Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85797 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Nizar
"Indonesia Quality Standard (QS) for ambient SO2 for 1 hour time average i.e. 900 μg/m3 (equivalent to 360 μg/m3 in 24
hour time average) regulated in the Government Regulation No. 41 of 1999 is the most loose compared to the ambient
SO2 standards of other countries in the world including WHO QS guideline. This QS is not expected to guarantee the
protection of public health in Indonesia. Therefore more stringent QS alternative for ambient SO2 is required. This
research examines benefit values in public health aspect if Indonesia tightens its ambient SO2 QS. Two alternative QS
for SO2 are used i.e 196 μg/m3 (equivalent to 78 μg/m3 in 24 hour time average) referring to U.S. EPA and 750 μg/m3
(equivalent to 360 μg/m3 in 24 hour time average) referring to Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup
(PUSARPEDAL). First step is to map distribution of SO2 ambient concentrations in Indonesia. The result indicates that
Provinces of Jakarta and Banten have exceeded both alternative QS while Provinces of Yogyakarta, West Java, Central
Java, East Java, Bali, and North Sumatra only exceed the alternative QS of 196 μg/m3. From the public health aspect, by
attaining to the alternative QS of 750 μg/m3, Jakarta and Banten will reduce incidence of Acute Respiratory Infections
(ARIs) by 95% and 98%. By attaining to the alternative QS of 196 μg/m3, East Java, Bali and North Sumatra will
reduce the incidence of ARIs by 59%, 51%, and 5%.
Analisis Nilai Manfaat dari Penerapan Baku Mutu SO2 Alternatif pada Penurunan Kejadian ISPA di Indonesia.
Baku mutu (BM) SO2 ambien Indonesia untuk rata-rata waktu 1 jam sebesar 900 μg/m3 (setara dengan 360 μg/m3 dalam
rata-rata waktu 24 jam) yang diatur di dalam PP No 41 Tahun 1999 paling longgar dibandingkan dengan BM SO2
ambien negara-negara lain di dunia termasuk BM panduan WHO. BM ini diperkirakan belum menjamin perlindungan
kesehatan masyarakat di Indonesia. Oleh karenanya diperlukan BM alternatif untuk SO2 ambien yang lebih ketat.
Penelitian ini mengkaji nilai manfaat dari aspek kesehatan masyarakat jika Indonesia melakukan pengetatan BM SO2
ambien. Dua alternatif BM untuk SO2 yang digunakan adalah 196 μg/m3 (setara dengan 78 μg/m3 dalam rata-rata waktu
24 jam) mengacu pada U.S. EPA dan 750 μg/m3 (setara dengan 300 μg/m3 dalam rata-rata waktu 24 jam) mengacu pada
Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup (PUSARPEDAL). Langkah pertama adalah memetakan
persebaran konsentrasi SO2 ambien di Indonesia. Hasilnya mengindikasikan bahwa Provinsi DKI Jakarta dan Banten
telah melebihi kedua BM alternatif sedangkan Provinsi DIY, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Sumatera
Utara hanya melebihi BM alternatif 196 μg/m3. Dari aspek kesehatan masyarakat, jika DKI Jakarta dan Banten memenuhi
BM alternatif 750 μg/m3 akan menurunkan kejadian ISPA 98% dan 95%. Untuk Jawa Timur, Bali, dan Sumatera Utara,
jika memenuhi BM alternatif 196 μg/m3 akan menurunkan kejadian ISPA masing-masing 59%, 51%, dan 5%."
Study Program of Environmental Sciences University of Indonesia, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Sri Wahyuningsih
"Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) adalah penyakit terbanyak di Puskesmas Pejuang tahun 2012, dengan Insiden Rate 9,58%. Particulate Matter 10 (PM10) merupakan salah satu faktor resiko penyebab ISPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PM10 udara rumah tinggal terhadap kejadian ISPA Balita. Metode penelitian cross sectional. Populasinya seluruh balita di kecamatan Medan Satria, sampelnya 130 balita. Hasil pengukuran didapatkan kadar rata-rata PM10 udara rumah tinggal sebesar 72μg/m3 dan terdapat 88 balita (67,7%) mengalami ISPA. Disimpulkan bahwa kadar PM10 yang tidak memenuhi syarat berpeluang 11,33 kali lebih besar terkena ISPA dibandingkan dengan kadar PM10 yang memenuhi syarat.
Acute Respiratory Infections (ARI) the first from ten ranks of most diseases in district Medan Satria in 2012, with Incidence Rate 9.58%. Particulate Matter 10 (PM10) is one of their risk factors of Acute Respiratory Infections. This research aims to know the effects of PM10 of Residential Air on respiratory events in toddlers. This research method using cross sectional. The population is the entire toddler in district Medan Satria, the sample are 130 toddlers. Measurement results obtained average PM10 levels air House of 72 μg/m3 and there are 88 toddlers experiencing respiratory. It was concluded that PM10 levels are not eligible have the opportunity to be a cause of respiratory infection in toddler by 11,33 times compared with PM10 in homes that meet the requirements."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hani Ramadhani
"Pajanan diesel partikulat (DPM PM0.25) dapat menyebabkan gangguan sistem saluran pernapasan dan keluhan kesehatan terhadap pekerja, namun belum banyak penelitian dilakukan di Indonesia mengenai hal tersebut padahal IARC telah mengkategorikannya sebagai senyawa karsinogenik. Analisis pajanan dan hubungannya terhadap keluhan gangguan pernapasan subjektif dilakukan sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit terhadap pekerja. Penelitian dilakukan terhadap petugas penguji kendaraan di UP PKB Cilincing sebanyak 24 orang melalui pengukuran pajanan personal DPM PM0.25 dan Black Carbon (BC) (20 orang) dan wawancara (24 orang). Konsentrasi pajanan BC personal berkisar antara 12,05 μg/m,3 sampai dengan 84,87 μg/m3. Keluhan yang dialami petugas penguji kendaraan adalah bersin dan hidung tersumbat (masing-masing sebanyak 50%), sakit tenggorokan dan batuk kering (masing-masing sebesar 41.7%), sesak nafas (20.8%), batuk berdahak (33.3%), nafas bunyi (mengi) (12.5%) dan sakit dada (8.3%) . Diduga BC bukan merupakan satu-satunya pemicu dan bukan penyebab langsung dalam kejadian keluhan gangguan penapasan subjektif.

Diesel particulate exposure (DPM PM0.25) may cause respiratory system disease and health complaints to the worker. Limited research found about this subject in Indonesia, yet IARC has categorized it as a carcinogenic compound. Analysis of exposure and its relation to respiratory health complaints as one of the prevention of disease in the workplace. The research was conducted on 24 mechanics at UP PKB Cilincing through the measurement of personal exposure DPM PM0.25 and Black Carbon (BC) (20 people) and interview (24 people). The concentration of BC personal exposure ranged from 12.05 μg / m3 to 84.87 μg / m3. The common complaints experienced by mechanics were sneezing and nasal congestion (50% each), sore throat and dry cough (41.7% respectively), dyspnea (20.8%), wet cough (33.3%), wheezing (mengi) (12.5%) dan chest pain (8.3%) . Allegedly BC is not the only factor and act not as the direct cause in the incidence of subjective respiratory health complaints."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Kurniawati
"ABSTRAK
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit menular melalui
udara yang menyerang saluran nafas atas hingga saluran nafas bawah. ISPA pada
balita terutama pneumonia merupakan penyebab kematian kedua di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh
balita penderita ISPA di Indonesia berdasarkan Riskesdas 2013. Sampel pada
penelitian cross sectional ini adalah balita penderita ISPA dan menjadi sampel
Riskesdas 2013, berjumlah 23.310 orang. Hasil penelitian, 36% balita penderita
ISPA memanfaatkan fasilitas kesehatan. Terdapat hubungan antara umur, waktu
tempuh, dan alat transportasi ke fasilitas kesehatan dengan pemanfaatan fasilitas
kesehatan. Akses yang dianalisis yaitu waktu tempuh dan alat transportasi yang
digunakan terbukti berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan
kesehatan balita dengan ISPA. Faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan
fasilitas kesehatan adalah umur, waktu tempuh dan alat transportasi ke fasilitas
kesehatan. Masih ada kendala akses dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan
terutama di pedesaan dan luar Pulau Jawa. Pemerintah perlu memperhatikan
peningkatan akses ke fasilitas kesehatan di pedesaan dan luar Pulau Jawa serta
meningkatkan program pencegahan.

ABSTRACT
Acute respiratory infections (ARI) was airborne communicable diseases, attacks
upper respiratory to lower respiratory track. ARI in children under 5 years,
especially pneumonia was second leading cause of death in Indonesia. The
objective of this study was to know the healthcare facilities utilization among the
children under five with ARI in Indonesia. Samples were the children under five
with ARI in Riskesdas 2013, amounted to 23,310. The study found that only 36%
children under five with ARI utilized healthcare facilities. Factors related to the
utilization were age, time, and transportation to healthcare facilities with
healthcare facilities utilization. Factors associated with utilization were age,
times and transportation to healthcare facilities. It was suggested to solve barrier
to access healthcare facilities in rural and outside Java island, as well as
continuing preventive programs"
2016
T46166
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kania Dwi Oktaryani
"Individu yang sakit akan merasakan gejala dari penyakitnya, akan mempengaruhi proses tidur yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kualitas tidur pada penderita ISPA di Puskesmas Kecamatan Beji Kota Depok pada kelompok usia dewasa muda. Metode penelitian adalah studi deskriptif dengan metode kuantitatif dan pendekatan cross sectional yang menggunakan teknik convenience sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) sebanyak 100 sampel. Hasil analisis menunjukkan 78% memiliki kualitas tidur yang buruk (skor >5), yang tiap komponen didapatkan hasil kualitas tidur subjektif cukup buruk (44%), latensi tidur 31-60 menit (32%), durasi tidur 5-5,9 jam (33%), efisiensi tidur >85% (76%), gangguan tidur ringan (51%), penggunaan obat tidur tidak pernah (80%), dan disfungsi siang hari ringan (39%). Selain itu, didapatkan data demografi penderita, rata-rata usia 28 tahun, mayoritas berjenis kelamin perempuan (80%), tidak memiliki penyakit komorbid (80%) dan tidak memiliki riwayat merokok (76%), riwayat pendidikan tinggi (47%), rata-rata durasi timbul gejala 4 hari, satu rumah dihuni 3–4 orang, rata-rata penghasilan satu keluarga 7,35 juta, dan luas rata-rata tempat tinggal 99,6 m². Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penderita ISPA memiliki kualitas tidur yang buruk akibat gejala yang timbul. Sehingga perlu adanya edukasi dari tenaga kesehatan untuk membantu penderita ISPA mengurangi ketidaknyamanan atas gejala yang timbul agar tetap mendapatkan kualitas tidur yang baik untuk membantu memulihkan diri.

Individuals who are sick will feel the symptoms of their illness, will affect the sleep process which is a basic human need. This study aims to identify the description of sleep quality in patients with ARI at the Beji District Health Center, Depok City in the young adult age group. The research method is a descriptive study with quantitative methods and a cross-sectional approach that uses convenience sampling techniques. This study used the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire as many as 100 samples. The results of the analysis showed 78% had poor sleep quality (score >5), of which each component obtained the results of poor subjective sleep quality (44%), sleep latency 31-60 minutes (32%), sleep duration 5-5.9 hours (33%), sleep efficiency >85% (76%), mild sleep disturbance (51%), never use of sleeping pills (80%), and mild daytime dysfunction (39%). In addition, the demographic data of sufferers were obtained, the average age was 28 years, the majority were female (80%), did not have comorbid diseases (80%) and did not have a history of smoking (76%), a history of higher education (47%), the average duration of symptoms was 4 days, one house was inhabited by 3-4 people, the average family income was 7.35 million, and the average living area was 99.6 m². From this study, it can be concluded that people with ARI have poor sleep quality due to the symptoms that arise. So it is necessary to have education from health workers to help people with ARI reduce the discomfort of the symptoms that arise in order to continue to get good quality sleep to help recover."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Fitri Lidia
"Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau yang biasa disebut dengan ISPA merupakan penyakit yang menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia maupun di Indonesia. ISPA paling banyak terjadi pada usia anak-anak dan balita merupakan kelompok usia yang paling rentan terhadap penyakit ini. Pengetahuan dan perilaku pencegahan yang kurang baik dari keluarga akan menimbulkan risiko terhadap balita untuk terkena penyakit ISPA.
Tujuan penelitian kuantitatif ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga mengenai penyakit ISPA terhadap tindakan pencegahan ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ciawi Bogor. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan 93 sampel yang diambil menggunakan teknik Accidental sampling. Sampel penelitian adalah Ibu yang membawa balitanya berobat ke Poli MTBS Puskesmas Kecamatan Ciawi.
Hasil penelitian dianalisa dengan Chi-square yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan ISPA yang dilakukan oleh keluarga p value = 0,000, p < ? = 0,05 dimana keluarga dengan pengetahuan baik memiliki kecenderungan 8,3 kali lebih besar untuk melakukan pencegahan yang baik terhadap penyakit ISPA. Penelitian selanjutnya direkomendasikan untuk melakukan studi mengenai pengaruh pemberian pendidikan kesehatan di Puskesmas dengan pengetahuan dan perilaku masyarakat terhadap penyakit ISPA.

Relationship between Family Knowledge with Prevention Behavior of Acute Resiratory Infections ARI for Toddler in Working Area of Puskesmas Kecamatan Ciawi Bogor. Acute Respiratory Infection or commonly referred as ARI is a disease that is a major cause of infectious morbidity and mortality in the world as well as in Indonesia. Acute respiratory infections occur most at the age of children, and toddlers are the age group most susceptible to this disease. Poor knowledge and prevention behavior of the family will cause the risk of toddlers to get ARI disease.
The purpose of this quantitative study is to determine the relationship between knowledge owned by the family about ARI disease against prevention behavior of ARI in infants in the work area of Puskesmas Kecamatan Ciawi Bogor. This study used cross sectional design with 93 samples taken using Accidental sampling technique. The sample of this research is mother who bring her toddler to visit Poli MTBS Puskesmas Kecamatan Ciawi.
The results were analyzed by Chi square which showed a significant correlation between knowledge with prevention behavior of ARI in family p value 0,000, p = value 0,000, p < ? = 0,05 where families with good knowledge have a 8.3 times greater tendency to make good prevention against ARI. Future research is recommended to conduct a study of the effect of providing health education in Puskesmas with community knowledge and behavior on ARI.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clara Caroline
"Wasting merupakan kondisi berat badan rendah pada anak jika dilihat dari tinggi badannya. Balita wasting berisiko lebih tinggi untuk terserang penyakit infeksi salah satunya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA berulang pada balita wasting bersifat berbahaya dan dapat berisiko tinggi menyebabkan kematian. Selain itu, ISPA berulang pada balita wasting menjadi salah satu faktor utama penyebab stunting yang saat ini masih menjadi prioritas permasalahan gizi di Indonesia. Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang ISPA menjadi salah satu faktor yang dapat memengaruhi kejadian ISPA pada balita. Tujuan utama penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang ISPA dengan kejadian ISPA pada balita wasting di Kota Depok. Penelitian kuantitatif non-eksperimen ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan total responden sebanyak 257 ibu. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner dan dianalisis secara univariat serta bivariat dengan Uji Kai Kuadrat (Chi Square) menggunakan SPSS 23. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara penghasilan keluarga (p = 0.01, α = 0.05), kehadiran perokok aktif (p = 0.01, α = 0.05), pengetahuan ibu (p = 0.04, α = 0.05) dan perilaku ibu (p = 0.00, α = 0.05) tentang ISPA dengan kejadian ISPA pada balita wasting. Sedangkan, tidak terdapat hubungan signifikan antara sikap ibu tentang ISPA dengan kejadian ISPA pada balita wasting. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam membuat program pencegahan ISPA berulang untuk balita dengan masalah gizi dan diharapkan ibu dapat meningkatkan pengetahuan dan perilakunya tentang ISPA. Penelitian selanjutnya disarankan kembali meneliti tentang hubungan sikap ibu dengan kejadian ISPA pada balita wasting di tempat penelitian berbeda.

Wasting is a condition of low body weight in toddlers in compared to their height. Wasting toddlers are at higher risk of contracting infectious diseases, on of which is acute respiratory infection (ARI). Recurrent ARI in wasting toddlers is dangerous and can be at high risk of causing death. In addition, recurrent ARI in wasting toddlers is one of the main causes of stunting, which is still a priority nutritional problem in Indonesia. Mother's Knowledge, Attitude, and Practice about ARI are one of the factors that can influence the incidence of ARI in toddler. This study aims to identify the relationship between mother’s knowledge, attitude, and practice about ARI with the incidence of ARI in wasting toddlers in Depok City. This non-experimental quantitative research used a cross-sectional approach with a total of 257 mothers as respondents. Data were collected by filling out questionnaires and analyzed univariate and bivariate with the Chi-Square test using SPSS 23. The results showed a significant relationship between family income (p = 0.01, α = 0.05), presence of active smokers (p = 0.01, α = 0.05), mother’s knowledge (p = 0.04, α = 0.05) and mother’s practices (p = 0.00, α = 0.05) about ARI with the incidence of ARI in wasting toddlers. However, there was no significant relationship between mother’s attitude about ARI and the incidence of ARI in wasting toddlers. Thus, this research is expected to be a consideration for health care facilities to create a recurrent ARI prevention program for toddlers with nutritional problems and mothers can improve their knowledge and practice about ARI. Further research is recommended to re-examine the relationship between mother’s attitude and the incidence of ARI in wasting toddlers in different research place."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clara Caroline
"Wasting merupakan kondisi berat badan rendah pada anak jika dilihat dari tinggi badannya. Balita wasting berisiko lebih tinggi untuk terserang penyakit infeksi salah satunya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA berulang pada balita wasting bersifat berbahaya dan dapat berisiko tinggi menyebabkan kematian. Selain itu, ISPA berulang pada balita wasting menjadi salah satu faktor utama penyebab stunting yang saat ini masih menjadi prioritas permasalahan gizi di Indonesia. Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang ISPA menjadi salah satu faktor yang dapat memengaruhi kejadian ISPA pada balita. Tujuan utama penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang ISPA dengan kejadian ISPA pada balita wasting di Kota Depok. Penelitian kuantitatif non-eksperimen ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan total responden sebanyak 257 ibu. Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner dan dianalisis secara univariat serta bivariat dengan Uji Kai Kuadrat (Chi Square) menggunakan SPSS 23. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara penghasilan keluarga (p = 0.01, α = 0.05), kehadiran perokok aktif (p = 0.01, α = 0.05), pengetahuan ibu (p = 0.04, α = 0.05) dan perilaku ibu (p = 0.00, α = 0.05) tentang ISPA dengan kejadian ISPA pada balita wasting. Sedangkan, tidak terdapat hubungan signifikan antara sikap ibu tentang ISPA dengan kejadian ISPA pada balita wasting. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam membuat program pencegahan ISPA berulang untuk balita dengan masalah gizi dan diharapkan ibu dapat meningkatkan pengetahuan dan perilakunya tentang ISPA. Penelitian selanjutnya disarankan kembali meneliti tentang hubungan sikap ibu dengan kejadian ISPA pada balita wasting di tempat penelitian berbeda.

Wasting is a condition of low body weight in toddlers in compared to their height. Wasting toddlers are at higher risk of contracting infectious diseases, on of which is acute respiratory infection (ARI). Recurrent ARI in wasting toddlers is dangerous and can be at high risk of causing death. In addition, recurrent ARI in wasting toddlers is one of the main causes of stunting, which is still a priority nutritional problem in Indonesia. Mother's Knowledge, Attitude, and Practice about ARI are one of the factors that can influence the incidence of ARI in toddler. This study aims to identify the relationship between mother’s knowledge, attitude, and practice about ARI with the incidence of ARI in wasting toddlers in Depok City. This non-experimental quantitative research used a cross-sectional approach with a total of 257 mothers as respondents. Data were collected by filling out questionnaires and analyzed univariate and bivariate with the Chi-Square test using SPSS 23. The results showed a significant relationship between family income (p = 0.01, α = 0.05), presence of active smokers (p = 0.01, α = 0.05), mother’s knowledge (p = 0.04, α = 0.05) and mother’s practices (p = 0.00, α = 0.05) about ARI with the incidence of ARI in wasting toddlers. However, there was no significant relationship between mother’s attitude about ARI and the incidence of ARI in wasting toddlers. Thus, this research is expected to be a consideration for health care facilities to create a recurrent ARI prevention program for toddlers with nutritional problems and mothers can improve their knowledge and practice about ARI. Further research is recommended to re-examine the relationship between mother’s attitude and the incidence of ARI in wasting toddlers in different research place."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grove, Daniel W.
New York : McGraw-Hill, 2003
616.200 4 GRO g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Efi Kurniatiningsih
"Konsentrasi PM2,5 dalam ruang mempengaruhi kesehatan apabila terhirup oleh manusia terutama pada kelompok rentan seperti balita. Balita yang tinggal dalam rumah dengan konsentrasi PM2.5 tidak memenuhi syarat memiliki risiko terhadap gejala ISPA. Penelitian ini dilakukan dengan studi cross sectional pada balita diwilayah kerja Puskesmas Mekarmukti yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 130 orang. Penentuan gejala ISPA pada balita berdasarkan hasil wawancara dan observasi menggunakan kuesioner sedangkan pengukuran konsentrasi PM2,5 dalam ruang menggunakan Haz dust EPAM 5000. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda. Hasil analisis menunjukkan hubungan yang signifikan antara konsentrasi PM2,5 dengan gejala ISPA pada balita (8,47 ; 3,52-20,36). Faktor lain yang mempengaruhi adalah status merokok (1,38; 0,58-3,26), jenis kelamin (1,22; 0,58-2,55), status gizi (1,64; 0,56-4,84), suhu (2,48; 0,97-6,32) dan kelembaban (1,96; 0,89-4,34). Analisis multivariat menunjukkan bahwa balita yang tinggal dalam rumah dengan konsentrasi PM2,5 tidak memenuhi syarat memiliki risiko 15,71 kali mengalami gejala ISPA setelah dikontrol dengan variabel kelembaban dan pendapatan orang tua. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna antara konsentrasi PM2.5< dengan kejadian gejala ISPA pada balita. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian dan pencegahan terhadap efek PM2.5 dengan konseling kesehatan lingkungan dan peningkatan promosi kesehatan terkait faktor risiko gejala ISPA pada balita.

The concentration of PM2.5 in space affects health when inhaled by humans, especially in vulnerable groups such as toddlers. Toddlers who live in homes with concentrations of PM2.5 do not meet the requirements have a risk for the ARI symptoms. This research was conducted with a cross-sectional study design on children under five in the working area of ​​the Mekarmukti Public Health Center that met the inclusion and exclusion criteria as many as 130. Determination of ARI symptoms in toddlers based on the results of interviews and observations using a questionnaire while measuring the concentration of PM2.5 in the room using Haz dust EPAM 5000. The analysis was carried out using multiple logistic regression. The results of the analysis showed a significant relationship between the concentration of PM2.5 with ARI symptoms in toddlers (8.47 ; 3.52-20, 36). Other influencing factors were smoking status (1.38; 0.58-3.26), gender (1.22; 0.58-2.55), nutritional status (1.64; 0.56-4, 84), temperature (2.48; 0.97-6.32) and humidity (1.96; 0.89-4.34). Multivariate analysis showed that toddlers living in homes with PM2.5 concentrations did not meet the requirements had a risk of 15.71 times experiencing ARI symptoms after controlling for humidity and parental income variabels. The conclusion of this study is that there is a significant relationship between PM2.5 concentration and the ARI symptoms in toddlers. Therefore, it is necessary to control and prevent the effects of PM2.5 with environmental health counseling and increased health promotion related to risk factors for ARI symptoms in toddlers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>