Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25252 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amarina Ashar Ariyanto
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fenomena persepsi antar kelompok, khususnya fenomena bias antar kelompok pada pengguna jalan di Jakarta. Bias antar kelompok adalah kecenderungan untuk mempersepsi, mengutamakan dan memperlakukan kelompok sendiri (ingroup) secara lebih baik dibandingkan kelompok lain (outgroup). Partisipan penelitian ini adalah 360 pengguna jalan, terdiri dari pengemudi kendaraan pribadi (N= 45), pengemudi motor (N= 51), pengemudi kendaraan umum (N= 50), polisi lalu lintas (N= 54), pejalan kaki (N= 49), pedagang kaki lima (N= 58) dan satuan pengaman pasar atau satpol PP (N= 58). Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner (tujuh versi kuesioner), dan bias antar kelompok yang terjadi digali melalui tiga macam cara, yaitu bias persepsi antar kelompok, bias atribusi, dan alokasi sumber daya antar kelompok. Temuan studi menunjukkan adanya kecenderungan bias persepsi yang bervariasi antar kelompok pengguna jalan raya, baik dalam bentuk bias persepsi, bias atribusi maupun alokasi sumber daya. Bias yang sangat kuat untuk atribusi terhadap tingkah laku yang positif terlihat pada pengendara motor, pengendara kendaraan umum, dan pedagang kaki lima. Untuk tingkah laku negatif terdapat bias pada semua kelompok penelitian. Bias persepsi juga terdapat pada semua kelompok penelitian, demikian pula dengan alokasi sumber daya.

The goal of this study is to examine intergroup bias among people who use roads in Jakarta. Intergroup bias refers to the tendency to prioritize, treat and perceive in-group members more favorable than out-groups. Three different groups of road users participated in this study: private drivers, motor riders, and public transportation drivers. Intergroup bias is measured as perception bias and attribution bias. The findings show that both forms of bias occur among the road users. Intergroup attribution bias that is found among the three groups are more in-group than out-group attribution bias. The private car drivers, motor riders, and public transportation drivers tend to attribute positive behavior of in-group to internal factor and negative behavior of in-group to external factors. Index of effect size in perception bias indicates substantive levels and represents large effect in the population."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2011
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amarina Ashar Ariyanto
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fenomena persepsi antar kelompok, khususnya fenomena bias antar kelompok pada pengguna jalan di Jakarta. Bias antar kelompok adalah kecenderungan untuk mempersepsi, mengutamakan dan memperlakukan kelompok sendiri (ingroup) secara lebih baik dibandingkan kelompok lain (outgroup). Partisipan penelitian ini adalah 360 pengguna jalan, terdiri dari pengemudi kendaraan pribadi (N= 45), pengemudi motor (N= 51), pengemudi kendaraan umum (N= 50), polisi lalu lintas (N= 54), pejalan kaki (N= 49), pedagang kaki lima (N= 58) dan satuan pengaman pasar atau satpol PP (N= 58). Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner (tujuh versi kuesioner), dan bias antar kelompok yang terjadi digali melalui tiga macam cara, yaitu bias persepsi antar kelompok, bias atribusi, dan alokasi sumber daya antar kelompok. Temuan studi menunjukkan adanya kecenderungan bias persepsi yang bervariasi antar kelompok pengguna jalan raya, baik dalam bentuk bias persepsi, bias atribusi maupun alokasi sumber daya. Bias yang sangat kuat untuk atribusi terhadap tingkah laku yang positif terlihat pada pengendara motor, pengendara kendaraan umum, dan pedagang kaki lima. Untuk tingkah laku negatif terdapat bias pada semua kelompok penelitian. Bias persepsi juga terdapat pada semua kelompok penelitian, demikian pula dengan alokasi sumber daya.

The goal of this study is to examine intergroup bias among people who use roads in Jakarta. Intergroup bias refers to the tendency to prioritize, treat and perceive in-group members more favorable than out-groups. Three different groups of road users participated in this study: private drivers, motor riders, and public transportation drivers. Intergroup bias is measured as perception bias and attribution bias. The findings show that both forms of bias occur among the road users. Intergroup attribution bias that is found among the three groups are more in-group than out-group attribution bias. The private car drivers, motor riders, and public transportation drivers tend to attribute positive behavior of in-group to internal factor and negative behavior of in-group to external factors. Index of effect size in perception bias indicates substantive levels and represents large effect in the population."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2011
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amarina Ashar Ariyanto
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fenomena persepsi antar kelompok, khususnya fenomena bias antar kelompok pada pengguna jalan di Jakarta. Bias antar kelompok adalah kecenderungan untuk mempersepsi, mengutamakan dan memperlakukan kelompok sendiri (ingroup) secara lebih baik dibandingkan kelompok lain (outgroup). Partisipan penelitian ini adalah 360 pengguna jalan, terdiri dari pengemudi kendaraan pribadi (N= 45), pengemudi motor (N= 51), pengemudi kendaraan umum (N= 50), polisi lalu lintas (N= 54), pejalan kaki (N= 49), pedagang kaki lima (N= 58) dan satuan pengaman pasar atau satpol PP (N= 58). Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner (tujuh versi kuesioner), dan bias antar kelompok yang terjadi digali melalui tiga macam cara, yaitu bias persepsi antar kelompok, bias atribusi, dan alokasi sumber daya antar kelompok. Temuan studi menunjukkan adanya kecenderungan bias persepsi yang bervariasi antar kelompok pengguna jalan raya, baik dalam bentuk bias persepsi, bias atribusi maupun alokasi sumber daya. Bias yang sangat kuat untuk atribusi terhadap tingkah laku yang positif terlihat pada pengendara motor, pengendara kendaraan umum, dan pedagang kaki lima. Untuk tingkah laku negatif terdapat biaspada semua kelompok penelitian. Bias persepsi juga terd apat pada semua kelompok penelitian, demikian pula dengan alokasi sumber daya.

The goal of this study is to examine intergroup bias among people who use roads in Jakarta. Intergroup bias refers to the tendency to prioritize, treat and perceive in-group members more favorable than out-groups. Three different groups of road users participated in this study: private drivers, motor riders, and public transportation drivers. Intergroup bias is measured as perception bias and attribution bias. The findings show that both forms of bias occur among the road users. Intergroup attribution bias that is found among the three groups are more in-group than out-group attribution bias. The private car drivers, motor riders, and public transportati on drivers tend to attribute positive behavior of in-group to internal factor and negative behavior of in-group to external factors. Index of effect size in perception bias indicates substantive levels and represents large effect in the population.
"
Depok: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Winarini Wilman D. Mansoer
"Penelitian ini mengkaji perkembangan tradisi tawuran antarkelompok antar siswa SMA di Jakarta, serta alasan siswa terlibat. Pendekatan psikologi sosial menggunakan teori identitas sosial (Hogg & Abrams, 1988) dan teori peningkatan reputasi (misalnya Emler & Reicher, 1995) wa. digunakan. Teori identitas sosial menjelaskan keterlibatan siswa dalam tawuran dilihat dari proses identifikasi sosial dengan sekolah dan kelompok teman sebaya, serta konflik antarkelompok dalam kaitannya dengan stereotip dan prasangka antar kelompok. Teori peningkatan reputasi menjelaskan keterlibatan siswa dalam tawuran tidak berhubungan dengan manajemen reputasi dalam kelompok. Teori-teori Barat ini diterapkan pada konteks sosio-kultural dan geografis Jakarta tertentu, sehingga terdapat beberapa keterbatasan dan penjelasan tambahan mengenai permasalahan terkait dengan konteks tersebut. Studi ini mengkaji bagaimana identitas sosial dan manajemen reputasi individu sebenarnya dibingkai di dalam sekolah dan dalam kelompok teman sebaya (Basic) yang menjadi wahana kontak dan konflik antarkelompok, termasuk Investigasi terhadap pengaruh-pengaruh tersebut dalam insiden tawuran tertentu. Hasilnya ditunjukkan dengan konteks sekolah, kategorisasi sosial sekolah. sekolah tawuran mempengaruhi stereotipe siswa terhadap sekolah lain yang berkategori baik. sekolah musuh atau sekolah sekutu. Hal ini menimbulkan prasangka bahwa mereka selalu diancam oleh musuh-musuhnya setiap kali diet melakukan kontak dengan mereka saat bepergian Ke dan dari sekolah. Oleh karena itu, untuk menangani situasi ini siswa di sekolah tawuran dibentuk berdasarkan kerumunan (dasar) di jalur bus mereka.

This study examined the development of the tradition of intergroup fighting between high school students in Jakarta, and the reasons why students became involved. Social psychological approach using social identity theory (Hogg & Abrams, 1988) and reputation enhancement theory (e.g., Emler & Reicher, 1995) wa. used. Social identity theory explains student involvement in tawuran ill term of the proces of social identification with the school and peer groups, and Intergroup conflict in relation to stereotyping and prejudice between groups. Reputation enhancement theory explains student involvement in tawuran ill association with reputation management within the group. These Western theories were applied to a specific socio-cultural and geographical context of Jakarta, thus there were some limitations and additional explanation of the problem in relation to the context. This study examined how the individual's social identity and reputation management is actually framed within the school and in the rival peer crowds (Basic ) that are the vehicles for intergroup contact and conflict, including Investigation of these influences in specific tawuran incidents. The results indicated with the school context, the social categorisation of schools. tawuran schools influenced student stereotyping towards other schools that were categorised either. enemy schools or ally schools. This led to prejudice that they were always threatened by their enemies whenever diet had contacts with them when travelling To and from school Thus, in order to handle this situation in students in tawuran schools formed over crowds (basic) base on their bus routes.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Fazillah
"Electronic Road Pricing (ERP) merupakan skema jalan berbayar melalui road pricing sebagai mekanisme pengenaan retribusi akibat kemacetan. Kebijakan ini bertujuan untuk mengatasi kemacetan agar kelancaran lalu lintas dapat dicapai sehingga masalah ekonomi dan sosial masyarakat akibat kemacetan dapat diatasi. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui besarnya nilai WTP, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar dan besarnya nilai WTP pengguna jalan serta mengetahui besarnya nilai tarif yang optimal dalam pemberlakuan ERP di DKI Jakarta. Berdasarkan hasil estimasi pada model regresi linier berganda diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap besarnya nilai ERP dilihat dari Willingness To Pay (WTP) pengguna jalan adalah alokasi biaya transportasi, waktu tempuh, kecepatan kendaraan, durasi terkena kemacetan dan penggunaan joki, pendapatan per bulan, jenis pekerjaan dan keharusan menggunakan kendaraan. Nilai rata-rata WTP (EWTP) sebesar Rp 16.000. Nilai tersebut dapat dijadikan acuan dalam penetapan tarif ERP. Tarif Optimal dari pengurangan waktu 5 menit adalah Rp 13.500, waktu 10 menit adalah Rp 16.000, waktu 15 menit adalah Rp 22.700.

Electronic Road Pricing (ERP) is a scheme of pay road through road pricing as a mechanism for the imposition of levies due to congestion. This policy aims to address in order to smooth the traffic congestion can be achieved so that the economic and social problems due to congestion can be overcome. Purpose of this study was to determine the value of WTP, identifying the factors that influence the willingness to pay and the value of WTP road users as well as knowing the value of the optimal rates in the implementation of ERP in Jakarta. Based on estimates on multiple linear regression model known that the factors that influence the value of ERP views of willingness to pay (WTP) of road users is the allocation of transportation costs, travel time, vehicle speed, duration exposed to congestion and the use of jockeys, revenue per month, type of work and must use the vehicle. The average value of WTP (EWTP) Rp 16,000. This value can be used as a reference in setting the ERP rates. Optimal rates of reduction within 5 minutes is Rp 13.500, 10 minutes is Rp 16,000, while 15 minutes is Rp 22,700."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T44081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wildan Rusdaul Ulum
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh religiusitas terhadap bias antarkelompok. Sebanyak tiga ratus empat puluh empat peserta, berusia 17 hingga 65 tahun berpartisipasi dalam penelitian online. Alat ukur, bias antarkelompok dan religiusitas digunakan untuk mengukur hubungan antara religiusitas dan bias antarkelompok. Hasil Analisis statistik dengan Regresi Linear Berganda menunjukkan bahwa religiusitas memiliki efek negatif yang signifikan terhadap bias antarkelompok. Sementara itu dimensi religiusitas Islam adalah prediktor terkuat dari sikap terhadap ateis dan Dimensi religiusitas ihsan adalah prediktor terkuat untuk kesadaran LGBT. Sehingga dapat disimpulkan bahwa religiusitas berpengaruh terhadap bias antarkelompok dengan Islam sebagai prediktor terkuat dari sikap terhadap ateis dan ihsan sebagai prediktor terkuat dari sikap terhadap LGBT. Karena itulah hasilnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk memahami fenomena tersebut bias antarkelompok. Kelompok sosial dan keanggotaan organisasi keagamaan harus dipertimbangkan pada penelitian selanjutnya untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas
tentang bias antarkelompok.

This study aims to determine the effect of religiosity on intergroup bias. A total of three hundred and forty-four participants, people aged 17 to 65 years in the online study. Measurement tools, intergroup bias and religiosity were used to measure the relationship between religiosity and intergroup bias. The results of statistical analysis with Multiple Linear Regression show that religiosity has a significant negative effect on intergroup bias. Meanwhile, the dimension of Islamic religiosity is the strongest predictor of attitudes towards atheism and the dimension of ihsan religiosity is the strongest predictor for LGBT awareness. So it can be denied that religiosity has an effect on intergroup bias with Islam as the strongest predictor of attitudes towards atheism and ihsan as the strongest predictor of LGBT attitudes. Due to this fact, the results are expected to become a reference for research to understand this phenomenon of intergroup bias. Social groups and organizational organizations should consider in future studies to get a clearer picture about bias between groups."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Melinda Latiasha
"ABSTRAK
Meningkatnya volume kendaraan berat menyebabkan semakin tingginya tingkat kemacetan di berbagai ruas jalan, khususnya pada kota Jakarta. Sebagai salah satu upaya untuk mengurangi kemacetan, timbul rencana untuk menyelenggarakan pembatasan akses masuk kendaraan berat pada Jakarta Outer Ring Road JORR . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pilihan tindakan yang akan dilakukan oleh pelaku logistik dalam menghadapi kebijakan pembatasan akses masuk, serta untuk menganalisa dampaknya terhadap waktu tempuh dan biaya operasional perjalanan. Berdasarkan data yang diperoleh melalui survey pada 223 pengemudi kendaraan berat yang menggunakan jalan tol JORR, didapatkan hasil pilihan tindakan alternatif berupa 26.9 memilih untuk mengubah rute, 36.8 mengubah waktu, 2.7 mengubah rute dan waktu, dan sisa 33.6 tidak terpengaruh kebijakan pembatasan akses. Pilihan tindakan juga dikelompokkan berdasarkan frekuensi perjalanan, waktu masuk JORR, dan jarak tempuh perjalanannya, dengan tujuan untuk melihat perbedaan karakteristik para pelaku logistik. Berdasarkan uji hipotesis, didapatkan bahwa kebijakan pembatasan akses memiliki pengaruh terhadap pertambahan waktu tempuh dan biaya operasional perjalanan. Perubahan waktu tempuh perjalanan tertinggi akibat pembatasan akses terdapat pada pilihan mengubah rute, yaitu sebesar 31.10 . Sama halnya pada biaya operasional, perubahan biaya tertinggi terdapat pada pilihan mengubah rute yaitu sebesar 7.41 .

ABSTRACT
The increasing volume of freight vehicles causes the increasing levels of congestion on various places, especially in Jakarta. As one of the efforts to reduce congestion, a plan to restrict freight vehicles from accessing the Jakarta Outer Ring Road JORR is planned. The purpose of this study is to analyze the behavior of logistics users in facing the access restriction policy, as well as to analyze the impact it has on time and travel costs. Based on the data that was obtained through a survey done on 223 freight vehicle drivers using JORR, 26.9 chose to change the route, 36.8 to change the time, 2.7 to change route and time, and 33.6 remain uneffected by the policy. Alternative actions are also grouped by trip freuquencies, entry time to JORR, and the distance traveled. It was done to investigate the different characteristics of logistic users. Based on the hypothesis test, it is found that the restriction policy has an effect on the increase of travel time and the travel operational cost. The highest travel time change due to the policy was caused by the action of changing routes which is 31.10 . Similar to travel time change, the highest travel operational cost change which is 7.41 was caused by the action of changing routes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69053
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arnetta Nandy Pradana
"Artificial intelligence mulai diimplementasikan di Jakarta sebagai solusi untuk mengurai permasalahan lalu lintas, seperti mengotomatisasi pengaturan sinyal lalu lintas dan mengurangi kemacetan. Pemasangan ini merupakan tahap awal pengintegrasian Intelligent Transportation System (ITS) sehingga tantangan operasionalisasi sangat besar. Selain itu, tantangan terkait etika dan perlindungan data pribadi masyarakat juga turut dirasakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pengguna jalan terhadap implementasi AI pengurai kemacetan, terutama dari sisi efektivitas dan dampaknya. Persepsi publik merupakan salah satu kriteria membentuk kebijakan yang berkelanjutan. Dengan meneliti persepsi, diharapkan pemerintah akan lebih siap untuk menanggapi tuntutan masyarakat dan mengadopsi teknologi di perkotaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data mixed method melalui survei dan wawancara mendalam. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis univariat dan metode ilustratif (case clarification). Untuk memetakan persepsi publik terhadap pengimplementasian ITCS, riset ini menggunakan lima dimensi, yaitu Sentiment to AI, Attitude Toward AI Development, Attitude Toward “Impact of AI to Human Society”, Attitude Toward AI Governance, dan Attitude Toward AI Ethics. Hasil penelitian ini menunjukkan persepsi positif pengguna jalan terhadap pengimplementasian ITCS di Jakarta. Namun, beberapa kekurangan masih ditemukan yaitu AI belum maksimal karena belum terintegrasi di seluruh jaringan jalan dan belum dilaksanakannya evaluasi terhadap pengimplementasiannya.

Artificial intelligence is being implemented in Jakarta as a solution to traffic problems, such as automating traffic signal settings and reducing congestion. This installation is the early stage of integrating the Intelligent Transportation System (ITS), and thus the operational challenges are substantial. In addition, there are also challenges related to ethics and the protection of people's personal data. This research aims to understand road users' perceptions of the implementation of AI to alleviate congestion, particularly in terms of its effectiveness and impact. Public perception is crucial for developing sustainable policies. By analyzing these perceptions, the government is expected to be more responsive to public needs and better equipped to adopt urban technologies. The researcher assumes that road users' perceptions of the ITCS are negative, considering the current road conditions and the initial stage of AI implementation. Furthermore, this study uses a quantitative approach with mixed-method data collection techniques through surveys and in-depth interviews. The analytical techniques used in this research are univariate analysis and the illustrative method (case clarification). To map public perception of ITCS implementation, this research employs five dimensions: Sentiment to AI, Attitude Toward AI Development, Attitude Toward "Impact of AI on Human Society," Attitude Toward AI Governance, and Attitude Toward AI Ethics. The results of this study indicate a positive perception of road users towards the use of ITCS in Jakarta. However, some shortcomings are still found, namely that AI has not been maximized due to lack of integration across the entire road network and the absence of an evaluation of its implementation."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arvin Hanggara Izadd
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan kebijakan Electronic Road Pricing (ERP) yang diberlakukan di Jakarta. Kebijakan ERP yang diberlakukan menggunakan sistem zonasi kawasan. Metode analisis dalam penelitian ini berbasis pada model pemilihan diskrit logit binomial. Untuk menggunakan model logit binomial perlu dibangun fungsi utilitas dengan menggunakan pendekatan regresi logistik. Model regresi dari fungsi utilitas dibangun dari data hasil survei Stated Preference dan Revealed Preference. Proses pembangunan model regresi logistik diawali dengan uji korelasi menggunakan metode uji spearman, lalu uji kelayakan model menggunakan metode uji hosmer lemmeshow dan omnibus, uji validasi menggunakan metode uji RMSE (Root Mean Square Error), analisis pemilihan model dengan syarat lolos uji kelayakan dan uji validasi serta uji komparasi, uji sensitifitas, dan analisis potensi perpindahan moda. Hasil uji korelasi menunjukkan variabel bebas yang siginifikan pada penelitian ini yaitu tarif ERP. Dari hasil analisis hubungan Willingness To Pay (WTP) dengan Willingness To Shift (WTS) dibangun 6 fungsi utilitas yang didasarkan atas perpindahan zona karena terdapat pola preferensi yang cenderung sama antar perpindahan zona lainnya tetapi memiliki tingkat persentase WTP dan WTS yang berbeda antar perpindahan zona lainnya. Hasil dari uji kelayakan model menunjukkan keenam fungsi utilitas lolos uji kelayakan. Selanjutnya, hasil uji validasi menunjukan 2 model fungsi utilitas dengan nilai RMSE < 10% dan 4 model fungsi utilitas dengan nilai RMSE > 10%. Hasil uji komparasi didalam proses pemilihan menunjukkan keenam model tetap merupakan model yang berbeda. Hasil pembuatan fungsi utilitas digunakan untuk menganalisis persentase perpindahan menggunakan angkutan umum di tiap pengenaan tarif . Terdapat kecenderungan bahwa semakin mahal tarif ERP maka akan semakin tinggi tingkat perpindahan pengendara mobil ke angkutan umum dan kesediaan pengendara mobil untuk menaiki angkutan umum di daerah pusat kota lebih kecil dibandingkan di daerah pinggir kota. Selain itu, didapatkan kesimpulan bahwa pengendara mobil bersedia membayar ERP dengan tarif termahal yaitu sebesar Rp 10.000 untuk pola perjalanan 1 dengan rata – rata persentase perpindahan menggunakan angkutan umum sebesar 68% , Rp 20.000 untuk pola perjalanan 2 dengan rata – rata persentase perpindahan menggunakan angkutan umum sebesar 60,5%, dan Rp 30.000 untuk pola perjalanan 3 dengan rata – rata persentase perpindahan menggunakan angkutan umum sebesar 15%.

This study aims to determine the impact of the implementation of the Electronic Road Pricing (ERP) policy that was implemented in Jakarta. The ERP policy is implemented using a regional zoning system. The analytical method in this research is based on the discrete binomial logit selection model. To use the binomial logit model a utility function needs to be built using a logistic regression approach. Regression models of utility functions are built from Stated Preference and Revealed Preference survey results. The process of building a logistic regression model begins with the correlation test using the Spearman test method, then the feasibility test of the model using the Lemmeshow and Omnibus hosmer test methods, the validation test uses the RMSE (Root Mean Square Error) method, the analysis of the model selection with the requirements of passing the feasibility test and validation test and comparative test, sensitivity test, and modal shift potential analysis. Correlation test results showed a significant independent variable in this study, namely ERP rates. From the results of the analysis of the relationship between Willingness To Pay (WTP) and Willingness To Shift (WTS), 6 utility functions are based on zone displacement because there is a preference pattern that tends to be the same between other zone transfers but has different percentages of WTP and WTS among other zone movements . The results of the model feasibility test show that all six utility functions passed the feasibility test. Furthermore, the validation test results showed 2 utility function models with RMSE values ​​<10% and 4 utility function models with RMSE values> 10%. Comparative test results in the selection process show the six models remain different models. The results of the creation of the utility function are used to analyze the percentage of movement using public transportation at each rate. There is a tendency that the more expensive ERP rates, the higher the rate of movement of car to public transport and the willingness of car to ride public transportation in downtown areas is smaller than in suburban areas. In addition, it was concluded that car are willing to pay ERP with the most expensive tariff of Rp 10.000 for travel pattern 1 with an average percentage of transfers using public transportation of 68%, Rp 10.000 for travel pattern 2 with an average percentage of transfers using public transportation by 60.5%, and Rp 30.000 for travel pattern 3 with an average percentage of transfers using public transportation by 15%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>