Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61319 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mike Nurjana
"Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penerjemahan kata budaya dalam novel Laskar Pelangi ke bahasa Jepang, dalam novel Niji no Shoonentachi. Penelitian ini menggunakan ancangan deskriptif dengan model komparatif. Kata budaya dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan klasifikasiyang dikemukakan oleh Newmark. Dalam penelitian ini telah dikumpulkan 186 data dari dua kategori unsur budaya saja, yaitu materi dan ekologi.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak, artinya membaca kedua teks itu. Analisis komparatif atas data menggunakan alat kerja berupa kamus baik cetak maupun daring. Sebagai hasilnya, ditemukan terjemahan 161 kata budaya yang sepadan dan 25 tidak sepadan.
Strategi yang digunakan oleh penerjemah adalah penerjemahan harfiah, kata umum, penyulihan budaya, kuplet, naturalisasi bahasa Indonesia, penghilangan, deskriptif, naturalisasi bahasa Inggris, dan kalki. Sementara itu, gaya bahasa penerjemah cenderung mengikuti gaya bahasa pengarang atau mempertahankan nilai estetis teks sumber. Dengan begitu, penerjemah menerjemahkan Laskar Pelangi berdasarkan ideologi penerjemahan pengasingan dan telah menghasilkan terjemahan yang berkualitas.

This research aims to clarify the method and technique of the translation of cultural words in ldquo Laskar Pelangi rdquo into Japanese novel, ldquo Niji no Shoonentachi. rdquo This research uses descriptive approach with comparative models. Cultural words in this study are determined based on the classification proposed by Newmark rsquo s models. In this research 186 data have been collected according to the two cultural categories, namely, material one and ecological one.
The data collection is done by comparing Japanese the target language, and Indonesian the source language. This comparative analysis of the data uses work tools such as dictionaries, both prints and online.As a result, there are 161 equivalences and 25 not equivalences found out of the 186 data in the translation.
The strategy used by the translator consists of literal translation, using general words, cultural substitution, couplet, naturalization from Indonesian, omission, descriptive, naturalization from English and calque. Meanwhile, style of a translator tends to follow that of literal expression of an author, trying to bring out the aesthetic value of the source language. Following this tendency and attitude, the translator of ldquo Laskar Pelangi rdquo has produced the quality of translation.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T47296
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mike Nurjana
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
907 PJKB 7:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Auliani Regar
"ABSTRAK
Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata telah diterjemahkan ke dalam lebih dari tiga puluh bahasa. Dalam proses penerjemahan, istilah agama dapat menjadi kendala. Melalui metode deskriptif kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk memaparkan penerjemahan istilah-istilah agama dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Inggris yang kemudian diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Belanda. Dari hasil analisis dapat diketahui prosedur penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan istilah-istilah agama tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa prosedur penerjemahan yang paling banyak digunakan dalam penerjemahan istilah-istilah agama, baik ke dalam bahasa Inggris maupun Belanda, adalah couplets, yaitu penggabungan dua prosedur penerjemahan yang berbeda.

ABSTRACT
The novel Laskar Pelangi by Andrea Hirata has been translated into more than thirty languages. In the process of translation, religious terms can cause translation problems. By using qualitative descriptive method, this research aims to describe the translation of religious terms in the novel Laskar Pelangi into English which is then translated into Dutch. From the analysis, translation procedures used by translators in translating the religious terms can be identified. The results show that the most widely used translation procedure for translating religious terms both into English and Dutch is couplets, which combine two different translation procedures."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Khairiah
"Penelitian ini merupakan penelitian masalah penerjemahan yang bertujuan mendeskripsikan penerjemahan kata budaya dari novel Entrok ke dalam The Years of the Voiceless 2013. Penelitian dilakukan melalui ancangan kualitatif dan ancangan fungsional dengan model kausal komparatif yang diusulkan oleh Williams dan Chesterman untuk melihat prosedur penerjemahan kata budaya yang diterapkan penerjemah dalam mencapai skopos. Berdasarkan kategori kata budaya Newmark, peneliti ini mengidentifikasi 80 kata budaya yang dianggap representatif, meliputi kategori budaya materiel; kategori budaya sosial dan hiburan; dan kategori organisasi, adat, prosedur, aktivitas, dan konsep. Data dikumpulkan melalui penelitian perpustakaan dan wawancara dengan penerjemah. Setelah dikumpulkan, data itu dianalisis melalui teknik analisis kausal komparatif, yaitu dengan membandingkan kata budaya dalam TSu dan terjemahannya dalam TSa dan menganalisis prosedur penerjemahan yang diterapkan penerjemah untuk memenuhi skopos.
Dalam penelitian ini ditemukan empat masalah penerjemahan, yaitu 1 konsep dan referen dalam BSu tidak ditemukan di dalam BSa, 2 referen dan konsep BSu tidak dileksikalkan di dalam BSa, 3 BSa kekurangan kata spesifik dalam BSu, 4 adanya perbedaan perspektif antara BSu dan BSa dalam melihat referen yang sama. Untuk mengatasi masalah-masalah penerjemahan itu, penerjemah menerapkan 9 prosedur penerjemahan yang meliputi eksplisitasi, generalisasi, harfiah, kalki, kuplet transferensi dan catatan kaki, transposisi dan padanan budaya, transposisi dan padanan deskriptif, padanan budaya, padanan deskriptif, padanan fungsional, dan transferensi. TSa memenuhi skoposnya melalui prosedur penerjemahan yang diterapkan dengan mempertimbangkan konteks. Berdasarkan ulasan pembaca, TSa dianggap berhasil mempertahankan gaya bahasa penulis dan memberikan nuansa budaya TSu. Pemberian penjelasan tambahan pada catatan kaki membantu pembaca memahami makna kata budaya TSu tetapi mengurangi kenyamanan dalam membaca.

This research on translation problems aims to describe the translation of cultural words from Entrok novel into The Years of the Voiceless 2013. This research was conducted through qualitative and functional approaches and was analyzed by using Williams and Chesterman's causal comparative model to see the translation procedures applied to fulfill the skopos. Based on Newmark's cultural words category, the researcher identified 80 cultural words that were categorized into 1 material culture 2 social culture and leisure and 3 organization, customs, procedure, activity, and concept. The data were collected through library research and interview with the translator. The research then used the causal comparative technique to compare the source text's cultural words with its translation and to analyze the translation procedures chosen by the translator to fulfill the skopos of TT.
There are four translation problems found in this research and they are 1 a reference and concept in SL having no reference and concept in TL, 2 a reference and a concept in SL not lexicalized in TL, 3 TL lacking of specific words, and 4 different perspective between SL and TL in viewing a reference. To deal with those translation problems, there are 9 procedures applied by the translator that include explicitation, generalization, literal, calque, couplet transference and footnote, transposition and cultural equivalent, transposition and functional equivalent, cultural equivalent, descriptive equivalent, functional equivalent, and transference. TT fulfills its skopos through the translation procedures applied by considering the ST's context. According to the review of TT readers, TT is considered succeed to maintain the writer's language of style and give the nuance of ST's culture. The footnote also helps TT readers to understand ST cultural words but minimizes readers'comfort in reading.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
T49574
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Rahmawati
"Tesis ini adalah kritik atas terjemahan novel Laskar Pelangi ke bahasa Inggris. Kritik disusun menggunakan model analisis teks dan pencapaian skopos sebagai kriteria penilaian atas penggunaan strategi penerjemahan. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis faktor ekstratekstual dan intratekstual teks sumber (TSu) dan teks sasaran (TSa) untuk menentukan skopos. Untuk menilai ketercapaian skopos, analisis sampel data dilakukan dengan melihat penggunaan strategi penerjemahan.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa TSa diproduksi dengan motif komunikasi yang berbeda dengan TSu. TSu diproduksi sebagai persembahan untuk kedua guru dan sahabat yang paling dicintai pengarang novel itu, sedangkan TSa diproduksi untuk memenuhi ekspektasi pembaca. Penambahan dan penghilangan sebagai strategi utama yang digunakan berhasil membantu penerjemah menyiasati kesenjangan itu dan menghasilkan terjemahan yang sejalan dengan skopos. Akan tetapi, karena ditemukan banyak penambahan dan penghilangan, TSa dianggap tidak akurat.
Menurut sudut pandang aliran fungsional akurasi tidak menjadi prioritas utama karena TSu adalah novel populer. Yang menjadi prioritas utama adalah selera dan kenyamanan pembaca TSa. Penelitian ini menunjukkan bahwa kerjasama yang baik antara penerjemah, pengarang, penyunting, dan penerbit dapat menghasilkan terjemahan berkualitas yang mampu memenuhi fungsi komunikatif dalam situasi komunikasi yang baru.

This thesis is a criticism on the English version of Laskar Pelangi. The criticism is based on a model of text analysis using skopos fulfilment as the main criterion for successful application of translation strategies. The first step taken in this research is analysis of extratextual factors along with intratextual factors of both the source text (ST) and the target text (TT) to determine the skopos. The sample data are analyzed by identifying translation strategies to assess the fulfillment of skopos.
The finding of this research shows that TT is produced for different motive from ST. ST is produced as a tribute to the writer's most beloved teachers and best friends, while TT is produced to fulfill the reader?s expectation. The mainly used translation strategies, reduction and amplification, are successful in helping the translator to bridge the motive gap between TT and ST and produce a translation which is adequate to the skopos. Due to a lot of addition and omission, TT is deemed inaccurate.
According to the functional theory of translation, accuracy is not a main concern since ST is a popular fiction. What should be the main concern in the translation of popular fiction are target text readers' taste and comfort. This research has proved that a good cooperation among translator, ST writer, editor, and publisher can result in a high quality translation which can fulfill its communicative function in a new communicative situation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42602
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zalfa Dhia
"Penerjemahan merupakan suatu proses reproduksi teks dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan padanan yang terdekat. Kegiatan penerjemahan seringkali mengalami kendala, seperti ketika menerjemahkan konsep budaya bahasa sumber yang tidak dikenal dalam budaya bahasa sasaran. Penelitian ini membahas perbedaan prosedur penerjemahan kata budaya material novel Botchan dalam terjemahan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia beserta penyebabnya. Penelitian ini menggunakan metode analisis terjemahan dengan konsep kata budaya dan prosedur penerjemahan oleh Newmark sebagai dasar teorinya. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan kata budaya material berdasarkan kategori kata budaya Newmark dalam novel Botchan bahasa Jepang, terjemahan bahasa Inggris, dan terjemahan bahasa Indonesia, kemudian menganalisis prosedur penerjemahan dari kedua terjemahan tersebut dengan menggunakan teori prosedur penerjemahan oleh Newmark. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjemahan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dari Botchan memiliki kecenderungan menerjemahkan kata budaya material dengan berorientasi terhadap bahasa sasaran. Meski demikian, terjemahan bahasa Indonesia masih menyisakan sedikit unsur budaya bahasa sumber. Perbedaan ini disebabkan oleh waktu penerjemahan antara terjemahan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang terpaut cukup jauh, juga andil Cool Japan yang masuk ke Indonesia ketika Botchan diterjemahkan.

Translation is a process of reproducing text from the source language into the target language with the closest equivalent. Translation activities often encounter obstacles, such as when translating cultural concepts of the source language that are not recognized in the target language culture. This study discusses the differences in translation procedures of material cultural words of Botchan novel in English and Indonesian translation and their causes. This research uses translation analysis method with Newmark's concept of cultural words and translation procedure as the theoretical basis. The research was conducted by collecting material cultural words based on Newmark's cultural categories in Botchan's Japanese novel, English translation, and Indonesian translation, then analyzing the translation procedures of the two translations using Newmark's theory of translation procedures. The analysis shows that the English and Indonesian translations of Botchan have a tendency to translate material cultural words using procedures that oriented towards the target language. However, the Indonesian translation still leaves some cultural elements of the source language. This difference is due to the time difference between the English and Indonesian translations, which is quite far apart, as well as Cool Japan's contribution to Indonesia when Botchan was translated."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Ratnasari
"Tesis ini membahas terjemahan beranotasi yang merupakan hasil terjemahan yang disertai anotasi atau diberikan catatan sebagai bentuk pertanggungjawaban penerjemah atas padanan yang dipilihnya. Penerjemahan anotasi ini melibatkan sejumlah teori, yakni ideologi, metode, dan teknik penerjemahan. Pemilihan teori dimaksudkan agar terjemahan sesuai dengan tujuan skopos penerjemahan. Ideologi pelokalan dipilih dalam menerjemahankan TSu dengan alasan agar terjemahan dapat berterima bagi pembaca sasaran yang terbilang awam dalam memahami konteks budaya TSa yang berlatar budaya Amerika. Sementara itu, metode semantis dan komunikatif dipilih dengan alasan edukatif, yakni selain berterima, TSa diharapkan mampu mengedukasi pembaca sasaran terkait perbedaan konteks budaya. Dalam penerjemahan karya sastra, penerjemah tidak hanya sekadar dapat mengalihkan pesan dari TSu ke TSa, tetapi juga dituntut untuk memiliki kreatifitas tinggi dalam mencari padanan dalam BSa.

The focus of this study is an annotated translation which is a translation supported by annotations translator rsquo s commentary as the translator rsquo s accountability on the equivalents chosen. This translating and annotating process requires a set of theories consisting the ideology, methods, and techniques. The theories must be selected or applied to produce a translation based on certain translation goals skopos. Domesticating is dominant in translating the ST due to the acceptance of the translation to the target readers that are considered having lacking in competence in understanding the American culture ST. Meanwhile, semantic and communicative methods are chosen based on educational purpose meaning that in addition to the acceptance, TT is expected to be able to educate the readers related to the culture gap. In translating literary texts, a translator is not only capable in rendering the meaning from ST to TT, but is also demanded to be creative in searching for the appropriate equivalence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T47390
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Paramesti Rahayu
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai analisis penerjemahan idiom bahasa Indonesia
dalam novel Laskar Pelangi ke dalam bahasa Korea. Penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan desain analisis deskriptif. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui teknik apa yang digunakan oleh penerjemah ketika
menerjemahkan idiom bahasa Indonesia sebagai bahasa sumber ke dalam bahasa
Korea sebagai bahasa sasaran, serta menganalisis apakah ada kesepadanan makna
dan pergeseran bentuk untuk menjaga kesepadanan maknanya. Dari hasil analisis,
diperoleh simpulan berupa enam data idiom BSu diterjemahkan menjadi BSa;
delapan data Idiom BSu diterjemahkan menjadi bukan idiom BSa; empat data
idiom BSu tidak diterjemahkan dalam BSa; dan dua data bukan idiom BSu
diterjemahkan menjadi idiom BSa.

Abstract
The focus of this study is the analysis of Indonesian idiom?s translation within
Laskar Pelangi into Korean. This study is a qualitative study using analysis
deskriptive design. The purpose of this study is to know what techniques are used
by the translator when translating idioms in Indonesian as a source language into
Korean as a target language, analyze whether is there a meaning equivalence and
translation shift to maintain it?s meaning equivalence. The result is six source
language idioms translated to target language idioms; eight source language
idioms translated no into target language idioms; four source language idioms
were not translated into target language; and two non source language idioms
were translated into target language idioms."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
14-17-099425561
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Sulistyani
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai analisis penerjemahan idiom bahasa Indonesia dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata ke bahasa Jerman dalam novel Die Regenbogentruppe. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Rumusan permasalahan dalam penelitan ini adalah kesepadanan makna terjemahan idiom bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jerman serta teknik penerjemahan yang digunakan untuk memeroleh hasil terjemahan yang sepadan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan terjemahan idiom bahasa indonesia kategori nonanggota tubuh yang frekuensi kemunculannya lebih dari satu kali. Hasil dari penelitian ini adalah dari 20 hasil terjemahan, sebelas terjemahan mengandung kesepadanan makna, dua terjemahan tidak sepadan dan tujuh idiom tidak diterjemahkan.

ABSTRACT
The focus of this research is analysis of Indonesian languages idiom translation within Laskar Pelangi by Andrea Hirata into German within Die Regenbogentruppe. This research is qualitative descriptive. The problem of this research are meaning equivalence of Indonesian languages idiom translation into German and translation technique which used to attain equivalent translation. The purpose of this research is to compare Indonesian languages idiom translation non body parts category which appear more than one time. The result of this research are from 20 translations, 11 contain meaning equivalent, two are inequivalence and seven idioms are not translated."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfini Iasya Putri
"Tesis ini merupakan laporan penelitian berupa penilaian kualitas terjemahan kata, frasa, atau kalimat bermuatan budaya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan model komparatif yang berorientasi pada produk. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan tingkat kualitas terjemahan teks label yang terdapat di salah satu museum dan pengaruh teknik penerjemahan yang digunakan pada tingkat kualitas terjemahan secara holistik, yaitu pada tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaannya. Sumber data penelitian ini adalah teks label Museum Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan yang termasuk kategori artefak nonreligi dan terjemahannya dalam bahasa Inggris. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua macam data: data pertama adalah satuan lingual berupa kata, frasa, ataupun kalimat yang mengandungi unsur budaya pada teks label dwibahasa Indonesia dan Inggris di Museum Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, sedangkan data kedua berupa hasil penilaian kualitas terjemahan data pertama yang dilakukan oleh penilai dengan cara mengisi lembar penilaian. Data pertama dikumpulkan dengan teknik cuplikan dan data kedua dengan lembar penilaian kualitas terjemahan. Jumlah data yang dikumpulkan adalah 51 data. Selanjutnya, data pertama itu dibandingkan dengan terjemahannya dalam teks sasaran untuk mendapatkan teknik penerjemahan yang diterapkan. Teknik penerjemahan yang diacu oleh penelitian ini adalah yang dikembangkan dari pendapat beberapa ahli seperti Newmark (1984), Baker (2011), Molina dan Albir (2002), dan Hoed (2006). Dari sembilan belas teknik penerjemahan yang dirangkum oleh peneliti, hanya sembilan teknik yang diterapkan dalan terjemahan teks label museum, yaitu teknik peminjaman, peminjaman yang dilengkapi artefak, transposisi, transposisi yang dilengkapi artefak, peminjaman dan transposisi yang dilengkapi artefak, generalisasi, generalisasi yang dilengkapi artefak, generalisasi disertai deskripsi, dan reduksi. Selanjutnya, tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan dari terjemahan teks label itu dinilai oleh bantuan tiga orang mahasiswa pascasarjana dan satu orang penutur jati bahasa Inggris yang juga merupakan dosen di Program Studi Linguistik, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Penilaian dilakukan dengan menggunakan rubrik yang didesain oleh Nababan (2002). Analisis data dilakukan dengan menggunakan model analisis komparatif (William & Chesterman, 2002) terhadap teks sumber dan teks sasaran. Temuan menunjukkan bahwa kualitas terjemahan teks label museum ini cenderung dinilai tinggi pada aspek keakuratannya saja, sedangkan kedua aspek lainnya rendah, yaitu kurang dari 50%. Teknik penerjemahan yang diterapkan menjadi salah satu faktor penentu kualitas terjemahan teks label museum. Teknik peminjaman dominan dipilih karena sesuai dengan tujuan penerjemahan teks label museum, yaitu memperkenalkan budaya BSu.

Cultural words translation quality assessment will be discussed in this thesis. This is a product-oriented comparative model with the qualitative approach. The aims of the study are to assess the quality of label texts in a museum and describe the effects of techniques on the quality. In this study, the quality is evaluated by using holistic assessment which includes the accuracy, acceptability, and readabilty of the cultural words translation. The data source of this study is non-religious artifact category in label texts of Lambung Mangkurat Museum, Banjarbaru, South Kalimantan and its English translation. The data of this study are lingual units, such as words, phrases, and sentences containing cultural elements in label texts of Lambung Mangkurat Museum, Banjarbaru, South Kalimantan, are in both English and Indonesian. The data of this study also include the results of translation quality assessment of the cultural words which have been assessed by raters. The main data are collected by using the sampling technique and the secondary data are the assessment sheets. There are 51 data in this study. Afterwards, those data are compared with their translations in the target text in order to find the translation techniques. The translation techniques used in this study are adapted from some experts, such as Newmark (1984), Baker (2011), Molina and Albir (2002), and Hoed (2006). Out of nineteen techniques, there are only ten techniques used in the translation of museum label texts; borrowing, borrowing with artifacts, transposition, transposition with artifacts, triplets, generalisation, generalisation with with artifacts, generalisation with description, omission, and naturalisation. The accuracy, acceptability, and readability of the translation assessed by three evaluators who are postgraduate students of the Linguistics Department, the Faculty of Humanity, Universitas Indonesia and one native speaker who is a lecturer at the same university. The assessment uses the assessment model designed by Nababan (2002). The data are analysed by using comparative analysis model (William & Chesterman, 2002). The finding shows that the translation of label texts tends to be assessed as high quality, above all is the accuracy while the others are less than 50%. The translation technique is one of the factors determining the quality of museum label text translation because it is related to the translation aims of text label: introducing Banjarese culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>