Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166082 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lambey, David
"ABSTRAK
Pasar modal di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat walaupun relatif
Iebih lambat dibandingkan dengan negara - negara di Asia Tenggara lainnya, seperti
Singapura dan Malaysia. Tetapi perkembangan yang pesat ¡ni tidak didukung pengetahuan
masyarakat yang baik tentang pasar modal dan teknik - teknik analisa investasi khususnya
Dalam kondisi kinerja Bursa Efek Jakarta yang semakin terpuruk saat ¡ni, pengetahuan akan
teknik -teknik analisis investasi semakin dibutuhkan masyarakat karena terbuka suatu
kesempatan untuk memperoleh saham suatu perusahaan yang baik kinerjanya dengan harga
yang jauh lebih rendah daripada harga intrinsiknya.
Tugas akhir ini bertujuan untuk menganalisis implementasi teknik Warren Buffett
dalam keputusan investasi saham di Indonesia. Teknik Warren Buffett menggabungkan antara
analisis kuantitatif yang dikembangkan Benjamin Graham dengan analisis kualitatif yang
díkembangkan Philip Fisher. Analisis implementasi teknik Warren Buffett pada keputusan
investasi di Bursa Efek Jakarta dibagi menjadi dua tahapan besar, yaitu:
1. Tahapan pertama adalah membentuk portfolio berdasarkan teknik Warren Buffett.
Portfolio yang terbentuk pada tahapan pertama terdiri dan lima perusahaan (Daya Guna
Samudera, Indosat, Jaya Real Property, Surya Toto dan Tambang Timah).
2. Tahapan Kedua adalah mengukur kinerja dan resiko portfolio yang terbentuk dan
membandingkannya dengan pasar. Pengukuran kinerja portfolio dan pasar menggunakan
dua metode, yaitu metode holding period return dan return - Tisk adjusted. Resiko yang
diperhitungkan meliputi resiko sistematik dan non-sistematik. Selain itu, periode yang
digunakan dibagi dua, yaitu periode sebelum pemerintah (Bank indonesia) inencabut band
intervensi terhadap nilai tukar mata uang Rupaih dan periode sepanjang tahun 1997.
Dari analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa portfolio yang dibentuk mempunyai
tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan tingkat pengembalian pasar baik untuk
metode holding period return dan retrun - risk adjusted maupun untuk periode sebelum
pemerintah mencabut kurs intervensi (kondisi normal) maupun sepanjang tahun 1997.
Portofolio juga memiliki tingkat resiko yang lebih rendah dibandingkan pasar untuk dua
periode berbeda. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teknik Warren Buffett dapat
diimplementasikan pada Bursa Efek Jakarta. Walaupun demikian ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi analisis, yaitu kondisi fundamental masing - masing perusahaan, penggunaan
metode akuntansi yang berbeda, penggunaan data historis, krisis keuangan dan kondisi pasar
modal yang relatif masih muda. Untuk itu ada pula saran - saran untuk mengoptimalkan
implementasi teknik Warren Buffett, yaitu: analisis prinsip usaha dan manajemen,
penyesuaian current earning untuk memberikan prediksi pertumbuhan dan owner?s earning di
masa depan dan memasukkan hutang dalam mata uang asing sebagal salah satu faktor
pertimbangan.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parmon Hardson
2001
T2386
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeconiah Hashfi Baronna
"Penelitian ini membahas underreaction akibat bias konservatisme dan overreaction akibat representativeness heuristic terhadap informasi earning selama periode 2008-September 2014 pada Bursa Efek Indonesia. Metoda yang digunakan adalah menguji strategi membeli saham dengan pertumbuhan EPS tinggi dimasa lalu dan menjual saham dengan pertumbuhan EPS yang rendah, untuk periode: 4, 8, 12 kuartal dengan masa kepemilikan 3,6, 9, 12 bulan. Hasilnya menunjukkan bahwa ke 12 strategi tersebut tidak menghasilkan abnormal return positif secara statistik, bahkan satu strategi menghasilkan abnormal return negatif yang signifikan, yang mengindikasikan adanya representativeness heuristic.

This study discusses underreaction stemming from the conservatism bias and overreaction due to the representativeness heuristic for earnings information during the period 2008-September 2014 on the Indonesia Stock Exchange. The method is examines trading strategies of buying past high EPS growth of stocks and selling past low EPS growth of stock, over 4, 8, 12 quarters with the holding period of 3.6, 9, 12 months. The results showed that all 12 of these strategies did not produce a statistically significant positive abnormal return, even one strategy generates significant negative abnormal returns, which indicate the presence of representativeness heuristic.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Aska Baharsyah Mahmuda
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepemilikan asing perusahaan dan volume perdagangan saham perusahaan terhadap volatilitas return saham. Sampel yang digunakan untuk menguji variabel didapat dari 45 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda dengan data panel periode 2015 hingga 2021. Variabel yang diujikan dalam penelitian ini antara lain kepemilikan asing masing – masing perusahaan dan volume perdagangan saham sebagai variabel bebas, lalu volatilitas return saham sebagai variabel terikat. Dalam penelitian ini terdapat variabel kontrol, yaitu size, leverage, market-to-book, turnover. Hasil yang didapatkan adalah kepemilikan asing berpengaruh negatif signifikan terhadap volatilitas return saham dan volume perdagangan saham berpengaruh positif signifikan terhadap volatilitas return saham.

This Study aims to analyze the effect of foreign ownership and stock trading volume on the stock return volatility. The sample used for testing the variables is from 45 companies on Indonesia Stock Market. This study uses multiple linear regression method with panel data for the period of 2015 to 2021. Variables tested are each company’s foreign ownership proportion and stock trading volume as independent variable, then stock return volatility as the dependent variable. There are control variables in this study which are size, leverage, market-to-book, and turnover. The result reached in this study are foreign ownership has significant negative effect on stock return volatility and stock trading volume has significant positive effect on stock return volatility."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putuhena, Carolus M.
"ABSTRAK
Untuk memacu pertuinbuhan ekonomi, pemerintah sejak tahun
1983 telah melakukan berbagai deregulasi di bidang keuangan.
deregulasi tersebut. bertujuan untuk menciptakan iklim yang
mengundang investasi swasta dan mendorong persaingan yang
mengarah pada efisiensi penggunaan sumber daya keuangan. Salah
satu bentuk deregulasi tersebut adalah deregulasi di sektor pasar
modal, yang memberikan peluang kepada dunía usaha untuk
memanfaatkan dana-dana masyarakat untuk pengembang usaha dengan
penjual saham perusahaan kepada masyarakat.
Bagi masyarakat sendiri, baik secara individu maupun dalam
organisasi, kehadiran saham publik tersebut memberikan alternatif
baru dalam investasi disamping bentuk-bentuk tradisionil yang ada
selama ini seperti emas/batu mulia, deposito berjangka, valuta?
asing, surat berharga, atau dalam bentuk investasi fisik seperti
tanah dan rumah.
Permasalahan yang dihadapi adalah cara dalam melakukan
penilaian saham sehingga investasi dapat memaksimumkan kekayaan
dimasa mendatang. Selama ini dikenal dua metode dalam analisa
pemilihan saham, yaitu Analisa Teknikal dan Analisa Fundamental.
Secara teoritis analisa fundamental dapat memberikan manfaat
maksimum kepada investor. Namun dalam aplikasi praktis analisa
tersebut sering terbentur pada berbagai kesulitan seperti
kelangkaan data, keterbatasan waktu dan turbulensi lingkungan
usaha, sehingga jarang digunakan. Oleh sebab itu berbagai upaya
terus dilakukan untuk mendapatkan teknik-teknik analisa
fundamental yang lebih sederhana, lebih mudah dan lebih cepat
penggunaannya.
Dalam tulisan ini diperkenalkan teknik Nine High-Low
Method dalam memilih saham secara fundamental. Dalam teknik ini
nilai saham dapat diperkjrakai-i dengan melakukan perkalian antara
estimasi PER dengan estimasi EPR, PER (Erice Earnings Rasio)
menceritiinkan pembentukan harga saham oleb pasar, sehingga
estimasi dapat dilakukan dengan menentukan nilai PER rata-rata,
tertinggi dan terendah yang pernah terjadi selama ini. Sedangkan
EPS mencerminkan kemampuan perusahaan nienghasilkan laba sehingga
estiniasi harus menggunakan fakta/data fundamental baik berupa
kinerja perusahaan dimasa lampau maupun analisa lingkungan usaha
dimasa mendatang yang akan meinpengaruhi keberhasilan tersebut.
Proyeksi laba perusahaan dilakukan berdasarkan 3 jeriis prediksi
sehingga secara kese].uruhan akan menghasilkan 9 nilai saham. Jika
harga sahai lebib kecil dan nilai saham terendah, maka saham
tersebut menguntungkan untuk dibe].i1 dan sebaliknya jika harga
saham lebih besar dan nilai tertinggi, maka saham tersebut
menguntungkan untuk dijual.
Proses pemilihan dapat dipercepat dengan memfokuskan analisa
pada saham-saham yang memuliki potensi menguntungkan yaitu, saham
yang mempunyai harga rendah, rasio P/BV rendah dan perusahaan
mempunyai prospek cerah. Pada contoh penggunaafl teknik ?Nine High
Low Method? dalam pemulihan saham yang beredar di Bures Efek
Jakarta per April 1991, ternyata saham PT. Prapatan merupakan
satu-satunya sabam dan keloinpok industri perhotelan yang
iiemenuhi syarat investasi (NPV positif). Berdasarkan perkiraan
bahwa pertumbuhan ekonomj dunia tahun 1991 mengalamj penurunan
dan ekonomi Indonesia 1991 dengan kebijakan uang ketat dan suku
bunga tinggi hanya menghasjik pertuinbuhan PDB sekitar 8.4 Z
dengan laju inflasi sekitar 6.5 X. Kunjungan wisatawan acing
sebagai leading indicator?, hanya mengalami pertumbuhan 10 Z.
Dengan kondisi tersebut ternyata PT Prapatan masih menunjukkan
pertumbuban usaha dan kemampuan laba yang menarik. Dan hasil
perhitungan diperoleb fluai saham PT Prapatan per April 1990
adalah Rp. 6.374,? sedangkan barga saham pade. saat tersebut hanya
Rp. 4.750,-. Berdasarkan fluai tersebut saham PT. Prapatan alcan
memberikan tingkat pengembalian hampir 40 %.
Namun kepada investor perlu diingatkan bahwa ketepatan
perkìraan tersebut sangat tergantung pada jumlah data, penggunaan
metode peramalan, pemilihan model dan pemilihan variabel ?leading
indicator?. Dalam contoh perhitungan di atas hanya tersedia 12
data penjualan triwulanan (3 tahun) dengan fluktuasi yang sangat
besar seperti tercermin dalam ?Irregularity Index yang mencapai
cukup besar. Kemungkinan laporan-laporan keuangan tersebut
disusun dalam rangka ?go-publìc sehingga segala daya diupayakan
untuk memberikan citra positif. Keterbatasan data menyebabkan
basil regresi kurang memuaskan seperti tercermin dalam
?coefficient of deteminatiOn? (r2) yang tidak mencapai 90 % dan
?standard error of estimate? yang cukup besar.
Namun demikian tidak berarti bahwa metode tersebut tidak
efektif. Angka yang dihasilkan walaupun ketepatanflys diragukan
tetap dapat digunakan sebagai acuan, disamping pertimbangan
pengalaman (jucigement) dan intuisi."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tegar Danu Pratama
"Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh skor ESG terhadap likuiditas saham dan pengaruh tidak langsung ESG terhadap likuiditas melalui mekanisme mediasi manajemen laba pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Dengan menggunakan pendekatan regresi data panel, penelitian ini menganalisis sampel dari 33 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2022. Proksi dari skor ESG adalah combined ESG score (ESG) yang didapatkan dari lembaga rating independen sebagai variabel independen. Selain itu, variabel independen lainnya adalah discretionary accruals yang digunakan sebagai pengukuran praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor ESG berpengaruh positif signifikan terhadap likuiditas saham dan manajemen laba. Selain itu, ditemukan juga pengaruh signifikan tidak langsung skor ESG terhadap likuiditas saham melalui mekanisme mediasi manajemen laba.

This study aims to understand the effect of ESG scores on stock liquidity and the indirect effect of ESG on liquidity through the mediation mechanism of earnings management in companies listed on the Indonesia Stock Exchange. Using a panel data regression approach, this study analyzes a sample of 33 companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the period 2018-2022. The proxy for ESG score is the combined ESG score (ESG) obtained from an independent rating agency as an independent variable. In addition, another independent variable is discretionary accruals which are used as a measurement of earnings management practices carried out by the company. The results of this study indicate that ESG score has a significant positive effect on stock liquidity and earnings management. In addition, there is also a significant indirect effect of ESG scores on stock liquidity through the mediation mechanism of earnings management.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandji Nadhif Ramadhan
"The primary objective of this study is to investigate the Indonesian LQ45 stock market's reaction to the second US interest rate hike in 2022, as well as the effect of the type of industry (financial or other industries) and the proportion of foreign ownership on the reaction. The event study test revealed that the LQ45 stock market reacted less negatively to the second US interest rate hike in 2022 compared to market expectations, leading to a positive abnormal return during the dates surrounding the event in general, consistent with the findings mentioned and documented in a previous study (Sumantri, A., Mardani, R.M., & Prioyono, R.A., 2022). Furthermore, the regression result shows that the negative returns for the financial sector will be lower than for others, thus leading to a less positive abnormal return for the financial sector, which corresponds to the findings of (Jiayi Kang, 2023) who concluded that higher interest rates could lead to higher interest rates in the interest rate market reducing loan demand, and money would also flow from the stock market to the bond market, dealing a huge blow to banking funds. This demonstrates that the type of industry while controlling for foreign ownership levels and debt to equity ratio has significant impact on stock market reaction and provides evidence regarding the performance of the financial industry. Finally, it has been demonstrated that the proportion of foreign ownership does not have any influence on the stock market reaction for all event windows in the length of observation, which is not consistent with the findings of (Jeongsim Kim, 2023).

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi reaksi pasar saham LQ45 Indonesia terhadap kenaikan suku bunga AS yang kedua di tahun 2022, serta pengaruh jenis industri (industri keuangan atau industri lainnya) dan proporsi kepemilikan asing terhadap reaksi tersebut. Hasil pengujian studi peristiwa menunjukkan bahwa pasar saham LQ45 bereaksi lebih tidak negatif terhadap kenaikan suku bunga AS yang kedua di tahun 2022 dibandingkan dengan ekspektasi pasar, yang mengarah pada abnormal return yang positif pada tanggal-tanggal di sekitar peristiwa tersebut secara umum, konsisten dengan temuan yang disebutkan dan didokumentasikan pada penelitian sebelumnya (Sumantri, A., Mardani, R.M., & Prioyono, R.A., 2022). Lebih lanjut, hasil regresi menunjukkan bahwa return negatif untuk sektor keuangan akan lebih rendah dibandingkan dengan sektor lainnya, sehingga menyebabkan abnormal return yang kurang positif untuk sektor keuangan, yang sesuai dengan temuan (Jiayi Kang, 2023) yang menyimpulkan bahwa suku bunga yang lebih tinggi dapat menyebabkan suku bunga yang lebih tinggi di pasar suku bunga yang mengurangi permintaan kredit, dan uang juga akan mengalir dari pasar saham ke pasar obligasi, yang memberikan pukulan besar pada dana perbankan. Hal ini menunjukkan bahwa jenis industri memiliki dampak yang signifikan terhadap reaksi pasar saham dan memberikan bukti mengenai kinerja industri keuangan. Terakhir, telah telah didemonstrasikan bahwa proporsi kepemilikan asing tidak memiliki pengaruh terhadap reaksi pasar saham LQ45 untuk semua rentang waktu pengamatan, yang berarti tidak konsisten dengan temuan (Jeongsim Kim, 2023)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arsyil Hendra Saputra
"ABSTRAK
Ada insentif yang jelas bagi pelaku pasar untuk memanipulasi harga penutupan karena pentingnya harga penutupan, harga yang paling umum digunakan untuk berbagai tujuan. Dalam rangka memastikan pembentukan harga yang lebih efektif pada harga penutupan saham, pada tanggal 2 Januari 2013, Bursa Efek Indonesia BEI memperkenalkan metode call auction pre-closing pada sesi penutupan pasar saham. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh implementasi tersebut terhadap eksistensi manipulasi harga penutupan dengan menggunakan data intraday.Analisis ini berfokus pada 4 bulan sebelum dan 4 bulan setelah diterapkannya pre-closing, yaitu dari bulan September 2012 sampai April 2013. Sampel representatif mencakup 37 saham yang masuk indeks LQ45 untuk keseluruhan periode, yang merupakan saham-saham dengan kapitalisasi pasar terbesar dan paling likuid. Dalam penelitian ini juga dibahas pola intraday yang diuji secara empiris baik sebelum dan sesudah penerapan pre-closing.Analisis data yang diperoleh menunjukkan bahwa 10 menit terakhir perdagangan adalah waktu perdagangan yang paling aktif sepanjang hari. Secara umum dibuktikan bahwa sebelum diterapkannya pre-closing, return 10 menit dari Indeks Harga Saham Gabungan IHSG dan sampel saham meningkat secara dramatis. Dengan tujuan untuk mengetahui apakah abnormal return tersebut terjadi akibat adanya manipulasi harga penutupan atau tidak, penelitian ini menggunakan pengujian model yang dikembangkan oleh Felixson dan Pelli 1999 . Hasil penelitian mengungkapkan adanya manipulasi harga penutupan di pasar saham Indonesia dan menunjukkan bahwa penerapan pre-closing telah mengurangi kemungkinan terjadinya manipulasi harga penutupan.

ABSTRACT
There are obvious incentives for market participants to manipulate the closing price due to the significance of the closing price, the price that is most commonly used for many purposes. To ensure more effective price formation at closing price, on January 2, 2013, the Indonesia Stock Exchange IDX introduced a pre closing call auction method to close the stock market. The purpose of this paper is to investigate its effect on closing price manipulation using intraday data.The analysis focuses on 4 months before and 4 months after the introduction of pre closing, which is from September 2012 to April 2013. We use a representative sample which includes 37 stocks that composed the LQ45 stock index, the most liquid and largest market capitalization stocks, for the whole period. In this paper, we discuss some of the empirically observed intraday patterns both before and after the implementation of pre closing.Our data suggest that the last 10 minute of trading is the most active of the whole day. We document that before the introduction of pre closing, the 10 minute returns of both the IDX Composite Index IHSG and our sample stocks increased dramatically. To determine whether or not manipulation of closing prices exists, this study uses a test developed by Felixson and Pelli 1999 . Our results reveal the existence of closing price manipulation in Indonesia stock market and show that the implementation of pre closing has reduced closing price manipulation."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T47584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Hestarina
"Tesis ini membahas faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi korelasi bursa saham Indonesia dengan bursa saham di lima negara lainnya, yaitu Jepang, Hongkong, AS, Inggris dan Australia. Faktor-faktor yang diteliti tidak menyangkut faktor ekonomi saja, namun juga melibatkan faktor geo-politik. Penelitian ini mencoba munguji model yang tidak biasa digunakan dalam manajemen keuangan, yaitu dengan menggunakan Gravity Model. Basil penelitian menemukan bahwa temyata Gravity Model sesuai digunakan untuk memprediksi detenninan korelasi stock market Indonesia dengan lima negara lainnya pada tahun 2004-2009. Determinan korelasi stock market Indonesia adalah besarnya kapitalisasi pasar, Over Lapping Open Hour, dan kesamaan hukum.

This thesis mainly discusses the determinants of Indonesia's stock market correlations with five otherstock markets in five countries, which are Japan, Hong Kong, USA, UK and Australia. The factors that are observed are not just economic factors but a1so geo-political factors. This study examines a model that is rarely used in financial management that is Gravity Model. The result of this study is that, Gravity Model is suitable enough to estimate the correlation between Indonesia's stock market and five other partners in the year 2004-2009. Hence, the determinants are; market capitalization size, Over Lapping Open Hour, and the law index"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T 27218
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tuning Indraswari Kusumaningtyas
"ABSTRAK
Karya akhir ini mempunyai tiga tujuan utama yaitu mengetahui keberadaan dan
besarnya initial abnormal return (underpricing) saham perdana dikaitkan dengan kondisi
pasar modal tahun 1998 - 2000, perilaku saham perdana melalul pola cumulative
abnormal return serta menguji signifikansi beberapa variabel kandidat, untuk melihat
pengaruh variabel tersebut terhadap besaran initial abnormal return. Dalam literatur
literatur keuangan disebutkan bahwa harga penawaran saham perdana umumnya lebih
rendah dan nilal wajarnya. Beberapa penelitian seperti penelitian Lee, Taylor dan Walter
(emisi saham baru di Australia), Ibbotson dan Ritter (emisi saham baru di Amerika),
Dimson dan Levis (Inggris) dan Aggarwal, Leal dan Hernandez (Brazil) telah
mengkonfirmasi adanya fenomena underpricing tersebut.
Study karya akhir berdasarkan metodologi event study yang dikombinasikan
dengan metodologi time-series. Metodologi time-series digunakan untuk membersihkan
data dan unsur autokorelasi sebelum dimasukkan sebagai input (model normal return)
dalam metodologi event study dalam rangka memperoleh abnormal return. Gabungan
kedua metodologi ini akan menghasilkan output yang relatif akurat sebagai model
pengukur normal return saham. Pokok penelitian dalam study adalah IPO 1998-2000
dengan tujuan memperoleh gambaran perilaku emisi saham pada kondisi krisis, untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan dengan masa sebelumnya.
Hasil penelitian pada karya akhir ini menunjukkan bahwa selama periode tahun
1998 sampai dengan tahun 2000, emisi saham perdana menghasilkan initial abnormal
return (nderpricing) sebesar 3347% secara rata-rata dan signifikan (pada ? =1%) saat
pertama kah diperdagangkan. Hash penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
dalam hal besarannya yang sangat signifikan. Penelitian Hanafi (1998) mendapatkan
besaran sebesar 15% untuk emisi saham perdana periode 1989 ? 1990, sedangkan
Hermawan (2000) menemukan underpricing pada hari pertama signifikan sebesar 8,52%
Perbedaan yang jauh atas besaran underpricing tersebut terutama disebabkan
kondisi pasar yang berbeda. Pertama, pada saat krisis, harga-harga saham jatuh ke level
yang paling murah, bahkan untuk beberapa saham, tidak dianggap berharga karena
nilainya jauh dibawah nilai nominalnya. Hal ini menyebabkan harga saat penawaran
saham perdana, ditentukan rendah, relatif bila dibandingkan dengan periode sebelum
krisis. Ketika pada hari pertama, saham perdana dengan harga rendah tersebut, dengan
overreaction pasar yang terjadi ketika dilepas ke pasar sekunder, maka besaran
underpricing menjadi relatif lebih besar dibandingkan jika harga saham ditawarkan pada
harga normal (sebelum krisis).
Kedua, return pasar yang rendah disebabkan minimnya perdagangan (thin
trading) untuk tahun 1998 ?2000 relatif jika dibandingkan periode sebelumnya. Selama
periode krisis dan berikutnya, bursa cenderung bersifat spekulatif dan segala informasi
dianggap kesempatan untuk menghasilkan keuntungan. Hal ini terlihat dari pola
cumulative abnormal return, khususnya pada tahun 1998.
Ketiga, jika dikaitkan dengan faktor risk-return dan saham-saham BEJ dalam
periode krisis, tentunya investor mengharapkan return yang tinggi akibat makin
membengkaknya risk untuk memegang Saham-saham di bursa Indonesia, sehingga pihak
perusahaan atau penjamin emisi menetapkan tingkat underpricing yang besar untuk
menarik minat investor atas sahamnya, dengan menetapkan harga penawaran yang jauh
Iebih rendah dan nilai wajar perusahaan. Selain dari segi harga perdana yang ditawarkan,
tingkat risiko yang diantisipasi investor juga telah tercermin dalam tingkat expected
return saham perdana. Sehingga secara keseluruhan, meningkatnya besaran initial
abnormal return (underpricing) secara signifikan untuk periode krisis merupakan suatu
hal yang wajar.
Perilaku saham perdana yang dilihat dan pergerakan cumulative average
abnormal return menunjukkan bahwa tingkat underpricing yang terbesar hanya terjadi
pada hari pertama. Pada hari kedua, saham perdana mengalami koreksi yang cukup
signifikan. Average abnormal return masih diharapkan positif pada hari-hari berikutnya
nampaknya tidak terjadi. Pada pola cumulative average abnormal return jika pada
penelitian Hermawan (2000) menunjukkan kecenderungan penurunan perlahan pada hari
hari berikutnya, maka yang terjadi pada penelitian ini adalah pola cumulative average
abnormal return mengalami pola yang stabil untuk masa 60 hasil perdagangan, sebagai
penyesuaian atas overreaction di hari pertama, bahkan sedikit terlihat tren yang
meningkat. Akan tetapi periode pengamatan yang hanya 60 hari membatasi untuk
mengambil kesimpulan secara umum untuk periode yang lebih panjang.
Penelitian ini tidak menemukan hubungan yang signitikan antara variabel
variabel kandidat dengan tingkat initial abnormal return kecuali untuk variabel nilai
emisi saham perdana yang menunjukkan hubungan yang negatif dimana nilai emisi yang
lebih rendah akan menyebabkan besaran initial abnormal return yang Iebih tinggi. Hal
ini terkait dengan persepsi investor bahwa perusahaan dengan nilai emisi kecil cenderung
Iebih berisiko dibandingkan dengan perusahaan besar (dilihat dari besarnya nilai emisi).
Temuan ini memberikan beberapa implikasi. Bagi investor, makin menguatkan
kelebihan dan strategi ambil-untung yaitu pembelian saham di pasar perdana untuk dijual
Iangsung di pasar sekunder pada hari pertama perdagangan. Karena besaran underpricing
yang didapatkan jauh lebih besar pada periode setelah krisis jika dibandingkan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya. Kemudian bagi peneliti, adalah tantangan untuk
mengetahui bagaimana dan seperti apa structural changes yang dialami Bursa Efek
Jakarta jika dikaitkan dengan indikasi bahwa terjadi perubahan besaran initial abnormal
return yang signifikan. Sedangkan bagi para akademisi, hal ini semakin menguatkan
kesimpulan bahwa Bursa Efek Jakarta memiliki bentuk pasar yang definitely semi-strong
inefficient.
"
2001
T3544
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>