Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115617 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Michelle Eva Rebeca Natalia
"Latar Belakang: Varikokel merupakan penyebab infertilitas yang paling umum terjadi pada pria. Varikokel dapat menyebabkan kerusakan pada testis, seperti penurunan volume dan hambatan spermatogenesis. Hambatan spermatogenesis dapat menyebabkan kadar FSH meningkat. Sebuah studi menunjukkan bahwa dari 37 pasien azoospermia dengan varikokel bilateral, didapatkan 32 hasil biopsi dengan gambaran Sertoli Cell-Only Syndrome SCOS.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara SCOS dengan riwayat varikokel pada pasien azoospermia.
Metode: Studi cross sectional dengan sampel berjumlah 110 pasien azoospermia yang termasuk 36 pasien varikokel dan 25 pasien SCOS berdasarkan data rekam medis dan hasil biopsi pasien. Pasien sampel merupakan pasien Departemen Urologi RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2011-2015 yang melakukan biopsi pada kedua testisnya.
Hasil: Dari 110 pasien azoospermia, nilai Kriteria Johnsen dengan frekuensi terbesar dan reratanya adalah 5. Terdapat 10 27.8 pasien SCOS dengan varikokel dan 59 79.7 pasien tidak SCOS dengan varikokel. Secara statistik, tidak terdapat hubungan bermakna antara SCOS dan varikokel p>0.05. Kelompok SCOS memiliki kadar FSH yang lebih tinggi daripada kelompok non-SCOS.

Background: Varicocele is the most common infertility cause in males. Varicocele can lead to testicular changes, like volume depletion and spermatogenic arrest. Spermatogenic arrest can lead to FSH level increase. A study shown that from 37 azoospermic patients with bilateral varicocle were found 32 biopsies of Sertoli Cell Only Syndrome.
Aim: Determined the assosiaction between Sertoli Cell Only Syndrome and varicocele in azoospermic patients.
Method: A cross sectional study with sample amount of 174 azoospermic patients, including 36 varicocele cases and 25 Sertoli Cell Ony Syndrome cases according to patients rsquo medical record and biopsy result. Samples were patients taken from Urology Department in RSUPN Cipto Mangunkusumo from the year 2011 until 2015 that had underwent biopsy in both testes.
Result: From 110 azoospermic patients, highest frequency and mean of the Johnsen score is 5. There were 10 27.8 of which were SCOS patients with varicocele and 59 79.7 of which were SCOS patients without varicocele. Statistically, there was no significant association between SCOS and varicocele p 0.05. SCOS group had higher FSH level than non SCOS group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Purwaning Rahayu
"Toluena sudah diketahui sebagai toksikan yang dapat menimbulkan toksisitas pada manusia sehingga ditetapkan nilai ambang batas pada pekerja sebesar 50 ppm. Hingga saat ini data mengenai efek pajanan toluena dibawah nilai ambang batas terhadap gangguan pada tingkat molekuler masih terbatas. Penelitian mengenai dosis toluena dibawah nilai ambang batas masih diperlukan sebagai upaya perlindungan yeng lebih baik terhadap pekerja. Penelitian toksisitas pada dosis toluena yang lebih rendah dari nilai ambang batas dapat dilakukan pada hewan coba. Rancangan penelitian eksperimental murni terhadap 30 ekor tikus Wistar jantan dengan tingkat pajanan1,6 ml; 3,2 ml; 6,4 ml; 12,8 ml, dan kontrol. Pajanan dilakukan selama 14 hari berturut-turut dengan durasi 4 jam per hari, dengan mengalirkan toluena cair ke dalam chamber yang dipertahankan pada jumlah yang tetap. Analisis data dilakukan untuk memperoleh perbandingan jumlah sel Sertoli dan kadar malondyaldehide (MDA) testis antar kelompok penelitian dengan uji ANOVA, untuk mengendalikan faktor suhu dan kelembaban lingkungan digunakan uji MANOVA. Jumlah sel Sertoli pada kelompok 1,6 ml; 3,2 ml; 6,4 ml; 12,8 ml; dan kelompok kontrol masing-masing nilai memiliki nilai mean 2,35 per 10 lapang pandang; 4,47 per 10 lapang pandang; 4,08 per 10 lapang pandang; 5 per 10 lapang pandang; dan 4;83 per 10 lapang pandang yang secara statistik tidak bermakna pada p=0,067. Kadar MDA testis pada kelompok 1,6 ml; 3,2 ml; 6,4 ml; 12,8 ml; dan kelompok kontrol untuk masing-masing kelompok memiliki nilai median 0,10 mmol/mg; 0,9 mmol/mg; 0,12 mmol/mg; 0,06 mmol/mg; dan 0,07 mmol/mg, yang secara statistik tidak bermakna pada nilai p= 0,856. Disimpulkan dosis pajanan kurang dari sama dengan 12,8 ml tidak menyebabkan perubahan kadar MDA testis dan penurunan jumlah sel sertoli.

Toluene has known as toxicant that can cause human toxicity which the treshold is 50 ppm. Nowadays, we have lacked data of effects of toluene exposure below the treshold that can lead mollecular disturbances. The experiment of toluene exposure below the treshold is necessary to prevent the workers. The experiment of toluene toxicity by toluene exposure below the treshold can do in animal. The true experimental study of 30 male Wistarrats, administered by 1,6 ml; 3,2 ml; 6,4 ml; and 12,8ml toluene liquid and control. Exposure given by flows the liquid toluene on the chamber with the duration of 4 hours per day, for 14 consecutive days. Statistical analysis to comparation the Sertoli cel and malondialdehyde (MDA) level in each group do by ANOVA test and MANOVA test do to control the environment. Sertoli cel on each group 1,6 ml; 3,2 ml; 6,4 ml; 12,8 ml; and control has each mean 2,35 per 10 field of view; 4,47 per 10 field of view; 4,08 per 10 field of view; 5,00 per 10 field of view; and 4;83 per 10 field of view, which is not significants in p=0,067. The testicular MDA level on each group 1,6 ml; 3,2 ml; 6,4 ml; 12,8 ml; and control has each median 0,10 mmol/mg; 0,09 mmol/mg; 0,12 mmol/mg; 0,06 mmol/mg; and 0,07 mmol/mg, which is not significants in p=0,856. Conclutions the exposure dose less then equal to 12,8 ml cannot lead the testicular MDA level and decreasing of Sertoli cells
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Ariyati
"Tujuan: Mendapatkan nilai proporsi konsentrasi sperma, motilitas sperma dan morfologi sperma pada penderita varikokel berdasarkan pemeriksaan analisa sperma terhadap derajat varikokel berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi doppler.
Metode : Penelitian deskriptif potong lintang menggunakan data sekunder untuk menilai proporsi besaran konsentrasi sperma, motilitas sperma dan morfologi sperma terhadap derajat varikokel dari 85 penderita varikokel yang datang berobat ke Departemen Urologi RS Cipto Mangunkusumo, dilakukan pemeriksaan ultrasonografi di Departemen  Radiologi RS Cipto Mangunkusumo dan pemeriksaan analisa sperma di Departemen Departemen Obstetri dan Ginekologi RS Cipto Mangunkusumo. Dilakukan uji statistik Mc Nemar 3x3 dan Chi Square 2x2 untuk mengetahui hubungan konsentrasi sperma, motilitas sperma dan morfologi sperma pada penderita varikokel berdasarkan pemeriksaan analisa sperma terhadap derajat varikokel berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi doppler.
Hasil : Berdasarkan tabel chi square 2x2 derajat varikokel dengan morfologi sperma, untuk sisi kanan terdapat hubungan bermakna antara varikokel sisi kanan dengan morfologi sperma. Untuk sisi kiri tidak terdapat hubungan bermakna antara varikokel sisi kiri dengan morfologi. Untuk yang maksimal dimana dari kedua sisi varikokel diambil data varikokel yang lebih tinggi derajat varikokelnya tidak terdapat hubungan bermakna antara derajat varikokel dengan morfologi sperma.
Berdasarkan tabel chi square 2x2 derajat varikokel dengan konsentrasi sperma, untuk sisi kanan  tidak terdapat hubungan bermakna antara varikokel sisi kanan dengan konsentrasi sperma. Untuk sisi kiri tidak terdapat hubungan bermakna antara varikokel sisi kiri dengan konsentrasi. Untuk yang maksimal dimana dari kedua sisi varikokel diambil data varikokel yang lebih tinggi derajat varikokelnya tidak terdapat hubungan bermakna antara derajat varikokel dengan konsentrasi sperma.
Berdasarkan tabel chi square 2x2 derajat varikokel dengan motilitas sperma, untuk sisi kanan tidak terdapat hubungan bermakna antara varikokel sisi kanan dengan motilitas sperma. Untuk sisi kiri tidak terdapat hubungan bermakna antara varikokel sisi kiri dengan motilitas. Untuk yang maksimal dimana dari kedua sisi varikokel diambil data varikokel yang lebih tinggi derajat varikokelnya tidak terdapat hubungan bermakna antara derajat varikokel dengan motilitas sperma.
Berdasarkan tabel mc Nemar 3x3 derajat varikokel dengan morfologi sperma, untuk sisi kanan  terdapat hubungan bermakna antara varikokel sisi kanan dengan morfologi sperma. Untuk sisi kiri terdapat hubungan bermakna antara varikokel sisi kiri dengan morfologi. Untuk yang maksimal dimana dari kedua sisi varikokel diambil data varikokel yang lebih tinggi derajat varikokelnya terdapat hubungan bermakna antara derajat varikokel dengan morfologi sperma.
Berdasarkan tabel mc Nemar 3x3 derajat varikokel dengan konsentrasi sperma, untuk sisi kanan terdapat hubungan bermakna antara varikokel sisi kanan dengan konsentrasi sperma. Untuk sisi kiri terdapat hubungan bermakna antara varikokel sisi kiri dengan konsentrasi. Untuk yang maksimal terdapat hubungan bermakna antara derajat varikokel dengan konsentrasi sperma.
Berdasarkan tabel mc nemar 3x3 derajat varikokel dengan motilitas sperma, untuk sisi kanan terdapat hubungan bermakna antara varikokel sisi kanan dengan motilitas sperma. Untuk sisi kiri terdapat hubungan bermakna antara varikokel sisi kiri dengan motilitas. Untuk yang maksimal dimana dari kedua sisi varikokel diambil data varikokel yang lebih tinggi derajat varikokelnya terdapat hubungan bermakna antara derajat varikokel dengan motilitas sperma.
Kesimpulan :
1. Berdasarkan uji Mc Nemar tabel 3 x 3 pada derajat varikokel dengan komponen analisa sperma morfologi, konsentrasi dan motilitas didapatkan hasil bermakna, dimana terdapat hubungan antara derajat varikokel dengan komponen analisa sperma morfologi, konsentrasi dan motilitas.
2. Berdasarkan uji Chi Square tabel 2 x 2 dimana derajat varikokel  dengan komponen analisa sperma morfologi, konsentrasi dan motilitas maka didapatkan hasil bahwa hanya derajat varikokel sisi kanan dengan komponen morfologi sperma yang memiliki hasil bermakna dimana varikokel sisi kanan memiliki hubungan yang bermakna dengan morfologi sperma. Sementara pada derajat varikokel sisi kiri dan maksimal dengan morfologi dan derajat varikokel dengan konsentrasi dan motilitas tidak terdapat hubungan bermakna.
3. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi komponen analisa sperma.

Objectives : To get proportion value of sperm concentration, sperm motility and sperm morphology in patients with varicocele based on sperm analyze, according to grading varicocele based on doppler ultrasound.
Methods : Descriptive cross sectional to get value of sperm concentration, sperm motility and sperm morphology according to grading varicocele utilizing secondary data of 85 patients with varicocele seeking medical treatment at Urology Department Cipto Mangunkusumo Hospital then checking sperm analyze at Obstetri aand Ginekology Department Cipto Mangunkusumo Hospital, and do Doppler ultrasound at Radiology Department Cipto Mangunkusumo Hospital. Mc Nemar 3x3 and Chi Square 2x2 statistic analysis was carried out to determine correlation sperm concentration, sperm motility and sperm morphology according to grading varicocele.
Results : According to chi square tabel 2x2 grading varicocele with sperm morphology, right side correlated  right side varicocele with sperm morphology. Left side not correlated left side varicocele with sperm morphology. Maximal taken  from one of both side testes which has higher grading varicocele, not correlated grading varicocele with sperm morphology.
According to chi square tabel 2x2 grading varicocele with sperm concentration, right side not correlated  right side varicocele with sperm concentration. Left side not correlated left side varicocele with sperm concentration. Maximal taken  from one of both side testes which has higher grading varicocele, not correlated grading varicocele with sperm concentration.
According to chi square tabel 2x2 grading varicocele with sperm motility, right side not correlated  right side varicocele with sperm motility. Left side not correlated left side varicocele with sperm motility. Maximal taken  from one of both side testes which has higher grading varicocele, not correlated grading varicocele with sperm motility.
According to mc Nemar tabel 3x3 grading varicocele with sperm morphology, right side correlated  right side varicocele with sperm morphology. Left side correlated left side varicocele with sperm morphology. Maximal taken  from one of both side testes which has higher grading varicocele, correlated grading varicocele with sperm morphology.
According to mc Nemar tabel 3x3 grading varicocele with sperm concentration, right side correlated  right side varicocele with sperm concentration. Left side correlated left side varicocele with sperm concentration. Maximal taken  from one of both side testes which has higher grading varicocele, correlated grading varicocele with sperm concentration.
According to mc Nemar tabel 3x3 grading varicocele with sperm motility, right side  correlated  right side varicocele with sperm motility. Left side correlated left side varicocele with sperm motility. Maximal taken  from one of both side testes which has higher grading varicocele, correlated grading varicocele with sperm motility.
Conclusion :
1. According to mc Nemar tabel 3x3 grading varicocele has correlated with sperm analyze components morphology, concentration and motility.
2. According to chi square tabel 2x2, correlation between grading varicocele with sperm analyze components, only right side varicocele correlated with sperm morphology.
3. Sperm analyze components influenced by  many factors."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Eka Putra
"Manfaat operasi varikokel pada laki-laki dengan azoospermia non-obstruksi masih menjadi perdebatan. Hingga saat ini, efektivitas operasi varikokel pada laki-laki azoospermia non-obstruktif masih sulit dinilai mengingat masih sedikit studi yang dilakukan dan studi-studi tersebut memiliki jumlah pasien yang sedikit. Tinjauan sistematik ini dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi kualitas sperma laki-laki dengan azoospermia non-obstruktif pasca operasi varikokel.

The outcomes of varicocele repair in non obstructive azoospermic men remain the subject of controversy. Until now, small studies with small number of patients performed make it difficult to assess the efficacy of varicocele surgery in men with non obstructive azoospermia. This review is performed to evaluate quality of the sperm among non obstructive azoospermic men after varicocele repair.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58638
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debby Aditya
"Latar belakang: Platelet rich plasma (PRP) merupakan faktor pertumbuhan yang mendukung proliferasi, diferensiasi sel punca in vitro. PRP diyakini dapat digunakan sebagai alternatif pengganti dari fetal bovine serum (FBS) karena bersifat xenofree. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi PRP dalam mendukung proliferasi dan diferensiasi SSCs dan menganalisis korelasi antara tingkat spermatogenesis melalui penilaian Johnson dengan ekspresi gen potensi proliferasi (PLZF, OCT4) dan diferensiasi (CKIT) SSCs.
Metode: SSCs diisolasi dari tiga sisa jaringan biopsi testis hasil ektraksi spermatozoa (TESA/TESE) dari pasien azoospermia. Hasil isolasi sel dikultur pada medium DMEM-F12 dengan faktor pertumbuhan spesifik (GDNF, bFGF, EGF) yang selanjutnya dibedakan menjadi dua kelompok medium kultur berdasarkan penambahan PRP atau FBS. Hasil sel kultur dianalisis ekspresinya terhadap gen PLZF, OCT4, dan CKIT dengan qRT-PCR. Tingkat spermatogenesis dianalisis dengan penilaian Johnson melalui pemeriksaan histologi.
Hasil: PLZF, OCT4, dan CKIT diekspresikan oleh hasil sel kultur pada kelompok PRP dan FBS, namun tidak bermakna signifikan. Tidak terdapat korelasi antara tingkat spermatogenesis dengan ekspresi gen potensi proliferasi (PLZF dan OCT4) dan diferensiasi (CKIT) SSCs pada kelompok PRP dan FBS.
Kesimpulan: PRP mampu mendukung potensi proliferasi dan diferensiasi SSCs in vitro serta dapat menjadi alternatif pengganti FBS.

Background: Platelet rich plasma (PRP), performing as an alternative candidate to fetal bovine serum (FBS), is a concentrate containing growth factors, support proliferation and differentiation of stem cells in vitro. The objective of this work was to determine the efficiency of PRP in supporting SSCs proliferation and differentiation and assessed the correlation between the level of spermatogenesis through scoring Johnson toward the proliferation and differentiation of SSCs in vitro.
Methods: SSCs were isolated from three of surplus testicular tissue by sperm extraction (TESA/TESE) from azoospermic patients, then SSCs were cultured into DMEM-F12 with growth factors (GDNF, bFGF, EGF), further categorized into PRP and FBS groups. The resulting cell was quantitative analyzed by qRT-PCR towards the expression of PLZF, OCT4 and CKIT. The level of spermatogenesis was observed by scoring Johnson from histology measurement.
Results: The qRT-PCR analysis revealed the expression of PLZF, OCT4 and CKIT in the resulting cell culture. The difference was statistically insignificant among PRP and FBS. There was no correlation between the potency of proliferation (PLZF and OCT4) and differentiation (CKIT) of SSCs toward the level of spermatogenesis in both groups.
Conclusion: PRP could support the maintenance of proliferation and differentiation SSCs in vitro and could be developed as an alternative supplementation of FBS.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nurulianthy
"Energi matahari dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif baik radiasi maupun termalnya untuk memenuhi kebutuhan energi sehari-hari. Salah satu alat yang dapat digunakan adalah hybrid solar cell yang mengonversikan radiasi matahari menjadi listrik menggunakan solar cell dan dikombinasikan dengan modul termoelektrik untuk mengonversikan kalor matahari menjadi daya listrik tambahan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan energi matahari. Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap rangkaian seri, parallel, seri-paralel dari susunan modul termoelekrik yang akan memberikan hasil paling optimal dan jarak antara prototype hybrid solar cell terhadap sumber energi sebesar 20cm, 25cm, 30cm, 35 cm, dan 40cm dan kemudian membandingkan besarnya keluaran tegangan dan daya yang dihasilkan dari hybrid solar cell dengan solar cell biasa pada pengujian lapangan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa rangkaian seri memberikan daya terbesar dengan jarak optimal 40cm. Pengujian ini juga menunjukkan bahwa hybrid solar cell dapat menghasilkan 8,75% kali lipat daya listrik yang lebih besar daripada solar cell biasa.

Solar energy can be exploited as an alternative energy both the radiation and thermal to fulfill daily energy need. One device that can be used is hybrid solar cell that converts solar radiation into electricity using solar cell and combined with thermoelectric device to convert solar thermal into additional power in order to increase the efficiency of solar energy. This research is doing some tests to series, parallel, series-parallel circuit of thermoelectric devices array that will give the most optimal result and distance between the hybrid solar cell prototype and the energy sources as long as 20cm, 25cm, 30cm, 35cm, and 40 cm, and then compare the voltage and power output of hybrid solar cell with conventional solar cell in field experiment. The experiment result shows that series circuit will give the biggest power with the optimal distance of 40cm. This experiment also shows that hybrid solar cell can produce 8,75% times more of electric power than conventional solar cell."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43227
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nji Raden Poespawati
"ABSTRAK
Sampai saat ini penelitian untuk meningkatkan efisiensi solar cell silikon masih terus dilakukan. Dalam perkembangan penelitian di bidang struktur solar cell juga terus dilakukan, yang terakhir dengan struktur PERL dicapai efisiensi 24,7%. Untuk menghasilkan rancangan struktur solar cell silikon dengan efisiensi di atas 24,7%, maka pada penelitian ini dirancang dan disimulasikan lapisan graded Si1-xGex pada daerah basis solar cell silikon dengan nilai fraksi mol tertentu pada lapisan Si1-xGex.
Landasan perancangan adalah bahwa bahan semikonduktor Si1-xGex ini mempunyai koefisien absorpsi yang besar dan bandgap yang lebih rendah dari silikon pada panjang gelombang > 500 nun, sehingga diharapkan pada daerah deplesi akan terjadi peningkatan carrier generation. Dengan demikian efisiensi dari divaispun akan meningkat. Penggunaan bahan Si1-xGex pada daerah basis ini juga akan meningkatkan arus hubung singkat (short-circuit current) dari solar cell. Peningkatan efisiensi dapat diperlihatkan dengan memperhatikan tiga parameter yang mempengaruhinya, yaitu arcs hubung singkat, tegangan hubung terbuka (open circuit voltage) dan fill factor.
Dari analisa hasil simulasi perancangan dan hasil simulasi implementasi terbukti bahwa kombinasi fraksi mol dan ketebalan lapisan Si1-xGex, yang menghasilkan efisiensi paling tinggi terjadi pada solar cell silikon dengan teknik penumbuhan lapisan Si1-xGex secara bertahap (step graded) sebanyak 3 tahap, yaitu x = 0,3 dan ketebalan lapisan Si1-xGex = 0,0062 gm pada R(2); x sebesar 0,28 dan ketebalan lapisan Si1-xGex = 0,9808 gm pada R(3); sedangkan x = 0,275 dan ketebalan lapisan Si1-xGex = 0,013 gm pada R(4). Fill factor yang dihasilkan adalah lebih besar dari 0,7. Dengan menggunakan kombinasi fraksi mol (x) dan ketebalan lapisan Si1-xGex di atas dapat meningkatkan efisiensi solar cell silikon PSi/nSi1-xGex/n+Si. Semakin banyak tahap penumbuhan lapisan Si1-xGex pada data Pvicell.prm dan data bluepvicell.pnn, semakin balk unjuk kerja solar cell silikon PSi/nSi1-xGex/n+Si pada kedua data tersebut.

ABSTRACT
Nowadays researches for increasing silicon solar cell efficiency still continuously done. Concerning the research development in field of solar cell structure is constantly also made. The last structure is PERL (passivated emitter rear locally diffused) structure, which produces the 24.7% efficiency. For the design of having more than 24.7% efficiency silicon solar cell structure, the graded Si1-xGex layer on base silicon solar cell with certain fraction mole of Si1-xGex layer it designed and simulated at this research.
This Si1-xGex semiconductor material has the absorption coefficient higher than silicon and the band-gap is lower than silicon at wavelength > 500 nm, so it is hoped at the depletion region will occur a generous carrier generation. Thus the device efficiency also increases. Utilization of Si1-xGex material at this base region will also enhance the short-circuit current of the solar cell. Efficiency enhancement can be shown by three parameters, which affects it, namely short-circuit current, open circuit voltage and fill factor.
From the analysis of the design and implementation of the simulation's result, it is shown that combination of fraction mol and thickness of Si1-xGex layer, which produce the highest efficiency at pSilnSi,_5Gejn+Si silicon solar cell is grown by using step graded Si1-xGex layer technique. This technique has 3 steps, they are x = 0.3 and thickness of Si1-xGex layer = 0.0062 p.m at R(2), x = 0.28 and thickness of Si1-xGex layer 0.9808 gm for R(3), while x = 0.275 and thickness of Si1-xGex layer = 0.013 gm at R. The Fill factor, is also higher than 0.7. By using the above combinations of fraction mole (x) and Si1-xGex Iayer thickness, the efficiency of PSi/nSi1-xGex/n+Si silicon solar cell can be increased. The more step of Si1-xGex layer growth in Pvcell.prm and bluepvcell.prm data, the higher performance of PSi/nSi1-xGex/n+Si silicon solar cell can be improved at those both data.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
D561
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okto Dewantoro
"ABSTRAK
Latar Belakang : Hepatocyte Progenitor Cell(HPC) merupakan stem cell dari hati yang akan muncul bila terjadi kerusakan hati yang kronis hingga sirosis hati seperti pada penderita hepatitis B kronik. Aktifnya HPC sebagai usaha untuk meregenerasi sel hati akan diikuti oleh migrasi dari Haematopoietic Stem Cell(HSC) ke sel hati dengan tujuan membantu proses regenerasi sel hati
Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengetahui adakah korelasi antara HPC dan HSC pada derajat Metavir baik nekroinflamasi ataupun fibrosis sebagai dasar untuk melakukan terapi stem cell pada penderita hepatitis B kronik dengan menggunakan HPC dan HSC.
Metode : Penderita hepatitis B kronik yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan sudah menjalani biopsi hati diperiksa parafin bloknya kemudian dibagi berdasarkan derajat metavirnya yaitu ringan-sedang dan berat. Kemudian dilakukan pewarnaan immunohistokimia untuk HPC dengan CK-19 dan HSC dengan CD34+. setelah itu dihitung jumlah HPC dan HSC dan kemudian dianalisis datanya.
Hasil : Didapatkan 17 penderita dengan fibrosis ringan-sedang dan 13 dengan fibrosis berat, serta 21 dengan nekroinflamasi ringan-sedang dan 9 dengan nekroinflamasi berat. Pada fibrosis ringan-sedang dan berat didapatkan perbedaan kadar HPC yang signifikan dgn p=0.003 dan perbedaan kadar HSC yang signifikan dengan p=0.001. Pada nekroinflamasi ringan-sedang dan berat didapatkan perbedaan kadar HPC yang signifikan dengan p=0.014 dan perbedaan kadar HSC yang signifikan dengan p=0.012. Hanya korelasi antara HPC dan HSC pada fibrosis ringan-sedang yang signifikan dengan p=0.003
Kesimpulan : Rerata HPC dan HSC pada nekroinflamasi berat lebih tinggi dibandingkan pada nekroinflamasi ringan-sedang. Rerata HPC dan HSC pada fibrosis berat lebih tinggi dibandingkan pada fibrosis ringan-sedang Tidak didapatkan korelasi antara HPC dan HSC pada nekroinflamasi ringan- sedang dan berat. Terdapat korelasi antara HPC dengan HSC pada derajat fibrosis ringan-sedang. Tidak didapatkan korelasi antara HPC dan HSC pada derajat fibrosis berat.

ABSTRACT
Background :
Hepatocyte progenitor Cell (HPC) is a stem cell from the liver that will arise in the event of chronic liver damage such as chronic hepatitis B to cirrhosis of the liver. HPC as an active attempt to regenerate liver cells followed by migration of Haematopoietic Stem Cell (HSC) to liver cells with the goal of helping the regeneration of liver cells.
Aims :
This study aims to determine the correlation between HPC and HSC as the basis for the conduct of stem cell therapy in patients with chronic hepatitis B by using the HPC and HSC.
Methods:
Patients with chronic hepatitis B who meet the inclusion criteria which had undergone liver biopsies examined paraffin blocks which divided by degrees of metavir as mild and severe. Then performed immunohistochemical staining for HPC with CK-19 and HSC with CD34+ .After the calculated amount of HPC and HSC and then analyzed the data.
Results:
There were 17 patients with mild-moderate fibrosis and 13 with severe fibrosis, and 21 with mild-moderate nekroinflamasi and 9 with severe nekroinflamasi. In mild- moderate and severe fibrosis obtained mean significant HPC with p = 0.003 and mean significant HSC with p = 0.001. In nekroinflamasi obtained mean mild- moderate and severe HPC significant with p = 0.014 and the mean HSC significant with p = 0.012. There is a statistically significant correlation between HPC and HSC on mild-moderate fibrosis with p = 0.003.
Conclusions:
Average of HPC and HSC in severe nekroinflamasi is higher than in mild - moderate nekroinflamasi . Average of HPC and HSC in severe fibrosis is higher than in mild - moderate fibrosis There were no correlation between HPC and HSC on nekroinflamasi mild- moderate and severe . There is a correlation between HSC and HPC in the mild - moderate fibrosis . There were no correlation between HPC and HSC on the degree of severe fibrosis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irah Namirah
"ABSTRAK
Fungi Emericella nidulans strain MFW39 yang diisolasi dari ascidia Aplidium
longithorax dari Taman Nasional Laut Wakatobi, Sulawesi Tenggara memiliki aktivitas
sitotoksik terhadap beberapa sel lestari kanker. Senyawa yang berhasil diisolasi dan
bersifat sitotoksik adalah senyawa emestrin yang memiliki gugus ETP
(epipolithiodioxopiperazine). Senyawa emestrin memiliki beberapa jenis derivat. Pada
penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi, mengidentifikasi dan menguji bioaktivitas
antikanker terhadap salah satu derivat senyawa emestrin. Dari hasil penelitian
didapatkan jenis derivat senyawa emestrin adalah emestrin B. Proses elusidasi struktur
dilakukan dengan metode HPLC, UPLC-MS, 1H-NMR dan 13C-NMR. Hasil uji
aktivitas sitotoksik dengan metode MTT (Microculture Tetrazolium Technique)
menunjukan IC50 fraksi emestrin B berkisar pada 0,18 􀂱 4,21 µg/mL. Urutan aktivitas
sitotoksik fraksi emestrin B terhadap sel lestari T47D [kanker payudara] (0,18 µg/mL) >
WiDr [kanker usus] (1,21 µg/mL) > HeLa [kanker serviks] (1,91 µg/mL). Fraksi
emestrin B juga bersifat sitotoksik terhadap sel lestari normal [Vero] (4,21 µg/mL). Oleh
karena itu fraksi emestrin yang berhasil diisolasi adalah emestrin B dengan rumus
struktur C27H22N2O10S3 dan memiliki potensi aktivitas antikanker.

ABSTRACT
Emericella nidulans marine fungi strain MFW39 was isolated from ascidia Aplidium
longithorax collected from Wakatobi Marine National Park, South East Sulawesi has a
biological activities to cancer cell lines. Emestrin was a compound with an ETP
(epipolithiodioxopiperazine) group that found in Emericella nidulans marine fungi have
cytotoxicity properties. Emestrin and another compound that related have the ETP
group. The research include isolation, identification and cytotoxicity assay of compound
that related with emestrin. Elucidation structure of molecule with HPLC, UPLC-MS,
1H-NMR and 13C-NMR. The fraction emestrin B have bioactivity to cancer cell lines in
range 0,18 􀂱 4,21 µg/mL with MTT (Microculture Tetrazolium Technique) assay method.
Order of anticancer activity was breast cancer cell line [T47D] (0,18 µg/mL) > colon
cancer cell line [WiDr] (1,21 µg/mL) > cancer cervic cell line [HeLa] (1,91 µg/mL). The
fraction of emestrin B have a toxicity to normal cell line [Vero] (4,21 µg/mL). The result
shows compound fraction that succeed to isolated was emestrin B (C27H22N2O10S3) and
have a potency anticancer activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35069
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adianti Khadijah
"Germ cell tumor (GCT) adalah sebuah penyakit yang relatif jarang. Hanya 1% dari seluruh keganasan pada pria, yang sebagian besar terjadi pada pria berusia 15 sampai 35 tahun. Terdapat penurunan yang luar biasa pada jumlah kematian karena kanker testis dalam 3 tahun terakhir, karena kemajuan dalam kemoterapi. Penelitian ini mengevaluasi hasil dari pemberian kemoterapi bleomycin, etoposide, dan cisplatin (BEP) untuk pasien GCT di Rumah Sakit Pusat Kanker Nasional Dharmais. Penelitian ini meninjau karakteristik dan kesintasan semua pasien yang mendapatkan BEP di Rumah Sakit Pusat Kanker Nasional Dharmais pada tahun 2011 sampai 2017. Tingkat kesintasan dianalisa dengan metode Kaplan-Meier. Dalam seri ini tingkat kesintasan 1, 3, dan 5 tahun masing-masing adalah 93,75% (30), 90,63% (29), dan 81,25% (26), sedangkan tingkat kesintasan bebas rekurensi adalah 81,25% (26), 75% (24), and 62,55% (20). Rekurensi terjadi pada 6 (18,7%) pasien setelah respon komplet kemoterapi. Tingkat kesintasan lima tahun pasien dengan stadium penyakit II dan III adalah 84,6% dan 78,8%, dan tingkat kesintasan lima tahun pasien dengan prognosis baik, sedang, dan buruk berdasarkan klasifikasi IGCCCG adalah 88,9%, 85,7%, dan 66,7%. Pasien dengan GCT metastasis menunjukkan respons yang baik terhadap BEP sebagai kemoterapi lini pertama, dan pasien yang diterapi dengan BEP dapat mencapai hasil prognostik yang baik. Tingkat kesintasan lebih baik ketika pasien datang pada stadium lebih awal dan memiliki prognosis yang lebih baik sesuai dengan klasifikasi IGCCCG.

Germ cell tumor (GCT) is a relatively rare disease, accounting for only 1% of all malignancies in men, affecting mostly men between 15 to 35 years of age. There has been a remarkable decline in testicular cancer mortality over the past 3 years, due to advances in chemotherapy. This study evaluate the outcome of bleomycin, etoposide, and cisplatin (BEP) chemotherapy for GCT patients in Dharmais National Cancer Hospital. This study reviewed characteristics and survival of all patients receiving BEP in Dharmais National Cancer Hospital between year 2011 to 2017. Survival rates were analyzed by Kaplan-Meier method. In these series, 1, 3, and 5 year survival rates were 93,75% (30), 90,63% (29), and 81,25% (26), respectively, while recurrence-free survival rates were 81,25% (26), 75% (24), and 62,55% (20). Recurrences occur in 6 (18,7%) patients after complete response of chemotherapy. Five-year survival rate patients with stage II and III of disease were 84,6% and 78,8%, and five year survival of patients with good, intermediate, and poor prognosis based on IGCCCG classification is 88,9%, 85,7%, and 66,7%. Patients with metastatic GCTs showing favorable response to BEP as first-line chemotherapy, and patients treated with BEP could achieve good prognostic outcome. Survival rate is better when the patient came with earlier stage and has a better prognosis according to IGCCCG classification."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>