty International, PT Antilope Madju, PT Bali Nusadewata Village dan PT Graha Menteng Indah.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk memberi pemahaman yang lebih komprehensif dalam pelaksanaan aktivitas penggabungan usaha dari sudut perpajakannya. Bagi Wajib Pajak yang akan melakukan penggabungan usaha atau yang perusahaannnya sedang melakukan restrukturisasi, dengan pemahaman yang baik diharapkan dapat melakukan tax planning secara optimal dan terhindar dari kekeliruan penerapan peraturan.
Penggabungan usaha (business combination) terjadi jika dua atau lebih usaha yang terpisah bersama-sama menjadi satu entitas ekonomi. Ada dua metode yang bisa dipakai dalam penggabungan usaha yaitu metode pembelian dan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest). Pada metode pembelian, karena pencatatan pengalihan harta dan kewajiban berdasarkan nilai pasar, maka dimungkinkan timbul goodwill sebagai selisih lebih antara nilai buku dan nilai wajarnya. Sebaliknya, metode penyatuan kepemilikan pencatatan dilakukan berdasarkan nilai buku sehingga goodwill menjadi tidak relevan sama sekali dengan metode ini.
Peraturan perpajakan Indonesia semula tidak memperbolehkan penggunaan metode penyatuan kepemilikan karena dengan metode ini tidak dimungkinkan dihasilkan potensi pajak atas goodwill tersebut, Namun karena perkembangan keadaan dan desakan dari dunia usaha, apalagi setelah dilanda krisis moneter yang menyebabkan banyak perusahaan menderita kerugian hebat, Pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan memberikan sedikit kelonggaran untuk penggunaan metode ini. Pada awalnya, hanya ditentukan secara selektif Wajib pajak yang diperbolehkan menggunakannya, dan terus diperlonggar syaratnya hingga peraturan yang terakhir sudah dapat diterapkan bagi semua perusahaan (Keputusan Menteri Keuangan No. 422/KMK.04/1998 sebagaimana yang telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan No .211/KMK. 03/2003).
Hasil dari penelitian yang dilakukan dalam karya akhir ini membuktikan bahwa pemerintah memang berhasil mendorong kedua perusahaan tersebut untuk memanfaatkan fasilitas perpajakan yang diberikan dengan melakukan penggabungan usaha. Fasilitas yang cukup menarik itu antara lain diperbolehkannya mengalihkan sisa kerugian badan usaha lama dengan cara melakukan revaluasi aktiva tetap.
Dalam kasus PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk., perusahaan menikmati insentif pajak yang sangat menarik, yaitu dapat melakukan revaluasi aktiva tetapnya senilai + Rp. 728 miliar dengan hanya terutang pajak sebesar + Rp. 5,6 miliar akibat kompensasi akumulasi kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15620
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dali Sadli Mulia
"PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk adalah perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang penyelenggaraan jasa telekomunikasi domestik di indonesia. Lingkungan kompetisi yang monopoli akan segera berubah menjadi lebih kompetitif dengan berlakunya UU no 36 tahun 2000 yang mengatur skema industri jasa telekomunikasi di Indonesia.
Dalam memenuhi kebutuhan dana investasi, selain sumber dana internal, perusahaan mendapatkan pinjaman dalam skema two-step loans dan pemenintah dan melakukan penawaran saham di tahun 1995. Untuk menghadapi kondisi kompetisi maka perusahaan melakukan perubahan strategi dengan perluasan usaha yang meliputi phone, mobile, video, internet dan services (PMVIS) dengan melakukan investasi Iangsung maupun pembentukan anak perusahaan / afiliasi. Selain itu perusahaan diharuskan untuk melakukan restrukturisasi perusahaan sesuai dengan tuntutan perubahan skema industri jasa telekomunikasi dengan melaksanakan transaksi jual beli usaha dengan PT INDOSAT senilai US$ 1,5 milyar. Rencana investasi perusahaan yang diproyeksikan hingga tahun 2006 adalah senilai Rp 43,25 triliun.
Untuk mendukung pemenuhan kebutuhan dana maka perusahaan memerlukan strategi pendanaan yang tepat dengan tujuan selain kebutuhan dana lerpenuhi juga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hal tersebut dapat tercapai apabila perusahaan dapat membuat perhitungan target struktur modal yang oplimal, Strategs pendanaan diíorrnulasjkan berdasarkan hash perhitungan target struktur modal dengan menentukan struktur modal yang memiliki weighted average cost of capital dengan nilai yang paling kecil.
Dengan mempertimbangkan kepentingan investor asing dan lokal maka hasil perhitungan struktur modal yang optimal adaiah pada saat perusahaan memiliki rasio debt/equity 50:50. Hal ini menjadi dasar dalam penentuan strategi pendanaan untuk melakukan perubahan struktur modal eksisting yang memiliki rasio debt/equity 40:60 dengan fund raising berupa pinjaman senilai Rp 5,66 triliun di tahun 2001. Mengingat perusahaan diarahkan untuk Iebih beradaptasi pada ikiim kompetisi maka sumber dana pinjaman pun tidak mengandalkan pada skema two-step loans.
Dengan perhitungan dan asumsi yang relevan maka perubahan struktur modal tersebut akan dapat memenuhi kebutuhan dana investasi hingga tahun 2006 sekaligus meningkatkan nilai perusahaan yang semuta Rp 45,58 triliun menjadi Rp 54,42 triliun. Dan hasil analisa sensitivitas didapatkan bahwa penurunan 5% dan pendapatan perusahaan akan mengakibatkan perusahaan kekurangan dana untuk pembiayaan investasi mulai tahun 2003."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T4732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Perkembangan pasar modal dewasa ini menuntut adanya aturan main yang komprehensif mengenai perlindungan terhadap investor, termasuk di dalamnya terhadap kepentingan para pemegang saham minoritas. Sebagaimana investor belum memiliki lembaga yang dapat mewakili kepentingannya, maka dikenal adanya keberadaan Komisaris Independen. Komisaris Independen merupakan salah satu ciri khas dalam praktik good corporate governance, keterlibatannya adalah kontribusi vital bagi mekanisme pengawasan dan keseimbangan (checks and balances). Eksistensi Komisaris Independen tidak tersentuh oleh Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Oleh karena itu, keberadaannya masih perlu didukung dengan diciptakannya kerangka dan aturan hukum yang jelas. Sehubungan dengan pelaksanaan merger vertikal antara PT Indonesia Satellite Corporation Tbk. (Indosat), suatu perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang informasi dan telekomunikasi, dengan beberapa anak perusahaannya, yaitu PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo), PT Indosat Multi Media Mobile (IM3), dan PT Bimagraha Telekomindo (Bimagraha, Komisaris Independen secara khusus memiliki kewajiban untuk membela kepentingan pemegang saham minoritas dan stakeholders lainnya sebagai seluruh pihak yang berkepentingan secara langsung terhadap kelangsungan (sustainability) perusahaan, termasuk didalamnya pelanggan, pemasok, kreditor, dan masyarakat sekitar (stakeholders)."
[Universitas Indonesia, ], 2004
S23803
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Purnomo
"Berbagai tekanan dihadapi TELKOM Tbk. dalam beberapa tahun terakhir ini, meliput tekanan peraturan khususnya berlakunya IJU no. 36/1999 tentang Telekomunikasi dan Cetak Biru Tetekomunikasi Indonesia yang mengakhiri hak monopoli dan mendorong persaingan; tekanan teknologi seria tekanan tuntutan konsumen.
Tekanan-tekanan tersebut memaksa memungkinkan TELKOM melakukan diversifikasi konsentrik - disamping memperkuat bisnis lamanya - guna mempertahankan arus pendapatan dan pertumbuhannya. Diversifikasi dilakukan dengan memasuki segmen segmen baru dalam sektor telekomunikasi yaitu komunikasi internasional (SLI), internet, multimedia dan terutama telekomunikasi bergerak (mobile). Keseriusan TELKOM memasuki bisnis mobile juga didorong oleh kenyataan bawa pertumbuhan pasarnya selama ini sangat mengesankan demikian pula proyeksinya di masa mendatang.
Dalam bisnis mobile, TELKOM pertama-tama menghadapi pilihan teknologi, karena saat ini di dunia dan di Indonesia ada 2 basis teknologi yang besar yaltu GSM dan CDMA masing-masing dengan berbagai kelebihan dan kelemahannya. GSM dengan konsumen yang dominan di indonesia akhirnya dipilih sebagai basis teknologi TELKOMobiIe. Selanjutnya karena teknologi mobile tenis berkembang dan karena saat ini menuju generasi ke-3 (3G) maka TELKOMobiIe juga perlu memilih tingkat evolusi mana pada transisi GSM tersebut yang akan diikuti. Dengan pilihannya pada GPRS TELKOMobile menempatkan diri sebagai pelopor teknologi di industrinya.
Dalam industri teleport mobile, pasar Indonesia dikuasai secara oligopoli (differentiated oligopoly) oleh 3 pemain utama yaitu Telkomsel sebagai pemimpin pasarnya (pangsa pasar 45%), kemudian Satelindo dan Excelcomindo. Ketiganya yang menguasai 93% pasar pelanggan adalah operator dengan teknologi GSM. Di samping TelkoMobile, pertumbuhan pesat mobile di Indonesia juga telah mengundang banyak pemain barn lain baik regional maupun nasional. Pemain barn nasional yang patut diperhitungkan adalah Indosat melalui proyek IM3-nya.
Untuk bersaing di industri yang makin kompetitif tersebut di samping keunggulan teknologi dan jaringan eksisting TELKOM, TELKOMobiIe juga memiliki peluang memanfaatkan sinergi dengan Telkomsel yang telah diakuisisi TELKOM (sehingga TELKOM menjadi pemegang saham mayoritas, 77,72%). Dengan demikian Telkomsel bisa dipandang sebagai pesaing sekaligus partner bagi TELKOMobile.
Berdasarkan berbagai kondisi yang ada maka strategi yang disarankan bagi TELKOMobile adalah:
- Integrasi parsial dengan Telkomsel khususnya dalam hal coverage jaringan.
- Dari segi perusahaan, secara strategis memposisikan diri sedikit dibawah Telkomsel. Namun dari segi mutu produk di atas Telkomsel.
- Strategi generik differensiasi.
- Untuk layanan dasar yang ditujukan bagi pasar perorangan termasuk remaja, diferensiasi dengan kapasitas kartu SIM pra-bayar yang Iebih besar.
- Untuk layanan nilai tarnbah yang ditujukan untuk pasar perusahaan dan profesional, diferensiasi berasal dan adopsi teknologi janingan pintar dan GPRS.
- Dalam kaitan dengan rencana peluncuran (soft launching dan grand launching pada akhir Juni dan Agustus 2001), ada 2 alternatif strategi yang diusulkan. Alternatif pertama adalah diluncurkan dengan merek Telkomobile. Namun dalam angka panjang Telkomobile digabung dengan Telkomsel dan menjadi produk high-end Telkomsel.
- Alternatif ke-dua, peluncuran dilakukan atas nama Telkomsel.
Rumusan Masalah dalam tulisan ini adalah situasi yang dihadapi TELKOM sehîngga perlu memasuki bisnis mobile; pilihan teknologi yang dihadapi TELKOM di bisnis mobile; dan situasi persaingan yang dihadapi TELKOMobile serta perumusan strategi menghadapinya.
Tujuan Penulisan adalah: menggambarkan situasi yang dihadapi TELKOM sehingga masuk ke bisnis mobile; menggambarkan situasi bisnis mobile yang dihadapi TELKOM dan strategi teknologinya sebagai pemain baru; dan memberikan alternatif strategi bagi TELKOMobile.
Ruang Lingkup Penelitian adalah: obyek pengamatãn ada.lah PT.TELKOM Tbk. khususnya segmen jasa mobile yaitu proyek TELKOMob11e; Pendekatan pembahasan dad sisis manajemen strategi; dengan rentang waktu strategi 2001-2004. Diasumsikan TELKOMobiIe akan dioperasikan sendiri.
Metodologi penelitiaan berupa pengumpulan data sekunder dan teori-teori yang relevan dan berbagai buku, penerbitan maupun situs internaet. Sedangkan data primer didapat dañ wawancara dengan nana sumber yang berkompeten baik di Teilcomobile maupun di Telkomsel."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>