Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6356 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"The present investigation was carried out to evaluate the biochemical effect of Withania somnifera Linn. Solanaceae,
commonly known as ashwagandha on adjuvant induced arthritic rats. Results were compared to Indomethacin, a non
steroidal anti-inflammatory drug. Arthritis was induced by an intra dermal injection of Complete Freund’s Adjuvant
(0.1 mL) into the right hind paw of Wistar albino rats. Withania somnifera root powder (1000 mg/kg/day) and
Indomethacin (3 mg/kg/day) were orally administered for 8 days (from 11th to 18th day) after adjuvant injection. After
the experimental period, all the animals were sacrificed and serum, liver and spleen samples were collected for further
biochemical analysis. A significant increase in the activities of gluconeogenic enzymes, tissue marker enzymes, blood
glucose level, WBC, platelet count, erythrocyte sedimentation rate, and acute phase proteins (hyaluronic acid,
fibrinogen and ceruloplasmin) was observed in adjuvant-induced arthritic rats, whereas the activities of glycolytic
enzymes, body weight, levels of hemoglobin, RBC count, and packed cell volume were found to be decreased. These
biochemical alterations observed in arthritic animals were ameliorated significantly after the administration of Withania
somnifera root powder (1000 mg/kg/b.wt) and Indomethacin (3 mg/kg/b.wt). Our results suggest that Withania
somnifera root powder is capable of rectifying the above biochemical changes in adjuvant arthritis and it may prove to
be useful in treating rheumatoid arthritis.
Evaluasi Biokimiawi Bubuk Akar Withania somnifera pada Tikus yang Diinduksi Adjuvant-Arthritis. Penelitian
saat ini dilakukan untuk mengevaluasi efek biokimiawi dari Withania somnifera Linn. Solanaceae, yang juga dikenal
sebagai ashwagandha, pada tikus yang diinduksi adjuvant-arthritic. Hasil penelitian kemudian dikomparasi terhadap
Indomethacin, yang merupakan obat anti peradangan non-steroid. Arthritis diinduksi dengan menggunakan injeksi
Complete Freund’s Adjuvant (0,1 mL) secara intra-dermal ke telapak kaki belakang tikus Wistar albino. Akar Withania
somnifera bubuk (1000 mg/kg/hari) dan Indomethacin (3 mg/kg/hari) diberikan secara oral selama 8 hari (dari hari ke
11-18) pasca dilakukannya injeksi adjuvant. Setelah masa experimen, seluruh hewan percobaan dikorbankan, kemudian
sampel limpa, hati, dan serum dikumpulkan untuk analisis biokimiawi lebih jauh. Pada tikus-tikus yang diinduksi
adjuvant-arthritic, terdapat peningkatan signifikan dalam aktifitas enzim glukoneogenesis, enzim petanda jaringan,
level glukosa darah, jumlah sel darah putih (WBC), jumlah keping darah, tingkat sedimentasi eritrosit, dan protein fase
akut (asam hyaluronic, fibrinogen dan ceruloplasmin). Sementara itu, terjadi penurunan aktifitas enzim glikolisis, berat
tubuh, level hemoglobin, jumlah sel darah merah (RBC), dan volume sel yang dimampatkan (PCV). Kondisi perubahan
biokimiawi yang terjadi pada hewan penderita arthritis ini membaik secara signifikan setelah pemberian bubuk akar
Withania somnifera (1000 mg/kg/b.wt) dan Indomethacin (3 mg/kg/b.wt). Hasil penelitian mengindikasikan bahwa
bubuk akar Withania somnifera dapat menyembuhkan perubahan biokimiawi pada adjuvant-arthritis yang disebutkan
di atas. Hasil ini dapat bermanfaat dalam perawatan kondisi rheumatoid-arthritis."
VIT University. School of Bio Sciences and Technology ; University of Madras. Department of Medical Biochemistry, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mahaboobkhan Rasool
"Evaluasi Biokimiawi Bubuk Akar Withania somnifera pada Tikus yang Diinduksi Adjuvant-Arthritis. Penelitian saat ini dilakukan untuk mengevaluasi efek biokimiawi dari Withania somnifera Linn. Solanaceae, yang juga dikenal sebagai ashwagandha, pada tikus yang diinduksi adjuvant-arthritic. Hasil penelitian kemudian dikomparasi terhadap Indomethacin, yang merupakan obat anti peradangan non-steroid. Arthritis diinduksi dengan menggunakan injeksi Complete Freund?s Adjuvant (0,1 mL) secara intra-dermal ke telapak kaki belakang tikus Wistar albino. Akar Withania somnifera bubuk (1000 mg/kg/hari) dan Indomethacin (3 mg/kg/hari) diberikan secara oral selama 8 hari (dari hari ke 11-18) pasca dilakukannya injeksi adjuvant. Setelah masa experimen, seluruh hewan percobaan dikorbankan, kemudian sampel limpa, hati, dan serum dikumpulkan untuk analisis biokimiawi lebih jauh. Pada tikus-tikus yang diinduksi adjuvant-arthritic, terdapat peningkatan signifikan dalam aktifitas enzim glukoneogenesis, enzim petanda jaringan, level glukosa darah, jumlah sel darah putih (WBC), jumlah keping darah, tingkat sedimentasi eritrosit, dan protein fase akut (asam hyaluronic, fibrinogen dan ceruloplasmin). Sementara itu, terjadi penurunan aktifitas enzim glikolisis, berat tubuh, level hemoglobin, jumlah sel darah merah (RBC), dan volume sel yang dimampatkan (PCV). Kondisi perubahan biokimiawi yang terjadi pada hewan penderita arthritis ini membaik secara signifikan setelah pemberian bubuk akar Withania somnifera (1000 mg/kg/b.wt) dan Indomethacin (3 mg/kg/b.wt). Hasil penelitian mengindikasikan bahwa bubuk akar Withania somnifera dapat menyembuhkan perubahan biokimiawi pada adjuvant-arthritis yang disebutkan di atas. Hasil ini dapat bermanfaat dalam perawatan kondisi rheumatoid-arthritis.

The present investigation was carried out to evaluate the biochemical effect of Withania somnifera Linn. Solanaceae, commonly known as ashwagandha on adjuvant induced arthritic rats. Results were compared to Indomethacin, a non steroidal anti-inflammatory drug. Arthritis was induced by an intra dermal injection of Complete Freund?s Adjuvant (0.1 mL) into the right hind paw of Wistar albino rats. Withania somnifera root powder (1000 mg/kg/day) and Indomethacin (3 mg/kg/day) were orally administered for 8 days (from 11th to 18th day) after adjuvant injection. After the experimental period, all the animals were sacrificed and serum, liver and spleen samples were collected for further biochemical analysis. A significant increase in the activities of gluconeogenic enzymes, tissue marker enzymes, blood glucose level, WBC, platelet count, erythrocyte sedimentation rate, and acute phase proteins (hyaluronic acid, fibrinogen and ceruloplasmin) was observed in adjuvant-induced arthritic rats, whereas the activities of glycolytic enzymes, body weight, levels of hemoglobin, RBC count, and packed cell volume were found to be decreased. These biochemical alterations observed in arthritic animals were ameliorated significantly after the administration of Withania somnifera root powder (1000 mg/kg/b.wt) and Indomethacin (3 mg/kg/b.wt). Our results suggest that Withania somnifera root powder is capable of rectifying the above biochemical changes in adjuvant arthritis and it may prove to be useful in treating rheumatoid arthritis."
University of Madras. Department of Medical Biochemistry, 2015
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nashihah
"Gamma oryzanol dalam Rice Bran Oil (RBO) telah diteliti melindungi mukosa dengan menghambat sekresi asam dan bertindak sebagai prekusor pada sintesis prostaglandin sehingga diduga berpotensi sebagai gastroprotektif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi mikrokapsul RBO dengan kadar γ-oryzanol tertinggi dan untuk mengetahui efek gastroprotektif mikrokapsul RBO pada tikus yang diinduksi indometasin (80 mg/kg bb). Response Surface Metodology (RSM) Box-Behnken dengan 3 faktor digunakan untuk mengoptimasi kondisi pembuatan mikrokapsul. Dilakukan karakterisasi terhadap kadar tertinggi γ-oryzanol, Scanning Electron Microscope (SEM), particle size distribution, swelling ratio, efisiensi penjerapan, dan disolusi in vitro. Uji aktivitas gastroprotektif dibagi menjadi 7 kelompok yang diberikan aquades, indometasin (80 mg/kg bb), omeprazole 40 mg/kg bb, mikrokapsul RBO (160 mg/200 g bb, 320 mg/200 g bb) dan RBO (0.1 ml/200 g bb; 0.2 ml/200 g bb) secara oral selama 7 hari. Pengamatan dilakukan pada % inhibsi ulkus, derajat keasaman lambung, determinasi mukus serta gambaran histopatologi lambung tikus.
Hasil optimasi RSM menunjukkan formula R 11 memberikan kadar γ-oryzanol paling tinggi dengan perbandingan 1,5% natrium alginat:RBO:emulgator (60%:30%:10%) sebesar 0,75%. Hasil SEM menunjukkan permukaan yang berpori dengan distribusi ukuran partikel rata-rata 647,013±41,68 µm. Hasil % swelling ratio tertinggi pada medium HCl sebesar 44,43%±1,01 pada menit ke 60 dan pada medium aquades sebesar 191,74%±1,85 pada menit ke 240. Hasil efisiensi penjerapan tertinggi sebesar 2,48% dan hasil uji disolusi menunjukkan jumlah γ-oryzanol yang terdisolusi sebesar 9,56 % pada medium HCl pH 1,2 dan 50,65% pada medium dapar fosfat. Hasil uji aktivitas gastroprotektif menunjukkan pemberian mikrokapsul RBO dan RBO dapat menaikkan % inhbisi ulkus secara signifikan dibandingkan dengan kontrol negatif (p <0.05). Hasil pemeriksaan derajat keasaman lambung menunjukkan mikrokapsul RBO dapat menurunkan derajat keasaman lambung (1,7919 µek/200 g bb). Hasil determinasi mukus menunjukkan lambung tikus yang diberikan mikrokapsul RBO memiliki ketebalan mukus lebih tinggi (0,89586/g bb) jika dibandingkan dengan kelompok negatif. Analisis lebih lanjut pada evaluasi histopatologi menunjukkan peningkatan proteksi dilihat dari rendahnya edema, erosi hemoragik, kongesti kapiler dan infiltrasi leukosit pada submukosa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mikrokapsul RBO berpotensi sebagai gastroprotektif pada tikus yang diinduksi indometasin.

Gamma oryzanol content in Rice Bran Oil (RBO) has been studied to protect gastric mucosa by inhibition of acid secretion that stimulated by histamine receptor and also act as a precursor to prostaglandin synthesis. The objective of this research was to obtained the formulation of RBO microcapsules with highest γ-oryzanol content and to evaluated the gastroprotective effect of RBO microcapsules on indomethacin-induced gastric ulcers in rats. The Response Surface Metodology (RSM) Box-Behnken design on three factors was used to optimize the microencapsulation conditions. Gamma oryzanol content, Scanning Electron Microsope (SEM), particle size distribution, swelling ratio, entrapment efficiency and in vitro dissolution was also characterized. The gastroprotective study was performed on 7 groups who are administered orally the treatment of aquadest, indomethacin (80 mg/kg BW), omeprazole (40 mg/kg BW), RBO microcapsules (160 mg/200 g BW and 320 mg/200 g BW) and RBO (0,1 ml/200 g BW and 0,2 ml/200 g BW) for seven days. The effect on % inhibition, gastric content, determination of mucous stomach and histopathological analysis were also evaluated.
The optimization result was on formula R 11 by comparison of 1,5% sodium alginate:RBO:emulgator (60%:30%:10%) was 0,75%. The SEM shown porous surface and the average of particle distribution was 647±68 µm. The highest swelling ratio was 44,43%±1,01 in HCl medium and 191,74%±1,85 in aquadest. The highest entrapment efficiency was 2,48% and the in vitro dissolution was 9,56% in simulated gastric fluid and 50,65% in simulated intestine fluid. The gastroprotective result showed that RBO microcapsules treatment could significantly reduced ulcer index in indomethacininduced gastric ulcers compared with negative control (p < 0.05). The RBO microcapsules can reduce gastric content (1,7919 µek/200 g BW) and also highest determination of mucous (0,89586/g BW) compared with negative control. Further evaluation on HE revealed higher protection characterized by lower edema,capiler congestion, mild hemorrhagic erosion and lower leucocyte infiltration in submucosa. This research shown that RBO microcapsules have potential to be gastroprotective agent by indomethacin-induced gastric ulcers in rats.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
T49219
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naila Karima R. Anwar
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Indometasin topikal dalam mencegah miosis pupil pada pembedahan katarak ekstrakapsular. Bila ternyata Indometasin topikal ini efektif untuk mencegah miosis pupil, maka pemakaiannya tentu sangat berguna pada ekstraksi katarak ekstrakapsular, apabila yang disertai penamaan lensa intraokular.
Dari hasil penelitian didapat hasil bahwa, pemberian Indometasin tetes mata 0,5%, 2 jam sebelum pembedahan, dengan selanga waktu masing-masing setiap setengah jam, berbeda bermakna dengan pemberian tetes mata plasebo, di mana tetes mata Indometasin dapat mempertahankan lebarnya pupil selama pembedahan katarak ekstrakapsular."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1989
T58497
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Harfiani
"Artritis rematoid AR adalah penyakit inflamasi sistemik kronik dan progresif, yang menyerang sendi secara simetris. Daun babandotan yang banyak terdapat di Indonesia dan di berbagai negara diharapkan dapat dijadikan alternatif penanganan AR karena obat anti-artritis rematoid yang digunakan saat ini mempunyai efek samping toksisitas yang cukup besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek anti-rematoid artritis dari ekstrak etanol daun babandotan berupa pengamatan pada volume edema kaki yang diinduksi Complete freund rsquo;s adjuvant CFA , gambaran histopatologi membran sinovial pada sendi pergelangan kaki berupa skor sinovitis dan jumlah osteoklas pada tulang calcaneus kaki tikus. Setelah tikus diinduksi dan ditunggu 28 hari, diberikan perlakuan dengan ekstrak daun babandotan 40, 80, 160 mg/200 g bb , larutan normal salin kontrol normal dan negatif dan metotreksat kontrol positif pada hari ke-29 dan dilakukan pengamatan pada hari 29, 36, 43 dan 50. Pada hari ke- 50, dibuat sediaan histoPA untuk mengamati skor sinovitis dan jumlah osteoklas. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak daun babandotan dapat menurunkan volume edema kaki, skor sinovitis, dan jumlah osteoklas pada tulang calcaneus secara signifikan P.

Rheumatoid arthritis RA is a systemic chronic and progressive inflammatory disease, which attacks the joints symmetrically. Babandotan leaves are widely available in Indonesia and in various countries are expected to be used as an alternative in the treatment of RA because anti rheumatoid arthritis drugs are used today have major toxic side effects. This study aims to determine the effect of anti rheumatoid arthritis of the ethanol extract of the babandotan leaves by observations on paw edema volume induced by Complete freund 39 s adjuvant CFA, inflammation of the synovial membrane at the ankle joint as synovitis score and the number of osteoclasts in calcaneus bone. RA animal models created by inducing the CFA on the left hindpaw of rats. Volume paw edema observed at the day of induction and wait until the 28th day. Given treatment babandotan leaves extract 40, 80, 160 mg 200 g bb, normal saline normal and negative control and methotrexate control positive on day 29 and was observed on day 29, 36, 43 and 50. On day 50, preparations histopathology made at the ankle joint to observe synovitis score and the number of osteoclasts. The results showed that treatment babandotan leaves extract can reduce significantly P "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
T46878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fitriyah
"Jahe merah (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) dapat digunakan untuk mengurangi gejala inflamasi baik akut maupun kronik, terutama untuk penyakit inflamasi kronik pada artritis reumatoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiartritis ekstrak etanol 70% rimpang jahe merah ditinjau dari penurunan volume udem telapak kaki tikus yang diinduksi Complete Freund?s Adjuvant (CFA) menggunakan pletismometer dan pengaruhnya terhadap peningkatan kepadatan tulang tikus ditinjau dari kadar kalsium tulang kaki tikus dengan spektrofotometri serapan atom.
Penelitian ini menggunakan modifikasi metode adjuvant-induced arthritis, dilakukan pada 36 tikus putih betina galur Sprague Dawley, dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol normal, kelompok II sebagai kontrol negatif, keduanya diberikan CMC 0,5%, kelompok III, IV, dan V diberikan ekstrak jahe merah dosis bervariasi, berturutturut, 14; 28; dan 56 mg/200 g bb tikus disuspensikan dalam CMC 0,5%, dan kelompok VI sebagai kontrol positif diberikan suspensi natrium diklofenak dalam CMC 0,5%. Keenam kelompok diinduksi 0,1 ml Complete Freund's Adjuvant (CFA) pada hari ke-1 kecuali kontrol normal hanya diinduksi larutan salin pada telapak kaki kiri. Bahan uji diberikan satu kali sehari secara oral pada hari ke-2 sampai 21. Pengukuran volume telapak kaki dilakukan pada hari ke-7, 14, dan 21 setelah induksi, dan pengukuran kadar kalsium dilakukan pada akhir perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 56 mg/200 g bb tikus ekstrak jahe merah memiliki persentase penghambatan udem terbesar, setara dengan natrium diklofenak dosis 1 mg/200 g bb tikus, dan ketiga dosis ekstrak jahe merah memiliki efek dalam meningkatkan kadar kalsium tulang setara dengan natrium diklofenak dosis 1 mg/200 g bb tikus dan kontrol normal.

Red ginger (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) can be used to decrease the symptom of acute and chronic inflammation, especially in inflammatory disease in rheumatoid arthritis. The aim of this study was to determine antiarthritis effect of 70% ethanol extract of red ginger rhizome by evaluating from the decrease paw edema volume of rats Complete Freund?s Adjuvant (CFA) induced used plethysmometer and its influence in increasing bone density by evaluating from bone calcium content in rats by Atomic Absorption Spectrophotometry.
This study used adjuvant-induced arthritis method that had modified at 36 Sprague Dawley female rats which had been divided into 6 groups. Group I as a normal control, group II as a negative control, both had been given with CMC 0.5%, group III, IV, and V had been given with the increasing dose of red ginger, 14; 28; dan 56 mg/200 g bb rats respectively, were suspensed in CMC 0,5%, group VI as a positive control had been given with suspension of diclofenac sodium in CMC 0,5%. All group was induced by Complete Freund?s Adjuvant (CFA) 0,1 ml on day 1 except normal control only saline solution induced. Each of them orally administered once daily from day 2 to day 21. The paw volume was measured on day 7, 14, and 21 after injection, and bone calcium content measured on day 21 after adjuvant injection.
The results showed that ethanol extract of red ginger rhizome (56 mg/200 g BW) have the largest percentage inhibition of paw edema and this effect was comparable to positive control (diclofenac sodium 1 mg/200 g BW), and all of extract dose of red ginger had effect in enhancing of bone calcium content and this effect was comparable to positive control (diclofenac sodium 1 mg/200 g BW) and normal control."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S42395
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Nurul Suci
"Artritis reumatoid merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan inflamasi kronik pada daerah persendian. Daun babandotan terbukti memiliki khasiat dalam terapi inflamasi. Tetapi belum ada data terkait efeknya terhadap artritis reumatoid sehingga dapat dijadikan alternatif terapi artritis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiartritis ekstrak etanol 70% daun babandotan diamati dari volume edema kaki tikus yang diinduksi complete freund?s adjuvant, serta pengaruh ekstrak terhadap kadar TNF-α dan parameter hematologi darah diamati dari jumlah leukosit, limfosit, granulosit, hemoglobin, eritrosit, dan mean cells volume of RBCs (MCV). Penelitian ini menggunakan 30 tikus putih jantan Sprague-Dawley, dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok kontrol normal dan negatif diberikan CMC 0,5%, kelompok kontrol positif diberikan suspensi metotreksat 0,05 mg/200 g bb, kelompok variasi dosis ekstrak diberikan 6,48 mg; 12,96 mg; dan 25,92 mg/200 g bb. Semua kelompok diinduksi 0,1 ml CFA pada hari ke-1 kecuali kelompok kontrol normal. Bahan uji diberikan satu kali sehari secara oral pada hari ke-29 sampai hari ke-49. Pengukuran volume telapak kaki dilakukan pada hari ke- 1, 29, dan 50. Perhitungan parameter hematologi dilakukan pada hari ke-29 dan 50, serta uji kadar TNF-α dilakukan pada hari ke-50. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70% daun babandotan, mampu menurunkan volume edema, kadar TNF-α, jumlah leukosit, limfosit, dan granulosit pada kelompok dosis 25,92 mg/200 g BB melalui mekanisme penghambatan sitokin inflamasi seperti TNF-α. Namun pemberian bahan uji tidak signifikan dalam mempengaruhi jumlah hemoglobin, eritrosit, dan MCV.

Rheumatoid arthritis is an autoimmune disease characterized by chronic inflammation in joints. Babandotan leaves is proven to be used in inflammation theraphy, but there is yet any data regarding the effects of the leaves on rheumatoid arthritis. At the same time, the extract can be an alternative arthritis therapy. The aim of this research is to determine the anti-arthritic effect of 70% ethanolic extract of babandotan leaves in terms of reduction in edema volume on rat paw induced by complete freund?s adjuvant (CFA), and the effect of extract to TNF-α and haematological parameters observed the number of leukocytes, lymphocytes, granulocytes, haemoglobin, erythrocytes, and mean cells volume of RBCs (MCV). This research used white male Sprague-Dawley rats which were divided into 6 groups; normal control and negative control groups, both given 0.5% CMC; positive control group, given methotrexate suspension 0.05 mg/200 g bw; the dose variation extract are 6.48 mg; 12.96 mg; 25.92 mg/200 g bw. All the groups were induced with 0.1 ml CFA on day-1, except normal control group. Test material were administered orally once daily on days-29 to 49. Foot-pad volume measurements were performed on days-1, 29, and 50. The number of leukocytes, lymphocytes, granulocytes, haemoglobin, erythrocytes, and mean cells volume of RBCs (MCV) were counted on days-29 and 50, and TNF-α assay were counted on days-50. The results showed that the 70% extract ethanolic of babandotan leaves with a given dose variation have been able decrease edema volume, TNF-α, the number of leukocytes, lymphocytes, granulocytes at 25.92 mg/200 g bw dose groups by inhibit cytokins inflammation. However, administration of the test materials did not significantly influence the number of haemoglobin, erythrocytes, mean cells volume of RBCs (MCV)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65695
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Kristo Benny Pamungkas
"Shigella dysenteriae adalah bakteri gram negatif yang menyebabkan diare berdarah pada manusia. Madu memiliki efek antimikroba dan dapat memperbaiki vili di epitel pencernaan yang dirusak oleh Shigella. Banyak obat yang digunakan untuk mengobati disentri, salah satunya adalah siprofloksasin. Namun, itu memerlukan penambahan terapi adjuvan untuk mempercepat perbaikan vili usus, yaitu madu manuka. Belum diketahui apakah madu manuka sebagai terapi adjuvan bisa digunakan untuk terapi pada penderita Shigella. Penelitian ini menggunakan uji eksperimental dengan desain pararel secara in vivo pada tikus Sprague-Dawley dengan mengamati morfologi feses. Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS 20.0 for windows dengan uji Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa morfologi feses hari ke-1 tidak bermakna secara statistik antar kelompok. Morfologi feses hari ke-3 memiliki perbedaan bermakna secara statistik antara kelompok kontrol negatif dibandingkan kelompok kontrol positif dan kelompok kontrol positif dibandingkan kelompok madu manuka. Morfologi feses hari ke-7 memiliki perbedaan bermakna secara statistik antara kelompok kontrol negatif dibandingkan kelompok kontrol positif, kelompok kontrol positif dibandingkan kelompok madu manuka, dan kelompok madu manuka sebagai terapi adjuvan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Efektivitas madu manuka sebagai terapi adjuvan dapat terlihat jika diberikan selama 7 hari.

Shigella dysenteriae is a gram-negative bacterium which causes bloody diarrhea in humans. Honey has antimicrobial effect and repairs villi in intestinal epithelial which was destructed by Shigella. Ciprofloxacin could be used to treat dysentery. However, adjuvant therapy is needed for fast repairs villi in intestinal. Manuka honey is not completely known whether could be used as adjuvant therapy for Shigellosis. This in vivo experimental test used Sprague-Dawley rats as animal subject. The feces morphology on first, third, and seventh day were the parameter to measure the effect of therapy. The data were analyzed by SPSS program 20.0 for windows with Kruskal-Wallis test and Mann-Whitney test. The result showed that feces morphology on first day was not statistically significant among groups. The feces morphology on third day had statistically significant between negative control group versus positive control group and Manuka honey group versus positive control group. The feces morphology on seventh day had statistically significant between negative control group versus positive control group, Manuka honey group versus positive control group, Manuka honey as adjuvant therapy versus negative control group. The effect of Manuka honey as adjuvant therapy could be seen if it was given during seven days."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Andriani
"Artritis reumatoid merupakan penyakit otoimun yang ditandai dengan inflamasi kronik pada daerah persendian. Rumput mutiara sering digunakan dalam terapi inflamasi dalam praktik pengobatan herbal, tetapi belum banyak data yang mendukung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiartritis ekstrak etanol 70% rumput mutiara diamati dari penurunan volume udem telapak kaki tikus yang diinduksi Complete Freund's Adjuvant (CFA) serta pengaruhnya terhadap sistem imun diamati dari jumlah leukosit, limfosit serta granulosit. Penelitian ini menggunakan 36 tikus putih jantan galur Sprague-Dawley, dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok kontrol normal dan kontrol induksi, keduanya diberikan CMC 0,5%, kelompok kontrol diklofenak diberikan suspensi natrium diklofenak 1 mg/200 g bb tikus, kelompok variasi dosis diberikan ekstrak etanol 70% rumput mutiara dengan variasi dosis berturut-turut, 28,06 mg; 63,14 mg; dan 142,07 mg/200 g bb tikus. Semua kelompok diinduksi dengan 0,1 ml CFA pada hari ke-1 kecuali kontrol normal. Bahan uji diberikan satu kali sehari secara oral pada hari ke-2 sampai 28. Pengukuran volume telapak kaki dilakukan pada hari ke-7, 14, 21 dan 28 setelah induksi, dan penghitungan jumlah leukosit, limfosit dan granulosit dilakukan pada hari ke-14 dan 28. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70% rumput mutiara dengan variasi dosis yang diberikan belum mampu menurunkan volume udem, tetapi mampu menurunkan jumlah leukosit, limfosit serta granulosit secara signifikan pada kelompok dosis 142,07 mg/200 g bb.

Rheumatoid arthritis is an autoimmune disease characterized by chronic inflammation in the joints. Pearl grass are often used in inflmamation therapy in the practice of herbal medicine, but not a lot of data that support. This study aimed to determine the anti-arthritic effect of 70% ethanolic extract of pearl grass in terms of reduction in edema volume on rat foot induced by Complete Freund's Adjuvant (CFA) and its influence on the immune system in terms of the number of leukocytes, lymphocytes and granulocytes. This study used 36 male white rats Sprague-Dawley strain, were divided into 6 groups. Normal control and induction control group, both given 0.5% CMC, the diclofenac control group given a suspension of sodium diclofenac 1 mg/200 g bw, the dose variation is given by the variation of pearl grass extract consecutive doses, 28,06 mg; 63,14 mg; dan 142,07 mg/200 g bw. All the groups induced with 0,1 ml of CFA on day-1 except for the normal controls. Test material administered orally once daily on days 2 through 28. Foot-pad volume measurements performed on days 7, 14, 21 and 28 after induction, and the number of leukocytes, lymphocytes and granulocytes counted on day 14 and 28. The results showed that the extract of pearl grass with a given dose variations have not been able to reduce the volume of edema, but can decrease leukocytes, lymphocytes and granulocytes in a significant at 142,07 mg/200 g bw dose groups."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42330
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"[Penyebab disentri yang umum pada anak salah satunya adalah Shigella sp. Madu
tualang memiliki sifat antibakteri pada beberapa penyakit. Masih belum diketahui
aktivitas antibakteri madu Tualang terhadap Shigella. Penelitian ini dimaksudkan
untuk mengetahui efek pemberian madu Tualang sebagai terapi adjuvan terhadap
perubahan jumlah bakteri pada feses, berat badan, dan perilaku hewan coba yang
diinduksi Shigella sp. Design penelitian yang dilakukan adalah penelitian
eksperimental. Data penelitian diperoleh dari penimbangan berat badan,
pengamatan perubahan perilaku, dan penghitungan jumlah bakteri pada hari
pertama dan ketiga setelah mendapatkan perlakuan. Penghitungan jumlah bakteri
menggunakan metode Total Plate Count. Penelitian dilakukan pada bulan
Desember 2013-September 2015 di Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran Indonesia, Kandang Hewan Laboratorium Farmakologi,
Laboratorium Mikorbiologi Klinik Fakultas Kedokteran Indonesia. Data yang
didapat diuji secara statistik dengan menggunakan program SPSS 20.0. Uji
hipotesis yang dipakai adalah uji Kruskall-Wallis pada pengolahan data jumlah
bakteri, dan One-Way Anova pada data berat badan. Hasil pengamatan
menunjukan jumlah bakteri pada feses tikus antar kelompok tidak berbeda
bermakna. Demikian pula dengan berat badan dan perilaku tikus. Kesimpulan
hasil yang didapat, madu Tualang tidak efektif sebagai antibakteri pada terapi
disentri akibat Shigella., Shigella sp. is one of the most common disentry causal agents. Tualang Honey is
believed to be an effective antibacterial agent againts several diseases. However,
the use of antibacterial in Tualang honey against Shigella has not been well
studied. This research aims to discover the implication of Tualang honey as an
adjuvant therapy on changes of bacterial count in faeces, body weight, and
behaviour of the animal inducted by Shigella sp. Experimental design was used in
this research. Data was collected by observation of body weight, behavioural
changes, and bacterial count in faeces on day one and three post-experiment.
Bacterial count was executed with Total Plate Count method. Research was
conducted from December 2013 to September 2015. The data obtained was
statistically analyzed with SPSS 20.0. Hypothesis test used was Kruskall Wallis
for bacterial count and One Way Anova for body weight. The result of the study
revealed that the difference of bacterial count in faeces betweem groups was not
significant. This finding was in line with body weight and behaviour of the rats. It
can be concluded that the usage of Tualang honey is ineffective to treat disentry
caused by Shigella sp.]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>