Ditemukan 166858 dokumen yang sesuai dengan query
Ahmad Fadli
"Paduan Cu-Zn 70/30 atau dikenal juga sebagai Cartridge Brass memiliki sifat konduktivitas panas dan listrik yang sangat baik, ketahanan korosi yang tinggi, serta kemampubentukan yang baik. Cu-Zn 70/30 sangat luas digunakan sebagai core dan tank radiator otomotif, komponen amunisi, maupun perangkat bangunan dan arsitektur sehingga sangat rentan sekali terpapar oleh lingkungan yang korosif seperti air laut dan ammonia. Thermo-Mechanical Controlled Processing (TMCP) adalah salah satu metode rangkaian pengontrolan pemanasan dan pembentukan dengan tujuan meningkatkan kualitas sifat material. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan metode TMCP dengan canai hangat untuk meningkatkan sifat mekanik dan ketahanan korosi paduan Cu-Zn 70/30. Proses canai dilakukan dengan metode bolak-balik dengan deformasi sebesar 60% (30%-30%) dimana pada setiap pass-nya paduan Cu-Zn dipanaskan terlebih dahulu pada temperatur 300°C dengan waktu tahan berbeda mulai dari 30, 60, dan 120 menit.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa dengan semakin lamanya waktu pemanasan dan kemudian dideformasi lebih lanjut maka terjadi penurunan ukuran butir dari 92.2 μm menjadi 36.5 μm yang berpengaruh pada peningkatan kekerasan sebesar 174.12 HV dan kekuatan tarik mencapai 525.4 MPa pada waktu tahan 120 menit. Selain itu, semakin lama waktu pemanasan juga memberikan perilaku korosi yang berbeda pada dua lingkungan korosif. Pada lingkungan air laut (NaCl 3.5%), paduan kuningan cenderung mengalami penurunan laju korosi hingga 0.0218 mm/yr untuk weight loss dan 0.1404 mm/yr untuk polarisasi. Sedangkan pada lingkungan ammonia (Mattsson's Solution) terjadi hal yang berkebalikan dimana paduan kuningan cenderung mengalami kenaikan laju korosi hingga mencapai 0.1906 mm/yr untuk weight loss dan 5.1209 mm/yr untuk polarisasi. Ditambah lagi, terdapat indikasi adanya fenomena Anneal Hardening karena tersegregasinya atom terlarut pada dislokasi atau batas butir sehingga memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap nilai kekerasan, kekuatan tarik, dan ketahanan korosi paduan Cu-Zn 70/30.
Cu-Zn alloy (70/30) also known as Cartridge Brass possesses high thermal and electrical conductivity, high corrosion resistance, and good formability. Thus, used extensively for core and tank automotive radiator, ammunition component, and architectural hardware. This wide applications are susceptible to exposure of corrosive environments such as seawater and ammonia environments. Thermo-Mechanical Controlled Processing (TMCP) is one method consists of controlled heating and controlled forming to produce high quality materials. Therefore, this research focuses on the study of mechanical properties and corrosion resistance Cu-Zn 70/30 by implementing warm rolling TMCP method. Rolling process was conducted in reversible way with deformation degree of 60% (30%-30%) and before each pass of the rolling the material is heated up to temperature 300°C with different holding time from 30, 60, and 120 minutes. The results showed that as the longer holding time of the heating and was continued by further deformation, it affects the grain size to be much smaller from 92.2 μm to 36.5 μm and thus corresponds to the increasing of hardness value up to 174.12 HV dan Ultimate Tensile Strength (UTS) up to 525.4 MPa for 120 minutes of holding time. On the other hand, the longer holding time of heating, it gives brass different behaviour in two different corrosive environments. In the seawater environment (NaCl 3.5%), brass tend to have lower corrosion rate in value of 0.0218 mm/yr and 0.1404 mm/yr for weight loss and polarization respectively. On the contrary, in the ammoniacal environment (Mattsson's Solution) brass tend to have higher corrosion rate with value up to 0.1906 mm/yr and 5.1209 mm/yr for weight loss and polarization respectively. In addition, it indicates that Anneal Hardening caused by segregation of solute atoms into dislocations or grain boundary has taken place that affect a significant change in hardness, tensile strength, and corrosion resistance of Cu-Zn 70/30."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65441
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ayu Rizeki Ridhowati
"Paduan Cu-Zn (70/30) kerap digunakan sebagai saluran pipa untuk menyalurkan air. Pada saluran pipa tersebut umumnya ditemukan ion klorida. Produk korosi yang terbentuk pada paduan Cu-Zn akibat interaksi dengan ion Cl- dapat menurunkan efisiensi kerja alat. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan metode pengembangan lebih lanjut untuk meningkatkan ketangguhan dan ketahanan korosi paduan Cu-Zn dengan Thermomechanical Control Process (TMCP). Pengerjaan canai dilakukan dengan metode bolak-balik sebanyak 2x25%, 2x30%, dan 2x35% pada temperature 300℃.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada peningkatan deformasi dari 31.63% menjadi 41.93%, terjadi peningkatan kekerasan dari 153.7 VHN menjadi 162.16 VHN dan kekuatan tarik dari 501.1 MPa menjadi 599.3 MPa. Namun, pada deformasi tertinggi yakni 48.93%, terjadi penurunan kekerasan dari 162.16 VHN menjadi 159.52 VHN dan kekuatan tarik dari 599.3 MPa menjadi 546.5 MPa. Fenomena ini terjadi disebabkan karena adanya partial recrystallization yang diindikasikan dengan adanya butir kecil baru. Selain itu, dengan peningkatan deformasi dari sebesar 31.61% hingga 48.39%, ukuran diameter butir rata-rata menurun dari 50.53µm menjadi 24.41µm menyebabkan penurunan laju korosi dari 0.564 mm/year menjadi 0.426 mm/year.
Cu-Zn alloy (70/30) are used for piping and delivery of water. These pipes are frequently employed in a condition where chloride ions are present. Corrosion products formed on paduan Cu-Zn (70/30) as the result of interaction with Cl‑ ion can lead to the decrease of efficiency of the equipment. Therefore, this research focuses to study toughness and corrosion resistance of paduan Cu-Zn (70/30) by conducting Themomechanical Control Process (TMCP). Rolling on temperature 300℃ is conducted by double pass reversible method with deformation 2x25%, 2x30%, and 2x35%. The result showed that as the increase of deformation degree from 31.6% to be 41.93%, there are also increase in hardness value from 153.7 VHN to be 162.16 VHN and tensile strength from 501.1 MPa to be 599.3 MPa. However, at the highest deformation degree there is a decline in hardness from 162.16 VHN to be 159.52 VHN and tensile strength from 599.3 MPa to be 546.5 MPa. This phenomenon is due to partial recrystallization which is indicated by existence of nuclei. In addition, with the increase of deformation degree from 31.61% to be 48.39%, the size of the average diameter grain size decrease from 50.53 to be 24.41 causes a decrease in the corrosion rate from 0.564 mm/year menjadi 0.426 mm/year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62182
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Eka Febriyanti
"Permintaan terhadap munisi kaliber besar untuk kebutuhan bidang HanKam di dalam negeri sangat tinggi. Oleh karena itu, produsen harus mengimpor bahan baku Cu-Zn 70/30 dari luar negeri dengan harga yang tinggi. Hal ini yang menyebabkan produsen di dalam negeri berlomba untuk menguasai teknologi pembuatan selongsong peluru kaliber besar agar dapat meningkatkan kemandirian di bidang HanKam supaya biaya produksi menjadi lebih rendah. Salah satunya adalah menggunakan proses thixocasting untuk menghasilkan preform/mangkuk Cu-Zn 70/30 dari billet yang dilanjutkan dengan ironing. Keberhasilan proses ironing tergantung dari mampu bentuk dingin material Cu-Zn 70/30 yang digunakan. Oleh karena itu, pada penelitian ini dipelajari bagaimana meningkatkan mampu bentuk dingin dengan metode thermomechanical controlled processed menggunakan teknologi canai hangat. Teknologi canai hangat dilakukan dengan metode double pass reversible sebanyak 25% x 2, 30% x 2, dan 35% x 2 dengan variabel temperatur 300°C, 400°C, dan 500°C. Dengan melakukan pengamatan metalografi baik menggunakan optical microscope maupun FE-SEM, pengujian mekanik baik uji tarik maupun uji keras mikro vickers, dan pengujian mampu bentuk dengan swift test menghasilkan kesimpulan yaitu derajat deformasi aktual canai hangat yang dilakukan tidak sesuai dengan teoritis, namun dari variabel canai hangat yang dilakukan masih bisa dihasilkan sifat mampu bentuk terbaik yaitu pada benda uji yang dideformasi canai hangat di temperatur 500°C dengan derajat deformasi aktual sebesar 38.7%. Sifat mampu bentuk yang tinggi berhubungan dengan sifat mekanik dan struktur mikro yang dihasilkan yaitu ukuran butir halus mencapai 29 μm, berbentuk equiaxed dengan nilai GAR mencapai 1.2, dan nilai kekerasan mikro yang tinggi mencapai 155 HV. Selain itu, kekuatan UTS dan YS tertinggi masing-masing sebesar 533 MPa dan 435 MPa juga didapatkan dari benda uji yang dilakukan parameter deformasi canai hangat di temperatur 500°C dengan derajat deformasi aktual 38.7%. Sedangkan apabila dilihat dari sifat mampu bentuknya maka benda uji yang dideformasi canai hangat pada kondisi parameter ini memiliki nilai koefisien pengerasan regang yang tinggi sebesar 0.00228, nilai anisotropi normal rata-rata yang tinggi sebesar 0.5452, nilai anisotropi planar (Δr) yang rendah yaitu Δr<1 sebesar -0.42, LDR tinggi sebesar 2.625, dan tinggi mangkuk terbesar yaitu 10.31 mm.
The needs of high calibre munition for Indonesian army is very high. To fulfill this strategic requirement, the government has to import this munition even the price is very high. This condition stimulates local industry to obtain the latest technology to produce high calibre munition, especially on casing. It is expected that the price will be lower by producing high calibre munition in Indonesia. On of technology which is used to produce high calibre casing munition is thixocasting to produce pre-formed cup of Cu-Zn from billet then followed by ironing process. The quality result of ironoing process is mostly dependent on cold formability of Cu-Zn 70/30 material used. Therefore, this research focuses to study how to improve cold formability by implemented thermo mechanical controlled processed with warm rolling. Warm rolling is conducted on double pass reversible method with deformation 25% x 2, 30% x 2, and 35% x 2 at various temperatur 300°C, 400°C, and 500°C. The specimens are then examined and tested by several method such as metallography using optical microscopy and FE SEM, tensile test, vickers hardness test and swift test to observed cold formability. The result indicate that the aktual degree of deformasi of warm rolling can not be achieved as planned due to some problems with the equipment. However, the best formability can be measured, where the best formability is obtained for specimens which were warm rolled at temperatur 500oC with aktual deformation 38.7%. Formability is strongly related to the mechanical properties and its microstructure where the best formability obtained for the specimens which has 29 μm grain size in equiaxed form and has GAR value of 1.2, and maximmum hardness value is 155 HV. This specimen has UTS and YS maximum are 533 MPa and 435 MPa, maximum strain hardening coefficient 0.00228, average anisotropic 0.5452, anisotropic planar Δr<1 at -0.42, LDR maximum 2.625, and the height of cup is 10.31 mm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44720
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Nainggolan, Rita Adriana
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S41093
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Barimbing, Novel
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S40813
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Katili, Sari
"Paduan "Shape memory" adalah paduan yang mempunyai sifat untuk dapat ?teringat" kembali terhadap bentuknya semula apabila dipanaskan. Sifat ingat bentuk ini dihasilkan sebagai akibat terjadinya suatu transformasi fasa induk dan fasa martensit yang reversible. Agar diperoleh sifat ingat bentuk ("shape memory"), maka paduan Cu dengan struktur a dan B harus dilarutkan kembali menjadi fasa tunggal B dengan proses perlakuan pelarutan ("So1ution treatment") hingga mencapai temperatur 750 - 900°C Proses perlakuan pelarutan ini biasanya menyebabkan proses pertumbuhan butir. Pengaruh ukuran besar butir terhadap sifat korosi pa- duan Cu-Zn-A1 diteliti dengan menggunakan ?accelerated test" dan pengukuran elektrokimia. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa,paduan dengan fasa B maupun fasa martensit ,keduanya menunjukkan peningkatan laju desengsifikasi ("dezincification") dengan meningkatnya temperatur perlakuan pelarutan. Hasil analisa elemen dengan EDAX mendukung mekanisme desengsifikasi berdasarkan pelarutan anodik dari kuningan diikuti dengan redeposisi Cu dari larutan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Rafika Diantika
"Pengembangan logam sebagai biomaterial implan tulang telah dimulai sejak lama dan terus berlanjut akibat sifatnya yang lebih unggul dibanding material lain. Logam yang saat ini menjadi perhatian untuk diaplikasikan sebagai implan adalah Mg-Gd karena memiliki sifat mekanik yang hampir sama dengan tulang manusia dan kemampuan luruh yang tinggi. Perlakuan panas mempengaruhi kemampuan bentuk magnesium dan sifat mekanik yang dihasilkan. Penggunaan metode canai hangat yang berbeda bertujuan untuk melihat efektivitas tiap metode terhadap sifat mekanik yang dihasilkan. Proses canai hangat dilakukan pada temperatur 0.3-0.4 Tm dengan cara pemanasan awal selama 5 jam pada suhu 560°C dengan persen reduksi ketebalan 30%. Proses canai hangat menghasilkan proses rekristalisasi dinamis yang mengecilkan ukuran butir dan penghilangan twin. Metode canai menyilang lebih efektif dibandingkan canai searah karena terbentuknya presipitat Mg5Gd sehingga meningkatkan sifat mekanik material seperti kekuatan tarik hingga 152.2 MPa dan kekerasan 66 HV. Metode canai menyilang juga mengalami pengerasan regangan yang lebih tinggi dibandingkan canai searah hingga 0.503 hal ini disebabkan reduksi aktual dan pengecilan ukuran butir yang lebih homogen sehingga interaksi antar dislokasi meningkat akibat densitas yang semakin rapat.
Metals development as biomaterial bone implant has begun since long time ago and still continued because its excellent properties compared to other materials. Metals that attract great attention as new biomaterial bone implant is Mg-Gd because its similarities with human bones and good degradation. Thermomechanical treatment effects magnesium ability to deform and mechanical properties that produced. Different methods that used in this experiment was proposed to see the effectiveness of each method to mechanical properties. Warm rolling was done at 0.3-0.4 Tm with preheating at 560°C for 5 hours and 30% of thickness reduction. Warm rolling produced dynamic recrystallization that refine grains and eliminate twin. Cross rolling method proofs to be more effective compared to single pass rolling because of Mg5Gd precipitate that produced increase Mg-Gd mechanical properties such as tensile strength up to 152.2 MPa and microhardness up to 66 VH. Cross rolling method also exhibit higher strain hardening compared to single pass roll up to 0.503 because of more homogenous grain size and higher actual reduction caused denser dislocation which is contributes to more intense interaction between dislocations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58465
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Manurung, Ronald Hasian
"Baja karbon rendah banyak digunakan di industri pipa, dimana dipersyaratkan memiliki sifat mekanik yang baik. Sifat mekanik bergantung pada struktur mikro logamnya. Baja karbon rendah dipasaran memiliki struktur mikro ferit dengan sifat mekanik rendah. Penelitian ini bertujuan mendapatkan struktur mikro ferit dengan butir lebih halus, diharapkan akan meningkatkan kekuatan dan ketangguhan baja ini. Penelitian dilakukan pada baja karbon rendah 0,12 % C dengan pemanasan temperatur 1100 0C ditahan selama 20 menit, diturunkan pada 650 0C dan ditahan selama 5 jam. Kemudian dilakukan proses pencanaian pada 600 0C dengan derajat deformasi 0 % untuk spesimen A, 50 % untuk spesimen B dan 70 % untuk spesimen C. Kem ian dilakukan pengujian metalografi, kekerasan, pengujian korosi. Hasil penelitian menunjukkan struktur mikronya ferit dan semakin kecil butir maka kekerasan dan ketahanan korosinya semakin baik. Butir terkecil pada spesimen C sebesar 12,77 ?m memiliki kekerasan 167,755 VHN dan laju korosi 5,055 mpy.
Low carbon steel mainly used in pipe industries, which have good mechanical requirement. It, which is in market, has ferrite microstructure with poor mechanical properties. This experiment purposes to get fine grain of ferrite microstructure, so that will increase strength and toughness of steel. It uses low carbon steel 0.12 % C with austenized at 1100 0C for 20 min, then cooled to and maintained at 650 0C for 5 hr. After cooling at 600 0C, specimens were rolled in range 0 %, 50 %, and 70 %. The testing used Vickers hardness test, corrosion test. The microstructure of specimens is ferrite. The results showed that the finest grain in specimen C has diameter 12,77 ?m, get maximum hardness 167,755 VHN and corrosion rate 5,055 mpy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51652
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Aryo Nurwadi
"Semikonduktor yang digunakan sebagai lapisan penyerap pada sel fotovoltaik tersusun atas beberapa unsur yang membentuk suatu paduan, salah satunya adalah Cu2ZnSnS4. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik paduan Cu-Zn-Sn dengan melakukan peleburan antara kuningan (70/30) dan timah. Peleburan dilakukan dengan metode arc melting furnace.
Hasil dari pengamatan struktur mikro dan analisis EDX menunjukkan terbentuknya paduan Cu-Zn-Sn dengan kadar sekitar 50%Cu-25%Zn-25%Sn. Hasil analisis XRD menunjukkan terbentuknya paduan Cu2ZnSn. Dari hasil uji kekerasan didapat bahwa semakin tinggi kandungan Cu di dalam paduan maka nilai kekerasan akan semakin meningkat.
Semiconductor that use for absorber layer in photovoltaic cell contain many elements to form some alloy, one of them is Cu2ZnSnS4. The aim of this reserch is to characterization of Cu-Zn-Sn alloy with remelting between brass (70/30) and tin. Remelting process is done by arc melting furnace. Microsrtucture observe and EDX analysis results a Cu-Zn-Sn alloy with approximately containing 50%Cu-25%Zn-25%Sn. XRD analysis show that this process form a Cu2ZnSn alloy. From hardness testing, alloy with higher Cu contents have higher hardness."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51513
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Aridho Obstrian
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh dari proses anil rekristalisasi dengan variasi temperatur dan waktu tahan terhadap struktur mikro, besar butir, dan nilai kekerasan pelat kuningan 70/30 hasil canai dingin sehingga dapat ditentukan parameter proses anil yang optimum dengan karakteristik pelat sesuai dengan spesifikasi standar industri. Parameter proses anil yang optimum tersebut digunakan untuk menguji sifat mampu bentuk pelat melalui pengujian tarik, koefisien pengerasan regang, anisotropi normal, anisotropi planar, dan pengujian kekasaran permukaan.
Berdasarkan penelitian ini didapatkan parameter proses anil yang optimum adalah temperatur 600°C dengan waktu tahan 3 menit. Hasil pengujian menunjukkan bahwa proses anil rekristalisasi akan mengurangi ukuran butir pelat kuningan 70/30 hasil proses canai dingin dari 63,18 _m menjadi 52,73 _m dan menurunkan nilai kekerasan dari 147 BHN menjadi 76 BHN. Pelat kuningan 70/30 hasil proses anil optimum memiliki sifat mampu bentuk yang baik dengan nilai anisotropi normal 1,58 dan nilai anisotropi planar 0,24. Proses anil reksristalisasi juga menurunkan kekasaran permukaan pelat dari 0,50 _m menjadi 0,49 _m sehingga pelat kuningan 70/30 memiliki sifat mampu bentuk yang baik.
The purposes of this research is to study the effect of annealed recrystallization with various temperature and holding time on microstructure, grain size, and hardness of cold rolled 70/30 brass plate to determine the optimum process of annealing parameter appropriate with industrial standard specification. Those optimum parameter processes used to know the formability of plate through tensile test, strain hardening coefficient, normal anisotropy, planar anisotropy, and surface roughness test.Based on this research, the optimum parameter of annealing is 600°C for temperature and 3 minute for holding time. The testing result show that the annealed recrystallization process will reduce the grain size of cold rolled 70/30 brass plate from 63.18 _m to 52.73 _m and decreasing the hardness from 147 BHN to 76 BHN. After annealing process, 70/30 brass plate has a good formability with normal anisotropy coefficient 1.58 and planar anisotropy coefficient 0.24. Annealed recrystallization process also decreases the surface roughness of plate from 0.50 ?m to 0.49 _m so the plate has a good formability."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51104
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library