Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139126 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rinaldo Indra Rachman
"ABSTRAK
Dampak Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas GPPH terhadap Kualitas Tidur Siswa Sekolah Dasar Abstrak Latar Belakang: Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas adalah kelainan kronik neurobehavioral yang sering terjadi pada anak usia sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara GPPH dengan penurunan kualitas tidur anak. Metode: Studi case-control dilakukan terhadap 386 anak usia sekolah di SDN Kenari 01, 03, dan 05 Pagi Jakarta. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia SPPAHI yang diisi oleh orangtua dan guru dan kuesioner Skala gangguan tidur untuk anak SDSC yang diisi oleh orangtua pada Januari-Februari 2016. Hasil: Sebanyak 34 31,5 anak dengan GPPH mengalami kualitas tidur tidak baik, sedangkan 74 68,5 diantaranya mengalami kualitas tidur baik. Pada kelompok anak GPPH negatif 37 13,8 mengalami kualitas tidur tidak baik, sedangkan 231 86,2 mengalami kualitas tidur baik. Secara statistik, terdapat hubungan bermakna antara GPPH dengan kualitas tidur p

ABSTRACT
Correlation Between Attention Deficit Hyperactivity Disorder and Sleep Quality on Elementary School Students Abstract Background Attention Deficit Hyperactivity Disorder ADHD is a chronic neurobehavioral disorder, which is caused by several factors including genetic and environmental factor. The objective of this study is to determine the correlation between ADHD and sleep quality. Method Case control study of 387 elementary school children in Kenari 01, 03, and 05 Elementary School Jakarta was performed from July 2015 until May 2016. This study was conducted by giving questionnaires. Parents filled in Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia SPPAHI and Sleep Disturbance Scale for Children SDSC questionnaire, whereas teachers fill in SPPAHI questionnaire only. Result Out of all subjects, 34 31.5 ADHD elementary school students have poor sleep quality, whereas 74 68.5 have good sleep quality. In ADHD negative children 37 13.8 have poor sleep quality, whereas 231 86.2 have good sleep quality. Statistically, there is a correlation between ADHD and sleep quality p 0.001, chi square test with an odds ratio score 2.869. Conclusion There is a correlation between ADHD and sleep quality in elementary school student. Keywords Attention Deficit Hyperactivity Disorder, Sleep Quality, elementary school student, SPPAHI, SDSC"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70337
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Agung Ari Wiweka Nanda
"ABSTRACT
Latar Belakang: Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas GPPH merupakan kelainan kronis yang ditandai dengan ketidakmampuan berkonsentrasi, hiperaktivitas, dan impulsif. Prevalensi GPPH pada siswa SD di Jakarta tahun 2004 sebesar 26,2 dan diduga berhubungan dengan dengan perolehan prestasi akademis siswa di sekolah. Tujuan: Mengetahui hubungan antara GPPH dengan prestasi akademis siswa sekolah dasar. Metode: Studi case control dilakukan terhadap 372 siswa SD Kenari 01,03, dan 05 pada periode tahun ajaran 2015-2016. Hasil: Berdasarkan analisis data, didapatkan 107 28,8 siswa SD mengalami GPPH dan sebanyak 265 70,2 tidak mengalami GPPH. Terdapat 188 49,5 siswa mendapatkan nilai dibawah rata-rata dan 186 50,5 siswa mendapatkan nilai diatas rata-rata. Pada uji chi square, terdapat hubungan bermakna antara GPPH dan prestasi akademis dengan nilai signifikansi.

ABSTRACT
Background Attention deficit hyperactivity disorder is a chronic disorder ADHD characterized by inability to concentrate, hyperactivity, and impulsivity. Prevalence ADHD on elementary students in Jakarta in 2004 is about 26.2 and related to academic achievement in school. Aim To find relation between ADHD with academic achievement in elementary students. Methods Case control study was done involving 372 elementary students in SD Kenari 01, 03, 05 on school year 2015 ndash 2016. Results According to data analyzing, there were 107 28.8 elementary school students have ADHD and 265 70.2 of elementary school students did not have ADHD. There were 188 49.5 students get academic underachievement and other 186 50.5 students got higher academic achievement. By using chi square test, there was correlation statistically between ADHD and academic achievement with significance point p 0.001. Conclusion ADHD is related with academic achievement on elementary students with odds ratio 2,1. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70338
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Yonathan
"Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas GPPH merupakan sebuah gangguan yang bersifat kronik. GPPH merupakan penyakit yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti genetik dan lingkungan. Pola asuh orang tua diduga sebagai salah satu faktor risiko dari GPPH. Tujuan: Mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan GPPH pada siswa sekolah dasar di daerah Jakarta Pusat. Metode: Studi case control dilakukan terhadap 376 siswa SD Kenari 01,03, dan 05 pada periode tahun ajaran 2015-2016. Hasil: 108 28,7 siswa SD mengalami GPPH dan sebanyak 268 71,3 tidak mengalami GPPH. 314 83,5 orang tua menerapkan pola asuh demokratis dan sisanya sebanyak 62 16,5 orang tua menerapkan pola asuh lainnya pada anak. Secara statitstik tidak terdapat hubungan bermakna antara pola asuh orang tua dengan GPPH p = 0,464, uji chi square . Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara pola asuh orang tua dengan GPPH pada siswa sekolah dasar.

Introduction Attention deficit hyperactivity disorder ADHD is one of neurobehavioral chronic disorders and caused by some factors, including genetic and environment cause including parenting style. The objective of this study is to find whether parenting style applied by parents is related with ADHD. Methods case control study was done involving 376 elementary students in SD Kenari 01,03,05 on school year 2015 ndash 2016 using questionnaires given to parents and teachers to determine the parenting style used and presentation of ADHD. Results 108 28,7 elementary school students suffer from ADHD. 314 83,5 of parents apply authoritative parenting style to their children. There was no correlation statistically between parenting style and ADHD p 0.464 , chi square test . Conclusion Parenting style is not related with ADHD on elementary students.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenny Harsono
"Guru Sekolah Dasar berperan sangat penting untuk mendeteksi anak dengan GPPH, oleh karena mereka berhubungan langsung dengan anak didik di dalam kelas dan sekolah pada umumnya. Dengan demikian guru Sekolah Dasar seyogyanya memiliki pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap terhadap GPPH yang baik agar bisa melakukan deteksi dini kasus tersebut di antara anak didiknya. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap terhadap GPPH pada guru Sekolah Dasar di Jakarta serta hubungannya dengan lama pengalaman mengajar di Sekolah Dasar. Penelitian ini merupakan penelitian dengan rancang potong lintang. Pengetahuan, pemahaman, persepsi, dan sikap terhadap GPPH diidentifikasi dengan menggunakan kuesioner yang dibuat khusus untuk penelitian ini, dan terbukti sah dan handal berdasarkan uji validasi dan reliabilitas dengan Cronbach alpha sebesar 0.873 dan Pearson’s r > 0.25. Kuesioner tersebut disebarkan pada 422 guru Sekolah Dasar di Jakarta yang berasal dari 21 sekolah, kemudian dengan uji acak sederhana didapatkan 384 subjek penelitian. Data dianalisa dengan menggunakan program SPSS 20th untuk Mac. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan/pemahaman yang sangat rendah (58.9%), tingkat persepsi yang rendah (56.5%), dan tingkat sikap yang cukup (60.7%). Lama mengajar berhubungan secara signifikan dengan tingkat pengetahuan/pemahaman terhadap GPPH. Dengan demikian, diperlukan peningkatan pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap terhadap GPPH pada guru Sekolah Dasar melalui program edukasi yang tepat dan pelatihan keterampilan dalam deteksi dini GPPH.

Elementary School Teachers play a very important detecting children with ADHD, because they deal with students directly in the classroom and in the school generally. Thus elementary school teachers should have a good knowledge/understanding, perception, and attitude towards ADHD so that they can make early detection among their students. The aim of this study is to get an overview about the level of knowledge/understanding, perception, and attitude towards ADHD among elementary school teacher in Jakarta and its relationship with teaching experience in elementary schools. This study uses cross-sectional design. Knowledge, understanding, perception, and attitude towards ADHD are identified using a questionnaire created specifically for this research, and proven valid and reliable based on validation and reliability with a Cronbach's alpha of 0.873 and Pearson's r > 0.25. The questionnaires were distributed to 422 elementary school teachers in Jakarta from 21 schools, then with simple random sampling, 384 research subjects were found. Data were analyzed using SPSS 20th for Mac. The results showed the level of knowledge/understanding is very poor (58.9%), poor level perception (56.5%), and moderate level of attitude (60.7%). Teaching experience is significantly related with the level of knowledge/understanding towards ADHD. Thus, it is necessary to increase the knowledge/understanding, perception, and attitude towards ADHD among elementary school teachers through appropriate educational programs and workshops about early detection of ADHD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Lasmono
"Latar Belakang: Kemampuan empati dan sistemisasi sudah berkembang sejak masa kanak. Kedua kemampuan tersebut berkaitan dengan fungsi sosial serta pencapaian akademik pada anak, dapat dinilai menggunakan kuesioner Empathy Quotient (EQ) dan Systemizing Quotient (SQ). Dorongan untuk berempati dan sistemisasi selanjutnya dapat dijelaskan sebagai tipe otak, yang dibagi menjadi lima kelompok berdasarkan perbedaan antara nilai EQ dan SQ terstandarisasi dari orang tersebut. Salah satu gangguan psikiatrik yang banyak ditemui pada layanan kesehatan jiwa anak dan remaja adalah GPPH. Adanya GPPH dapat berdampak pada fungsi sosial dan akademis anak. Penelitian ini dibuat untuk mengetahui perbedaan tipe otak berdasarkan EQ dan SQ pada anak sekolah dasar (SD) dengan dan tanpa GPPH.
Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional dengan desain potong lintang. Sampel sebanyak 122 orang tua dan anak diambil dari Poli Jiwa Anak dan Remaja Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan dari sekolah dasar di Jakarta. Pengambilan data dilakukan melalui pengisian kuesioner Empathy and Systemizing Quotient for Children (EQ-/SQ-C) versi Bahasa Indonesia. Tipe otak dikelompokkan berdasarkan persentil dari nilai D, yaitu perbedaan antara EQ dan SQ terstandarisasi.
Hasil: Tipe otak yang paling banyak ditemui pada anak tanpa GPPH adalah empathy (37,7%), sedangkan pada kelompok anak dengan GPPH adalah systemizing (39,34%). Dari hasil analisis, didapatkan perbedaan bermakna pada nilai D kedua kelompok (p=0,021). Studi ini juga mendapati perbedaan bermakna pada rerata EQ (p=0,000) dan rerata SQ (p=0,042) antara kedua kelompok.
Simpulan: Terdapat kecenderungan tipe otak sistemisasi pada anak SD dengan GPPH, serta terdapat perbedaan bermakna pada rerata EQ dan SQ antara kedua kelompok.

Background: Empathy and systemizing abilities have developed since childhood. These abilities are related to social and academic achievements in children, can be assessed by using the Empathy Quotient (EQ) and Systemizing Quotient (SQ) questionnaires. The drive to emphatize and systemize can further be described as brain type, which is divided into five groups based on the difference of the individual’s standardized EQ and SQ scores. One of psychiatric disorders commonly found in child and adolescent mental health services is ADHD. ADHD may have an impact on social and academic function in children. This study was conducted to determine the difference of brain type based on EQ and SQ in elementary school children with and without ADHD.
Methods: This is an observational study with cross-sectional study design. Sample of 122 parents and children were included from Child and Adolescent Mental Health Outpatient Clinic in Cipto Mangunkusumo General Hospital, and elementary school in Jakarta. The data were taken using Empathy and Systemizing Quotient for Children (EQ-/SQ-C) questionnaire in Bahasa Indonesia. The brain types were classified according to percentile of D score, which is the difference between standardized EQ and SQ.
Results: The most common brain type found in children without ADHD was empathy (37.7%), while in children with ADHD was systemizing (39.34%). From the analysis, there was significant difference in D score between both groups (p=0.021). Significant difference was also found in mean EQ score (p=0.000) and mean SQ score (p=0.042) between both groups.
Conclusion: There was tendency toward systemizing brain types in elementary school children with ADHD. There were also significant differences in mean EQ and SQ score between both groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chadijah Karima Assegaf
"Latar Belakang: Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas (GPPH) adalah gangguan perilaku anak yang ditandai dengan pola masalah perhatian seperti kurangnya perhatian, hiperaktif dan tingkat yang lebih tinggi dari impulsivitas pada anak dan biasanya mendapat kesulitan dalam proses belajar yang menyebabkan menurunnya prestasi di sekolah.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara GPPH dengan prestasi antara siswa SDN Rawa Badak Utara 01, Jubilee Sekolah Jakarta dan SDN Sunter Agung 03.
Metode: Observasional analitik dengan studi desain cross-sectional dan teknik sampling berada di gaya pengambilan sampel acak sederhana yang berjarak 116 siswa dan dari penelitian ini didapatkan 18 anak GPPH dan 98 tanpa GPPH. Analisis univariat digunakan meja dengan frekuensi dan analisis bivariat menggunakan chi-square.
Hasil: Proporsi GPPH adalah 15,5%. Ada korelasi antara GPPH dan prestasi akademik sekolah (p = 0,000). Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan secara statistik antara GPPH dengan prestasi antara siswa SDN Rawa Badak Utara 01, Jubilee Sekolah Jakarta dan SDN Sunter Agung 03.

Background: Concentration Disorder/Hyperactivity Disorder (GPPH) is a disorder of the childs behavior characterized by patterns of attention problems such as inattention, hyperactivity and higher levels of impulsivity in children and usually have difficulty in the learning process which causes decreased achievement in school.
Objective: To find out the relationship between GPPH and achievement between Rawa SDN students North Badak 01, Jakarta School Jubilee and SDN Sunter Agung 03.
Method: Analytic observational studies with cross-sectional design and sampling techniques are in the simple random sampling style within 116 students and from this study found 18 children with GPPH and 98 without GPPH. Univariate analysis used a table with frequencies and bivariate analysis using chi-square.
Results: The proportion of GPPH is 15.5%. There is a correlation between GPPH and school academic achievement (p = 0,000). These results indicate that there is a statistically significant relationship between GPPH and achievement between students of Rawa Badak Utara Elementary School 01, Jubilee School Jakarta and SDN Sunter Agung 03.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allysa Soraya Safitri
"Tingginya screen time anak telah meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai dampak negatif dari screen time. Beberapa penelitian mengasosiasikan gejala gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) dengan screen time berlebih. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara screen time dengan gejala GPPH pada anak. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dan kuesioner Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktivitas Indonesia (SPPAHI) yang diisi oleh orang tua dengan latar belakang pendidikan minimal SMP atau sederajat. Kuesioner disebarkan ke seluruh murid SD Negeri Beji 1 Depok dan didapatkan total 227 data, data yang ada lalu dipilih secara acak dan didapatkan 95 data untuk dianalisis.
Hasil analisis Chi-Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara screen time dengan gejala GPPH pada anak (p = 0,035). Anak dengan screen time berlebih memiliki peluang mengalami GPPH 3,1 kali lebih tinggi dibandingkan anak dengan screen time tidak berlebih (IK 95% = 1,051-9,174). Oleh karena itu, perlu dilakukan pembatasan screen time untuk menurunkan peluang terjadinya GPPH pada anak.

High level of screen time among children has raised public awareness about its negative impact. Some studies associate attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD) with excessive amount of screen time. The objective of this research is to analyze the association between screen time and ADHD symptoms in children. A cross sectional study was used for this research along with SPPAHI questionnaire, which was filled by parents with a minimum educational background of junior high school. The questionnaire was distributed to all students of SD Negeri Beji 1 Depok and a total of 227 data were collected, 95 data were selected randomly and used as sample for data analysis.
These data were analyzed using Chi-square test and showed a significant relationship between screen time and ADHD symptoms in children (p = 0.035). Children with excessive amount of screen time are 3.1 times more likely to develop ADHD than children who do not have excessive amount of screen time (95% CI = 1.051-9.174). Therefore, screen time limitation is needed to reduce the odds of developing ADHD in children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Magdalena Rusady Goey
"Gangguan Pemusatan Perhatian/Hiperaktivitas (GPPH) memerlukan tatalaksana yang komprehensif yang melibatkan psikolog, psikiater anak dan dokter anak. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan/ pemahaman, perspepsi, dan sikap psikolog di Indonesia, serta hubungannya dengan lama pengalaman praktek mereka. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan cara menyebarkan kuesioner melalui google docs kepada para psikolog di Indonesia melalui Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI). Dari semua kuesioner yang diisi dengan lengkap dipilih secara acak sederhana sebanyak 96 subjek penelitian. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dibuat khusus untuk menilai tingkat pengetahuan/pemahaman, persepsi dan sikap terhadap GPPH, dan sudah terbukti valid dan sahih. Sebagian besar psikolog yang terlibat dalam penelitian mempunyai tingkat pengetahuan dan pemahaman yang rendah (52.08%), tingkat persepsi yang rendah (51.04%), dan sikap yang rendah (40.63%) terhadap GPPH. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat asosiasi antara lama pengalaman praktek dengan pengetahuan dan pemahaman (p=0.000) serta persepsi (p=0.001). Sebaliknya, tidak ditemukan adanya asosiasi antara lama pengalaman praktek dengan sikap dari psikolog terhadap GPPH (p=0.055). Kesimpulan, mayoritas psikolog memiliki tingkat pengetahuan, pemahaman, persepsi dan sikap yang belum optimal terhadap GPPH. Oleh karena itu, edukasi tentang GPPH sebaiknya terus diberikan kepada mereka untuk mendukung tatalaksana yang lebih komprehensif bagi anak dengan GPPH.

Attention- Deficit/ Hyperactivity Disorder (ADHD) requires comprehensive management which involves psychologists, pediatric psychiatrists, and pediatricians. Therefore, it is important to identify the level of knowledge, understanding, perception, and attitude of psychologists in Indonesia towards ADHD and their association with the psychologists’ practice experience. This study used cross sectional design, which was conducted by distributing questionnaire via google docs to psychologists through Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI). From all the completed questionnaires, 96 research subjects were chosen by simple random sampling. The questionnaire used in this study was particularly made to assess the level of knowledge/ understanding, perception, and attitude towards ADHD and it is proven to be valid and reliable. The majority of psychologists had poor level of knowledge/ understanding (52.08%), perception (51.04%), and attitude (40.63%) towards ADHD. The result also showed that there is an association between practice experience and knowledge/ understanding (p=0.000) as well as perception (p=0.001). However, there is no association between practice experience and attitude of psychologists towards ADHD (p-0.055). In conclusion, most psychologists had poor level of knowledge/ understanding, perception and attitude towards ADHD. Thus, education about ADHD should be given constantly to psychologists to support a more comprehensive management for children with ADHD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liu, Cindy Anastasia
"Mahasiswa kedokteran FKUI, terutama mahasiswa di tingkat klinik selayaknya mempunyai tingkat pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap yang baik terhadap GPPH. Oleh karena, mereka sudah mendapatkan edukasi mengenai GPPH pada saat mereka menjalani pendidikan mereka di tingkat klinik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap terhadap GPPH antara mahasiswa tingkat preklinik dan klinik di FKUI.
Penelitian ini merupakan studi potong lintang. Sampel dipilih dari 683 mahasiswa preklinik dan 469 mahasiswa klinik BEM IKM FKUI dengan menggunakan metode acak sederhana untuk mendapatkan 96 mahasiswa preklinik dan 96 mahasiswa klinik. Kuesioner dibagikan kepada subjek penelitian dalam bulan September hingga Desember 2013. Kuesioner telah diuji validitas (Pearson alpha > 0.25) dan reliabilitasnya (Cronbach’s alpha > 0.7). Data dianalisis menggunakan program SPSS versi 20 untuk Mac.
Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar mahasisawa preklinik dan mahasiswa klinik masih memiliki tingkat pengetahuan/pemahaman, persepsi, dan sikap yang sangat rendah dan rendah. Selain itu, dijumpai adanya perbedaan yang signifikan dalam domain sikap terhadap GPPH antara mahasiswa tingkat preklinik dan klinik (p=0.016). Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan pada Modul Praktik Klinik Psikiatri dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa klinik untuk bertemu dengan anak dengan GPPH sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih baik.

Medical students in FMUI, especially those in clinical level, ought to have good level of knowledge/understanding, perception, and attitude towards ADHD. It is because they have received education about ADHD during their study in clinical level. Thus, this research is aimed to identify the levels of knowledge/understanding, attitude, and perception toward ADHD of preclinical and clinical level students in FMUI.
The research was cross-sectional study. Sample was chosen from 683 preclinical students and 469 clinical students from BEM IKM FMUI by using simple random sampling to get 96 preclinical and 96 clinical students. Questionnaires were distributed to the research subjects from September until December 2013. Questionnaire had been tested for validity (Pearson alpha > 0.25) and reliability (Cronbach’s alpha > 0.7).
The result showed that majority of the respondents had very poor and poor level of knowledge/understanding, perception, and also attitude towards ADHD. Besides, there was significant different in the level of attitude towards ADHD between preclinical and clinical level student (p=0.016). Therefore, improvement to Psychiatry Clinical Practice Module is necessary to be done by giving chance for the clinical level students to meet real ADHD patients so that they could gain better knowledge about ADHD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triana Hardianti Gunardi
"Latar belakang: Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas GPPH disebabkan oleh berbagai faktor, seperti genetik dan lingkungan. Zat besi berperan sebagai kofaktor enzim tirosin-hidroksilase dalam proses modulasi produksi dopamin dan epinefrin, yang berpengaruh pada kontrol perilaku motorik normal.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara risiko tinggi defisiensi besi dengan GPPH.
Metode: Studi kasus kontrol menggunakan kuesioner untuk uji tapis pertama GPPH dan defisiensi besi, melibatkan 376 siswa SD 01, 03, dan 05 Kenari, Jakarta periode 2015/2016.
Hasil: Melalui uji Chi-square, ditemukan hubungan bermakna secara statistik antara risiko tinggi defisiensi besi dengan GPPH pada siswa dengan odds ratio 2,447 1,354 ndash; 4,422, IK 95 , p = 0,002.
Kesimpulan: Risiko tinggi defisiensi zat besi merupakan salah satu faktor risiko GPPH pada siswa sekolah dasar di Jakarta. Kecukupan asupan zat besi pada anak perlu dijaga sejak dini.

Background: Attention Deficit Hyperactivity Disorder ADHD is caused by many factors, including genetics and environmental factor, e.g. iron. Iron acts as a cofactor in the modulation of dopamine and epinephrine production, affecting control in motoric behavior.
Aim: of study To find the association between the high risk of iron deficiency and ADHD.
Method: A case control study using questionnaire to screen ADHD and iron deficiency in 376 elementary students in SD Kenari Jakarta.
Results: Positive correlation between the high risk of iron deficiency and ADHD, using Chi square method with odds ratio 2.447 1.354 ndash 4.422, IK 95 , p 0.002.
Conclusion: High risk of iron deficiency is a risk factor of ADHD in elementary school students in Jakarta. Children should maintain adequate iron intake since early hood.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>