Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134413 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Made Purnama Sari
"ABSTRAK
Karena kecenderungannya untuk berperan sebagai pelestari kebudayaan sendiri, komunitas musik tradisi kerap kali melakukan pendidikan kesenian semata-mata bagi kalangan etnis tertentu. Padahal, musik memiliki nilai universalnya, yaitu dapat dipahami dan dinikmati oleh berbagai kalangan, termasuk di luar masyarakatnya; hal mana juga akan sangat membantu untuk menumbuhkan semangat multikultural dan toleransi bermasyarakat. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji kemungkinan terjadinya transfer pengetahuan dalam pengajaran musik tradisi, khususnya dalam komunitas gamelan Bali, di mana para peserta yang berasal dari luar etnis Bali maupun agama Hindu, dapat mempelajari dan memahami ragam seni gamelan serta nilai-nilai kebudayaan yang terkandung di dalamnya. Di sisi lain, penelitian dalam metode kualitatif ini juga dimaksudkan untuk membuat model tranformasi komunitas musik tradisi yang memberi ruang keterbukaan interaksi antara komunitas dan anggotanya yang berasal dari berbagai latar budaya. Gagasan besar penelitian ini adalah menjadikan pendidikan musik di komunitas tradisi sebagai peristiwa lintas pengetahuan dan kebudayaan, yang berikutnya diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran atas keberagaman dan toleransi yang lebih erat.

ABSTRACT
Gamelan, the Balinese traditional music, was formed as reflection of cultural preservation, especially during twentieth century when cultural industry has implied massively by tourism regulation and activities. After Ajeg Bali rsquo s political tendency and openness of Balinese society with global culture, the locals try to protect their own tradition and act to be more exclusive to the outsiders. Moreover, the tourism market often uses the arts as commodity which in several ways had superficially simplified them in other side, the government perpetuates tourism regulation that explore Balinese culture particularly rather than cross cultures history and situation. This research conducts to find out how the Balinese gamelan community transforms and negotiates their role in this situation could they show their free expression in gamelan plays without restrained by the markets as well as reach original accomplishment to distinguish them with the traditional groups. "
2017
T47249
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Purnama
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia, Pusat Kajian Sosiologi, LabSosio, 2016
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Bali sebagai wilayah agraris yang terkenal dengan sistem irigasinya (subak) sampai ke manca negara, temyata memiliki permasalahan yang serius dewasa ini dalam struktur sistem budaya pertaniannya. Masalah ini diperburuk lagi oleh perkembangan industri pariwisata yang telah mencaplok lahan sawah Bali hingga membuat pertanian di Bali semakin terpuruk. Dalam hal ini sangat penting mengembalikan peran sekaasekaa untuk membangun kembali struktur sistem budaya pertaniannya seperti; 1) Sekaa dalam pengolahan lahan seperti sekaa subak, Sekaa Nengala, Sekaa Numbeg, Sekaa Melasah, Sekaa Memula, 2) Sekaa dalam pengendalian hama seperti Sekaa Mejukut dan sekaa semal, 3) Sekaa dalam pengolahan hasil panen seperti Sekaa Manyi (Sekaa Ngedigang), Sekaa Mekajang, Sekaa Nebuk dan sekaa Penek. Terbangunnya sekaasekaa akan menjadi pilar-pilar yang menyangga dan memberi arti yang signifikan kepada struktur sistem budaya pertanian di Bali hingga menjadi sistemik, efisien dan dinamis.
"
902 JPSNT 21(1-2) 2014
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vanda Ningrum
"Studi resiliensi komunitas menjadi kajian strategis dalam memperkuat sistem penanggulangan bencana di berbagai level khususnya di negara dengan sistem sosial yang beragam. Studi ini bertujuan untuk menganalisis dan membangun model penanganan bencana melalui pendekatan pembelajaran sosial. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengambil studi kasus pada komunitas di Bali dan Jakarta. Temuan kunci studi ini menunjukan bahwa kerentanan komunitas akibat Pandemi COVID-19 diakibatkan oleh kerentanan internal seperti kondisi kognitif dan kerentanan eksternal akibat sistem ekonomi dan kemampuan institusi negara menangani bencana. Model pembelajaran sosial dibangun dengan memperkuat aspek kognitif dan interaksional komunitas dalam penanganan bencana. Pembelajaran sosial dapat mendorong adanya aksi kolektif di dalam komunitas untuk menuju transformasi sosial yang berkelanjutan. Studi ini merekomendasikan bahwa model pembelajaran sosial perlu dimasukkan dalam aspek kelembagaan di dalam sistem penanggulangan bencana nasional dan dapat menjadi alternatif konsep upaya pengurangan risiko bencana yang digerakkan oleh faktor kultural khususnya pada negara dengan keberagaman sistem sosial.

Community resilience studies have become a strategic area of research for strengthening disaster management systems at various levels, particularly in countries with diverse social systems. This study aims to analyze and develop a disaster management model through social learning. The research adopts a qualitative methodology, using case studies in grassroots communities in Bali and Jakarta. The key findings of this study reveal that community vulnerability during the COVID-19 pandemic was caused by internal vulnerabilities, such as cognitive conditions, and external vulnerabilities, such as economic systems and the institutional capacity of the state to handle disasters. A social learning model focuses on strengthening communities' cognitive and interactional aspects of disaster management. Social learning can promote collective action within communities, paving the way for sustainable social transformation. This study recommends that the social learning model should be integrated into the institutional framework of the national disaster management system and can serve as an alternative concept for culturally driven disaster risk reduction efforts, particularly in countries with diverse social systems."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Suryanatha Prabawa
"ABSTRAK
Perubahan suatu tempat non-urban menjadi urban melalui urbanisasi dapat mempengaruhi keseharian hidup masyarakat tradisional, dalam kasus ini, adalah Bali. Di Bali dikenal apa yang disebut Bale Banjar. Bale banjar adalah bangunan yang berfungsi untuk menampung kegiatan adat-keagamaan. Bangunan ini terletak memusat dalam permukiman
adat di Bali. Dalam proses perubahan menuju urban, Bale banjar Titih mengalami perubahan akibat tekanan proses urbanisasi, bangunan ini hadir bersamaan dengan kegiatan komersial kota. Penelitian ini akan mencari jawaban atas pertanyaan: i) apa dan mengapa terjadi transformasi posisi kehadiran dari semula bale banjar Titih bersifat privat, menjadi hadir bersama dengan keramaian ruang publik perkotaan?; ii) bagaimana mempertahankan privasi kehadiran Bale Banjar Titih, khususnya terkait dengan kegiatan ritual atau tradisi banjar di antara hiruk-pikuk kota. Jenis penelitian adalah kualitatif melalui single case study research untuk mengungkap habitus dan proses transformasi secara kualitatif terkait dengan nilai-tradisi yang berhadapan dengan nilai-nilai baru dari masyarakat baru yang bersifat urban dan modern. Pendekatan penelitian adalah grounded research dimana perumusan tesis muncul di akhir proses penelitian. Pengambilan sampel adalah sampel tertuju (purposive). Pengumpulan data melalui observasi dan wawancara informan yang terpilih. Temuan riset menunjukkan bahwa perkembangan Pasar Badung telah mendorong para pedagang masuk merambah area permukiman, sehingga komersialisasi terjadi pada Bale Banjar Titih, yakni, adanya peluang
memperoleh pendapatan akibat adanya aktivitas perdagangan yang dapat mendanai kebutuhan komunal banjar. Hubungan harmonis yang terjalin antara warga banjar dengan pedagang dipahami sebagai hubungan resiprokal, dapat tercipta melalui penerapan tri hita karana oleh warga banjar dalam habitus-nya, dan keuntungan kerjasama yang diperoleh oleh kedua belah pihak. Penerapan Tri Hita Karana dalam Saling Metulungan, Pajegan, dan Rungu menjadi hubungan antar warga banjar dengan pedagang yang dapat mewujudkan kebertahanan aktivitas adat-keagamaan warga berdampingan dengan aktivitas perdagangan dalam bale banjar Titih. Penelitian ini kemudian menyimpulkan bahwa ruang tradisional tidak selalu bersifat statis melainkan dapat menyesuaikan melalui habitus yang ada pada aktor didalam menanggapi lingkungan tempat tinggalnya, sehingga dapat menciptakan ruang bermukim yang paling sesuai dan dapat bertahan diantara hadirnya nilai-nilai baru

ABSTRACT
Changing of non-urban places into urban through urbanization can affect the
daily life of a traditional community, in this case, is Bali. In Bali known what is
called Bale Banjar. Bale banjar is a building that serves to accommodate a customreligious activities. The building is located "centered" in the indigenous settlements in Bali. In the process of change to urban, Bale banjar Titih changes due to the pressures of urbanization process, the building comes along with the commercial activities of the city. This study will seek answers to the questions: i) what happened and why the transformation of "position" presence of the original bale banjar Titih which is private, be present along with the crowd of urban public space; ii) how to maintain the privacy of the presence of Bale Banjar Titih, particularly those related to rituals or banjar traditions amongst the crowd of the city.
This type of research is qualitative single case study research to uncover
habitus and qualitative transformation process associated with the values of tradition dealing with the new values of the new society that is both urban and modern. The research approach is grounded research thesis formulation which appears at the end of the research process. Using purposive sampling and data collection through observation and interviewing informants. The research findings indicate that the Pasar Badung developments have prompted traders penetrated residential areas, so that commercialization occurs in Bale Banjar Titih, namely, the opportunity to earn income as a result of their trading activities to finance the banjar communal needs.
Harmonious relationship that exists between banjar people with traders understood as a reciprocal relationship, can be created through the implementation of tri hita karana by banjar people in his habitus, and cooperation advantages gained by both sides. Application of Tri Hita Karana in Saling Metulungan, Pajegan, and Rungu are the relationship between banjar people with traders who can realize the survival of traditional-religious activities of banjar alongside the trading activity in the BaleBanjar Titih. The study then concluded that traditional space are not always static, but can adjust through habitus that of the actor in responding to his neighborhood, so as to create a living space that best suits and can survive among the presence of new values."
2016
T45982
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daddi H. Gunawan
Jakarta: Margin kiri, 2015
303.4 DAD p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Prasetyo Wibowo
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai gerakan Bali Tolak Reklamasi menolak upaya reklamasi kawasan perairan Teluk Benoa. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah bagaimana pengaruh strktur kesempatan politik terhadap framing gerakan Bali Tolak Reklamasi? Penelitian ini berlandaskan kerangka konsep gerakan sosial dan menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa munculnya gerakan Bali Tolak Reklamasi disebabkan oleh kemampuan untuk mengkonversi struktur kesempatan politik, melalui framing yang dilakukan terhadap isu lingkungan hidup, tata kelola pemerintahan, serta adat dan budaya, sebagai sumber daya mobilisasi dan pengorganisasian gerakan. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa struktur kesempatan politik mempengaruhi framing yang dilakukan gerakan Bali Tolak Reklamasi.

ABSTRAK
opportunity structures towards Bali Tolak Reklamasi movement’s framing. This research based on social movement conceptual frameworks and conducted with qualitative method. The results indicate that the emergence of Bali Tolak Reklamasi movement is caused by the ability to convert the political opportunity structures through the framing by the movement against environmental impacts, governances, customs and cultural issues, as mobilization and organizational resources. Conclusion in this study is that political opportunity structures influence framing of the Bali Tolak Reklamasi movement."
2014
S60392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Rafli
"Pesisir Bali Selatan secara geografis menghadap Samudra Hindia dengan garis pantai yang cukup luas merupakan daerah yang rawan terjadinya perubahan garis pantai. Garis pantai didefinisikan sebagai batas pertemuan antara permukaan daratan dan permukaan air laut, batas itu dapat bervariasi bentuknya dan dapat berubah dari tahun ke tahun karena sifatnya yang dinamis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh karakteristik litologi, perubahan tutupan lahan, geomorfologi serta arah arus dan tinggi gelombang laut terhadap laju perubahan garis pantai di Bali Selatan tahun 1995-021. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memanfaatkan Remote Sensing dan teknologi GIS. Citra satelit yang digunakan adalah Landsat 5 TM, Landsat 7 ETM+, Landsat 8 OLI/TIRS dan Sentinel 2A. Interpretasi otomatis dilakukan melalui pemanfaatan rasio band dan perubahan garis pantai diperoleh dengan analisis digital shoreline analysis system (DSAS). Abrasi pantai rata-rata terjadi di Kabupaten Tabanan bagian barat, Gianyar bagian timur dan Badung bagian selatan dengan karakteristik wilayah pesisir dengan gelombang yang cukup tinggi, dekat batuan asal vulkanik dengan karakteristik pantai berwarna hitam karena kandungan zat besi dan tidak terdapat mangrove serta terjadi pada wilayah dengan pengelolaan pantai yang kurang baik. Akresi pantai rata-rata terjadi di leher Bali Selatan yaitu di bagian tengah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, hal ini karena karakteristik aluvial yaitu wilayah yang dekat dengan ekosistem mangrove sehingga sedimentasi yang terbawa arus laut terputus di wilayah ini dan ditambah dekat dengan muara sungai yang banyak membawa sedimen.

The South Bali coast is geographically facing the Indian Ocean with a reasonably vast coastline, which is an area that is prone to shoreline changes. The coastline is defined as the boundary between the land surface and sea level, and the edge can vary in shape and can change from year to year because of its dynamic nature. This study aimed to determine the effect of lithology, land cover change, geomorphology, current direction, and sea wave height on the shoreline change rate in South Bali in 1995-2021.  The method used in this study was to utilize Remote Sensing and GIS technology. The satellite images used are Landsat 5 TM, Landsat 7 ETM+, Landsat 8 OLI/TIRS and Sentinel 2A. Automatic interpretation is carried out using band ratios and shoreline changes obtained by digital shoreline analysis system (DSAS) analysis. Changes in the coastline on the coast of South Bali from 1995 - 2021 are spatially and temporally influenced by several variables. On average, coastal abrasion occurs in the western part of Tabanan Regency, eastern Gianyar and southern Badung with the characteristics of a coastal area with high waves, near rocks of volcanic origin with black beach characteristics due to iron content and no mangroves and occurs in areas of volcanic origin. with poor coastal management. On average, coastal accretion occurs in the neck of South Bali, namely in the central part of Badung Regency and Denpasar City, this is due to alluvial characteristics, namely areas close to mangrove ecosystems so that sedimentation carried by ocean currents is interrupted in this area and added close to the mouth of many rivers. carry sediment. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
D. Sures Kumar
"Konflik antara warga Desa Adat Kemoning dengan warga Desa Adat Budaga, Kecamatan Semarapura Kabupaten Klungkung Bali, Sabtu 17 September 2011, yang diakibatkan, perbedaan dalam menyikapi keberadaan pura dan prosesi upacara di Pura Dalem, yang akhirnya menimbulkan konflik terbuka dan mengakibatkan kerugian materil dan korban jiwa, dengan meninggalkan bapak I Ketut Ariaka Warga Desa Adat Budaga dan puluhan warga kedua desa mengalami luka-luka. Sehingga, dituntut peran dari Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP) Klungkung, sebagai lembaga yang berwenang menyelesaikan masalah adat sesuai dengan peraturan daerah (Perda) Pemda Bali No.3 Tahun 2001, untuk mereduksi konflik tersebut.
Melihat Fenomena tersebut, Peneliti mencoba mengkaji, Peran Kepemimpinan Majelis Madya Desa Pakraman Klungkung dalam masyarakat dan bagaimana konflik tersebut terjadi serta apa yang meyebabkannya. Yang ditelusuri dari berbagai dimensi, baik sejarah pembentukan Desa Pakraman, nilai – nilai/ajaran kehidupan orang Bali dan sejarah konflik di Bali. Untuk memahami factor-faktor yang menyebabkan konflik tersebut terjadi dan bagaimana Peran Kepemimpinan Majelis Madya Desa Pakraman Klungkung dalam menyelesaikan Konflik yang terjadi antara kedua Desa Adat tersebut, terdapat beberapa masalah, yaitu 1). Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan Konflik Antar Desa tersebut dapat terjadi?. 2). Bagaimana Peran Kepemimpinan Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP) Klungkung dalam Menyelesaikan Konflik tersebut?. Untuk membedah masalah tersebut peneliti gunakan Teori Kepemimpinan, untuk melihat bagaimana peran kepemimpinan MMDP menyelesaikan konflik dan Teori Konflik, dalam melihat penyebab konflik antar Desa ada tersebut.
Secara umum signifikansi penulisan ini untuk mengetahui dan menganalisa factor-faktor penyebab konflik di Desa kemoning dan Desa Budaga, dan untuk mengetahui bagaimana peran Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP) Klungkung dalam menyelesaikan Konflik. Untuk mencapai tujuan tersebut penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dimana data – data diperoleh dengan, observasi partisipatif, wawancara mendalam (in-dept interview) serta studi kepustakaan dengan tringulasi pengolahan data. Secara ringkas temuan yang diperoleh adalah, konflik antar Warga Desa Adat Kemoning dan Wrga Desa Adat Budaga, disebabkan saling klaim status Pura Dalem, Pura Prajapati, dan status Setra (tanah kuburan), serta dipicu adanya Paruman Agung Desa Adat Kemoning dan pemasangan spanduk batas Desa (selamat datang di Wewengkon/Lingkungan Desa Budaga) oleh Desa Adat Budaga. Majelis Madya Desa Pakraman Klungkung, sudah berupaya mendamaikan kedua belah pihak dengan memediasi dan melakukan musyawarah, namun hal tersebut tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Perbedaan yang ada dan tidak dapat dikelola dengan baik akhirnya menimbulkan konflik terbuka, serta mengakibatkan kerugian materil dan korban jiwa, hal ini menunjukan, belum maksimalnya peran Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP) Klungkung, menciptakan keharmonisan sesama warga. Sehingga pemerintah Klungkung perlu mengambil alih masalah ini dan memcarikan solusi yang lebih efektif.

Conflict between Indigenous Villagers of Kemoning and Indigenous Villagers of Budaga, District Semarapura Klungkung Bali, Saturday, September 17, 2011, as a result, the difference in response to presence of the temple and ceremonial procession at Pura Dalem, open conflict which resulted in material losses and casualties, death of Mr. I Ketut Ariaka, resident of Indigenous Village of Budaga and dozens of the residents in both villages injured. So that, required role of Majelis Madya Pakraman Village Klungkung as authorized agency to finish the problem based on local regulations, local goverment of Bali No.3, 2001.
Seeing the phenomenon, researcher try to assess the role of leadership Majelis Madya Pakraman Village Klungkung in the community how the conflict occurred and what causes. Researcher browse from various dimensions, Pakraman Village establisment history, values / teachings of Balinese life and history of the conflict in Bali. There are some problem to understand factors that cause conflict happen and how the role of Majelis Madya Pakraman Village Klungkung namely 1. What are the factors that lead to conflict between the village could happen?. 2. How is the role of Leadership Majelis Madya Pakraman Village Klungkung in resolving the conflict?. Researcher in analyzing the problem using a theory of leadership to see how the role MMDP resolve conflict and conflict theory in view of the causes of conflict between villages.
In general, the significance of this research to identify and analyze the factors causing the conflict, and to find how the role of Majelis Madya Pakraman Village (MMDP) Klungkung in resolving conflicts that occur. To achieve these objectives, used qualitative methods, where datas obtained with participant observation, in-depth interviews and study of literature with tringulasi data processing. In summary, the conflict due to overlapping claims status Pura Dalem, Pura Prajapati, and status of Setra (burial ground), and triggered Paruman Agung of Indigenous Village of Kemoning and installation of banners village boundary (welcome to wewengkon / budaga village environment) by Indigenous Village of Budaga. Majelis Madya Pakraman Village Klungkung, has attempted to reconcile the two sides to mediate and to deliberate, but it is not successfully reconcile the two sides. Differences that exist and can not be managed well eventually lead to open conflict, as well as resulting in material losses and casualties, this show, not maximal the role of Majelis Madya Pakraman Village (MMDP) Klungkung, creating harmony fellow citizens. So Klungkung government need to take over this problem and find a more effective solution.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maekawa, Miho
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
TA5966
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>