Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167374 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riah Trisnawati
"Pemberlakuan sistem Jaminan Kesehatan Nasional JKN menyebabkan peresepan dan penggunaan obat harus mengacu pada Formularium Nasional Fornas. Tujuan penelitian ini sebagai deteksi awal untuk menilai dampak pada rasionalitas dan efisiensi berupa kualitas dan kuantitas serta biaya penggunaan obat secara umum sebelum dan setelah diterapkan Fornasi. Penelitian ini adalah studi komparatif dengan desain penelitian cross-sectional. Data yang digunakan diperoleh dari laporan penggunaan obat tahun 2013 hingga 2015. Subjek penelitian adalah 5 Puskesmas dari total 9 Puskesmas di Kota Sungai Penuh. Metode yang digunakan adalah metode ATC/DDD. Kuantitas, kualitas, dan total biaya obat dibandingkan sebelum dan sesudah penerapan Fornas. Persentase kepatuhan penggunaan obat terhadap Fornas juga dihitung.
Hasil yang diperoleh kuantitas penggunaan obat DDD/1000 populasi perhari di 5 puskesmas di kota Sungai Penuh mengalami penurunan setelah penerapan Fornas namun hanya 2 puskesmas yang bermakna secara statistik p=0,014 dan p=0,024. Kualitas penggunaan obat DU90 di 5 Puskesmas di kota sungai penuh tidak mengalami peningkatan setelah penerapan fornas. Obat yang paling banyak digunakan adalah vitamin B komplek, amoksisilin, kloramfeniramin maleat, natrium tiroksin dan prednison. Total biaya obat di 5 puskesmas mengalami penurunan setelah penerapan fornas namun hanya 3 puskesmas yang bermakna secara statistik p=0,006, p=0,04 dan p=0,004. Persentase kesesuaian obat di semua Puskesmas dengan Fornas pada tahun 2014 adalah 68 dan meningkat menjadi 71 pada tahun 2015.

Enactment of National Health Insurance NHI caused drug prescribing and drug used must refer to the National Formulary NF. Aims of this research were as initial detection on rationality and efficiency of drug used such as quality and quantity also drug cost in general before and after the NF application. This research was comparative study by cross sectional design. This research used the data from the drug used reports from 2013 rsquo s to 2015 rsquo s at 5 PHC from 9 total of PHC in Sungai Penuh city. This research was performed by ATC DDD methodology. Quantity, quality, and a total of drug cost were compared before and after the NF implementation. Percentage of drug adherence to the NF was also counted.
The result was obtained showed that quantity of drug utilization at 5 of PHC decreased after the NF application but only 2 PHC had statistically difference p 0,014 and p 0,024. The quality of drug utilization had no improve after the NF implementation. The most used drug was vitamin B complex, amoxicillin, chlorpheniramine maleate, levothyroxine sodium and prednisone. Total of drug cost decreased after NF application but only 3 PHC were statistically difference p 0,006, p 0,04 and p 0,004. Percentage of drug adherence at 5 PHC to the NF in 2014 39 s was 68 dan increased to 71 in 2015 39 s."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
T47079
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Era Delvia Sari
"Kota Sungai Penuh merupakan kota otonom baru hasil pemekaran dari kabupaten Kerinci dimana awalnya merupakan ibukota kabupaten Kerinci. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perkembangan lahan terbangun yang semakin meluas ke arah pinggiran kota yang merupakan wilayah produktif pertanian serta terbatasnya perkembangan ke arah barat kota karena bagian barat merupakan kawasan TNKS (Taman Nasional Kerinci Seblat). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arah perkembangan kota Sungai Penuh dan faktor yang mempengaruhi perkembangan kota sejak tahun 2000 hingga tahun 2010. Untuk mengetahui arah perkembangan kota dilakukan analisis spasial dengan super impose peta. Sedangkan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan kota digunakan metode analisis faktor. Kota Sungai Penuh memiliki bentuk yang khas seperti bintang (star shaped city) dan hasil analisis menunjukkan perkembangan yang terjadi di kota Sungai Penuh berbentuk memanjang mengikuti jalan (ribbon development) dengan arah perkembangan kota ke utara dan tenggara yang disebabkan oleh pengaruh aksesibilitas dan ketersediaan pusat pelayanan. Hasil analisis faktor menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan kota Sungai Penuh adalah faktor utilitas (jaringan), aksesibilitas (tingkat kemudahan untuk mencapai tujuan lokasi), fisik alami dan ketersediaan fasilitas (sarana untuk melancarkan dan memudahkan pelaksanaan fungsi). Faktor ini mempengaruhi perkembangan kota Sungai penuh sebesar 58,93%, sekitar 41,07% dipengaruhi oleh faktor lain seperti kebijakan dan prakarsa pengembang.

Sungai Penuh city is new autonomous result of expansion region from Kerinci regency. This research was motivated by development of built up area following the main road towards the growing suburbs and the limited development to the west of city because region of TNKS (Kerinci Seblat National Park). This research aims to know direction of Sungai Penuh development and factor that influence urban development for 10 years since its status as the capital of Kerinci regency in 2000 become an autonomous city in 2010. To determine the direction of urban development done by spatial analysis of super impose map. While for knowing the factor that influence urban development was method of factor analysis. Sungai Penuh has a distinctive shape like a star (star-shaped city) and analytical results showed the development taking place in Sungai Penuh elongated follow the road (ribbon development) with direction of development to the north and southeast due the influence of accessibility and availability of service centers. Results of factor analysis showed the factors that influence development of Sungai Penuh are utilities (networking), accessibility (easiness to reach the destination), physical and availability of facilities (means to expedite and facilitate the execution of the function). This factor influenced development of Sungai Penuh city about 58.93%, approximately 41.07% influenced by other factors such as government policy and developer initiatives."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35183
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siska Anjelita
"ABSTRAK
Prevalensi penyakit infeksi di Puskesmas Pancoran Mas yang tinggi mempengaruhi tingkat penggunaan antibakteri. Penggunaan antibakteri yang tidak perlu dan berlebihan dapat menyebabkan penggunaan yang tidak rasional sehingga meningkatkan risiko resistensi antibakteri, mortalitas, morbiditas juga biaya pengobatan pasien. Salah satu cara mengendalikan penggunaan antibakteri adalah dengan melakukan evaluasi penggunaan obat (EPO). Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi penggunaan antibakteri menggunakan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) dan melihat kesesuaian pengggunaan antibakteri dengan Formularium Nasional untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat I di Puskesmas Pancoran Mas. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan pengambilan data secara retrospektif dari seluruh resep pasien dewasa yang mengandung antibakteri oral dan parenteral pada periode Januari hingga Desember 2019. Penggunaan antibakteri dihitung dan dievaluasi berdasarkan nilai DDD/1000 pasien/hari dan Drug Utilization 90% (DU90%). Terdapat 4599 lembar resep yang digunakan sebagai sampel penelitian. Tiga jenis antibakteri dengan penggunaan tertinggi berdasarkan nilai DDD/1000 pasien/hari yaitu amoksisilin (0,665 DDD/1000 pasien/hari), RHZE (0,412 DDD/1000 pasien/hari) dan RH (0,234 DDD/1000 pasien/hari). Antibakteri yang memasuki segmen DU90% adalah amoksisilin, RHZE, RH, kotrimoksazol dan siprofloksasin. Kesesuaian penggunaan antibakteri dengan Formularium Nasional untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat I adalah 91,67%.

ABSTRACT
The high prevalence of infectious diseases in Pancoran Mas Community Health Center influences the level of antibacterial use. Unnecessary and excessive use of antibacterial can lead to irrational use thereby increasing the risk of antibacterial resistance, mortality, morbidity as well as the patient's treatment costs. One way to control the use of antibacterial is to evaluate the use of drugs. The purpose of this study was to evaluate the use of antibacterial using the Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) method and to see the suitability of antibacterial with the National Formulary for Level I Health Facilities at the Pancoran Mas Community Health Center. The study design used was cross sectional with retrospective data collection from all adult patient prescriptions containing oral and parenteral antibacterial in January to December 2019 period. The use of antibacterial was calculated and evaluated based on DDD/1000 patients/day and 90% Drug Utilization (DU90%). Total prescription in this study were 4599. The three types of antibacterial with the highest use based on DDD/1000 patients/day are amoxicillin (0.665 DDD/1000 patients/day), RHZE (0,412 DDD/1000 patients/day), RH (0,234 DDD/1000 patients/day). antibacterial that entered DU90% segment were amoxicillin, RHZE, RH, cotrimoxazole and ciprofloxacin. The suitability of antibacterial use with the National Formulary for Level I Health Facilities is 91,67%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asma Zahidah
"Batuk merupakan tindakan perlindungan dan pertahanan terhadap infeksi mukosa, zat berbahaya, infeksi pada laring, trakea dan bronkus. Penggunaan obat di fasilitas kesehatan harus sesuai dengan acuan yang berlaku secara nasional yaitu Formularium Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat batuk pada pasien ISPA di Puskesmas Kota Depok pada tahun 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pengambilan data secara retrospektif dari resep pasien, Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS), dan Sistem Informasi Pengelolaan Obat (SIPO). Sampel adalah resep pasien ISPA periode Januari hingga Desember 2015. Analisis dilakukan pada resep yang memenuhi kriteria inklusi secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis secara kuantitatif dinyatakan dalam DDD dan DDD/1000 pasien/hari. Analisis kualitatif dinyatakan dalam segmen DU90%. Berdasarkan hasil analisis menggunakan Microsoft Excel, urutan puskesmas dengan kuantitas penggunaan obat yang dinyatakan dalam DDD dari yang terbesar adalah Puskesmas Cipayung (59136,33g), Puskesmas Limo (34512,55g), dan Puskesmas Bojongsari (14771.28g). Total kuantitas DDD/1000 pasien/hari pada ketiga puskesmas yaitu gliseril guaiakolat (34,885g), ambroksol (1,92g), sirup ambroksol (0,2692g), tablet dekstrometorfan (0,2692g) dan sirup dekstrometorfan (0,0006g). Obat batuk yang menyusun segmen DU90%, yaitu gliseril guaiakolat. Obat batuk penyusun DU90% tidak sesuai dengan Formularium Nasional.

Cough is an act of protection and defense against mucosal infections, harmful substances, infection of the larynx, trachea and bronchi. The drug utilization in health facilities must comply with applicable national reference namely Formularium Nasional. This study aimed to evaluate the use of cough medicine in ARI’spatientsat three primary health care in Depok 2015. This study used descriptive design with retrospectively data collection of patient prescriptions, Primary health care Management Information System (SIMPUS), and Medication Management Information System (SIPO). Analysis was conducted on prescriptions that appropriate with inclusion criteria. Samples are prescribed to patients with ARI’s period January to December 2015. Analyses were performed quantitatively and qualitatively. Quantitative analysis expressed in DDD and DDD/1000 patients/day. Qualitative analysis expressed in DU 90% segment. Based on the analysis using Microsoft Excel, the biggest quantity of drug utilization in DDD were Cipayung primary health care (59136.33g), Limo primary health care (34512.55g), and Bojongsari primary health care (14771.28g). Quantity of DDD/1000 patients/day in the third primary health care were glyceryl guaiakolat (34.885g), ambroksol (1.92g), ambroksol syrup (0.2692g), dextromethorphan tablets (0.2692g) and dextromethorphan syrup (0.0006g). Cough medicines that compose DU 90% segment was Glyceryl Guaiacolat. Cough medicines that compose segment DU 90% were not in accordance with national formulary."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S63482
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lailla Krishenurfitri
"Penerapan Formularium Nasional sebagai acuan baru penggunaan obat pada program Jaminan Kesehatan Nasional berlaku pada awal tahun 2014 akan menimbulkan perubahan pola penggunaan obat. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan pola kesesuaian penggunaan obat terhadap Formularium Nasional pada tiga bulan awal penerapan Jaminan Kesehatan Nasional pada rawat inap dan rawat jalan. Penelitian dilakukan secara potong lintang terhadap data rekapitulasi penjualan obat dari Januari-Maret 2014 di RSUD X Jawa Tengah. Obat diklasifikasikan menurut kode Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) dan satuan kuantitas obat dinyatakan dengan Defined Daily Dose (DDD). Hasil penelitian menunjukkan kuantitas penggunaan obat pada bulan Januari-Maret 2014 di RSUD X Jawa Tengah terjadi peningkatan penggunaan obat secara berturut-turut sebesar 24,93% pada bulan Februari dan 13,76% pada bulan Maret. Tiga obat dengan kuantitas tertinggi pada rawat inap adalah ranitidin, omeprazole, dan deksametason, sementara pada rawat jalan adalah glimepiride, amlodipine, dan pioglitazone. Kesesuaian penulisan resep terhadap Formularium Nasional dalam DU 90% pada bulan Januari-Maret 2014 meningkat, dengan persentase secara berturut-turut adalah 89,04%; 88,73%; dan 91,18%. Biaya obat Formularium Nasional pada bulan Januari-Maret 2014 baik pada rawat jalan maupun rawat inap lebih besar dari biaya obat non Formularium Nasional. Persentase biaya penggunaan obat Formularium Nasional terhadap biaya obat keseluruhan pada bulan Januari-Maret 2014 berturut-turut adalah 88,63%; 83,51%; dan 84.60%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kuantitas dan kesesuaian penggunaan obat terhadap Formularium Nasional pada bulan Januari-Maret 2014 meningkat.

Implementation of the National Formulary as new reference drug use on the National Health Insurance (JKN) program which applies at the beginning of 2014 will lead to changing patterns of drug use. The purpose of this study was to compare the pattern of drug use on the suitability of the National Formulary in the three months of the beginning of the implementation of the National Health Insurance in inpatient and outpatient. A cross sectional study was conducted on the data recapitulation of drug sales from January to March 2014 Hospital X Central Java. Drugs are classified according to Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) code and the unit quantity of drugs represented by Defined Daily Dose (DDD). The results showed the quantity of drug use in January-March 2014 Hospital Central Java X increased respectively for 24.93% in February and 13.76% in March. Three drugs with the highest quantity in hospitalization is ranitidine, omeprazole, and dexamethasone, while at the outpatient is glimepiride, amlodipine and pioglitazone. Suitability of prescribing to the National Formulary in DU 90% from January to March 2014 increased, with a percentage respectively is 89.04%; 88.73%; and 91.18%. National Formulary drug costs in January-March 2014 either in outpatient or inpatient greater than the cost of non-formulary drugs. The percentage of the cost of the National Formulary drug use overall drug costs in January and March 2014 respectively is 88.63%; 83.51%; and 84.60%. The conclusion from this study is the quantity and suitability of drug use against the National Formulary from January to March 2014 is increased."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S61136
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shan Nea
"

Penggunaan antibakteri yang tidak tepat dapat mempercepat dan meningkatkan insiden resistensi antibakteri. Oleh karena itu, evaluasi penggunaan antibakteri di fasilitas kesehatan masyarakat perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibakteri di Puskesmas Sukmaya Kota Depok pada tahun 2019. Studi dilakukan secara kuantitatif dengan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) dan dilihat kesesuaian antibakteri dengan Formularium Nasional untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat I. Desain penelitian adalah cross sectional dengan pengumpulan data secara retrospektifData yang dianalisis adalah seluruh data resep yang mengandung antibakteri dengan pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Jumlah sampel penelitian ini adalah 8.666 resep. Jenisantibakteri yang banyak diresepkan yaitu amoksisilin (76,30 %) dan siprofloksasin (8,60 %). Pasien yang banyak diresepkan antibakteri yaitu perempuan 60,20% dan pasien berusia 45-59 tahun sebanyak 30,88%. Penggunaan antibakteri di Puskesmas Sukmajaya pada tahun 2019 sebesar 1,889 DDD/1000 pasien/hari. Antibakteri yang menyusun segmen DU 90% adalah amoksisilin (60,99%), siprofloksasin (10,60%), OAT 4KDT (7,33%), OAT 2KDT (4,38%), kotrimoksazol (4,01%), dan streptomisin (3,96%). Persentase kesesuaian penggunaan antibakteri di Puskesmas Sukmajaya Kota Depok dengan Formularium Nasional 84,61%. Penggunaan antibakteri di Puskesmas Sukmajaya pada tahun 2019 cukup tinggi dibandingkan dengan puskesmas lain di Kota Depok dan beberapa jenis antibakteri belum sesuai dengan daftar obat Formularium Nasional untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat 1.



Misuse of antibacterial can accelerate and increase incidence of antibacterial resistance. Therefore, antibacterial utilization review in health center is necessary. This study aimed to evaluate the use of antibacterial at Sukmajaya Healthcare Center Depok in 2019. The study was conducted quantitatively with the Anatomical Therapeutic Chemical / Defined Daily Dose (ATC / DDD) method, and the suitability of antibacterial with the National Formulary for Level I Health Facilities was assesed. The study design was cross sectional by collecting data retrospectively. The analyzed data were all prescriptions containing antibacterial with total sampling. The total sample of this study was 8.666 prescriptions. The types of antibacterials that were widely prescribed are amoxicillin (76,30%) and ciprofloxacin (8,60%). Many patients who were prescribed were women 60,20%, patients aged 45-59 were 30,88% . The use of antibacterial was 1,889 DDD / 1000 patients / day. Antibacterials which made up the DU 90% were amoxicillin (60,99%), ciprofloxacin (10,60%), antituberculosis drug 4FDC (7,33%), antituberculosis drug 2FDC (4,38%) cotrimoxazole (4,01%), streptomycin (3,96%). The adherence to the 2019 National Formulary was 84,61%. Antibacterial use at Sukmajaya Healthcare Center Depok in 2019 was quite high compared to other healthcare centers in Depok and some of antibacterials were not appropriate to the National Formulary for Level I Health Facilities.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Fitriana Lupitaningrum
"Penggunaan antibiotik harus digunakan secara bijak dan rasional sehingga diperlukan evaluasi penggunaan antibiotik agar menurunkan kejadian resistensi. WHO merekomendasikan metode ATC/DDD yang mengukur secara kuantitatif besarnya nilai DDD penggunaan antibiotik. Tujuan dari metode ATC/DDD adalah sebagai alat pemantauan dan evaluasi penggunaan obat dalam rangka meningkatkan kualitas penggunaan obat, yang hasilnya dapat dibandingkan di berbagai tingkat fasilitas kesehatan, nasional maupun internasional. Data daftar realisisasi obat yang diperoleh dari Puskesmas Cipinang Besar Utara dikelompokkan ke kriteria inklusi dan eksklusi. Kemudian kelompok kriteria inklusi dianalisis datanya menggunakan Microsoft Excel. Data yang dianalisis diantaranya adalah nilai DDD/1000 pasien/hari, DU 90%, dan presentasi kesesuaian penggunaan obat.Obat antibiotik yang mencakup 90% penggunaan dari seluruh obat antibiotik di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara adalah Amoxicillin, Ciprofloxacin, dan Isoniazid dengan penggunaan terbanyak adalah Amoxicillin, yang mencakup 75,02% dari seluruh antibiotik. Expenditure untuk obat antibiotik adalah Amoxicillin, yang mencakup 76,35% dari seluruh pengeluaran obat antibiotik. Pengeluaran terbesar per DDD atau Cost/DDD terbesar adalah Clindamycin, dengan Cost/DDD Rp3.200,00 / DDD.Saran untuk Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara untuk mengevaluasi obat golongan antibiotik yang digunakan dan menentukan apabila diperlukan perbaikan atau perubahan. Saran untuk evaluasi selanjutnya agar mencakup ruang lingkup obat yang lebih luas, atau melakukan evaluasi dari periode waktu yang lebih luas untuk mendapatkan lebih banyak data sebagai pembanding.

The use of antibiotics must be wisely and rationally so that it is necessary to evaluate the use of antibiotics in order toreduce the incidence of resistance. WHO recommends the ATC/DDD method which quantitatively measures the DDDvalue of antibiotic use. The aim of the ATC/DDD method is as a tool for monitoring and evaluating drug use in order toimprove the quality of drug use, the results of which can be compared at various levels of health facilities, national and international. Drug realization list data obtained from the Cipinang Besar Utara Community Health Center is grouped into inclusion and exclusion criteria. Then the data were analyzed for the inclusion criteria groups using MicrosoftExcel. The data analyzed include the value of DDD/1000 patients/day, DU 90%, and presentation of appropriateness of drug use. Antibiotic drugs that cover 90% of the use of all antibiotic drugs at the Cipinang Besar Utara SubdistrictHealth Center are Amoxicillin, Ciprofloxacin, and Isoniazid with the most use. is Amoxicillin, which accounts for75.02% of all antibiotics. Expenditure for antibiotic drugs is Amoxicillin, which covers 76.35% of all antibiotic drugexpenditure. The largest expenditure per DDD or the largest Cost/DDD is Clindamycin, with a Cost/DDD of IDR 3,200.00 / DDD. Suggestions for the Cipinang Besar Utara Subdistrict Health Center to evaluate the antibiotic class of drugs used and determine if improvements or changes are needed. Suggestions for further evaluation include a wider scope of drugs, or conduct evaluations over a wider time period to obtain more data for comparison.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Berintan
"Puskesmas memiliki peran untuk melakukan upaya kesehatan masyarakat, diantaranya adalah farmasi yang mencakup pengelolaan obat-obatan dan alat kesehatan yang diperlukan. Evaluasi penggunaan obat (EPO) adalah sistem evaluasi yang terstruktur untuk memastikan ketepatan penggunaan obat. EPO dapat memberikan gambaran penggunaan obat sehingga dapat memberi masukan untuk pengelolaan obat dan evaluasi efektivitas terapi obat. Metode ATC/DDD adalah metode yang direkomendasikan WHO untuk analisis kuantitatif penggunaan obat secara internasional. Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) adalah klasifikasi obat berdasarkan lokasi kerja, efek terapi, farmakologi, dan sifat kimia obat sedangkan Defined Daily Dose (DDD) adalah dosis pemeliharaan rata-rata per hari pada pasien dewasa. Antibiotika merupakan obat antibakteri yang perlu ditangani dengan hati-hati, karena penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau resistensi mikroba. Laporan ini membahas analisis penggunaan obat golongan antibiotika dengan metode ATC/DDD di Puskesmas Kecamatan Jatinegara pada tahun 2021. Hasil laporan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan informasi dalam perencanaan obat di masa depan.

Community health centers have a role to do community health improvements, which among them is pharmacy that includes management of the drugs and healthcare tools needed. Drug use evaluation is a structured system of evaluation to ensure the accuracy of drug usage. This evaluation can help give a picture of drug use that can help in drug management and evaluation of the effectivity of therapy. The ATC/DDD method is a method recommended by WHO for quantitative drug analysis internationally. Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) is a classification of drugs based on location of action, therapeutic effect, pharmacology, and chemical property while Defined Daily Dose (DDD) is the average maintenance dose on adult patients. Antibiotics is a group of antibacterial drugs that needs careful management, for that incorrect usage can cause health issues or microbial resistance. This report discusses the analysis of the use of antibiotics with ATC/DDD method on Jatinegara community health center on 2021. The result of this report is hoped to be a source of information for future plannings of drugs.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Friscilia Nindita Pamela
"Formularium nasional didefinisikan sebagai daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai pedoman dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Indikator utama dari penggunaan obat adalah kesesuaian resep dengan formularium dan pedoman terapi. Daftar obat yang terdapat di formularium nasional Puskesmas Kecamatan Palmerah sesuai acuan formularium nasional melalui Keputusan Menteri Kesehatan. Obat-obatan yang telah diseleksi untuk Rencana Kebutuhan Obat (RKO) tahun 2022 dan tahun 2023 diperoleh bahwa terdapat obat-obatan yang termasuk ke dalam RKO 2022 namun tidak termasuk dalam RKO 2023. Leaflet merupakan suatu media penyampaian informasi yang berisi pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Penyuluhan menggunakan media leaflet memberikan dampak positif bagi masyarakat mengenai edukasi cara penggunaan obat dan vaksin ketika berpuasa.

The national formulary is defined as a list of selected drugs that are needed and available in health service facilities as a guide in implementing the National Health Insurance. The main indicator of drug use is the conformity of the prescription with the formulary and therapy guidelines. The list of drugs contained in the national formulary of the Palmerah District Health Center is in accordance with the national formulary reference through the Decree of the Minister of Health. The medicines that have been selected for the 2022 and 2023 Drug Needs Plan (RKO) show that there are medicines that are included in the 2022 RKO but are not included in the 2023 RKO. Leaflets are a medium for conveying information containing health messages through folded sheet. Counseling using leaflet media has a positive impact on the community regarding education on how to use drugs and vaccines when fasting. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Retnosari Andrajati
"Tujuan penelitian ini ialah untuk membandingkan penggunaan antibiotik sebelum dan sesudah penerapan Formularium Rumah sakit (FRS) di Rumah Sakit MMC (RS MMC). Seluruh penggunaan antibiotik yang termasuk dalam klasifikasi J01 Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) dicatat dari data pelayanan farmasi rawat-inap dan rawat-jalan. Paramater kuantitatif penggunaan antibiotik pasien rawat inap adalah Defined Daily Doses/100 hari rawat (DDDs/shr) dan DDDs/1000 pasien/hari (DDDs/rph) untuk pasien rawat-jalan. Parameter kualitas penggunaan obat adalah jumlah nama obat yg berdasarkan urutan DDDs membentuk segmen 90% dari total penggunaan obat (DU90%) dan kepatuhan peresepan antibiotik terhadap formularium dalam segmen DU90% berdasarkan nama dagang dan nama generik. Kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotik dibandingkan sebelum dan sesudah penerapan FRS (tahun 2000 terhadap tahun 1999). Analisa perbandingan kuantitas penggunaan antibiotik dilakukan dengan. uji peringkat tanda Wilcoxon. Penggunaan antibiotik untuk pasien rawat-inap menurun nyata sebesar 23,1%, dari 124,96 DDDs/shr di tahun 1999 menjadi 96,13 DDDs/shr (p= 0,03). Penurunan penggunaan antibiotik di rawat-jalan 4,9%, dari 3,49 DDDs/rph di tahun 1999 menjadi 3,32 DDDs/rph di tahun 2000 (p=0,58). Siprofloksasin adalah antibiotik yang terbanyak diresepkan di rawat-inap pada tahun 1999 dan 2000, sedangkan di rawat-jalan amoksisilin pada tahun 1999 dan siprofloksasin pada tahun 2000. Kepatuhan peresepan antibiotik terhadap FRS untuk pasien rawat-inap dan rawat-jalan berturut-turut berdasarkan nama generik 100% dan 100%, berdasarkan nama dagang 90,5% dan 94,3%. Profil penggunaan antibiotik dalam segmen DU90% untuk pasien rawat-inap dan rawat-jalan dapat dikatakan tidak menunjukkan perbaikan baik berdasarkan nama dagang maupun nama generik. Sebagai kesimpulan ialah bahwa penerapan FRS di RS MMC hanya menunjukkan penurunan bermakna pada penggunaan antibiotik untuk pasien rawat-inap. (Med J Indones 2004; 13: 173-9)

The objective of this study is to compare the use of antibiotics at the Metropolitan Medical Center Hospital in Jakarta, Indonesia (MMCH), before and after the implementation of a hospital formulary. All antibiotic data under J01 Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) classification were collected from pharmacy inpatient and outpatient records. Quantitative antibiotic use was expressed in Defined Daily Doses/100 bed-days (DDDs/hbd) for inpatients and DDDs/1000 patients/day (DDDs/tpd) for outpatients. The general quality of drug use was assessed in number of drugs that account for 90% of the use (DU90%) and the adherence to hospital formulary by substance and brand name within the DU90% segment. Quantitative and qualitative antibiotic use were compared before and after implementation of the formulary (1999 to 2000). The Wilcoxon rank sign test was used to compare overall antibiotic use. Inpatient antibiotic usage decreased significantly by 23.1%, 124.96 DDDs/hbd in 1999 to 96.13 DDDs/hbd during 2000 (p= 0.03) and outpatient antibiotic usage decreased insignificantly by 4.9%, 3.49 DDDs/tpd during 1999 to 3.32 DDDs/tpd during 2000 (p=0.58).The most commonly antibiotic use was ciprofloxacin in inpatient setting during the study and in out-patient setting was amoxicillin in 1999 and ciprofloxacin in 2000. The adherence to the formulary by substance and by brand name in inpatient department was 100% and 90.5% and in outpatient department was 100% and 94.3% during the study. DU 90% by substance name and by brand name was considerably not improved in both settings. The conclusion is that the effectiveness of one year formulary implementation at MMCH was only revealed in inpatient setting. (Med J Indones 2004; 13: 173-9)
"
2004
MJIN-13-3-JulSep2004-173
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>