Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154172 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andradhita Rahmania Andini
"ABSTRAK
Permasalahan korosi yang disebabkan gas CO2 merupakan hal yang sangat dihindari pada industri minyak dan gas, karena korosi CO2 dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan fasilitas, seperti terjadinya penipisan pada dinding pipa maupun vessel, bahkan menyebabkan kebocoran. Sistem perpipaan pada platform milik PT. X yang paling sering mengalami kebocoran adalah platform ECHO, terutama pada well string ESRA-2. Well string ini dikenal sebagai sumur yang menghasilkan gas dengan kandungan CO2 yang paling tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk memilih opsi unit proses pemisahan CO2 yang paling ekonomis dan dapat dibangun di Platform ECHO untuk memisahkan kandungan CO2 dari gas keluaran well string ESRA-2. Opsi unit pemisahan CO2 yang dapat dipilih antara lain adalah instalasi teknologi membran serta sistem amina pada bagian discharge ECHO Compressor, instalasi teknologi CO2 removal dengan pelarut amina serta teknologi membran pada bagian suction ECHO Compressor serta gabungan instalasi proses membran dan sistem amina sebagai hybrid CO2 removal. Analisis keekonomian dilakukan terhadap ketiga proses diatas untuk mengetahui mengenai unit proses pemisahan manakah yang paling ekonomis. Berdasarkan hasil perhitungan keekonomian didapatkan bahwa opsi teknologi yang dianggap paling ekonomis adalah opsi-2A yaitu instalasi teknologi CO2 removal dengan pelarut amina serta teknologi membran pada suction ECHO Compressor dimana hasil nilai IRR serta NPV yang didapatkan adalah sebesar 16 serta U D 11,600,000.

ABSTRACT
Corrosion problems in oil and gas industry because of CO2 content in gas is anticipated. Sweet corrosion because of CO2 content will cause deterioration in facilities, in form of internal thinning of piping and vessel, and also leak. One of platform in PT. X, has undergone leaks several times, especially in ESRA 2. This well string is well known of its high content of CO2 gas. This work presented talks about the selection of CO2 removal technologies which will be built in ECHO Platform to separate CO2 gas from outlet gas of ESRA 2 well string. The options are installation of membrane technology and amine system technology in discharge of Echo Compressor, installation of amine CO2 removal plant and membrane system in suction Echo Compressor, and also hybrid process of amine system and membrane process as CO2 removal unit. The goal is to choose the best CO2 removal which will be able to produce outlet gas as piping specification. Economic analyses will also be taken into consideration in choosing which process seen attractive in economic. Based on economic calculation, the most optimum CO2 removal unit option is the installation of amine plant in suction of ECHO Compressor, which IRR and NPV value is 16 and U D 11,600,000."
2017
T46864
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Kurniawan
"ABSTRAK
Lapangan X memiliki gas dengan kandungan CO2 > 20% dan harus dikurangi menjadi 5% dikarenakan CO2 mempengaruhi heating value gas, toxicity dan sangat korosif. Proses pemurnian gas yang dilakukan adalah absorbsi CO2 dari gas alam menggunakan larutan activated methyldiethanolamine. Sejak beroperasinya unit CO2 removal di Lapangan X tahun 2003, telah mengalami kegagalan, yaitu 3 kali kerusakan pada peralatan CO2 removal, dimana terjadi penipisan pada dinding absorber dan kerusakan pada tray di low pressure flash, serta gas yang akan dijual masih di atas 5% sehingga dilakukan identifikasi terhadap kegagalan pada unit peralatan CO2 dengan melakukan survey lapangan dan pengujian di laboratorium, serta analisis proses CO2. menggunakan simulasi HYSYS. Hasil analisis data laboratorium menunjukkan kegagalan pada peralatan dapat disebabkan karena korosi CO2, Cl- dan beban mekanik, sedangkan pada simulasi, kegagalan disebabkan oleh tidak efektifnya proses absorbsi CO2, dimana sulitnya mengatur temperatur regenerasi amine yang berdampak pada temperatur lean amine sehingga regenerasi CO2 tidak sempurna yang menyebabkan tingginya CO2 pada outlet gas absorber, acid loading, dan loses amine & H2O. Oleh karena itu perlu dilakukan optimasi proses absorbsi CO2 di Lapangan X, dengan penambahan cooler setelah LP flash sehingga temperatur regenerasi dapat mencapai 90 oC dengan tetap menjaga temperatur lean amine pada 50-60 oC. Konsentrasi amine yang dapat digunakan sekitar 40 ? 50 wt% dan flowrate amine sekitar 700 ? 1083 m3/h.

ABSTRACT
Field X produces nature gas which content CO2 more than 20% and should be reduced to be less than 5%. CO2 very affects to the gas heating value, toxicity, and its corrosive level. Field X does absorption process to purify natural gas from CO2 using activated methyldiethanolamine. Since the establishment of CO2 removal unit at Field X, the equipment for CO2 absorption process has been damaged three times, in example depletion of the absorber wall and damage to the tray at low pressure flash. Besides, the gas has not met the specification yet, which is CO2 level above 5%. According to the situation described, we need to identify the cause of CO2 equipment unit failure trough some field research, lab testing, and analysis CO2 process using HYSYS simulation. Lab test result shows equipment failure can be caused by CO2 corrosion, Cl- and mechanical load, while simulation result shows this failure can be caused by CO2 absorption process. The difficulty to set amine regeneration temperature will impact to lean amine temperature so that CO2 regeneration process not complete and cause the high value of CO2 in absorber outlet gas, acid loading, and loses amine and H2O. Therefore we need to do optimization for CO2 absorption process in Field X, such as adding a cooler after LP Flash so regeneration temperature reach 90˚C but still keep the lean amine temperature in 50 ? 60˚C. Amine concentration that can be used around 40-50 wt% and amine flowrate around 700 ? 1083 m3/h.;"
2016
T46656
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuflinawari Away
"Pemisahan gas CH4 dari C02 telah dilakukan dengan teknik membran yang digabungkan dengan teknik cairan absorpsi. Penggabungan kedua teknik ini bertujuan untuk meningkatkan unjuk kerja membran. Teknologi pemisahan yang biasa digunakan adalah penyerapan dengan cairan absorpsi, baik cairan absorpsi kimia, maupun cairan absorpsi fisika dan pendinginan kriogenik.Kelemahan teknik ini disebabkan oleh peralatannya yang cukup besar sehingga dapat mengakibatkan terjadinya pengontakan, pembusaan dan chanelling, tetapi teknik ini sangat selektif dan menghasilkan produk gas dengan kemurnian tinggi. Munculnya teknik membran dapat menghindari kelemahan teknik penyerapan dengan cairan absorpsi tersebut, tetapi tidak begitu efektif untuk digunakan pada pemisahan yang menghendaki produk dengan kemurnian tinggi. Penggabungan teknik membran dan cairan absorpsi, menggunakan membran asymetrik selulosa asetat dan membran berpori selulosa asetat yang menyangga cairan absorpsi (metanol atau n-pirolidon). Campuran gas akan melewati cairan absorpsi, sebelum melewati membran asymetrik selulosa asetat Penelitian ini dimulai dengan membandingkan hasil pemisahan antara membran padat dan membran asymerik. Terhadap membran asymetrik diberikan perlakuan pengeringan dengan menggunakan isopropil alkohol dan heksana. Perlakuan pengeringan dengan pertukaran pelarut ini dapat meningkatkan selektivitas ideal dari 7 sampai dengan 17. Perlakuan pemberian cairan absorpsi terhadap membran asymetrik selulosa asetat dalam penelitian ini memperlihatkan peningkatan selektivitas aktual yang cukup baik."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T40314
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desemsi Philip Chotler
"Pengolahan gas alam dimaksudkan untuk memenuhi spesifikasi gas jual yang sudah ditetapkan sebelum gas alam dijual ke pengguna. Salah satu pengolahan gas alam adalah pemisahan CO2 dari gas alam untuk memenuhi spesifikasi gas jual CO2 <5% mol. Pada umumnya sumur gas mempunyai kadar CO2 dibawah 20% mol tetapi terdapat juga sumur gas yang mempunyai kadar CO2 tinggi 70-80% mol. Beberapa proses pemisahan CO2 dengan kadar tinggi dari gas alam telah dipatentkan seperti Distillative Separation of Methane and Carbon Dioxide, Bulk CO2 Recovery Process, dan Carbon Dioxide Recovery tetapi setelah dilakukan simulasi ulang menggunakan HYSYS belum memenuhi spesifikasi gas jual. Oleh karena itu perlu dilakukan modifikasi terhadap proses patent pemisahan CO2 kadar tinggi dari gas alam.
Pemilihan proses yang akan dimodifikasi dilakukan dengan memilih proses yang menghasilkan kadar CO2 terendah setelah dilakukan simulasi dengan HYSYS. Modifikasi proses patent dilakukan dengan penambahan equipment setelah, sebelum atau di antara equipment proses utama dengan mengadopsi prinsip proses pemisahan CO2 dari gas alam yang telah ada. Penambahan jumlah equipment dihentikan setelah proses modifikasi menghasilkan gas jual dengan kadar CO2 <5% mol. Setelah itu dihitung nilai laju alir produk gas per energi yang dikonsumsi.
Dari hasil modifikasi dan optimasi, kondisi proses optimum pada tekanan discharge kompressor 48,59 bar (690 psig), suhu masukan kolom distilasi -28 OC (-18,4 OF) pada kondisi saturated liquid, refrigerant menggunakan amonia, jumlah tray 11 dan umpan pada tray nomor ke-4 dan % MDEA sebesar 49%. Laju alir gas produk yang dihasilkan 15,34 MMSCFD apabila umpan gas alam 100 MMSCFD dengan konsumsi energi 4.559 MMbtu/day. Laju alir produk gas per energi yang dikonsumsi adalah 0,00336 MMSCFD per MMbtu/day atau energi yang dikonsumsi per laju alir produk gas 291,27 MMbtu/MMSCF.

Processing of natural gas is intended to meet sales gas specifications before the natural gas sold to users. One of the natural gas processing are the separation of CO2 from natural gas to meet sales gas specifications CO2 <5% mole. In general, gas wells have CO2 content below 20% mole, but there are also gas wells have a high CO2 content of 70-80% mole. Some of the CO2 separation process with high CO2 content of natural gas has been patented as Distillative Separation of Methane and Carbon Dioxide, Bulk CO2 Recovery Process, and Carbon Dioxide Recovery but after re-simulation using HYSYS, the gas couldn?t meet with sales gas specifications. Therefore it is need to modify the process patent of high content of CO2 separation process from natural gas.
The modified process will be selected with having lowest CO2 content after the process is simulated and optimized with HYSYS. The process patent will be modified by adding equipment after, before or between the main process equipment with adopting existing principle of the separation of CO2 from natural gas. The addition of equipments are stopped after the modified process produce sales gas with CO2 <5% mole. After that the value of the product flow rate of gas per energy consumed is calculated.
From the modification and optimization result, the optimum process conditions compressor discharge pressure is 48.59 bar (690 psig), inlet temperature of distillation column is -28 OC (-18.4 OF) on the condition of saturated liquid, using ammonia as refrigerant, number of tray 11 with feed tray number 4 and percent MDEA is 49%. Gas flow rate of product is 15.34 MMSCFD of 100 MMSCFD inlet flowrate of gas with energy consumption 4.559 MMBtu/day. Product flow rate of gas per energy consumed is 0,00336 MMSCFD per MMBtu/day or energy consumed per product gas flow rate of 291,27 MMBtu / MMSCF."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T28358
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu penghasil gas rumah kaca yang banyak menjadi sorotan adalah gas CO2. Gas ini paling banyak diemisikan dari pemakaian energi dan menyebabkan pemanasan global, oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan untuk menguranginya. Salah satu contoh pengimplementasiannya adalah gas CO2 yang disuntikkan ke dalam tanah, selain itu ada pula penyuntukkan CO2 cair kedalam laut."
520 DIRGA 10:3 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer sejak tahun 1950 menjadi perhatian dunia karena menimbulkan efek pemanasan global. Berbagai instrumen pengukur konsentrasi CO2 dikembangkan mulai dari sensor optik untuk pengukuran secara langsung hingga teknologi sounding yang mengukur profil vertikal CO2 dari antariksa menggunakan satelit. Teknologi sounding untuk menentukan profil vertikal CO2 terus dikembangkan diawali dengan Atmospheric Sounding Infrared Spectroradiometer versi 1-3 di tahun 1980-1990an, penggunaan laser/LIDAR untuk sounding O2. Teknologi terbaru dan paling banyak digunakan adalah Atmospheric Infrared Sounder (AIRS) milik NASA yang dipasang pada satelit AQUA. AIRS tidak hanya mengukur konsentrasi CO2, tetapi juga mengukur jumlah awan, trace gases termasuk ozon, karbon monoksida, karbon dioksida, metana, sulfur dioksida, dan partikel tersuspensi di atmosfer. Hasil observasi AIRS menunjukkan konsentrasi CO2 di Indonesia terus meningkat dari tahun 2002 hingga 2010 dengan interval konsentrasi antara 370 hingga 390 ppm."
621 DIRGA 12:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
T. Brenda Chandrawati M.
"Proses penyerapan CO2 dalam absorber dapat dibuat model matematikanya berdasar pada hukum kesetimbangan massa dan kesetimbangan energi. Hasil pemodelan menunjukkan persamaan dinamika proses ini merupakan sistem orde dua.
Proses penyerapan CO2 pada absorber merupakan proses multivariabel dengan dua masukan dan dua keluaran. Sehingga untuk mengurangi interaksi antara dua masukan dan dua keluaran diperlukan dekopler. Proses multivariabel dengan .dekopler ini memerlukan dua pengendali. Pengendali pertama digunakan untuk mengatur flow vapor dan pengendali kedua untuk mengatur fow lean bendfieid. Struktur pengendali yang digunakan adalah pengendali PID dengan parameter yang ditala secara heuristik. Hasil simulasi pengendalian menunjukkan respon proses mempunyai overshoot dan steady state error yang kecil serta dekopling berhasil dengan baik.

The mathematical model of CO2 absorption process based on the principle law of mass balance and energy balance, which yields a second order equation.
CO2 absorption process in absorber is a multivariable process, containing two input and two output. To decrease the interaction effect of the two input and two output system, it needs decoupling. Multivariable process using decoupler requires two controller, The first controller is used to control vapor flow and the second controller is to control lean bend field flow. PID controllers are used to control the process and its parameters acre tuned using heuristic method. The result of simulation showed that the process response is had overshoot and steady state error is small and the decoupler has been successful to eliminate interactions.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14696
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masrizandhi Gemala Sakti
"Gas alam adalah salah satu sumber bahan bakar yang masih terus dipakai hingga saat ini. Namun gas alam yang ada saat ini masih mengandung lebih 2 - 50% volum CO;
Untuk mengurangi kadar CO2 dalam gas alam maka, diperlukanlah suatu teknologi untuk memisahkan gas alam dari CO2. Teknologi konvensional yang ada saat ini adalah dengan cara absorbsi dengan menggunakan pelarut, dan dengan rnenggunakan padatan adsorben.
Namun cara tersebut memerlukan biaya yang besar terutama untuk pelarut yang digunakan. Semcntara untuk meregenerasi Iarutan tersebut diperlukan panas yang besar. Sehingga diperlukan suatu sumbcr energi untuk menyuplai panas tersebut.
Untuk dapat diaplikasikan pada skala industri menggantikan kontaktor konvensional, maka kontaktor membran serat berongga terlebih dahulu aspek hidrodinamika dan perpindahan massanya harus dievaluasi. Selain itu, dilakukanjuga studi pengaruh panjang serat terhadap perpindahan massa dan hidrodinamika. Proses peneiitian dilakukan dengan mengontakkan CO1 dengan air melalui kontaktor membran serat berlubang dengan variasi panjang serat dan laju alir air. Pengukuran yang dilakukan adaiah pengukuran pH dan temperatur air setiap 30 detik selama 5 menit dan pengukuran perbedaan tekanan aliran air yang masuk dan keluar modul untuk tiap laju alir air.
Dari hasil penelitian, didapat bahwa pada proses absorbsi CO2 ke dalam air menggunakan kontaktor membran serat berongga, perpindahan massa yang terjadi cukup baik, dinyatakan dengan fluks perpindahan CO2 ke dalam air yang dapat mencapai hingga sekitar 130 gram CO; setiap meter persegi luas membran selama I jam. Koefisien perpindahan massa dari proses ini dapat mencapai 3 x 103 cm/s. Selain itu, semakin panjang serat dalam ukuran selongsong modul yang sama, maka koefisien perpindahan massa yang terjadi semakin kccil, sedangkan untuk modui yang sama, semakin besar laju alir air, koefisien perpindahan massa yang teljadi semakin meningkat. Sementara itu, daiam uji hidrodinarnika didapat kesimpulan bahwa dengan bertambah panjangnya serat dan meningkatnya kecepatan aiiran, nnurunan tekanan yang terjadi semakin besar. Namun, faktor friksi semakin kecil seiring dengan semakin panjangnya metal dan meningkatnya kecepatan aliran."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49775
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
KLET 9:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Handayani Syukri
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
T39769
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>